PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
4. Hasil Uji Hipotesis
a. Pengujian Hipotesis Regresi Sederhana
1) Komitmen Profesional Auditor (X1) Berpengaruh terhadap Intensi
Melakukan Whistleblowing (Y) a) Uji Koefisien Determinasi
Berikut ini, disajikan hasil uji koefisien determinasi untuk variabel X1 dan Y.
Tabel 4.15
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) Variabel Y dan X1
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate 1 ,397a ,158 ,145 7,493 a. Predictors: (Constant), TKP b. Dependent Variable: TWB
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.15 menunjukkan nilai adjusted R2 sebesar 0,145. Hal ini menandakan bahwa variasi variabel komitmen profesional hanya bisa menjelaskan 14,5% variasi variabel intensi melakukan whistleblowing. Sedangkan sisanya, yaitu 85,5% dijelaskan oleh sebab-sebab lain di luar model, seperti pertimbangan etis, sikap, norma subyektif dan persepsi kontrol perilaku (Niyaratih, 2013).
75 b) Uji Statistik Parameter Individual (Uji t Statistik)
Berikut ini disajikan hasil uji signifikansi parameter individual untuk variabel Y dan X1.
Tabel 4.16
Hasil Uji Statistik t Variabel Y dan X1
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 42,609 7,028 6,063 ,000 TKP ,628 ,176 ,397 3,569 ,001 a. Dependent Variable: TWB
Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.16 maka dapat diperoleh model persamaan regresi sebagai berikut:
X1 = Komitmen Profesional Auditor Y = Intensi Melakukan Whistleblowing
Tabel 4.16 menunjukkan bahwa komitmen profesional secara individual berpengaruh terhadap variabel intensi melakukan whistleblowing, yang mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,001 lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti menerima H1 bahwa komitmen profesional auditor
berpengaruh terhadap intensi melakukan whistleblowing.
76 b. Pengujian Hipotesis Regresi Moderate Uji Interaksi
Uji interaksi atau sering disebut dengan Moderated Regression
Analysis (MRA) merupakan aplikasi khusus regresi berganda linier
dimana dalam persamaan regresinya mengandung unsur interaksi (Ghozali, 2011).
1) Interaksi Retaliasi (X2) Memoderasi Komitmen Profesional (X1)
Terhadap Intensitas Melakukan Whistleblowing (Y) a) Uji koefisien determinasi
Berikut ini disajikan hasil uji koefisien determinasi untuk variabel Y, X1, dan X2.
Tabel 4.17
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) Variabel Y, X1, dan X2
T
Tabel 4.18 menunjukkan variasi komitmen profesional auditor dan moderasi TRT dapat menjelaskan 15,3% variasi intensi melakukan whistleblowing. Sisanya 84,7% dijelaskan oleh sebab-sebab lain di luar model, seperti pertimbangan etis, sikap, norma subyektif dan persepsi kontrol perilaku (Niyaratih, 2013).
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the Estimate
1 ,435a ,190 ,153 7,461
a. Predictors: (Constant), moderate_TRT, TKP, TRT b. Dependent Variable: TWB
77 b) Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t Statistik)
Tabel 4.19 berikut ini disajikan hasil uji statistik t terhadap variabel Y, X1, dan X2.
Tabel 4.18
Hasil Uji Statistik t Variabel Y, X1, dan X2
Dependent Variable: TWB
Sumber: Data primer diolah
Tabel diatas menunjukkan bahwa variabel komitmen profesional auditor mempunyai tingkat signifikansi 0,552. Variabel retaliasi mempunyai signifikansi 0,172. Hal ini berarti, komitmen profesional auditor dan retaliasi tidak berpengaruh secara individual terhadap intensi melakukan
whistleblowing, karena nilai signifikansinya lebih besar dari
0,05. Dan variabel moderasi TRT mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,199. Hasil tersebut menolak H2 sehingga dapat dikatakan bahwa retaliasi tidak bisa menjadi variabel moderating antara komitmen profesional auditor dengan intensi melakukan whistleblowing.
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 95,666 40,079 2,387 ,020 TKP -,593 ,992 -,375 -,598 ,552 TRT -1,768 1,279 -1,669 -1,382 ,172 moderate_TRT ,041 ,031 1,931 1,297 ,199
78 Berdasarkan tabel 4.18 maka dapat diperoleh model persamaan regresi sebagai berikut:
Keterangan:
X1 = Komitmen Profesional Auditor
X2 = Retaliasi
X1X2 = Variabel perkalian antara komitmen profesional
auditor dengan retaliasi yang menggambarkan pengaruh variabel moderating retaliasi terhadap hubungan antara komitmen profesional auditor dengan intensi melakukan whistleblowing
Y = Intensi Melakukan Whistleblowing
C. Pembahasan
1. Pengaruh komitmen profesional terhadap intensi melakukan
whistleblwoing.
