• Tidak ada hasil yang ditemukan

C. Hasil Uji Asumsi Klasik

3. Hasil Uji Hipotesis

Tabel 4.6 merupakan hasil uji hipotesis dan koefisien dari masing- masing variabel independen.

Tabel 4.6

Hasil Uji t dan Hipotesis

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. Collinearity Statistics B Std.

Error Beta Tolerance VIF

(Constant) Percentage of Independent Commissioner Total of Director Total of Audit Commitee 65,918 8,335 1,171 ,069 7,359 9,959 ,601 1,101 ,145 ,359 ,011 8,957 ,837 1,947 ,063 ,000 ,409 ,060 ,951 0,906 0,804 0,817 1,103 1,244 1,224

Sumber: Data diolah

a. Hasil uji Hipotesis 1 (H1)

Dari tabel 4.5 di atas, hasil uji F menunjukkan bahwa untuk variabel persentase komisaris independen, jumlah dewan direksi dan jumlah komite audit secara bersama-sama mempunyai angka signifikan sebesar 0,229 lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti persentase komisaris independen, jumlah dewan direksi dan jumlah komite audit secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap good

corporate governance, dengan demikian H1 ditolak. Dengan demikian,

ketersediaan dewan komisaris independen, dewan direksi dan komite audit yang disyaratkan oleh Forum for Corporate Governance in Indonesia tidak cukup untuk menjamin berlangsungnya pelaksanaan

good corporate governance di Indonesia. Hal ini mengindikasikan

bahwa penerapan good corporate governance masih sangat sulit diterapkan di Indonesia yang sejalan dengan pernyataan yang dibuat oleh Harvarindo dalam Hendri (2007), bahwa penyebab kesulitan penerapan good corporate governance di Indonesia adalah:

(1) Praktik-praktik perusahaan yang dibiayai oleh lembaga perbankan milik kelompok usahanya sendiri dan adanya pinjaman jangka pendek dari luar negeri. Praktek perusahaan tersebut mempengaruhi exchange rate dan pinjaman yang digunakan untuk spekulasi dalam bidang usaha yang tidak menghasilkan devisa. Hal ini menyebabkan kesulitan perusahaan tersebut pada saat krisis moneter dalam mengembalikan utangnya.

(2) Dominasi pemegang saham mayoritas.

(3) Tidak efektifnya kinerja regulator dan lembaga-lembaga keuangan.

(4) Lemahnya perlindungan terhadap kreditor dan investor.

Sementara itu, Fadjriah dalam Antara News (2007), mengungkapkan bahwa penerapan tata kelola yang baik di Indonesia

saat ini masih sebagai aturan saja dan belum menjadi budaya. Sedangkan menurut Soekarman dalam Antara News (2007), penerapan tata kelola yang baik masih menjadi dogma dan belum menjadi budaya.

Menurut Daniri (2009), penerapan GCG dan pengendalian risiko di perusahaan efek di Indonesia masih di bawah standar industri perbankan. Dengan demikian, perusahaan efek di Indonesia seharusnya menerapkan konsep GCG dan manajemen risiko serta menerapkan sistem pelaporan pelanggaran (whistle-blowing system)

setara dengan industri perbankan. Selain itu, agar Good Corporate

Governance dapat efektif diterapkan dalam institusi pengelola dana,

perlu didukung dengan implementasi yang konsisten. Langkah- langkah tersebut adalah:

(1) Membuat kebijakan investasi dan menuangkannya dalam prosedur pelaksanaan.

