• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.5 Hasil Uji Statistik Multivariat

Berdasarkan hasil uji statistik bivariat diketahui bahwa variabel pengetahuan, dan sikap menunjukan p-value<0,05, sehingga variabel-variabel tersebut dapat dilanjutkan analisis multivariat regresi linear berganda. Hasil uji statistik regresi linear berganda dengan tingkat kepercayaan 95% (ɑ=0,05)

menunjukkan bahwa:

1. Terdapat pengaruh yang bermakna antara variabel pengetahuan (p=0,0001) dan sikap (p=0,014) terhadap tindakan pencegahan diare karena nilai (p<0,05).

2. Pendidikan (p=0,187), pendapatan keluarga (p=0,386), dan persepsi tentang program pencegahan (p=0,222) tidak memiliki pengaruh yang bermakna terhadap tindakan pencegahan diare pada balita.

3. Koefisien determinan (R Square) menunjukkan nilai 0,496 ini berarti regresi linear berganda yang digunakan dapat menjelaskan pengaruh karakteristik (pengetahuan dan sikap) terhadap tindakan pencegahan diare pada balita sebesar 49,6% dan selebihnya 50,4% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam penelitian ini.

4. Model persamaan regresi yang terbentuk adalah: Y = -3,058 (konstanta) + 1,127 X1 + 0,235 X2

58

Universitas Sumatera Utara

Keterangan:

Y = variabel tindakan pencegahan diare X1 = Variabel pengetahuan

X2 = Variabel sikap

Berdasarkan persamaan diatas dapat di deskripsikan sebagai berikut:

a. Apabila dinaikkan satu poin pengetahuan, maka tindakan pencegahan diare akan naik sebesar 1,127 kali.

b. Apabila dinaikkan satu poin sikap, maka tindakan pencegahan diare akan naik sebesar 0,235 kali.

Hasil regresi sesuai dengan tabel 4.16 berikut ini.

Tabel 4.16 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda

No Variabel Taraf Signifikan B R R Square F value P value 1. Pendidikan 0,187 0,475 0,705 0,496 17,549 0,0001 2. Pendapatan keluarga 0,386 -0,492 3. Pengetahuan 0,0001* 1,127 4. Sikap 0,004* 0,235 5. Persepsi tentang Program Pencegahan 0,222 0,486

Ternyata dari tabel diatas dari keseluruhan faktor – faktor yang dominan dengan tingkat koefisien yang berpengaruh dan yang paling dominan adalah Pengetahuan responden (1,127) terhadap Tindakan pencegahan diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan tahun 2016.

59 Universitas Sumatera Utara

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Pengaruh Tingkat Pendidikan terhadap Tindakan Pencegahan Diare

Dari hasil analisis multivariat dengan menggunakan analisis statistik regresi linear berganda didapatkan nilai p= 0,187 (p>0,05). Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak, sehingga tidak ada pengaruh pendidikan ibu terhadap tindakan pencegahan diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan.

Menurut santosa yang mengutip dalam ebrahim (2009) faktor pendidikan merupakan unsur yang sangat penting karena dengan pendidikan seseorang dapat menerima lebih banyak informasi terutama dalam menjaga kesehatan diri dan keluarga dan memperluas cakrawala berpikir sehingga lebih mudah mengembangkan diri dalam mencegah terjangkitnya suatu penyakit dan memperoleh perawatan medis yang kompeten.

Namun berdasarkan penelitian dan setelah dilakukan olahan data, latar belakang pendidikan tidak mempengaruhi tindakan ibu dalam pencegahan penyakit diare pada balita. Penulis berasumsi dengan latar belakang pendidikan ibu setelah dilakukan penyebaran kuesioner diperoleh hasil tertinggi yaitu tingkat pendidikan SMA sebanyak 45 responden, responden lebih mempunyai kecenderungan untuk mengabaikan kesehatan mereka dan kesehatan balitanya terutama berkaitan dengan gizi balitanya sehingga anak lebih mudah terserang berbagai penyakit khususnya diare. Salah satu responden berdasarkan hasil wawancara menggunakan kuesioner, tindakan pencegahan yang dilakukan responden untuk penyakit diare yaitu mengajarkan anak untuk mencuci tangan

