• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

B. Hasil Uji Asumsi Klasik

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel

pengganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak, dengan membuat

hipotesis sebagai berikut:

Ho : data residual terdistribusi normal

Ha : data residua l terdistribusi tidak normal

Ada dua cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi apakah residual

berdistribusi normal atau tidak, yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik. Pada

penelitian ini akan digunakan kedua cara tersebut.

a. Analisis Grafik

Analisis grafik dapat digunakan dengan dua alat, yaitu grafik histogram dan

grafik P-P Plot. Data yang baik adalah data yang memiliki pola distribusi normal.

adalah distribusi data dengan bentuk lonceng dan tidak menceng ke kiri atau ke

kanan. Pada grafik P-P Plot, sebuah data dikatakan berdistribusi normal apabila

titik-titik datanya tidak melenceng ke kiri atau ke kanan, melainkan menyebar di

sekitar garis diagonal.

Gambar 4.1 Grafik Histogram

Gambar 4.2 Grafik P-P Plot

Dari grafik histogram dan normal probability plot pada gambar 4.1 dan

gambar 4.2 di atas terlihat grafik histogram memperlihatkan pola distribusi yang

normal, dan grafik P-P Plot memperlihatkan titik-titik menyebar di

sekitar/mengikuti arah garis diagonal yang menunjukkan pola distribusi normal.

b. Uji Statistik

Pengujian normalitas data dengan hanya melihat grafik dapat menyesatkan

kalau tidak melihat secara seksama, sehingga kita perlu melakukan uji normalitas

data dengan menggunakan statistik agar lebih meyakinkan. Untuk memastikan

apakah data di sepanjang garis diagonal berdistribusi normal, maka dilakukan uji

berdistribusi normal atau tidak. Jika nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05

maka data tersebut terdistribusi normal. Jika nilai signifikansinya lebih kecil dari

0,05 maka distribusi data adalah tidak normal. Hasil uji Kolmogorov-Smirnov

dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 66

Normal Parametersa Mean .0000027

Std. Deviation 1.85728198E10

Most Extreme Differences Absolute .087

Positive .087

Negative -.067

Kolmogorov-Smirnov Z .707

Asymp. Sig. (2-tailed) .700

a. Test distribution is Normal.

Hasil uji Kolmogorov-Smirnov pada tabel 4.2 pada penelitian ini

menujukkan probabilitas = 0,700. Dengan demikian, data pada penelitian ini

berdistribusi normal dan dapat digunakan untuk melakukan Uji-t dan Uji-F

karena 0,700> 0,05 (H0 diterima).

2. Hasil Uji Heteroskedastisitas

Menurut Ghozali (2005:105), “Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji

apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu

pengamatan ke pengamatan yang lain”. Jika variance dari residual satu

pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan

jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang

crosssection mengandung situasi heteroskedastisitas karena data ini menghimpun

data yang mewakili berbagai ukuran (kecil,sedang dan besar)”.

Pengujian heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan uji grafik dengan

melihat grafik scatterplot yaitu dengan cara melihat titik-titik penyebaran pada

grafik dan uji glejser, dengan cara meregres seluruh variabel independen dengan

nilai absolute residual (absut) sebagai variabel dependennya. Perumusan hipotesis

adalah :

H0 : tidak ada heteroskedastisitas,

Ha : ada heteroskedastisitas.

Jika signifikan < 0,05 maka Ha diterima (ada heteroskedastisitas) dan jika

signifikan > 0,05 maka H0 diterima (tidak ada heteroskedastisitas).

Gambar 4.3

Tabel 4.3

Hasil Uji Heteroskedastisitas (glejser)

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 1.013E10 2.639E9 3.837 .000

Operasi -.058 .048 -.146 -1.203 .233

Investasi .076 .056 .162 1.359 .179

Pendanaan .133 .053 .304 2.505 .065

a. Dependent Variable: Absut

Pada gambar 4.3 tentang grafik scatterplot diatas dapat dilihat bahwa

titik-titik pada scatterplot menyebar secara acak tidak membentuk sebuah pola tertentu

yang jelas serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka nol pada sumbu y.

Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi sehingga model

regresi layak dipakai untuk melihat pengaruh variabel independen terhadap

variabel dependen. Dari tabel 4.2 diatas kita dapat melihat bahwa nilai

signifikansi untuk variabel AKO adalah 0.233 (>0.05), nilai signifikansi untuk

variabel AKI adalah 0,179 (>0.05 dan nilai signifikansi untuk variabel AKP

adalah 0,65 (>0.05) . Dari hasil ini maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat

masalah heteroskedastisitas karena variabel independennya memiliki signifikan

lebih besar dari 0,05

3. Hasil Uji Autokorelasi

Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model linear ada korelasi

antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan periode t-1

Masalah autokorelasi umumnya terjadi pada regresi yang datanya time series.

Untuk mendeteksi masalah autokorelasi dapat dilakukan dengan menggunakan uji

Durbin Watson. Menurut Sunyoto (2009:91), Pengambilan keputusan ada

tidaknya autokorelasi adalah sebagai berikut:

1) angka D-W di bawah –2 berarti ada autokorelasi positif,

2) angka D-W di antara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi,

3) angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif.

Tabel 4.4

Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .643a .414 .386 1.902E10 1.787

a. Predictors: (Constant), Pendanaan, Investasi, Operasi b. Dependent Variable: Volume_Saham

Tabel 4.4 memperlihatkan nilai statistik D-W sebesar 1.787 Angka ini

terletak diantara -2 dan +2, dari pengamatan ini dapat disimpulkan bahwa tidak

terjadi autokorelasi positif maupun autokorelasi negatif dalam penelitian ini.

4. Hasil Uji Multikolineritas

Menurut Ghozali (2005:91),“Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji

apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas

(independen)”. Adanya gejala multikolinearitas dapat dilihat dari tolerance value

atau nilai Variance Inflation Factor (VIF). Batas tolerance value adalah 0,1 dan

batas VIF adalah 10. Apabila tolerance value < 0,1 atau VIF > 10 = terjadi

multikolinearitas. Hasil pengujian terhadap multikolinearitas pada penelitian ini

dapat dilihat pada tabel 4.5

Tabel 4.5

Hasil Uji Multikolineritas

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 8.398E9 4.382E9 1.917 .060

Operasi -.064 .080 -.079 -.798 .428 .958 1.044

Investasi .149 .093 .156 1.598 .115 .991 1.009

Pendanaan .558 .088 .626 6.316 .000 .961 1.041

a. Dependent Variable: Volume_Saham

Berdasarkan tabel 4.5 diatas dapat dilihat bahwa tidak ada satupun variabel

bebas yang memiliki nilai VIF lebih dari 10 dan tidak ada yang memiliki

tolerance value lebih kecil dari 0,1.Jadi dapat disimpulkan bahwa penelitian ini

bebas dari adanya multikolinearitas. Dari hasil analisis, didapat nilai VIF untuk

variabel AKO adalah 1.044 (<10) dan nilai tolerance sebesar 0,958 (>0,1), nilai

VIF untuk variabel AKI adalah 1.009 (<10) dan nilai tolerance sebesar

0.991(>0.1) dan nilai VIF untuk variabel AKP adalah 1.041 (<10) dan nilai

tolerance sebesar 0.961(>0.1). Dari hasil ini maka dapat disimpulkan bahwa

semua variabel bebas yang dipakai dalam penelitian ini lolos uji gejala

C. Hasil Pengujian Hipotesis

Dokumen terkait