• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Penelitian

IV.1.2. Diskripsi Data Penelitian

IV.1.3.4. Hasil Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi kondisi gangguan yang berurutan yang dimasukkan dalam fungsi regresi, hasil pengujian dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel IV.3. Hasil Uji Autokorelasi

Model Durbin-Watson

1 1.468

Sumber: Hasil Penelitian, 2010 (Data Diolah)

Dari Tabel IV.3 dapat dilihat bahwa nilai Durbin Watson (DW) adalah 1,468 dan sesuai yang disampaikan oleh Santoso (2003) yang menjadi patokan terjadi tidaknya autokorelasi adalah jika angka D–W diantara -2 sampai +2 yang berarti tidak ada autokorelasi, dengan demikian angka/nilai Durbin Watson 1,468 berada diantara angka patokan, ini menunjukkan bahwa tidak adanya autokorelasi antar variabel bebas yang diteliti.

IV.1.4. Hasil Uji Hipotesis 1

Dalam pengujian yang dilakukan terhadap hipotesis dengan menggunakan persamaan regresi liner berganda seperti pada Tabel IV.4 berikut ini.

Tabel IV.4. Hasil Uji Determinasi Rasio Keuangan dengan Kredit Modal Kerja

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .706a .498 .385 .06459

a. Predictors: (Constant), RETURN ON EQUITY, DEBT TO ASSET RATIO, CURRENT RATIO, RETURN ON INVESMENT, QUICK RATIO, LONGTERM DEBT TO EQUITY RATIO, NET PROFIT MARGIN TO SALES RATIO

Sumber: Hasil Penelitian, 2010 (Data Diolah)

Dari Tabel IV.4 dapat dilihat bahwa R (koefisien korelasi) berganda antara variabel Current Ratio (X1), Quick Ratio (X2), Debt to Asset Ratio (X3), Longterm Debt to Equity Ratio (X4), Net Profit to Sales Ratio (X5), Return on Invesment (X6),

Return on Equity (X7) secara simultan terhadap rasio kredit modal kerja yang disetujui dan dimohon (Y) sebesar 0,706 korelasi ini tergolong kuat/baik. Sedangkan untuk menyatakan secara bersama-sama (simultan), mengenai besar kecilnya kontribusi (sumbangan) variabel Current Ratio (X1), Quick Ratio (X2), Debt to Asset Ratio (X3), Longterm Debt to Equity Ratio (X4), Net Profit to Sales Ratio (X5), Return on Invesment (X6), Return on Equity (X7) secara simultan terhadap rasio kredit modal kerja yang dimohon dan disetujui (Y) atau R2 (koefisien determinan)dari persamaan regresi adalah sebesar 49,8%, artinya bahwa persamaan model analisa hanya mampu memberikan penjelasan pengaruh ukuran Current Ratio (X1), Quick Ratio (X2), Debt to Asset Ratio (X3), Longterm Debt to Equity Ratio (X4), Net Profit to Sales Ratio (X5), Return on Invesment (X6), Return on Equity (X7) secara simultan terhadap rasio kredit modal kerja yang disetujui dan dimohon (Y) adalah sebesar 49,8% sedangkan sisanya 51,2% ditentukan oleh faktor variabel lain.

Setelah nilai R2 (koefisien determinasi) diperoleh, maka langkah selanjutnya melakukan uji F statistik, di mana hasilnya dapat dilihat pada Tabel IV.5 berikut ini:

Tabel IV.5. Hasil Uji F Rasio Keuangan dengan Kredit Modal Kerja

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Regression .128 7 .018 4.395 .002a

Residual .129 31 .004

1

Total .258 38

a. Predictors: (Constant), RETURN ON EQUITY, DEBT TO ASSET RATIO, CURRENT RATIO, RETURN ON INVESMENT, QUICK RATIO, LONGTERM DEBT TO EQUITY RATIO, NET PROFIT MARGIN TO SALES RATIO

b. Dependent Variable: RASIO KREDIT Sumber: Hasil Penelitian, 2010 (Data Diolah)

