• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Analisis dan Interpretasi Data

2. Hasil Uji Hipotesis

Analisis data yang diperoleh dari hasil penelitian yaitu pengujian hipotesis: a. Uji signifikansi dengan uji-t

Setelah uji prasyarat normalitas dan homogenitas telah terpenuhi sehingga untuk menguji kesamaan dua rata-rata populasi dapat menggunakan uji t. Dengan menggunakan Microsoft excel (TINV), diperoleh ttabel= 2,045. Berdasarkan hasil

perhitungan diperoleh thitung=3,253 dan ttabel=2,045. Dari pengujian uji t diperoleh

thitung>ttabel maka Ho ditolak dan Hi diterima.

b. Hipotesa Statistik

Hipotesa statistik pada hasil penelitian ini adalah: Ho : µA ≤ µB

Hi : µA > µB

Maka berdasarkan hipotesa statistik tersebut, dapat dirumuskan bahwa Ho ditolak dan Hi diterima. Hi menyatakan bahwa rata-rata hasil belajar dengan pendekatan pendidikan matematika realistik lebih besar daripada siswa yang pembelajarannya menggunakan ekspositori. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hasil belajar dengan pendekatan pendidikan matematika realistik lebih tinggi daripada pendekatan knvensional.

C. Hasil dan Pembahasan Penelitian

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dapat dilihat bahwa hasil tes yang dilakukan setelah pembelajaran (posttest) diketahui nilai rata-rata kelompok eksperimen sebesar 70,333 dan nilai rata-rata kelompok kontrol sebesar 59,241. Terjadi perbedaan hasil belajar pada kedua kelompok disebabkan karena adanya perbedaan perlakuan dalam belajar. Pada kelompok eksperimen diterapkan dengan pendekatan pendidikan matematika realistik dan pada kelompok kontrol tidak diterapkan pendekatan pendidikan matematika realistik.

Kelompok eksperimen berada pada data distribusi normal, sedangkan kelas kontrol berada pada data distribusi normal. Hal tersebut terbukti pada hasil uji persyaratan yang menyatakan bahwa x²hitung tabel. Kedua kelompok ini bersifat

homogen. Dari hasil perhitungan pengujian hipotesis juga menunjukkan adanya perbedaan hasil belajar matematika siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan thitung lebih besar dari ttabel yaitu 3,253 dan 2,045. Berdasarkan perhitungan analisis data melalui uji hipotesis dengan uji-t, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan pendidikan matematika realistik berpengaruh positif terhadap hasil belajar matematika siswa.

Pada kelas eksperimen pendekatan pembelajaran yang digunakan dengan pendekatan pendidikan matematika realistik, sedangkan pada kelas kontrol pendekatan konvensional. Tahapan-tahapan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pendidikan matematika realistik menjadikan hasil belajar siswa lebih tinggi daripada kelas kontrol.

Sebelum memulai pembelajaran peneliti memberikan ice breaking, guru melakukan apersepsi dengan meminta siswa untuk menyebutkan perkalian secara bersama-sama. Hal itu dilakukan peneliti, karena pembelajaran KPK dan FPB membutuhkan kemampuan perkalian dan pembagian. Nampak beberapa siswa tidak hafal perkalian. Kegiatan ini peneliti lakukan di kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kemudian tahapan berikutnya dalam kelas eksperimen, yaitu:

a. Kegiatan pertama, peneliti menjelaskan tujuan dan tahapan pembelajaran yang harus dilakukan.

55

b. Tahapan kedua, guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok. tempat duduk siswa berpindah menjadi berkelompok. pada Gambar 4.4 nampak siswa duduk bersama kelompoknya. Siswa diberi Lembar Kerja Siswa (LKS) dan alat peraga. Alat peraga tersebut yaitu kalender, permen, pulpen, pensil, daun dan lain-lain.

Gambar 4.4

Siswa Duduk Bersama Kelompoknya

Guru meminta siswa menyelesaikan masalah-masalah realistik di LKS tersebut dengan aktivitas-aktivitas real dan menggunakan alat peraga berupa benda konkret.