Hasil uji hipotesis H1 menunjukkan bahwa komitmen
profesional berpengaruh terhadap intensi melakukan whistleblowing. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat komitmen profesional auditor, semakin tinggi pula intensi melakukan
whistleblowing. Hasil uji menunjukkan bahwa variabel komitmen
profesional mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,001 < 0,05, Y = 95,666 – 0,593X1 – 1,768X2 + 0,041X1X2 + 40,079
79 sehingga dapat dikatakan bahwa komitmen profesional berpengaruh terhadap intensi melakukan whistleblowing dan artinya H1 dapat diterima. Hasil pengujian ini menggambarkan bahwa auditor yang mempunyai komitmen profesional yang tinggi akan meningkatkan intensi melakukan whistleblowing.
Komitmen profesional didefinisikan sebagai kesukaan yang dibentuk oleh seseorang terhadap profesinya (Aranya et al., 1982 dalam Elias, 2008). Seseorang yang berkomitmen profesi mempercayai dan menerima tujuan profesi serta berkeinginan untuk melakukan berbagai upaya demi mencapai tujuan profesi tanpa diminta. Karena rasa cinta terhadap profesi yang tinggi, auditor internal pemerintah akan mengungkapkan kecurangan yang dia temukan. Dan intensi dalam mengungkapkan kecurangan tersebut akan semakin tinggi. Hal tersebut selaras dengan apa yang menjadi peraturan bagi auditor dan apa yang sudah menjadi tanggung jawab bagi auditor internal pemerintah. Tanggung jawab auditor internal pemerintah sangat tinggi, karena mereka bekerja untuk memajukan negara dan demi kepentingan masyarakat luas. Hal ini juga diungkapkan oleh Sorensen dan Sorensen (Kaplan dan Whitecotton, 2001) bahwa komitmen profesi merupakan bentuk dedikasi terhadap profesi dan karir profesional serta penerimaan etika-etika profesi dan tujuan organisasi.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Malik (2010) dan Elias (2008) yang menyatakan bahwa tingkat
80 komitmen yang dimiliki oleh mahasiswa akuntansi berpengaruh positif terhadap persepsi mereka akan pentingnya whistleblowing dan keinginannya untuk melakukan whistleblowing, serta penelitian yang dilakukan oleh Sagara (2013) yang menunjukkan bahwa profesionalisme internal auditor dimensi tuntutan untuk mandiri berpengaruh positif terhadap intensi melakukan whistleblowing. Penelitian ini juga mendukung penelitian yang dilakukan oleh Kaplan dan Whitecotton (2001) dan Taylor dan Curtis (2010).
2. Pengaruh interaksi antara komitmen profesional auditor dengan retaliasi terhadap intensi melakukan whistleblowing.
Analisis uji interaksi komitmen profesional, retaliasi, dan moderasi TRT mampu menjelaskan 15,3% variasi variabel intensi melakukan whistleblowing. Variabel moderasi TRT menunjukkan tingkat signifikansi sebesar 0,199 >0,05, hal ini menandakan bahwa retaliasi tidak bisa menjadi variabel moderating antara komitmen profesional dengan intensi melakukan whistleblowing, yang artinya menolak H2.
Komitmen profesional mengacu pada kekuatan identifikasi individual dengan profesi. Individual dengan komitmen profesi yang tinggi dikarakterkan memiliki kepercayaan dan penerimaan yang tinggi dalam tujuan profesi, keinginan untuk berusaha sekuatnya atas nama profesi dan keinginan yang kuat untuk mempertahankan keanggotaannya dalam profesi (Mowday et al., 1979) dalam Faisal
81 (2007). Auditor yang cinta dengan profesinya akan melakukan tindakan yang selaras dengan apa yang menjadi tugas dari auditor. Apalagi auditor internal pemerintah yang bekerja untuk kepentingan bangsa dan negara. Mereka akan tunduk terhadap peraturan yang berlaku. Salah satunya adalah dengan mengungkapkan kebenaran dari kecurangan yang dia temukan, walaupun akan ada akibat yang ditimbulkan dari tindakannya tersebut. Menurut Faisal (2007) secara khusus, komitmen profesi yang tinggi seharusnya mendorong auditor ke perilaku yang sesuai dengan kepentingan publik dan menjauh dari perilaku yang membahayakan profesi. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa dengan adanya retaliasi tidak mempengaruhi komitmen profesional auditor untuk melakukan whistleblowing.