(2) Menerapkan pengendalian internal berupa otorisasi pengembalian keputusan investasi, adanya analisis yang mendukung, serta monitoring terhadap kinerja manajer investasi dan investasi itu sendiri.

b. Hasil uji Hipotesis 2 (H2)

Dari tabel 4.6 di atas, hasil uji t menunjukkan bahwa untuk variabel persentase komisaris independen mempunyai angka signifikan sebesar 0,409 lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti persentase komisaris

independen tidak berpengaruh terhadap good corporate governance,

dengan demikian H2 ditolak. Hal ini mengindikasikan bahwa

berapapun persentase komisaris independen dalam perusahaan, maka kemungkinan pelaksanaan corporate governance di perusahaan tersebut adalah sama. Penelitian ini tidak konsisiten dengan penelitian Amirudin (2004) dan Darmawati (2006) yang menyatakan bahwa ukuran komisaris independen mempunyai hubungan positif dengan

good corporate governance. Namun, penelitian ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Wardhani (2008) yang menyatakan bahwa persentase komisaris independen tidak berpengaruh terhadap mekanisme corporate governance dalam perusahaan yang mengalami permasalahan keuangan.

Dari hasil pengujian ini, menunjukkan bahwa persentase komisaris independen tidak berpengaruh terhadap good corporate governance. Hal ini berarti keberadaan komisaris independen di Indonesia kurang berjalan efektif sehingga gagal menciptakan good corporate

governance. Hasil ini menjelaskan bahwa keberadaan komisaris

independen dalam suatu perusahaan hanya bersifat retorik dan hanya untuk memenuhi regulasi yang ada dan keberadaan komisaris independen ini tidak dapat meningkatkan efektifitas monitoring yang dijalankan oleh komisaris kepada dewan direksi dalam menjalankan operasional perusahaan.

Perusahaan membentuk komisaris independen hanya untuk mematuhi peraturan yang dibuat oleh badan regulasi. Selain itu, besarnya persentase komisaris independen di suatu Perusahaan hanyalah simbol dari suatu kelompok pemegang saham yang memiliki pengaruh dan kekuasaan yang sedikit. Hal ini akan berpengaruh dalam pengambilan keputusan yang selalu didominasi oleh komisaris dari pihak pemegang saham mayoritas.

c. Hasil uji Hipotesis 3 (H3)

Hasil pengujian untuk variabel jumlah dewan direksi mempunyai angka signifikan sebesar 0,060 lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti jumlah Dewan Direksi tidak berpengaruh terhadap good corperate

governance, dengan demikian H3 ditolak. Hal ini mengindikasikan

bahwa berapapun jumlah dewan direksi yang dimiliki perusahaan, maka kemungkinan pelaksanaan corporate governance di perusahaan tersebut adalah sama.

Dewan Direksi yang merupakan bagian integral dari manajemen cendrung bertindak untuk melindungi kepentingan manajemen. Dengan demikian, Dewan direksi sebenarnya bertugas menjaga manajemen Perusahaan bekerja dengan benar dan berperan dalam pelaksanaan good corperate governance, namun kenyataannya peranan ini sangat sulit dilaksanakan. Menurut Wikipedia (2007), dalam sejumlah skandal Perusahaan, beberapa di antaranya diketahui bahwa dewan direksi tidak mengetahui aktivitas para manajer yang

mereka rekrut dan kebenaran atas laporan keuangan Perusahaan. Selain itu, dewan Direksi cendrung melindungi kepentingan manajemen karena Dewan Direksi merupakan bagian integral dari manajemen tersebut.

d. Hasil uji Hipotesis 4 (H4)

Hasil pengujian untuk variabel jumlah komite audit mempunyai tingkat signifikan sebesar 0,951 lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti jumlah komite audit tidak berpengaruh terhadap good corperate

governance, dengan demikian H4 ditolak. Hal ini mengindikasikan

bahwa berapapun jumlah komite audit yang dimiliki perusahaan, maka kemungkinan pelaksanaan corporate governance di perusahaan tersebut adalah sama.

Hal ini berarti keberadaan komite audit di Indonesia kurang berjalan efektif sehingga gagal menciptakan good corporate

governance. Perusahaan membentuk komite audit hanya untuk

mematuhi peraturan dari BAPEPAM dan hanya dijadikan sebuah simbol .yang menyatakan bahwa perusahaan telah melaksanakan good

corperate governance. Selain itu, ketersediaan komite audit yang

disyaratkan oleh Forum for Corporate Governance ternyata tidak cukup untuk menjamin pelaksanaan good corporate governance di Indonesia.