Gambar 4.5

Media proses pembelajaran

c. Mereka bersosialisasi bersama kelompoknya dan menyelesaikan masalah dengan berdiskusi. Pada tahap ini beberapa kelompok terlihat bingung dan tidak mengerti dengan kegiatan yang harus dilakukan dan cara menggunakan

Benda konkret yang diberikab guru, meskipun sebelumnya guru sudah menjelaskan. Selain itu, ada beberapa siswa yang tidak mau berdiskusi, mengganggu kelompok lain, bermain-main dengan alat peraga dan tidak mengerti dengan LKS yang diberikan guru. Pada saat materi kelipatan, guru memberikan masalah realistik dengan media kue, masalah tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.6

Gambar 4.5

Contoh Masalah Realistik

Mereka berdiskusi bersama kelompoknya dan melakukan aktivitas-aktivitas nyata dengan alat peraga yang diberikan guru. Pada tahap ini, siswa merekonstruksi pengetahuannya sendiri. Aktivitas-aktivitas nyata (real) yang dilakukan siswa, terdapat dalam tabel berikut ini:

Tabel 4.7

Aktivitas Nyata (real) yang dilakukan Siswa

No Materi Kegiatan yang

Dilakukan

Rata-rata nilai LKS

1. Kelipatan a) Melingkari kalender

b) Menghitung jumlah kue dalam kotak

c) Lompat kangguru

95

2. Kelipatan persekutuan a) Lompat kangguru. b) Melingkari kalender.

90

3. Faktor a) Membagikan daun sama

banyak ke beberapa orang. b) Membagikan pulpen sama

banyak ke beberapa orang.

85

4. Faktor persekutuan a) Membungkus permen strowberi dan permen beri dengan jumlah sama banyak.

85

Adik mempunyai 4 kotak kue, kakak mempunyai 3 kotak kue, bibi mempunyai 2 kotak kue, dan paman mempunyai 1 kotak kue. Masing-masing

kotak terdiri dari 2 kue. Hitunglah kue masing-masing kakak, adik, bibi dan paman.

57

b) Membungkus dan pulpen, pensil dengan jumlah sama banyak.

5. Bilangan prima Menghitung jumlah bola kertas 90

6. KPK a) Melingkari kalender

b) Bermain tepuk tangan bersama

80

7. FPB a) Membungkus permen

berbeda rasa membagikan dengan jumlah sama. b) Menghitung jumlah

manik-manik.

80

Gambar 4.7

Siswa Melingkari Kalender

Pada Gambar 4.7 nampak siswa menyelesaikan masalah kelipatan dan Kelipatan Persekutuan dan KPK dengan kalender. Siswa melingkari kalender tersebut dan menyelesaikan masalah. Saat berdiskusi, siswa memecahkan masalah kelipatan dengan cara informal. Siswa menyelesaikan masalah dengan diberikan guru dan melakukan kegiatan sehari-hari. Pada Gambar 4.8 merupakan hasil dari diskusi siswa dengan temannya. Selain kalender, guru menggunakan kartu angka pada pembelajaran tersebut. Siswa melompat sesuai kelipatannya seperti kangguru. Pada pembelajaran faktor, faktor Persekutuan dan FPB peneliti menggunakan permen yang berbeda rasa, pulpen, pensil dan lain-lain. Siswa membungkus benda tersebut dengan mengisi sama banyak pada setiap plastik.

Gambar 4.8 Hasil Diskusi Siswa

Kegiatan pada Gambar 4.9 merupakan aktivitas nyata (real) pembelajaran faktor, faktor persekutuan dan FPB. Melalui pengunaan konteks dan aktivitas nyata (real), siswa dilibatkan secara aktif untuk melakukan kegiatan eksplorasi permasalahan.