Penelitian ini mendukung penelitian dari Liyanarachchi dan Newdick (2009) yang menyatakan bahwa kekuatan retaliasi tidak mampu memoderasi hubungan antara komitmen profesional dengan intensi melakukan whistleblowing. Tetapi hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mesmer-Magnus dan Viswesvaran (2005) yang menyatakan bahwa retaliasi berhubungan negatif dengan intensi melakukan whistleblowing. Dan juga bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Near et al. (2004), yang menyatakan bahwa tipe kesalahan berpengaruh signifikan terhadap retaliasi.
82 Gagalnya penelitian yang mendukung hipotesis, mungkin disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, responden kurang teliti dan memahami dalam membaca setiap pertanyaan yang diajukan dalam variabel ini. Auditor yang sedang dalam penugasan audit sangat sibuk sehingga kurangnya waktu auditor untuk memahami dan membaca setiap pertanyaan yang ada. Kedua, kemungkinan responden belum pernah mengalami retaliasi secara langsung, sehingga belum mampu menjawab pertanyaan secara tepat. Ketiga, belum adanya perlindungan yang resmi terhadap whistleblower. Walaupun sudah ada Undang-Undang mengenai saksi dan korban, yaitu Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006. Akan tetapi Undang-Undang tersebut masih memerlukan revisi, dimana di dalamnya terdapat secara tegas menyebutkan peraturan yang mengatur perlindungan whistleblower. Hal ini akan membuat whistleblower enggan untuk mengungkapkan kecurangan yang dia temukan.
83 BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komitmen profesional auditor terhadap intensi melakukan whistleblowing dengan retaliasi sebagai variabel moderating. Responden penelitian ini berjumlah 70 auditor internal pemerintah yang bekerja di 3 Inspektorat Jenderal Kemeterian, yaitu Kementerian Agama RI, Kementerian Komunikasi dan Informatika RI, dan Kementerian Keuangan RI. Berdasarkan pada data yang telah dikumpulkan dan hasil pengujian yang telah dilakukan terhadap permasalahan dengan menggunakan model regresi berganda dan model regresi moderate uji interaksi, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan uji analisis regresi sederhana, komitmen profesional auditor berpengaruh terhadap intensi melakukan whistleblowing. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Kaplan dan Whitecotton (2001), Elias (2008), Malik (2010), Taylor dan Curtis (2010), dan Sagara (2013).
2. Berdasarkan uji analisis Moderated Regression Analysis (MRA), Retaliasi tidak memoderasi komitmen profesional auditor terhadap intensi melakukan whistleblowing. Hal ini dapat dijelaskan oleh besarnya tingkat sifnifikansi variabel moderating sebesar 0,199. Hasil
84 penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Liyanarachchi dan Newdick (2009) yang menyatakan bahwa kekuatan retaliasi tidak mampu memoderasi hubungan antara moral reasoning
dengan intensi melakukan whistleblowing.
B. Saran
Saran-saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya, adalah sebagai berikut:
1. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambahkan variabel lainnya, seperti pemberian reward, moral reasoning, kepastian perlindungan hukum yang akan diterima oleh whistleblower.
2. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah jumlah sampel dan memperluas wilayah sampel penelitian, bukan hanya di tiga inspektorat jenderal kementerian saja, tetapi di kementerian lain dan lembaga-lembaga lain, seperti BPK dan KPK.
3. Penelitian selanjutnya agar dapat memperhatikan waktu penelitian. Waktu penelitian diharapkan tidak dilakukan pada waktu sibuk auditor. Sehingga tingkat pengembalian (respon rate) kuesioner dapat lebih tinggi, dan mendapatkan hasil yang lebih akurat.
85 DAFTAR PUSTAKA
Ayers, Susan, Steven E. Kaplan, “Wrongdoing by Consultants: An Examination of Employees’ Reporting Intentions”, Journal of Business Ethics, Vol. 57, No. 2, pp. 121-137, 2005.
Agoes, Sukrisno, “Auditing Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan
Publik 2”, Salemba Empat, Jakarta, 2012.
Boynton, William C, Raymond N. Johnson, Walter G. Kell, “Modern Auditing: Assurance Services and The Intregity of Financial Reporting”, 8th edition, John Wiley&Sons Inc, United States of America, 2006.
Buchan, Howard F, “Ethical Decision Making in the Public Accounting Profession: An Extension of Ajzen’s Theory of Planned Behavior”, Journal of Business Ethics, 61, 165-181, 2005.