Berdasarkan Tabel IV.5 diperoleh nilai Fhitung sebesar 4,395 dengan ketentuan (á)=0,05, df =31 sebagai penyebut, 7 sebagai pembilang, mencari nilai F tabel menggunakan tabel F, maka nilai F tabel sebesar 2,31 (interpolasi), ternyata nilai F

hitung > F tabel atau 4,395 > 2,33 sedangkan nilai signifikan F hitung = 0,002 dengan tingkat signifikan (á) = 0,05 yang artinya bahwa nilai signifikan F hitung ≤ 0,05 atau 0,002 ≤ 0,05, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah menolak H0 yang berarti Rasio Keuangan yang terdiri dari Current Ratio (X1), Quick Ratio (X2), Debt to Asset Ratio (X3), Longterm Debt to Equity Ratio (X4), Net Profit to Sales Ratio (X5), Return on Investment (X6), Return on Equity (X7) secara bersama-sama atau simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap rasio kredit modal kerja (Y), sehingga model regresi dapat dipakai untuk memprediksi rasio kredit modal kerja (Y), maka langkah selanjutnya melakukan uji t statistik, di mana hasilnya dapat dilihat pada Tabel IV.6 berikut ini:

Tabel IV.6. Hasil Uji t Rasio Keuangan dengan Kredit Modal Kerja

Coefficientsa Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

(Constant) .674 .063 10.694 .000

CURRENT RATIO .015 .012 .188 1.261 .217 QUICK RATIO .058 .022 .459 2.639 .013 DEBT TO ASSET RATIO .491 .197 .432 2.490 .018 LONGTERM DEBT TO

EQUITY RATIO -.303 .149 -.343 -2.033 .051 NET PROFIT MARGIN TO

SALES RATIO .393 .223 .319 1.760 .008 RETURN ON INVESMENT -.292 .152 -.297 -1.918 .064 1

Coefficientsa Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

(Constant) .674 .063 10.694 .000

CURRENT RATIO .015 .012 .188 1.261 .217 QUICK RATIO .058 .022 .459 2.639 .013 DEBT TO ASSET RATIO .491 .197 .432 2.490 .018 LONGTERM DEBT TO

EQUITY RATIO -.303 .149 -.343 -2.033 .051 NET PROFIT MARGIN TO

SALES RATIO .393 .223 .319 1.760 .008 RETURN ON INVESMENT -.292 .152 -.297 -1.918 .064 1

RETURN ON EQUITY .500 .181 .611 2.768 .009

a. Dependent Variable: RASIO KREDIT Sumber: Hasil Penelitian, 2010 (Data Diolah)

Dari Tabel IV.6 bahwa persamaan regresi berganda dirumuskan sebagai berikut:

Y = a + b1X1+ b2X2 + b3X3 + b4X4 +b5X5+ b6X6+ b7X7 + e

Y = 0,674+0,015 X1+ 0,058X2 + 0,491X3 - 0,303X4 +0,393X5-0,296X6+ 0,5X7 + e

Di mana : Y = Rasio Kredit Modal X1 = Current Ratio X2 = Quick Ratio

X3 = Debt to Asset Ratio

X4 = Longterm Debt to Equity Ratio X5 = Net Profit to Sales Ratio X6 = Return on Invesment X7 = Return on Equity

e = epsilon atau variabel yang tidak diteliti

Dari hasil persamaan regresi berganda tersebut, Konstanta sebesar positif 0,674 menyatakan bahwa jika tidak ada kenaikan atau 0 nilai dari variabel bebas,

maka nilai rasio kredit modal kerja yang disetujui (Y) adalah sebesar 0,674. Hasil persamaan regresi berganda tersebut, masing-masing variabel bebas dapat diinterpretasikan pengaruhnya terhadap rasio kredit modal kerja yang disetujui (Y) sebagai berikut:

1. Current Ratio (X1) memiliki koefisien bertanda positif sebesar 0,015, hal tersebut berarti apabila nilai koefisien regresi variabel lainnya tetap (tidak berubah), maka perubahan Current Ratio sebesar 1% akan menaikkan rasio kredit modal kerja sebesar 0,015 x 100% = 1,5%.