Gambar 4.9

59

d. Setelah diberi kesempatan menyelesaikan masalah dengan aktivitas nyata. Tahapan berikutnya adalah siswa diminta mempresentasikan jawaban yang siswa diskusikan. Dengan cara seperti ini siswa berinteraksi dengan sesamanya, bertukar informasi dan menanggapi serta berlatih mengkomunikasikan hasil kerjanya kepada orang lain. Ini sejalan dengan karakteristik pendekatan pendidikan matematika realistik yaitu interaktif. Ada beberapa kelompok yang malu untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Selain itu ada kelompok yang mempresentasikan dengan suara kecil, ada kelompok yang berisik keteika temannya mempresentasikan. Hal ini dikarenakan siswa belum terbiasa dengan pembelajaran seperti ini. Siswa mempresentasikan hasil diskusi terdapat pada Gambar 4.10.

Gambar 4.10

Siswa Membacakan Hasil Diskusinya

e. Kemudian guru memberikan soal kepada siswa. Soal tersebut diselesaikan sendiri-sendiri dengan cara sendiri-sendiri-sendiri-sendiri. Gambar 4.11 nampak beragam cara yang digunakan siswa dalam menyelesaikan soal tersebut. Siswa pertama menyelesaikan kelipatan dengan cara kalender, siswa kedua dengan cara lompat kodok dan siswa ketiga dengan cara perkalian.

f. Pada tahapan terakhir yaitu guru dan siswa menyimpulkan pembelajaran secara bersama-sama. Guru memberitahu cara menyelesaikan materi dengan cara formal.

Gambar 4.11

Siswa Menjawab Soal Kelipatan

Pada pembelajaran di kelas kontrol, peneliti menngunakan pendekatan konvensional. Pendekatan konvensional merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher centered approach). Dikatakan demikian, guru memegang peran yang dominan. Peneliti mengajarkan materi tersebut dengan ceramah, demonstrasi, penugasan dan tanya jawab. Selain itu peneliti juga dapat mengajukan pertanyaan, merespon pertanyaan yang diajukan siswa, siswa maju ke depan, diskusi dengan teman sebangku untuk menyelesaikan LKS. Tahapan-tahapan yang peneliti lakukan, yaitu:

1) Peneliti memberikan materi secara formal dan matematika.

2) Peneliti meminta siswa mengerjakan LKS. LKS tersebut dikerjakan secara individu dan dapat dilihat pada Gambar 4.12.

Gambar 4.12

61

Tetapi, pada pertemuan 6 dan 7 peneliti meminta siswa mengerjakan LKS secara diskusi dengan teman sebangkunya dan dapat dilihat pada Gambar 4.13. Selama siswa mengerjakan LKS, guru berkeliling dan melihat siswa. Nampak beberapa siswa kesulitan karena belum hapal perkalian dan pembagian.

Gambar 4.13

Siswa Berdiskusi dengan Teman Sebangkunya

3) Setelah siswa mengerjakan LKS. Guru meminta siswa bersama-sama memeriksa jawaban di LKS.

Tabel 4.8

Kegiatan yang dilakukan Siswa

No Materi Kegiatan yang

Dilakukan

Rata-rata nilai LKS

1. Kelipatan Menyelesaikan LKS dengan

tabel perkalian dan garis bilangan secara individu.

85

2. Kelipatan persekutuan Menyelesaikan LKS dengan cara garis bilangan secara berdiskusi.

80

3. Faktor Menyelesaikan LKS dengan cara

pembagian secara individu.

85 4. Faktor persekutuan Menyelesaikan LKS dengan cara

pembagian secara berdiskusi.

85 5. Bilangan prima Menyelesaikan LKS dengan cara

faktor secara individu

90

perkalian secara berdiskusi.

7. FPB Menyelesaikan LKS dengan cara

pembagian secara berdiskusi.