Chiu, Randy K, “Ethical Judgement, Locus of Control, and Whistleblowing
Intention: A Case Study of Mainland Chinese MBA Students”, Managerial Auditing Journal, 17, 581-587, 2002.
Dalton, Derek, dan Robin R. Radtke, “The Joint Effects of Machiavellianism and
Ethical Environment on Whistle-Blowing”, Journal of Business Ethics,
117, 153-172, 2013.
Elias, Rafik, “Auditing Students’ Professional Commitment and Anticipatory socialization and Their Relationship to Whistleblowing”, Managerial Auditing Journal, Vol. 23, No. 3, pp. 283-294, 2008.
Hall, Matthew, Smith David, Langfield-Smith Kim, “Accountants’ Commitment
to Their Profession: Multiple Dimensions of Professional Commitment and
Opportunuties for Future Research”. Behavioural Research in Accounting, pg. 89, 2005.
Hamid, Abdul, “Buku Panduan Penulisan Skripsi”, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2012.
86 Imam Ghozali, “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19”,
Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2011.
Indriantoro dan Supomo, “Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan
Manajemen”, Edisi Pertama Cetakan Kedua, BPFE Yogyakarta, Yogyakarta, 2002.
Jalil, Fitri Yani, “Pengaruh Komitmen Profesional Auditor terhadap Intensi
Melakukan Whistleblowing: Locus of Control sebagai Variabel
Pemoderasi”, Simposium Nasional Akuntansi Manado XVI, 2013.
Kaplan, S.E. dan Joseph J. Schultz, “Intentions to Report Questionable Acts: An
Examination on the Influence of Anonymous Reporting Channel, Internal
Audit Quality, and Setting”, Journal of Business Ethics, Vol. 71, pp. 109-124, 2007.
Kaplan, S.E. dan S.M. Whitecotton, “An Examination of Auditor’s Reporting Intentions when Another Auditor is offered Client Employment”, Auditing:
A Journal of Practice & Theory, Vol. 20, No. 1, pp. 45-63, 2001.
Liyanarachchi, Gregory dan Chris Newdick, “The Impact of Moral Reasoning
and Retaliation on Whistle-Blowing: New Zealand Evidence”, Journal of
Business Ethics, 89, 39-57, 2009.
Marcia P. Miceli dan Janet P. Near, “The Relationships among Beliefs,
Organizational Position, and Whistle-Blowing Status: Adiscriminant
Analysis”, The Academy of Management Journal, Vol. 27, No. 4, pp. 687-705, Desember 1984.
Marcia P. Miceli dan Janet P. Near, “Whistleblowing: Reaping the Benefits”, The Academy of Management Executive (1993-2005), Vol. 8, No. 3, pp. 65-72, Agustus 1994.
Mesmer-Magnus, Jessica R dan Chockalingam Viswesvaran, “Whistleblowing in
Organizations: An Examination of Correlates of Whistleblowing
Intentions, Actions, and Retaliation”, Journal of Business Ethics, 62:277-297, 2005.
87 Near, J.P., dan M.P. Miceli, “Effective Whistle-Blowing”, The Academy of
Management Review, Vol. 20, No. 3, pp. 679-708, Juli 1995.
Near, J.P., dan M.P. Miceli, “Organizational Dissidence: The Case of Whistle
-Blowing”, Journal of Business Ethics, Vol. 4, No. 1, pp. 1–16, 1985.
Near, J.P., Michael T. Regh, James R. Van Scotter, dan M.P. Miceli, “Does Type of Wrongdoing Affect the Whistleblowing Process”, Business Ethics Quarterly, Vol. 14, Issue 2, pp. 219-242, 2004.
Near, J.P., Terry Morehead Dworkin, dan M.P. Miceli, “Explaining the Whistle
-Blowing Process: Suggestions From Power Theory and Justice Theory”, Organization Science, Vol. 4, No. 3, 1993.
Niyaratih, Daivitri, “Pengaruh Pertimbangan Etis dan Komponen Perilaku Terencana pada Niat Whistleblowing Internal dengan Locus of Control
sebagai Variabel Pemoderasi”, Tesis Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2013.
Park, Heungsik, John Blenkinsopp, dan Myongsik Park, “The Influence of an
Observer’s Value Orientation and Personality Type on Attitudes Toward
Whistleblowing”, Journal Business Ethics, 120, 121-129, 2014.
Parmerlee, Near, dan Jensen. “Correlates of Whistle-Blowers' Perceptions of
Organizational Retaliation”, Administrative Science Quarterly, Vol. 27 No. 1, pp. 17-34, Maret 1982.