2. Quick Ratio (X2) memiliki koefisien bertanda positif sebesar 0,058, hal tersebut berarti apabila nilai koefisien regresi variabel lainnya tetap (tidak berubah), maka perubahan variabel Current Ratio sebesar 1% akan menaikkan rasio kredit modal kerja sebesar 0,058 x 100% =5,8%.

3. Debt to Asset Ratio (X3) memiliki koefisien bertanda positif sebesar 0,491, hal tersebut berarti apabila nilai koefisien regresi variabel lainnya tetap (tidak berubah), maka perubahan variabel Debt to Asset Ratio sebesar 1% akan menaikkan rasio kredit modal kerja sebesar 0,491 x 100% = 49,1%.

4. Longterm Debt to Equity Ratio (X4) memiliki koefisien bertanda negatif sebesar 0,303, hal tersebut berarti apabila nilai koefisien regresi variabel lainnya tetap (tidak berubah), maka perubahan variabel Longterm Debt to Equity Ratio sebesar 1% akan menurunkan rasio kredit modal kerja sebesar 0,303 x 100% = 30,3%.

5. Net Profit to Sales Ratio (X5) memiliki koefisien bertanda positif sebesar 0,393, hal tersebut berarti apabila nilai koefisien regresi variabel lainnya tetap (tidak berubah), maka perubahan variabel Net Profit to Sales Ratio sebesar 1% akan menaikkan rasio kredit modal kerja sebesar 0,393 x 100% = 39,3%.

6. Return on Invesment (X6) memiliki koefisien bertanda negatif sebesar 0,296, hal tersebut berarti apabila nilai koefisien regresi variabel lainnya tetap (tidak berubah), maka perubahan variabel Return on Invesment sebesar 1% akan menurunkan rasio kredit modal kerja sebesar 0,296 x 100% = 29,6%.

7. Return on Equity (X7) memiliki koefisien bertanda positif sebesar 0,5, hal tersebut berarti apabila nilai koefisien regresi variabel lainnya tetap (tidak berubah), maka perubahan variabel Return On Equity sebesar 1% akan menaikkan rasio kredit modal kerja sebesar 0,5 x 100% = 50%.

Uji t bertujuan untuk menguji signifikansi konstanta dan variabel Current Ratio, Quick Ratio, Inventory Turn Over, Debt to Asset Ratio, Longterm Debt to Equity Ratio, Net Profit to Sales Ratio, Return on Investment, Return on Equity secara parsial terhadap persetujuan pemberian kredit modal kerja pada PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan dengan hipotesa sebagai berikut:

Ho : bi = 0 Rasio Keuangan yang terdiri dari dari Current Ratio, Quick Ratio, Inventory Turn Over, Debt to Asset Ratio, Longterm Debt to Equity Ratio, Net Profit to Sales Ratio, Return on Investment, Return on Equity tidak berpengaruh secara parsial terhadap persetujuan pemberian kredit modal kerja pada PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan.

Ha : bi ≠ 0 Rasio Keuangan yang terdiri dari dari Current Ratio, Quick Ratio, Inventory Turn Over, Debt to Asset Ratio, Longterm Debt to Equity Ratio, Net Profit to Sales Ratio, Return on Investment, Return on Equity berpengaruh secara parsial terhadap persetujuan pemberian kredit modal kerja pada PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan.