80

4) Guru dan siswa menyimpulkan materi keseluruhan secara bersama-sama. Guru memberikan kesempatan kepada siswa bertanya hal-hal yang belum mengerti dan memberikan informasi materi yang akan dipelajari besok. Setelah melakukan posttest terlihat perbedaan jenjang kognitif antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen mencapai kelas eksperimen mencapai rata-rata 59,59% dan kelas kontrol 52,5%. Hal ini menunjukkan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol. Perhitungan persentase terdapat pada Gambar 4.15. Rata-rata persentase tahap mengingat (C1) dari seluruh siswa mencapai rata-rata 75,833% dan kelas kontrol 63,06%. Pada tahap ini siswa dapat menyelesaikan soal dengan lancar. Beberapa siswa yang kesulitan dikarenakan siswa tersebut belum hapal perkalian dan pembagian. Persentase rata-rata tahap memahami (C2) pada kelas eksperimen mencapai 68,75% dan kelas kontrol mencapai 56,25%. Pada tahap memahami siswa dapat menyelesaikan soal dengan lancar. Tetapi, beberapa siswa salah ketika tahap akhir menyelesaikan soal tergambar pada Gambar 4.14. Hal ini dikarenakan siswa harus memahami soal tersebut.

Gambar 4.14

Jawaban Siswa Salah pada Tahap Akhir

Pada menerapkan (C3) kelas eksperimen mencapai 62,083% dan kelas kontrol 53,33%. Pada tahap menerapkan siswa mulai kurang lancar dalam

63

menyelesaikan soal, hal ini dikarenakan dalam soal menerapkan siswa harus mengubah soal cerita menjadi matematika formal. Pada soal menerapkan terdapat banyak langkah yang harus siswa lakukan. Pada Pada tahap menganalisis (C4) yaitu 61,25% dan kelas kontrol 52,5%. Pada tahap menganalisis, siswa kurang lancar untuk menjawab soal. Siswa kesulitan dalam menganalisis soal tersebut, sehingga beberapa siswa salah pada tahap akhir menyelesaikan soal. Pada tahap ini siswa harus menghubungkan soal tersebut. Perbedaan tiap-tiap tingkatan dikarenakan semakin tinggi tingkatan kognitif semakin sulit soal yang diberikan.

Gambar 4.15

Perbandingan Persentase Jenjang Kognitif Hasil Posttest

Pada kelas eksperimen pelajaran matematika tidak diberikan kepada siswa sebagai suatu produk yang siap pakai. Tetapi sebagai suatu konsep yang dibangun oleh siswa maka dalam Pendidikan Matematika Realistik siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Strategi-strategi informal siswa-siswi yang berupa pemecahan masalah konstektual merupakan sumber inspirasi dalam pengembangan pembelajaran lebih lanjut yaitu untuk mengkonstruksi pengetahuan matematika formal. Sehingga peserta didik memahami materi dengan pembelajaran real (nyata). Hal ini berbeda dengan kelas kontrol yang mendapatkan materi secara langsung, guru berperan aktif dalam menjelaskan materi.

Pada kelas eksperimen proses pembelajaran telah mampu mengaktifkan siswa sehingga pembelajaran tidak lagi bersifat berpusat pada guru, tetapi telah berpusat pada siswa. Pelajaran akan mudah dipahami oleh peserta didik jika mereka dapat memaknai materi dari pelajaran tersebut. Siswa terlibat aktif dalam aktivitas belajar dengan dihadapkan pada masalah yang bersifat realistik. Siswa tidak lagi bersifat pasif tetapi juga ikut dalam pembelajaran. Sedangkan pada kelas kontrol, siswa hanya mendengarkan dan mencatat konsep-konsep yang penting. Siswa tidak terlibat langsung dalam pembelajaran.