60

Universitas Sumatera Utara

dengan sabun. Tetapi hal demikian tidak dilakukan ibu karena mereka beranggapan cuci tangan dengan menggunakan sabun tidak akan membuat anak terhindar dari penyakit diare, penyakit diare merupakan penyakit yang biasa menyerang anak-anak, penyakit diare pada anak merupakan proses anak akan tumbuh besar dan hal demikian merupakan hal yang wajar dialami setiap anak. Jadi terlihat jelas bahwa pendidikan ibu tidak berhubungan, ternyata kebiasaan nilai sosial yang ada di daerah tersebut yang mempengaruhi tindakan pencegahan diare pada balita.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan santosa di Kelurahan Pucansawit Surakarta (2009) menemukan adanya hubungan yang kuat antara tingkat pendidikan formal ibu dengan perilaku pencegahan diare pada anak. Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin baik juga perilaku pencegahan diare pada anak di kelurahan Pucangsawit Surakarta.

5.1.4 Pengaruh Pendapatan Keluarga Terhadap Tindakan Pencegahan Diare

Dari hasil analisis multivariat dengan menggunakan analisis statistik regresi linear berganda didapatkan nilai p= 0,368 (p>0,05). Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak, sehingga tidak ada pengaruh pendapatan terhadap tindakan pencegahan diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan.

Penghasilan merupakan variabel yang di nilai ada hubungannya dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan maupun pencegahan penyakit (Notoatmodjo, 2010). Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh kembang

61

Universitas Sumatera Utara

anak karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak-anak baik yang primer maupun yang sekunder.

Namun berdasarkan penelitian dan setelah dilakukan olahan data, pendapatan keluarga tidak mempengaruhi tindakan ibu dalam pencegahan penyakit diare pada balita. Setelah dilakukan penyebaran kuesioner diperoleh hasil tertinggi yaitu pendapatan >UMK sebanyak 51 responden, dan kebanyakan responden memiliki pekarjaan sebagai ibu rumah tangga, tetapi hal itu tidak mempengaruhi pendapatan keluarga dalam hal melakukan tindakan pencegahan diare pada balitanya. Responden yang memiliki pengahasilan tinggi dapat memenuhi gizi untuk balitanya, karena mereka memiliki penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan anaknya, tetapi dengan adanya penghasilan keluarga yang tinggi tidak menutup kemungkinan anaknya akan terhindar dari penyakit diare, ini dikarenakan para ibu tidak melakukan hal-hal yang berkaitan dengan tindakan pencegahan diare seperti membuang tinja dengan benar. Responden yang memiliki pendapatan tinggi, mereka lebih menggunakan pempers untuk anaknya, sehingga pempers yang berisikan kotoran anaknya dibuang begitu saja tanpa dicuci sama sekali. Hal demikian dapat mencemari lingkungan dan membuat lingkungan sekitarnya menjadi tidak sehat. lingkungan yang tidak sehat dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat sekitarnya, terutama anak-anak yang daya tahan tubuhnya masih lemah. Dengan lingkungan yang kotor tidak menutup kemungkinan anak dari keluarga dengan penghasilan tinggi akan terserang penyakit diare. Begitu pula dengan anak yang berasal dari keluarga dengan pendapatan <UMK, mereka memiliki alasan karena tidak dapat memenuhi gizi balitanya sehingga balita mereka lebih rentan untuk terserang penyakit diare.

62

Universitas Sumatera Utara

Penulis berasumsi dengan pendapatan keluarga yang lebih tinggi diharapkan ibu dapat memperhatikan makanan yang akan di konsumsi keluarga dan melakukan perbaikan gizi terhadap balitanya agar terhindar dari segala serangan penyakit terutama penyakit diare. Tetapi hal demikian ternyata tidak berpengaruh terhadap tindakan pencegahan diare pada balitanya. responden dengan pendapatan keluarga yang berada di atas UMK bukan berarti tidak akan terserang penyakit diare, karena dalam mencegah terjadinya penyakit diare juga berkaitan dengan faktor prilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yang harus dilakukan keluarga.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Zulkarnaen di Puskesmas Bara-Baraya Kota Makassar (2014) menemukan tidak ada hubungan antara pendapatan keluarga dengan kejadian diare pada balita.

5.1.5 Pengaruh Pengetahuan Terhadap Tindakan Pencegahan Diare

Dari hasil analisis multivariat dengan menggunakan analisis statistik regresi linear berganda didapatkan nilai p= 0,0001 (p<0,05). Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga ada pengaruh pengetahuan terhadap tindakan pencegahan diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan.

