• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil uji persamaan 3: Harga Jual Domestik (PD)

HASIL DAN PEMBAHASAN

3. Hasil uji persamaan 3: Harga Jual Domestik (PD)

Persamaan ketiga adalah persamaan yang digunakan untuk mengetahui secara simultan terhadap harga jual domestik. Berdasarkan hasil output eviews dengan model Two-Stage Least Squares:

Tabel 4.14. Hasil Uji Persamaan Harga Jual Domestik (P)

LOG(PD) = -32,368 - 0,880 LOG(PE) + 3,826 LOG(QT) - 0,381 LOG(K) t-Statistic (-2,739)** (-1,666) (3,348)** (-1,167)

R² = 0,771

Berdasarkan hasil estimasi di atas diketahui bahwa R2 sebesar 0,771 yang bermakna bahwa variabel harga jual ekspor, total produksi dan kurs mampu menjelaskan variasi harga jual CPO Sumatera Utara di pasar domestik sebesar 77,1 persen dan sisanya sebesar 22,9 persen dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model estimasi.

Berdasarkan hasil estimasi diperoleh nilai probabilitas t-hitung yang menunjukkan bahwa hanya terdapat 1 variabel yang secara signifikan mempengaruhi harga jual domestik yaitu total produksi sedangkan harga jual

ekspor dan kurs tidak signifikan pengaruhnya terhadap harga jual CPO Sumatera Utara di pasar domestik. Variabel total produksi memiliki nilai t-hitung sebesar 3,348 dengan nilai probabilitas yang lebih kecil dari  = 0,05 sehingga total produksi berpengaruh signifikan terhadap harga jual domestik. Sedangkan variabel harga jual ekspor dan kurs memiliki nilai probabilitas yang lebih besar dari  = 0,05 sehingga harga jual luar negeri dan kurs tidak berpengaruh signifikan terhadap harga jual domestik.

Berdasarkan hasil regresi diketahui bahwa koefisien regresi untuk kurs sebesar -0,381 mengandung arti bahwa bila dollar menguat 1 persen terhadap rupiah maka harga jual domestik akan menurun sebesar 0,381 persen, ceteris paribus. Artinya setiap penguatan nilai dollar terhadap rupiah maka harga jual domestik CPO akan menurun dan sebaliknya.

Koefisien regresi untuk harga jual ekspor sebesar -0,880 mengandung arti bahwa peningkatan terhadap 1 persen harga jual ekspor maka harga jual domestik akan menurun sebesar 0,880 persen, ceteris paribus. Artinya setiap peningkatan terhadap harga jual ekspor maka akan menurunkan harga jual domestik CPO dan sebaliknya. Koefisien regresi untuk total produksi sebesar 3,826 mengandung arti bahwa peningkatan terhadap 1 persen total produksi maka harga jual domestik akan meningkat sebesar 3,826 persen, ceteris paribus. Artinya setiap peningkatan terhadap total produksi maka harga jual domestik CPO akan meningkat dan sebaliknya.

4.4. Pembahasan

1. Berdasarkan hasil analisis terhadap persamaan 1 yaitu penawaran domestik CPO Sumatera Utara menunjukkan bahwa variabel harga jual domestik, upah riil dan tingkat bunga pinjaman memberikan pengaruh terhadap penawaran domestik CPO dengan nilai R2 sebesar 0,703. Hal tersebut bermakna bahwa variabel harga jual domestik, upah riil, dan tingkat bunga pinjaman mampu menjelaskan variasi penawaran domestik CPO Sumatera Utara sebesar 70,3 persen dan sisanya sebesar 29,7 persen dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diikut sertakan kedalam model. Secara parsial, hanya variabel harga jual domestik yang memberikan pengaruh signifikan terhadap penawaran domestik CPO Sumatera Utara. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Hafizah (2009), yang menunjukkan hasil analisis bahwa harga domestik mempunyai pengaruh yang positif terhadap penawaran CPO. Hal tersebut dikarenakan pada jangka panjang, ketika harga domestik meningkat, maka pelaku pasar akan meningkatkan penawaran CPO untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Jika terjadi peningkatan harga domestik CPO sebesar 1 persen, cateris paribus maka akan menyebabkan peningkatan penawaran CPO sebesar 0,413 persen. Upah riil tenaga kerja berpengaruh negatif terhadap produksi CPO hal ini dikarenakan adanya kenaikan dari biaya produksi akan membuat produsen mengurangi jumlah produksinya. Adapun tingkat suku bunga menunjukkan pengaruh yang negatif terhadap penawaran CPO

domestik hal ini dikarenakan penurunan suku bunga akan mendorong pertumbuhan areal tanam kelapa sawit dan dengan semakin meningkatnya luas areal tanam produktif maka produksi kelapa sawit meningkat sehingga jumlah CPO untuk ditawarkan di pasar domestikpun juga akan meningkat.