Pengaruh positif lainnya tidak hanya terlihat pada hasil belajar matematika siswa, tetapi juga dapat dilihat dari respon siswa terhadap pembelajaran. Selama pembelajaran berlangsung sebagian besar siswa antusias, aktif, dan senang dalam mengikuti pembelajaran. Siswa tidak merasa jenuh dengan pembelajaran. Hal tersebut peneliti ketahui setelah mewawancarai beberapa siswa setelah menerepkan pendekatan tersebut. Beberapa siswa menjawab suka belajar dengan pendekatan pendidikan matematika realistik. Mereka berkata pembelajaran seperti ini menyenangkan, membuat pelajaran matematika tidak susah lagi dan mereka ingin belajar dengan pendekatan ini kembali pada bab berikutnya. Daftar pertanyaan dan jawaban siswa dapat dilihat pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9

Daftar Pertanyaan Wawancara dan Jawaban Siswa

No Pertanyaan Jawaban Persentase

1. Apakah kamu suka belajar dengan pendekatan

pendidikan matematika realistik?

Ya, Suka belajar matematika dengan seperti ini. 100% 2. Apakah pelajaran matematika dengan pendekatan pendidikan matematika realistik belajar menjadi menyenangkan?

Ya, menyenangkan. 100%

3. Apakah belajar matematika masih susah, meskipun belajar menggunakan

Tidak susah lagi. 41,67%

Biasa saja. 25%

65

pendekatan pendidikan matematika realistik? 4. Apakah kamu ingin belajar

matematika dengan pendekatan pendidikan matematika realistik pada materi lain?

Ya. 83,33%

Tidak. 16,67%

Berdasarkan data diatas hasil belajar siswa masih dinyatakan belum kurang berhasil. Meskipun uji hipotesis menyatakan pendekatan pendidikan matematika realistik menunjukkan terdapat pengaruh. Hal ini dipengaruhi oleh adanya kendala yang dialami peneliti. Dalam proses belajar mengajar pada pertemuan awal, siswa cenderung bersifat individualis. Ini terlihat diawal pertemuan siswa cenderung tidak mau berkelompok dan milih-milih teman. Selain itu beberapa siswa mengganggu kelompok lain sehingga kelas menjadi ricuh. Setelah beberapa pertemuan siswa mulai dapat bekerjasama. Kemudian siswa yang belum hapal perkalian dan pembagian, sedangkan materi KPK dan FPB membutuhkan kemampuan perkalian dan pembagian. Jawaban siswa yang salah pada tahap perkalian ketika mencari KPK dari 3 dan 7 terdapat pada Gambar 4.16.

Gambar 4.16

Jawaban Siswa yang Salah karena Perkalian

Hal ini terlihat ketika guru berkeliling. Ada beberapa siswa yang tidak paham konsep perkalian dan pembagian. Sehingga pembelajaran menjadi memakan waktu lebih lama. Gambar 4.16 menunjukkan jawaban siswa yang salah pada tahap pembagian ketika mencari FPB dari 8 dan 12.

Gambar 4.17

Jawaban Siswa yang Salah Karena Pembagian

Selain itu, peneliti tidak menyiapkan alat peraga berdasarkan jumlah siswa. Tetapi, alat peraga yang peneliti siapkan hanya berdasarkan jumlah kelompok. Sehingga tidak semua siswa melakukan aktivitas nyata. Siswa harus secara bergantian bersama kelompoknya dalam menggunakan alat peraga tersebut. Dalam pembelajaran membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menyelesaikan kegiatan pembelajaran tersebut, sedangkan sekolah membatasi waktu peneliti. Dalam menggunakan alat peraga dan melakukan aktivitas nyata (real) peneliti hanya memberikan petunjuk dalam secara lisan dan tidak tertulis. Meskipun sudah dijelaskan tahapan yang harus dilakukan siswa. Siswa masih bertanya dan bingung apa yang harus dilakukan dengan alat peraga tersebut dan aktivitas nyata (real) yang akan dilakukan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dapat perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan pendekatan pendidikan matematika realistik dengan siswa yang tidak menggunakan pendekatan tersebut. Pendekatan pendidikan matematika realistik dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa pada materi KPK dan FPB di kelas IV. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar matematika siswa yang mengalami peningkatan antara kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen. Selain itu berdasarkan hasil uji hipotesis yaitu uji t, menujukkan thitung > ttabel, thitung sebesar 3,253 dan ttabel sebesar 2,045.