Pengetahuan merupakan domain terpenting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behaviour). Perubahan menuju perilaku baru merupakan suatu proses yang kompleks dan memerlukan waktu yang relatif lama. Sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru ia harus tahu terlebih dahulu apa arti manfaat perilaku tersebut bagi dirinya atau keluarganya. Orang akan melakukan

63

Universitas Sumatera Utara

tindakan pencegahan atau penanganan diare apabila ia tahu apa tujuan dan manfaatnya bagi kesehatan atau keluarganya, dan tahu apa bahayanya bila tidak melakukan tindakan tersebut (Notoatmodjo, 2005).

Setelah dilakukan olahan data, pengetahuan mempengaruhi tindakan ibu dalam pencegahan penyakit diare pada balita. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan, para ibu yang menjadi responden dalam penelitian ini memiliki pengetahuan yang dikategorikan baik, tetapi masih ada beberapa ibu yang memiliki pengetahuan kurang. Masih banyak ibu yang beranggapan bahwa diare merupakan penyakit yang disebabkan karena anak akan tumbuh besar atau akan tumbuh gigi. Hal demikian merupakan pengetahuan yang salah, masyarakat sekitar masih banyak yang memiliki kepercayaan bahwa diare merupakan hal biasa dan tidak perlu dikhawatirkan. Mereka beranggapan bahwa setiap anak pasti akan mengalami diare karena diare merupakan proses anak akan tumbuh besar dan hal wajar dialami anak serta tidak berbahaya. Masyarakat yang menjadi responden dalam penelitian ini berasal dari berbagai macam suku, tetapi kebanyakan yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah kaum ibu dengan suku jawa. Mereka masih mempercayai bahwa penyakit seperti diare merupakan penyakit yang biasa, dan penyakit yang akan membuat anak mereka akan tumbuh besar (mereka mengatakan dalam kesehariannya adalah enteng-entengan atau meruas). Anggapan demikianlah yang perlu diperbaiki dan ditatan ulang oleh petugas kesehatan, agar kepercayaan seperti demikian dapat berubah, dan masyarakat dapat mengubah perilakunya kearah yang lebih baik lagi.

64

Universitas Sumatera Utara

Selain itu, para ibu yang memiliki pengetahuan kurang juga mengajarkan tindakan yang salah seperti mereka menajarkan agar anak tidak terlalu sering bermain di luar rumah, anggapan seperti ini merupakan anggapan yang salah, karena anak yang bermain di luar rumah belum tentu akan terserang penyakit diare begitu juga anak yang selalu berada di rumah belum tentu anak tersebut akan terhindar dari penyakit diare. Anak yang bermain di luar rumah membuat anak dapat bersosialisasi dengan lingkungannya dan dapat mengenali benda-benda yang berbahaya ataupun tidak dengan pengarahan dari orang tuanya. Kebanyakaan responden dalam penelitian ini adalah para ibu yang memiliki jumlah anak dua dan tiga orang, dengan kisaran umur anaknya satu dan dua tahun. Para ibu beranggapan bahwa mereka harus mengurung anaknya agar tidak bermain di luar dan terlalu sering bersentuhan dengan barang-barang baru di luar rumah, karena mereka khawatir bahwa anaknya akan menyentuh berbagai macam barang di luar rumah dan anaknya tidak akan mengenali barang itu berbahaya atau tidak, serta akan membuat anaknya terserang berbagai macam penyakit terutama penyakit diare. Anggapan demikian merupakan anggapan yang salah, seharusnya para ibu melakukan tindakan yang tepat untuk mengajarkan anak agar terhindar penyakit diare yaitu mengajarkan anak agar mencuci tangan sebelum dan setelah melakukan akititasnya, tindakan demikian merupakan tindakan awal agar anak dapat berprilaku hidup bersih dan sehat dan terhindar dari penyakit diare. Dalam hal ini, perlu kerja sama dengan setiap kepala lingkungan dengan melakukan pembersihan lingkungan (gotong-royang). Kerja sama ini bertujuan agar lingkungan tempat tinggal masyarakat tetap bersih dan masyarakatnya terhindar

65

Universitas Sumatera Utara

dari berbagai penyakit, serta anak-anak tidak lagi dikurung dengan berbagai alasan yang dipikirkan oleh para ibu.

