• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE ANALISA

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

5. Hasil Uji Regresi Parsial

Tabel 4.6

Rekapitulasi Hasil Regresi Linier Berganda

Berdasarkan Data Poooling Antara Cross Section Dan Time Series Atas Variabel-Variabel Penelitian

Variabel

Koefisien

regresi t - hitung Probability Kesimpulan

(Constant) 35.472

ROI (X1) -0.283 -0.179 0.858 Tidak Signifikan

ROE (X2) 0.316 0.212 0.833 Tidak Signifikan

CR (X3) -6.955 -0.445 0.657 Tidak Signifikan

DER (X4) -8.634 -0.442 0.659 Tidak Signifikan

EPS (X5) 0.114 3.344 0.001 Signifikan Std. Error of estimate 184.589 Multiple R 0,384 R Square 0,148 N 93 F hitung 3,017 Probability 0,015

Seperti telah dijelaskan dalam bab sebelumnya, hasil dari perbandingan probabilitas (sig-t) dengan taraf signifikan 0,05 akan dijadikan dasar untuk pengambilan keputusan. Tabel 4.6 yang berisi hasil persamaan regresi pada variabel-variabel penelitian akan memperlihatkan hasil dari thitung yang dikeluarkan oleh output olah data dengan menggunakan SPSS for Windows. Dari tabel tersebut terlihat nilai sig-t untuk masing-masing variabel bebasnya telah diketahui dan dapat dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan dengan cara membandingkannya taraf signifikan 0,05.

a. Pengujian terhadap koefisien regresi ROI (X1)

Dengan pengujian dua sisi yang menggunakan tingkat signifikan

sebesar α = 5% diperoleh nilai thitung sebesar -0,179, dan probabilitas sebesar 0,858 yang nilainya lebih besar dari taraf signifikansi 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak artinya variabel ROI secara parsial tidak mempunyai pengaruh yang negatif signifikan terhadap Perubahan harga saham. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Abid Djazuli (2005), yang menyatakan bahwa ROI tidak berpengaruh secara nyata terhadap perubahan harga saham.

Return On Invesment tidak berpengaruh signifikan secara negatif

terhadap perubahan harga saham. Hal ini mungkin disebabkan karena selama periode penelitian, perusahaan tidak efektif dalam mengelola perputaran

operating assetnya, sehingga perusahaan tidak mendapatkan laba dari

investasi yang dilakukannya. Tentunya hal ini tidak mampu menarik investor dalam menanamkan sahamnya pada perusahaan tersebut, sehingga nilai return saham akan menurun.

b. Pengujian terhadap koefisien regresi ROE (X2)

Dengan pengujian dua sisi yang menggunakan tingkat signifikan

sebesar α = 5% diperoleh nilai thitung sebesar 0,212, dan probabilitas sebesar 0,833 yang nilainya lebih besar dari taraf signifikansi 0,05, maka Ho diterima

dan Ha ditolak artinya ROE (X2) secara parsial tidak berpengaruh terhadap Perubahan harga saham.

Return On Equity tidak berpengaruh signifikan positif terhadap

perubahan harga saham. Namun kalau dilihat dari koefisiennya yang bernilai positif. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi ROE maka return saham akan semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena ROE mencerminkan pengembalian ekuitas, kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba bersih setelah pajak dari pemanfaatan modal dapat dijadikan sebagai indikator kemampuan kinerja keuangan perusahaan. Sehingga perusahaan dituntut untuk bekerja secara efektif dan efisien agar mampu menghasilkan keuntungan yang tinggi. Apabila perusahaan memiliki tingkat keuntungan yang tinggi, perusahaan mampu memberikan keuntungan kepada pemegang saham atau mampu membayar dividen. Sehingga kepercayaan investor kepada perusahaan akan semakin tinggi, dengan tingkat pengembalian keuntungan yang tinggi maka mampu menaikkan return saham. Dengan demikian semakin tinggi ROE maka return saham akan semakin meningkat, begitu juga sebaliknya jika ROE menurun maka return saham akan menurun.

Sedangkan Return On Equity terbukti tidak berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan harga saham, hal ini mungkin disebabkan karena perusahaan belum dapat mengelola seluruh modal yang diperoleh perusahaan untuk menghasilkan laba yang sebesar-besarnya. Banyaknya modal yang belum dimanfaatkan ini tentu akan mengurangi efisiensi perusahaan. Hal ini dibuktikan dengan rata-rata ROE yang hanya sebesar

15,2% (tabel 4.1). Nilai ini tergolong sangat kecil, sehingga kurang diperhatikan oleh investor sebagai pertimbangan untuk menanamkan modal pada perusahaan di Bursa Efek Jakarta.

c. Pengujian terhadap koefisien regresi CR (X3)