Berdasarkan Tabel IV.6 nilai t hitung dari masing-masing variabel bebas dapat diinterpretasikan pengaruhnya terhadap rasio kredit modal kerja yang disetujui (Y) sebagai berikut:

1. Untuk variabel Current Ratio (X1) = 1,261 sedangkan Nilai t tabel dengan Tingkat signifikansi (á) = 0,05 dan df = 31, maka nilai t tabel sebesar 1,696 berarti t hitung

t tabel atau 1,261 ≤ 1,696 sedangkan nilai signifikan t hitung = 0,217 dengan (á) = 0,05 berarti nilai signifikan t hitung > 0,05 atau 0,217 > 0,05, maka H0 tidak ditolak artinya koefisien regresi tidak signifikan atau Current Ratio (X1) benar-benar tidak berpengaruh secara signifikan terhadap rasio kredit modal kerja (Y). 2. Untuk variabel Quick Ratio (X2) = 2,639 sedangkan Nilai t tabel dengan tingkat

signifikansi (á) = 0,05 dan df = 31, maka nilai t tabel sebesar 1,696 berarti t hitung

t tabel atau 2,639 ≥ 1,696 sedangkan nilai signifikan t hitung = 0,01 dengan (á) = 0,05 berarti nilai signifikan t hitung < 0,05 atau 0,013 < 0,05, maka H0 ditolak artinya koefisien regresi signifikan atau Quick Ratio (X2) benar–benar berpengaruh secara signifikan terhadap rasio kredit modal kerja (Y).

3. Untuk variabel Debt to Asset Ratio (X3) = 2,490 sedangkan Nilai t tabel dengan tingkat signifikansi (á) = 0,05 dan df = 31, maka nilai t sebesar 1,696 berarti t

hitung t tabel atau 2,490 ≥1,696 sedangkan nilai signifikan t hitung = 0,018 dengan (á) = 0,05 berarti nilai signifikan t hitung < 0,05 atau 0,018 < 0,05, maka H0 ditolak artinya koefisien regresi signifikan atau Debt to Asset Ratio (X3) benar–benar berpengaruh secara signifikan terhadap rasio kredit modal kerja (Y).

4. Untuk variabel Longterm Debt to Equity Ratio (X4) = -2,033 sedangkan Nilai t

tabel dengan tingkat signifikansi (á) = 0,05 dan df = 31, maka nilai t tabel sebesar 1,696 berarti t hitung t tabel atau -2,033 ≤1,696 sedangkan nilai signifikan t hitung = 0,501 dengan (á) = 0,05 berarti nilai signifikan t hitung > 0,05 atau 0,501 > 0,05, maka H0 tidak ditolak artinya koefisien regresi tidak signifikan atau Longterm Debt to Equity Ratio (X4) benar-benar tidak berpengaruh secara signifikan terhadap rasio kredit modal kerja (Y).

5. Untuk variabel Net Profit to Sales Ratio (X5) = 1,760 sedangkan Nilai t tabel dengan tingkat signifikansi (á) = 0,05 dan df = 31, maka nilai t tabel sebesar 1,696 berarti t hitung≥ t tabel atau 1,760 ≥ 1,696 sedangkan nilai signifikan t hitung = 0,008 dengan (á) = 0,05 berarti nilai signifikan t hitung < 0,05 atau 0,08 < 0,05, maka H0

ditolak artinya koefisien regresi signifikan atau Net Profit to Sales Ratio (X5) benar-benar berpengaruh secara signifikan terhadap rasio kredit modal kerja (Y). 6. Untuk variabel Return on Investment (X6) = -1,918 sedangkan Nilai t tabel dengan

tingkat signifikansi (á) = 0,05 dan df = 31, maka nilai t tabel sebesar 1,696 berarti t

hitung t tabel atau -1,918 ≤ 1,696 sedangkan nilai signifikan t hitung = 0,007 dengan (á) = 0,05 berarti nilai signifikan t hitung > 0,05 atau 0,064 > 0,05, maka H0 tidak