Hasil penelitian di lapangan menunjukan bahwa responden dengan pengetahuan yang baik belum tentu tindakannya baik juga dalam mencegah penyakit diare. Misalnya ibu mencuci peralatan balita dengan air bersih sebelum digunakan. Para ibu tahu bahwa hal demikian harus dilakukan agar peralatan yang akan digunakan untuk anaknya tetap bersih. Meskipun demikian, mereka sering sekali hanya mengelap tempat-tempat makan balitanya dengan menggunakan tisue atau serbet saja tanpa menggunakan sabun ataupun air bersih. Mereka mengatakan dengan menggunakan tisue peralatan makanan yang digunakan sudah bersih dan tidak perlu repot untuk menggunakan air untuk membersihkannya.

Dalam hal ini, pengetahuan ibu sangat berpengaruh terhadap tindakan pencegahan diare, ibu yang memiliki pengetahuan baik maka diharapkan dapat menerapkan tindakan yang baik pula, begitu sebaliknya jika ibu dengan pengetahuan buruk maka akan memperngaruhi tindakannya dalam hal pencegahan diare. Ibu yang memiliki pengetahuan baik diharapkan dapat menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dalam keluarganya terutama kepada balitanya dalam hal tindakan pencegahan diare agar keluarganya tetap dalam keadaan sehat.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Rahmayanti di Betaet Kabupaten Kepulauan Mentawai (2015) menemukan adanya hubungan antara pengetahuan responden dengan upaya ibu dalam pencegahan diare pada anak balita. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan Rini di Gampong Kuala Langsa Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa (2014)

66

Universitas Sumatera Utara

menemukan adanya hubungan antara tingkat pengetahuan orang tua dengan perilaku pencegahan diare pada balita.

5.1.6 Pengaruh Sikap Terhadap Tindakan Pencegahan Diare

Dari hasil analisis multivariat dengan menggunakan analisis statistik regresi linear berganda didapatkan nilai p= 0,004 (p<0,05). Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga ada pengaruh sikap ibu terhadap tindakan pencegahan diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan.

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap itu tidaklah sama dengan perilaku dan perilaku tidaklah selalu mencerminkan sikap seseorang, sebab seringkali terjadi bahwa seseorang memperlihatkan tindakan yang bertentangan dengan sikapnya (Notoatmodjo, 2012).

Setelah dilakukan olahan data, sikap ibu mempengaruhi tindakan ibu dalam pencegahan penyakit diare pada balita. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan, para ibu yang menjadi responden dalam penelitian ini memiliki sikap yang dikategorikan baik, tetapi masih ada beberapa responden yang memiliki sikap yang dikategorikan tidak baik. Pernyataan yang menunjukan sikap ibu dalam tindakan pencegahan diare dikatakan tidak baik yaitu: ibu mengajarkan anak untuk tidak membeli jajan sembarangan dan selalu memperhatikan makanan apa yang dikonsumsi anak. alasan para ibu tidak setuju dengan pernyataan tersebut yaitu karena mereka tidak selalu bersama anaknya,

67

Universitas Sumatera Utara

mereka juga memiliki kesibukan sendiri sehingga tidak dapat memperhatikan makanan apa saja yang dikonsumsi anaknya, dan beberapa ibu menjawab belum tentu anak akan terserang diare hanya dikarenakan makan jajanan yang di jual di sekitarnya, bisa saja anak terserang diare karna akan tubuh besar (enteng-entengan atau meruas). Para ibu juga mengatakan bahwa mereka tidak mengajarkan anaknya mencuci tangan setelah melakukan aktivitasnya, karena ibu memiliki kesibukan lain sehingga untuk mengajarkan anaknya mencuci tangan tidak dilakukan.

Hal lain yang mendukung sikap ibu dikategorikan tidak baik yaitu: memperbaiki keadaan gizi melalui perbaikan makanan akan membawa anak pada kesembuhan. alasan para ibu tidak setuju dengan pernyataan tersebut yaitu karena mereka menganggap bahwa makanan yang selalu mereka masak di rumah merupakan makanan yang bergizi, yang penting anak harus makan nasi dengan sayur itu sudah cukup, mereka tidak mengetahui seperti apa makanan bergizi sehingga meraka tidak perduli dengan asupan makanan untuk anaknya. Atau beberapa ibu menjawab karana biaya yang tidak mencukupi untuk membeli makanan yang memenuhi syarat gizi untuk anaknya.