2. Hasil analisis persamaan 2 yaitu persamaan penawaran ekspor memberikan hasil bahwa secara variabel harga jual ekspor, harga jual domestik dan nilai kurs berpengaruh terhadap penawaran ekspor CPO Sumatera Utara dengan nilai R2 sebesar 0,875 yang bermakna bahwa harga jual ekspor, harga jual domestik dan kurs mampu menerangkan variasi penawaran ekspor CPO Sumatera Utara sebesar 87,5 persen dan sisanya 12,5 persen dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diikut sertakan kedalam model. Secara parsial hanya variabel harga jual ekspor yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap penawaran ekspor CPO Sumatera Utara sedangkan harga jual domestik tidak berpengaruh signifikan. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa peningkatan harga jual ekspor sebesar 1 persen diduga akan meningkatkan penawaran ekspor sebesar 0,219 persen, ceteris paribus dan peningkatan harga jual domestik sebesar 1 persen diduga akan meningkatkan penawaran ekspor sebesar 0,267 persen, ceteris paribus. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan harga jual ekspor dan harga jual domestik akan memberikan dampak perubahan terhadap peningkatan penawaran ekspor CPO Sumatera Utara. Dengan peningkatan harga CPO baik untuk dijual dalam negeri maupun untuk

keperluan ekspor akan menyebabkan produsen CPO terus berupaya meningkatkan produksi CPO baik melalui perluasan kebun kelapa sawit maupun peningkatan produktifitas sehingga mengakibatkan produksi CPO untuk penawaran eksporpun menjadi meningkat. Hasil ini mendukung penelitian Abidin (2008) yang mendapatkan hasil analisis bahwa harga CPO domestik, harga CPO dunia, nilai tukar dan harga minyak kelapa secara simultan berpengaruh nyata terhadap ekspor minyak sawit (CPO) Indonesia, sedangkan nilai tukar secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap ekspor minyak sawit (CPO) Indonesia dan juga mendukung penelitan Wardani (2008) yang dihasil penelitiannya menemukan bahwa penawaran ekspor CPO Indonesia dipengaruhi secara nyata oleh harga riil ekspor CPO, pajak ekspor CPO, produksi CPO domestik pada taraf nyata 5 persen dimana nilai tukar riil rupiah tidak berpengaruh nyata pada taraf 5 persen.

3. Hasil analisis persamaan selanjutnya yaitu persamaan harga jual domestik memberikan hasil bahwa variabel harga jual ekspor, total produksi dan kurs mampu menjelaskan variasi harga jual CPO Sumatera Utara di pasar domestik sebesar 77,1 persen dan sisanya sebesar 22,9 persen dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model estimasi harga jual CPO Sumatera Utara di pasar domestik. Peningkatan total produksi 1 persen akan meningkatkan harga jual domestik CPO Sumatera Utara sebesar 3,826 persen, ceteris paribus. Tingginya harga CPO domestik disebabkan oleh peningkatan total produksi yang sebagian besar ditujukan untuk

kebutuhan ekspor sehingga ketersediaan CPO untuk pasar domestik menjadi berkurang yang berdampak pada peningkatan harga CPO dipasar domestik. Sementara perubahan harga jual ekspor CPO Sumatera Utara tidak berpengaruh signifikan terhadap harga jual CPO di pasar domestik hal ini sejalan dengan penelitian Afandi (2011), berdasarkan hasil uji kointegrasi secara univariate yang telah dilakukan sebelumnya yaitu antara harga CPO domestik dengan harga CPO internasional tidak terdapat kointegrasi atau hubungan. Hal tersebut menjelaskan bahwa sebenarnya harga CPO domestik tidak dipengaruhi oleh harga CPO internasional. Hal ini dikarenakan industri CPO di Indonesia memiliki sistem oligopoli. Oligopoli sangat mengarah pada sistem kartel, dimana potensi kartel yang muncul dari struktur pasar CPO itu bisa dari segi harga, pembagian wilayah, jumlah produksi, pembagian pangsa pasar ekspor atau untuk mencukupi kebutuhan domestik. Jadi harga CPO itu sangat dipengaruhi oleh kebijakan beberapa perusahaan yang tergabung dalam sistem kartel tersebut. Demikian juga untuk nilai kurs tidak memberikan penagruh yang signifikan terhadap harga jual CPO di pasar domestik, hasil ini mendukung penelitian Prahastuti (2000), yang menunjukkan bahwa harga CPO domestik tidak responsif terhadap perubahan nilai tukar Rupiah terhadap dollar Amerika.

BAB V

Dokumen terkait