ditolak artinya koefisien regresi signifikan atau Return on Invesment (X6) benar-benar tidak berpengaruh secara signifikan terhadap rasio kredit modal kerja (Y). 7. Untuk variabel Return On Equity (X7) = 2,768 sedangkan Nilai t tabel dengan

tingkat signifikansi (á) = 0,05 dan df = 31, maka nilai t tabel sebesar 1,696 berarti t

hitung t tabel atau 2,768 ≥ 1,696 sedangkan nilai signifikan t hitung = 0,01 dengan (á) = 0,05 berarti nilai signifikan t hitung < 0,05 atau 0,009 < 0,05, maka H0 ditolak artinya koefisien regresi signifikan atau Return On Equity (X7) benar-benar berpengaruh secara signifikan terhadap rasio kredit modal kerja (Y).

IV.1.5. Hasil Uji Hipotesis 2

Dalam pengujian yang dilakukan terhadap hipotesis dengan menggunakan persamaan regresi liner berganda seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya diperoleh hasil uji model sebanyak 39 pengamatan pada Tabel IV.7 berikut ini.

Tabel IV.7. Hasil Uji Determinasi Kebijakan Moneter dengan Kredit Modal Kerja

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .425a .180 .135 .07659

a. Predictors: (Constant), INFLASI, BI RATE

Sumber: Hasil Penelitian, 2010 (Data Diolah)

Dari Tabel IV.7 dapat dilihat bahwa R (koefisien korelasi) berganda antara variabel dari BI Rate (X8) dan Tingkat Inflasi Kota Medan (X9) secara simultan terhadap rasio kredit modal kerja modal kerja yang disetujui dan dimohon (Y), sebesar 0,425 korelasi ini tergolong kurang kuat. Sedangkan untuk menyatakan

secara bersama-sama (simultan), mengenai besar kecilnya kontribusi (sumbangan) variabel dari BI Rate (X8) dan Tingkat Inflasi Kota Medan (X9) secara simultan terhadap rasio kredit modal kerja yang disetujui dan dimohon (Y) atau R2 (koefisien determinan) dari persamaan regresi adalah sebesar 18%, artinya bahwa persamaan model analisa hanya mampu memberikan penjelasan pengaruh ukuran dari BI Rate (X8) dan Tingkat Inflasi Kota Medan (X9) secara simultan terhadap rasio kredit modal kerja yang disetujui dan dimohon (Y) adalah sebesar 18% sedangkan sisanya 82% ditentukan oleh faktor variabel lain.

Setelah nilai R2 (koefisien determinasi) diperoleh, maka langkah selanjutnya melakukan uji F statistik, di mana hasilnya dapat dilihat pada Tabel IV.8 berikut ini.

Tabel IV.8. Hasil Uji F Kebijakan Moneter dengan Kredit Modal Kerja

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Regression .046 2 .023 3.963 .028a

Residual .211 36 .006

1

Total .258 38

a. Predictors: (Constant), INFLASI, BI RATE b. Dependent Variable: RASIO KREDIT Sumber: Hasil Penelitian, 2010 (Data Diolah)

Dari Tabel IV.8 diperoleh nilai Fhitung sebesar 3,963 dengan df =36 sebagai penyebut, 2 sebagai pembilang, mencari nilai F tabel menggunakan tabel F, maka nilai F tabel sebesar 3,26 sehingga nilai F hitung > F tabel atau 3,963 > 3,26 sedangkan nilai signifikan F hitung = 0,028 dengan tingkat signifikan (á) = 0,05 yang artinya bahwa nilai signifikan F hitung < 0,05 atau 0,028 < 0,05, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah menolak H0 yang berarti Kebijakan Moneter yang terdiri dari BI Rate (X8) dan

Tingkat Inflasi Kota Medan (X9) berpengaruh secara simultan terhadap rasio kredit modal kerja yang disetujui dan dimohon (Y), sehingga model regresi dapat pakai untuk memprediksi terhadap rasio kredit modal kerja yang disetujui dan dimohon (Y) dan langkah selanjutnya melakukan uji t statistik, di mana hasilnya dapat dilihat pada Tabel IV.9 berikut ini:

Tabel IV.9. Hasil Uji t Rasio Kebijakan Moneter dengan Kredit Modal Kerja

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

(Constant) 1.113 .195 5.703 .000

BI RATE -1.592 2.320 -.104 -.686 .497 1

INFLASI -4.655 1.734 -.406 2.685 .011

a. Dependent Variable: RASIO KREDIT Sumber: Hasil Penelitian, 2010 (Data Diolah)

Dari Tabel IV.9 menggambarkan bahwa persamaan regresi berganda dirumuskan sebagai berikut:

Y = a + b8X8+ b9X9 + e

Y = 1,113-1,592 X8- 4,655 X9 + e

Di mana: Y = Rasio kredit modal kerja X8 = BI Rate

X9 = Tingkat Inflasi Kota Medan

e = epsilon atau variabel yang tidak diteliti

Uji t untuk menguji signifikansi konstanta dan variabel terhadap persetujuan pemberian kredit modal kerja pada PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan dengan hipotesa sebagai berikut:

Ho : bi = 0 Kebijakan Moneter yang terdiri dari BI Rate, Tingkat Inflasi Kota Medan secara parsial tidak berpengaruh terhadap persetujuan pemberian kredit modal kerja pada PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan.

Ha : bi ≠ 0 Kebijakan Moneter yang terdiri dari BI Rate, Tingkat Inflasi Kota Medan secara parsil berpengaruh terhadap persetujuan pemberian kredit modal kerja pada PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan.

Uji t statistik adalah untuk menguji secara parsial antara variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat dengan asumsi bahwa variabel lain dianggap konstan, dengan tingkat keyakinan 95% (á = 0,05). Dengan bantuan software SPSS akan diperoleh t hitung yang kemudian dibandingkan dengan t tabel. Kriteria pengujian sebagai berikut:

Jika nilai t hitung > nilai t tabel maka H0 ditolak artinya koefisien regresi signifikan. Jika nilai t hitung ≤, nilai t tabel maka H0 tidak ditolak artinya koefisien regresi tidak signifikan. Atau: Jika nilai signifikan t hitung > 0,05 maka H0 tidak ditolak artinya koefisien regresi tidak signifikan. Jika nilai signifikan t hitung ≤ 0,05 maka H0 ditolak artinya koefisien regresi signifikan.

Berdasarkan Tabel IV.9 nilai t hitung dari masing-masing variabel bebas dapat diinterpretasikan pengaruhnya terhadap rasio kredit modal kerja yang disetujui (Y) sebagai berikut:

1. Untuk variabel BI rate (X8) = 1,681 sedangkan Nilai t tabel dengan tingkat signifikansi (á) = 0,05 dan df = 31, maka nilai t tabel sebesar 1,696 berarti t hitungt

berarti nilai signifikan t hitung >0,05 atau 0,497 > 0,05, maka H0 tidak ditolak artinya koefisien regresi signifikan atau BI Rate (X8) benar-benar tidak berpengaruh secara signifikan terhadap rasio kredit modal kerja (Y).

2. Untuk variabel Tingkat Inflasi Kota Medan (X9) = 2,685 sedangkan Nilai t tabel dengan tingkat signifikansi (á) = 0,05 dan df = 36, maka nilai t tabel sebesar 1,696 berarti t hitung > t tabel atau 2,685 > 1,696 sedangkan nilai signifikan t hitung = 0,011 dengan (á) = 0,05 berarti nilai signifikan t hitung < 0,05 atau 0,011 < 0,05; maka H0 ditolak dan Ha tidak ditolak yang berarti variabel Tingkat Inflasi Kota Medan (X9) benar-benar berpengaruh secara signifikan terhadap rasio kredit modal kerja (Y).

Dokumen terkait