67

D. Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini belum sempurna dikarenakan karena peneliti mempunyai keterbatasan. Adapun keterbatasan dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Alokasi waktu terbatas karena peneliti melakukan penelitian di sekolah yang masuk siang. Jam masuk siang waktunya lebih sedikit dibanding jam pagi. Sehingga terbatasnya alokasi waktu dalam setiap pertemuan, sedangkan kegiatan pembelajaran yang harus dilakukan banyak. Selain itu belajar siang hari membuat siswa kurang kondusif karena kondisi kelas yang panas, gerah dan siswa ngantuk.

b. Pada pertemuan awal siswa belum terbiasa berdiskusi kelompok. Beberapa siswa ada yang tidak mau berkelompok dan mengganggu kelompok lain. Sehingga pembelajaran kurang kondusif.

c. Kekurangan peneliti dalam hal menyiapkan alat peraga. Alat peraga yang peneliti siapkan tidak berdasarkan jumlah siswa. Tetapi, alat peraga yang peneliti siapkan berdasarkan jumlah kelompok.

d. Peneliti hanya memberikan petunjuk dalam menggunakan alat peraga dan melakukan aktivitas nyata (real) secara lisan dan tidak tertulis.

e. Kondisi siswa yang belum terbiasa menggunakan alat peraga membuat siswa bingung dengan kegiatan yang harus dilakukan bersama alat peraga tersebut. f. Siswa belum hapal perkalian dan pembagian. Sedangkan materi KPK dan

FPB membutuhkan kemampuan ini. Sehingga pembelajaran memakan waktu lebih banyak.

68

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

1. Hasil belajar matematika siswa dengan pendekatan pendidikan matematika realistik memiliki nilai rata-rata 67,033. Sedangkan dengan pendekatan konvensional memiliki nilai rata-rata sebesar 59,241. Hasil belajar pada kelas eksperimen menunjukkan lebih tinggi dibandingkan hasil belajar matematika pada kelas kontrol.

2. Tingkatan kognitif pada kelas eksperimen yaitu mengenal (C1) sebesar 75,833%, memahami (C2) sebesar 68,75%, menerapkan (C3) sebesar 62,083% dan menganalisis (C4) sebesar 61,25%. Sedangkan pada kelas kontrol yaitu mengenal (C1) sebesar 63,06%, memahami (C2) sebesar 56,25%, menerapkan (C3) sebesar 53,33% dan menganalisis (C4) sebesar 52,5%.

3. Berdasarkan analisis dengan uji-t, maka diperoleh thitung > ttabel yaitu thitung sebesar 3,253 dan ttabel sebesar 2,045 pada taraf signifikan 5%. Maka berarti

Ho ditolak artinya rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diberikan

dengan pendekatan pendidikan matematika realistik lebih tinggi daripada hasil belajar matematika dengan pendekatan konvensional. Dapat disimpulkan pendekatan pendidikan matematika realistik berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa kelas IV.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas dan pengalaman yang terjadi selama penelitian, maka peneliti dapat memberikan saran-saran berikut ini:

1. Terdapat banyak tahapan pendekatan pendidikan matematika realistik yang harus dilakukan guru. Maka perlu perhatian dari guru untuk

69

mempertimbangkan alokasi waktu yang tersedia. Sehingga tahapan pendekatan pendidikan matematika realistik dapat terselesaikan.

2. Guru hendaknya meminta siswa untuk dapat menghapal perkalian dan pembagian pada kelas sebelumnya, karena perkalian dan pembagian merupakan materi prasyarat dalam belajar materi matematika lain khususnya FPB dan KPK. Sehingga pembelajaran tidak memakan waktu lama.

3. Alat peraga yang dipersiapkan guru hendaknya sesuai dengan jumlah siswa. Sehingga setiap siswa dapat melakukan aktivitas nyata (real) tersebut.