Dengan pengujian dua sisi yang menggunakan tingkat signifikan

sebesar α = 5% diperoleh nilai thitung sebesar -0,445, dan probabilitas sebesar 0,657 yang nilainya lebih besar dari taraf signifikansi 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak artinya CR (X3) secara parsial tidak berpengaruh terhadap Perubahan harga saham.

d. Pengujian terhadap koefisien regresi DER (X4)

Dengan pengujian dua sisi yang menggunakan tingkat signifikan

sebesar α = 5% diperoleh nilai thitung sebesar -8,634, dan probabilitas sebesar 0,659 yang nilainya lebih besar dari taraf signifikansi 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak artinya DER (X4) secara parsial tidak berpengaruh terhadap Perubahan harga saham. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Belliwaty Kosim (2004) yang menyatakan bhawa DER tidak berpengaruh snegatif signifikan terhadap perubahan harga saham. Jika dilihat dari koefisien regresinya yang bernilai negatif hal ini berarti semakin rendah

Debt Equity Ratio semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam membayar

seluruh kewajibannya, termasuk kewajiban membayar dividen kepada pemegang saham. Hal ini akan berdampak terhadap kepercayaan para

investor, sehingga akan memberikan pengaruh yang positif terhadap reaksi pasar.

Debt Equity Ratio tidak berpengaruh signifikan negatif terhadap

harga saham. Hal ini mungkin disebabkan karena selama periode penelitian perusahaan menggunakan kebijakan hutang yang cukup besar, hal ini dapat dilihat dari rata – rata DER yang nilainya diatas 100% (126,3%), artinya perusahaan memiliki hutang yang jauh lebih besar dari modal sendirinya. Namun demikian hutang perusahaan yang besar belum menjadikan jaminan bahwa perusahaan akan mengalami beban yang tinggi terhadap kewajiban-kewajibannya sehingga mempengaruhi kewajiban perusahaan untuk membayar dividen kepada investor atas kepemilikan sahamnya pada perusahaan tersebut. Hutang yang besar disebabkan karena perusahaan sangat membutuhkan dana yang besar untuk melakukan ekspansi pasar, mengingat prospek perusahaan kedepan cukup baik, sehingga perusahaan mengeluarkan obligasi agar dana yang diperoleh dari penjualan obligasi tersebut dapat dimanfaatkan meningkatkan penjualan. Dengan demikian hutang dapat menurunkan harga saham akibat kewajiban perusahaan menjadi besar, namun dapat pula meningkatkan harga saham, karena laba yang diperoleh mengalami peningkatan atas ekspansi pasar yang dilakukan dari dana hutang tersebut. Hal inilah kemungkinan yang menyebabkan Debt to Equity Ratio tidak terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan harga saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ

e. Pengujian terhadap koefisien regresi EPS (X5)

Dengan pengujian dua sisi yang menggunakan tingkat signifikan

sebesar α = 5% diperoleh nilai thitung sebesar 3,344, dan probabilitas sebesar 0,001 yang nilainya lebih besar dari taraf signifikansi 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak artinya EPS (X5) secara parsial berpengaruh terhadap Perubahan harga saham. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Abid Djazuli (2005) yang menyatakan bahwa EPS berpengaruh signifikan terhadap perubahan harga saham.

Earning Per Share berpengaruh signifikan positif terhadap

perubahan harga saham, hal ini mungkin disebabkan karena Earning Per

Share merupakan jumlah pendapatan yang diperoleh dalam satu periode

untuk setiap lembar saham yang beredar. EPS merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk membagikan keuntungan per lembar saham bagi pemilik. Earning Per Share dipengaruhi oleh pendapatan perusahaan, apabila pendapatan perusahaan tinggi maka EPS perusahaan tersebut cenderung tinggi, namun apabila pendapatan perusahaan rendah maka EPS pun akan rendah. Hal tersebut tentu akan berpengaruh terhadap perubahan harga saham (return saham). Dengan memperhatikan EPS maka investor dapat mempertimbangkan untuk berinvestasi di pasar modal. Salah satu indikator keberhasilan keberhasilan suatu perusahaan ditunjukkan dengan besarnya EPS dari perusahaan tersebut. Pada umumnya unvestor akan mengharapkan

manfaat dari investasinya dalam bentuk laba per lembar saham, sebab Earning Per Share menggambarkan jumlah keuntungan yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa. EPS yang tinggi menandakan bahwa perusahaan tersebut mampu memberikan tingkat kesejahteraan yang lebih baik kepada pemegang saham, begitu pula sebaliknya jika EPS rendah menandakan bahwa perusahaan gagal memberikan manfaat sebagaimana yang harapkan pemegang saham. Sehingga perusahaan yang memiliki EPS semakin besar maka akan menimbulkan investor semakin tertarik untuk memiliki saham perusahaan tersebut. Hal ini akan menyebabkan permintaan Harga Saham semakin meningkat sehingga perubahan Harga Saham akan semakin meningkat.

BAB V

Dokumen terkait