BAB V

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa pengaruh dewan komisaris, dewan direksi dan komite audit terhadap good corporate governance. Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan yang telah dilakukan terhadap tiga hipotesa yang telah diuji dengan menggunakan analisis regresi berganda, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

a. Persentase dewan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap good

corporate governance.

b. Jumlah komite audit tidak berpengaruh terhadap good corporate governance.

c. Jumlah dewan direksi tidak berpengaruh terhadap good corporate governance.

B. Implikasi

1. Dewan direksi seharusnya memiliki visi yang jelas dalam meningkatkan nilai suatu perusahaannya di mata stakeholder. Para stakeholder akan meningkatkan peranannya dalam perusahaan jika perusahaan tersebut bermanfaat dan menguntungkan bagi mereka. Upaya perusahaan dalam peningkatan kualitas

corporate governance adalah salah satu jaminan bahwa perusahaan

menguntungkan dan bermanfaat bagi stakeholder. Hal ini dapat dilihat dalam penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Almilia dan Sifa (2006) bahwa dengan

adanya pengaruh positif corporate governance (dalam hal ini diukur dengan pengumuman CGPI) terhadap reaksi pasar di Bursa Efek Jakarta,

2. Dewan komisaris seharusnya memiliki peran yang lebih aktif dan independen dalam tugasnya mengawasi kinerja manajemen. Sehingga, penyimpangan yang dilakukan oleh manajemen dapat dicegah dan amanat para pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham untuk meningkatkan nilai perusahaan dapat terlaksana.

3. Komite audit seharusnya dapat bertindak independen dan profesional. Lingkup kerja komite audit yang bersinggungan dengan manajemen dapat mempengaruhi sikap profesional dan independensi komite audit. Perannnya yang sangat vital dalam menjaga kualitas corporate governance terlihat dalam hal peningkatan kualitas laporan keuangan dan peningkatan efektivitas internal audit dan eksternal audit. Hal ini berbeda dari hasil penelitian, komite audit tidak memiliki pengaruh dalam pelaksanaan corporate governance pada perusahaan-perusahaan di Indonesia. Hal ini mengindikasikan bahwa komite audit tidak memiliki peranan yang maksimal terhadap pelaksanaan corporate governance di Indonesia.

4. Pemerintah dalam hal ini BAPEPAM-LK, Otoritas BEI dan Departemen Keuangan, seharusnya serius melakukan pembenahan yang terjadi dalam pelaksanaan good corporate governance di Indonesia. Dari hasil penelitian, dapat diketahui bahwa komponen good corporate governance (dewan komisaris, dewan direksi dan komite audit) tidak memiliki pengaruh yang signifikan dalam pelaksanaan good corporate governance. Salah satu hal yang harus dilakukan Pemerintah adalah memperketat peraturan pembentukan komponen corporate

governance tersebut agar tujuan pelaksaaan good corporate governance dapat dirasakan. Selama ini, yang dilakukan para pelaku usaha hanya sebatas memenuhi kewajiban pembentukan komponen corporate governance tanpa mempedulikan keefektifan komponen corporate governance tersebut dalam menjamin pelaksanaan good corporate governance.

5. Untuk mengantisipasi terulangnya kembali krisis moneter, semua pihak hendaknya memiliki kesadaran akan arti pentingnya pelaksanaan good corporate

governance. Salah satu unsur penting dalam corporate governance adalah adanya

keterbukaan. Para pemegang saham dapat dengan mudah tertipu oleh laporan keuangan yang diterbitkan oleh para emiten yang telah melakukan manipulasi. Dengan adanya corporate governance, Perusahaan meningkatkan nilainya di mata para pemegang saham dengan meningkatnya keyakinan bahwa laporan keuangan yang diterbitkan oleh emiten adalah benar. Dengan demikian, para pemegang saham merasa aman dan melakukan transaksi yang akan meningkatkan pasar saham di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Almilia, Luciana Spica dan Sifa, Lailul. Reaksi Pasar Publikasi Corporate Governance Perception Index Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta.

Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang. Artikel diakses tanggal 30 September 2007, dari https://info.perbanasinstitute.ac.id/makalah/K- AKPM10.pdf?PHPSESSID=b2ebd7a6cd028153fc5ed81e250636e8

Amirudin, Badriyah Rifai. Peran Komisaris Independen dalam Mewujudkan Good

Corporate Governance di Tubuh Perusahaan Publik. Pendidikan Network Maju

Tak Gentar Membela Yang Benar: Artikel diakses tanggal 6 September 2007 dari http://researchengines.com/badriyahamirudin.html

ASX. Principles of Good Corporate Governance and Best Practice Recommendations.

Artikel diakses tanggal 3 September 2007 dari http://asx.com.au/ListingRules /.../gn09a_corporate_governance_principles.pdf

Center for Good Corporate Governance. Good Corporate Governance. Artikel diakses tanggal 13 Agustus 2007 http:0//cgcg.or.kr/cgcg/cgcgmain/html_en/index.htm

. Membangun Tatakelola Perusahaan Menurut Prinsip-Prinsip GCG.

Artikel diakses tanggal 16 Mei 2007 dari http://businessenvironment.wordpress.com/2007/04/30/membangun-tatakelola- perusahaan-menurut-prinsip-prinsip-gcg/

Chandra, Aditiawan. Perlunya Komisaris Independen Dalam Mewujudkan Good

Corporate Governance di Korporasi. Artikel diakses tanggal 17 September

2007 dari http://businessenvironment.wordpress.com/2006/10/18/perlunya- komisaris-independen-dalam-mewujudkan-good-corporate-governance-di- korporasi/

Daniri, Mas Achmad. Penerapan Good Corporate Governance Bagi Perusahaan Efek. Artikel diambil dari Harian Tempo tanggal 17 Maret 2009.

Darmawati, Deni. Pengaruh Karakteristik Perusahaan Dan Faktor Regulasi Terhadap

Kualitas Implementasi Corporate Governance. Simposium Nasional Akuntansi 9

Padang. Artikel diakses tanggal 30 September 2007 dari https://info.perbanasinstitute.ac.id/makalah/K-AKPM05.pdf?PHPSESSID=b2ebd 7a6cd028153fc5ed81e250636e8

Dewi, Monika. Pengaruh Leverage Perusahaan, Ukuran Perusahaan, dan Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba (Studi Kasus Perusahaan Manufaktur

Yang Listing di BEJ). Artikel diakses tanggal 12 Desember 2007 dari

/dspace/bitstream/123456789/281/1/RBFE.0304.pdf+pengukuran+corporate+gov ernance&hl=id&ct=clnk&cd=12&gl=id&client=firefox-a

Encycogov. Artikel diakses tanggal 3 September 2007 dari

What is corporate governance? http://www.encycogov.com/WhatIsGorpGov.a

sp

Fadjriah, Siti. Enam Puluh Sembilan Persen Saham Langgar Good Corporate Governance. Artikel diambil dari http://www.antara.co.id/arc/2007/10/25/69- persen-bank-langgar-good-corporate-governance/ tanggal 25 Oktober 2007

Forum for Corporate Governance in Indonesia. Seri Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance) Jilid II: Peranan Dewan Komisaris dan Komite Audit dalam

Pelaksanaan Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan). Artikel diakses

tanggal 13 Agustus 2007 dari http://www.fcgi.or.id

Hendri, Irfani. 2007. Perilaku Organisasi. Artikel diakses tanggal 30 Desember 2007 dari www.irfanihendri.com

Indriantoro, Nur dan Supomo, Bambang. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis: Untuk

Akuntansi & Manajemen. Jakarta: BPFE

Indonesian Institute for Corporate Governance. Corporate Governance Perception Index:

Komitmen Menegakkan GCG. Artikel diakses tanggal

8 OKtober 2007 dari www.cgpi.com

Ikatan Komite Audit Indonesia. Daftar / Referensi Beberapa Anggota Komite Audit Yang