4. Guru bekerja sama dengan siswa dalam menyiapkan alat peraga yang digunakan, siswa membawa dari rumah dan guru membawa dari rumah. Sehingga pembelajaran yang dilakukan tidak merepotkan guru.

5. Petunjuk dalam menggunakan alat peraga dan melakukan aktivitas nyata (real) hendaknya tidak diinfokan secara lisan saja. Tetapi, petunjuk tersebut harus dibuat secara tertulis dan lisan. Sehingga siswa tidak bingung dan kesulitan dalam melakukan aktivitas nyata (real) tersebut.

6. Dalam menggunakan alat peraga kalender sebaiknya kalender yang diberikan hanya bulan yang diperlukan saja. Sehingga siswa tidak asik bermain dengan kalender tersebut.

70

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, 2007.

Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta, 2010.

Dahlan, M Djawad. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rsdakarya, 2010

Desmita. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009. Farihah, Ida. Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik

Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa. Jakarta: Skripsi

Pendidikan Matematika, 2011.

Fatonah, Elis. Pendekatan Realistik Untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematika. Jakarta: Skripsi Pendidikan Matematika, 2011. Gunawan, Imam dan Palupi, Retno Anggraini. Taksonomi Bloom – Revisi Ranah

Kognitif: Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran, Dan Penilaian. Jurnal FIP IKIP PGRI Madiun, 2010.

Hafiz, Abdul. Pengaruh Pendekatan Matematika Realistik Terhadap Sikap Siswa dalam Pembelajaran Matematika. Jakarta: Skripsi Pendidikan Matematika, 2012.

Heruman. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010.

I Komang, Kartika. Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik Dan Penalaran Operasional Konkret Terhadap Prestasi Belajar Matematika

Siswa Sekolah Dasar Negeri 1 Semarapura Kangin, Jurnal Pasca Undiksha,

71

M, Sudirman A. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Raja Grafindo, 2011.

Nuraini. Pengaruh Pendekatan Realistik Mathematic Education (Rme) Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Pada Konsep Pengukuran Waktu, Panjang Dan Berat.Jakarta: Skripsi PGMI, 2012.

Permendiknas No.22 tahun 2006 tentang Standar Isi Mata Pelajaran Matematika, h. 15

Purniati, Tia. Matematika. Jakarta:Departemen Agama Republik Indonesia,2009

Purwanto, Ngalim. PsikologiPendidikan. Jakarta: PT Remaja Rosdakarya, 2011. Saepul, dkk. Matematika. Surabaya: Lapis PGMI, 2008.

Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Bandung: Kencana Prenada Media Group, 2006.

Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010. Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka

Cipta, 2010.

Sudjana. Metoda Statistika. Bandung:Tarsito, 2005.

Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012.

Suryabrata, Sumadi. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers, 2010.

Suwangsih, Erna dan Tiurlina. Model Pembelajaran Matematika. Bandung: UPI Press, 2006

Suryabrata, Sumadi. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006.

Suyono dan Hariyanto. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011..

Widayanti, Esti Yuli, dkk. Pembelajaran Matematika MI. Surabaya: LAPIS PGMI, 2009.

Wijaya, Ariyadi. Pendidikan Matematika Realistik Suatu Alternatif Pendekatan

Pembelajaran Matematika. Yogyakarta:Graha Ilmu, 2012.

Zulfiani, dkk. Strategi Pembelajaran Sains. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009.

Lampiran 1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) KELAS EKSPERIMEN

Nama Sekolah : MI Nurul Huda Mata Pelajaran : Matematika Kelas/Semester : IV (empat) / satu Alokasi Waktu : 2 x 35 menit

Standar Kompetensi : 2. Memahami dan menggunakan faktor dan kelipatan dalam pemecahan masalah

I. Kompetensi Dasar

2.1 Mendeskripsikan konsep faktor dan kelipatan 2.2 Menentukan kelipatan dan faktor bilangan II. Indikator

Dokumen terkait