Rahayu, Dyah Sih, dan Faisal, “Pengaruh Komitmen Atas Respon Auditor Atas Tekanan Sosial: Sebuah Eksperimen”, JAAI Vol. 9, No. 1, JUNI, 2005.
Rehg Michael T., Marcia P. Miceli, Janet P. Near dan James R. Van Scotter,
“Antecedents and Outcomes of Retaliation against Whistleblowers: Gender Differences and Power Relationships”, Organization Science, Vol. 19, No. 2, pp. 221-240, Maret – April 2008.
88 Restuningdiah, Nurika, “Pengaruh Komitmen Profesional terhadap Kepuasan Kerja Akuntan Pendidik melalui Komitmen Organisasional”, Jurnal Ekonomi Bisnis, Vol. 14, No. 3, November 2009.
Robinson, Shani N, Jesse C. Robertson, dan Mary B. Curtis, “The Effect of Contextual and Wrongdoing Attributes on Organizational Employees’ Whistleblowing Intentions Following Fraud”, Journal of Business, 106, 213-227, 2012.
Rufus, Robert J, “Whistleblowers: Truth, Justice, and the American Way”, Journal of Applied Management and Entrepreneurship, Vol. 9, No. 4, 2004.
Sagara, Yusar, “Profesionalisme Internal Auditor dan Intensi Melakukan
Whistleblowing”, Jurnal Liquidity, Vol.2, No.1, Hal. 34-44, Januari-Juni 2013.
Sawyer, Lawrence B. 2005. “Internal Auditing Buku I Edisi 5”. Jakarta: Salemba Empat.
Schultz, J.J., dan Karen L. Hooks, “The Effect of Relationship and Reward on
Reports of Wrongdoing”, A Journal of Practice & Theory, Vol. 17, No. 2, 1998.
Semendawai, Abdul Haris dkk, “Memahami Whistleblower”, Edisi Pertama, Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK), Jakarta, 2011.
Singer, Ming, Sarah Mitchell, dan Julie Turner, “Consideration of Moral Intensity
in Ethicality Judgements: Its Relationship with Wishtle-blowing and Need-for-Cognition”, Journal of Business Ethics, 17, 527-541, 1998.
Singgih, Santoso, “Buku Latihan Statistik Parametrik”, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta, 2004.
Sugianto, Abdul Hamid Habbe dan Tawakkal, “Hubungan Orientasi Etika, Komitmen Profesional, Sensitivitas Etis dengan Whistleblowing Perspektif
Mahasiswa Akuntansi”, Tesis, Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, 2011.
89 Sugiyono, “Statistika untuk Penelitian”, Penerbit Alfabeta, Bandung, 2010.
Tandiontong, Mathius, “Komitmen Profesi Akuntan dan Komitmen Kantor Akuntan Publik Determinan terhadap Kualitas Audit”, Simposium Nasional Akuntansi XVI Manado, 2013.
Taylor, Eileen Z, dan Mary B. Curtis, “An Examination of the Layers of
Workplace Influence in Ethical Judgment: Whistleblowing Likelihood and
Perseverance in Public Accounting”, Journal of Business Ethics, 93, pp. 21-37, 2010.
Taylor, Eileen Z, dan Mary B. Curtis, “Whistleblowing in Public Accounting:
Influence of Identity Disclosure, Situasional Context, and Personal
Characteristics”, API Volume Nine, 2009.
Tranggono, Rahadyan Probo dan Andika Kartika, “Pengaruh Komitmen Organisasional dan Profesional terhadap Kepuasan Kerja Auditor dengan
Motivasi sebagai Variabel Intervening”, Jurnal Bisnis dan Ekonomi, Vol. 15, No. 1, Maret 2008.
Utami, Intiyas dan Yefta Andi Kus Noegroho, “Pengaruh Locus of Control,
Komitmen Profesional, Pengalaman Audit terhadap Perilaku Akuntan Publik dalam Konflik Audit dengan Kesadaran Etis Sebagai Variabel
Pemoderasi”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Vol. 4 No. 2 hal. 193-210, Desember 2007.
Widayati, Lidya Suryani, “Peran Whistleblower dalam Pengungkapan Kasus
Suap Pegawai Pajak”, ISSN, Vol. IV, No. 14, 2012.
Zhang, Julia, Randy Chiu, dan Liqun Wei, “Decision-Making Process of Internal
Whistleblowing Behavior in China: Empirical Evidence and Implication”, Journal of Business, 88, 25-41, 2009.
90