Tergabung dalam IKAI. Artikel diakses tanggal 17 September 2007 dari

http://komiteaudit.org/komite.htm

Komisi Pemberantasan Korupsi. Pelaksanaan Good Corporate Governance. Artikel diakses tanggal 13 Agustus 2007 dari http://www .kpk.go.id/modules/edito/print.php?id=27

Krismatono, Dadi. 2002. Tantantangan Menguantifikasi Proses. SWA 23/XVIII/ 5-17 NOVEMBER 2002

McRitchie, James. Corporate Governance. Artikel diakses tanggal 18 September 2007 dari http://corpgov.net/library/definitions.html

Mulyana, Imam. Good Corporate Governance. Artikel diakses tanggal 13 Agustus 2008 dari http://id.shvoong.com/books/management- literature/1658624-good-corporate-governance/

Nugroho, Bhuono Agung. 2005. Strategi Jitu Memilih metode Statistik Penelitian dengan SPSS. Yogyakarta: Andi

Organisation For Economic Co-Operation And Development. OECD Principles Of

Corporate Governance. Artikel diakses tanggal 6 September 2007 dari

http://www.oecd.org/dataoecd/32/18/31557724.pdf

Said, Sudirman. Enron dan Akuntan Publik. Artikel diakses tanggal 3 September 2007 dari www.transparansi.or.id/artikel/artikel_bp/artikel_ss/artikel_ss_2002_1.pdf+ Rekayasa+Keuangan&hl=id&ct=clnk&cd=26&gl=id&client=firefox-a

Soekarman, Widigdo. Enam Puluh Sembilan Persen Saham Langgar Good Corporate Governance. Artikel diambil dari http://www.antara.co.id/arc/2007/10/25/69- persen-bank-langgar-good-corporate-governance/ tanggal 25 Oktober 2007

Sulistyanto, Sri. Good Corporate Governance: Bisakah Meningkatkan Kepercayaan

Masyarakat? Artikel diakses tanggal 30 September 2007 dari Pendidikan

Network: http://artikel.us/hsulistyanto4.html

Sulistyanto, Sri dan Wibisono, Haris. Good Corporate Governance: Berhasilkah

Diterapkan di Indonesia? Artikel diakses tanggal 30 September 2007 dari

Pendidikan Network: http://artikel.us/hsulistyanto3.html

Syakhroza, Akhmad. Best Practices Corporate Governance Dalam Konteks Kondisi

Lokal Perbankan Indonesia Artikel diakses tanggal 30 September 2007 dari

http://muhariefeffendi.files.wordpress.com/2007/11/file26-xxxii-juni-2003- lmfeui.pdf

Santoso, S. 2001. Buku Latihan SPSS: Statistik Parametrik. PT Elex Media Komputindo, Kelompok Gramedia-Jakarta.

Schwieger dan Rottenberg. 2003. Auditing: The Concept for Changing Environment. Ohio: Thompson South Western.

The Institute of Internal Auditors, Internal Auditing and the Audit Committee. Working

Together Towards Common Goals. Artikel diakses tanggal 12 Desember 2007

dari http://www.google.com/search?q=cache:dgMtLTxHo1QJ:dspace.fe.unibraw. ac.id/dspace/bitstream/123456789/281/1/RBFE.0304.pdf

Wardhani, Ratna. Mekanisme Corporate Governance Dalam Perusahaan Yang

Mengalami Permasalahan Keuangan (Financially Distressed Firms). Artikel

diakses pada tanggal 27 November dari https://info.perbanasinstitute.ac.id/makalah/K-AKPM02.pdf?PHPSESSID=b2ebd 7a6cd028153fc5ed81e250636e8

Wikipedia. Tata kelola perusahaan. Artikel diakses tanggal 13 Agustus 2007 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Tata_kelola_perusahaan

Wikipedia. Corporate governance. Artikel diakses tanggal 13 Agustus 2007 dari http:// en.wikipedia.org/wiki/corporate_governance

Dokumen terkait