Hasil penelitian di lapangan menunjukan bahwa responden dengan sikap yang baik belum tentu tindakannya baik juga dalam mencegah penyakit diare. Misalnya dalam pemberian oralit sebagai pertolongan pertama dalam penanganan diare. Responden tahu bahwa jika anak terserang diare maka harus diberikan oralit agar diare pada anak dapat berkurang, namun responden tidak melakukan hal demikian malah mereka memberikan buah seperti pisang untuk pertolongan

68

Universitas Sumatera Utara

pertamanya karena hal demikian dianggap lebih berpengaruh untuk membuat anak berhenti mengalami diare.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Rahmayanti di Betaet Kabupaten Kepulauan Mentawai (2015) menemukan adanya hubungan antara sikap responden dengan upaya ibu dalam pencegahan diare pada anak balita. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan Rini di Gampong Kuala Langsa Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa (2014) menemukan adanya hubungan antara sikap orang tua dengan perilaku pencegahan diare pada balita.

5.1.7 Pengaruh Persepsi tentang Program Pencegahan Terhadap Tindakan Pencegahan Diare

Dari hasil analisis multivariat dengan menggunakan analisis statistik regresi linear berganda didapatkan nilai p= 0,222 (p>0,05). Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak, sehingga tidak ada pengaruh persepsi tentang program pencegahan diare terhadap tindakan pencegahan diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan.

Namun berdasarkan penelitian dan setelah dilakukan olahan data, persepsi tentang program tidak mempengaruhi tindakan ibu dalam pencegahan penyakit diare pada balita. Hasil penelitian di lapangan menunjukan persepsi masyarakat terhadap program pencegahan diare dapat dikategorikan baik. Pemahaman dan persepsi masyarakat ini dipengaruhi oleh pengetahuan dan informasi yang diterima. Selama ini kegiatan penyuluhan lebih ditekankan pada penanganan diare dari pada tindakan pencegahan. Pemahaman masyarakat tentang penyakit diare

69

Universitas Sumatera Utara

sebagai hal biasa dan dapat ditangani sendiri mempengaruhi tindakan yang diambil apabila balitanya terserang diare. Persepsi ibu yang baik tentang program diare belum tentu akan menunjukan bahwa tindakan yang diambil juga akan baik, karena kembali lagi kepada sosial budaya yang dipercayai dalam masyarakat tersebut. Untuk itu perlu dilakukan penyuluhan dan promosi kesehatan yang bertujuan untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang tindakan pencegahan diare. Karena dengan dilakukannya penyuluhan dan promosi kesehatan diharapkan akan meningkatkan pengetahuan dan sikap masyarakat serta akan menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat diare. Oleh karena itu, diharapkan penyuluhan lebih di tingkatkan agar masyarakat memiliki pengetahuan yang cukup mengenai penyakit diare.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Astati di Desa Tanjung Anom Kecamatan Pancur Batu (2012) menemukan tidak adanya hubungan persepsi tentang program pencegahan terhadap tindakan pencegahan diare pada balita.

70 Universitas Sumatera Utara

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh karakteristik (pendidikan, pendapatan keluarga, pengetahuan, dan sikap) dan persepsi ibu tentang program pencegahan diare terhadap tindakan pencegahan diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan tahun 2016 dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Hasil analisis regresi linear berganda menunjukkan bahwa variabel pengetahuan (p=0,0001) dan sikap (p=0,014) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tindakan pencegahan diare pada balita karena nilai (p<0,05).

2. Hasil analisis regresi linear berganda menunjukkan bahwa variabel pendidikan (p=0,187), pendapatan keluarga (p=0,386), dan persepsi tentang program pencegahan diare (p=0,222) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tindakan pencegahan diare pada balita karena nilai (p>0,05).

6.2 Saran

1. Diharapkan kepada petugas Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan agar terus meningkatkan penyuluhan dan promosi kesehatan secara berkala (rutin) mengenai penyakit diare dan penyakit lainnya, agar pengetahuan dan sikap masyarakat dapat meningkat serta dapat mengubah tindakan masyarakat dalam pencegahan penyakit diare.

2. Diharapkan agar kepala lingkungan setiap desa ikut berperan aktif dalam hal kebersihan lingkungan, agar lingkungannya tetap besih dan masyarakatnya

71

Universitas Sumatera Utara

terhindar dari berbagai serangan penyakit terutama terhindar dari penyakit diare.

3. Bagi masyarakat agar lebih meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), terutama tindakan pencegahan diare seperti mencuci tangan pakai sabun ataupun mengajarkan anak untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah makan atau selesai melakukan aktivitasnya serta berbagai tindakan lainnya yang dapat menjaga kesehatan keluarganya.

4. Perlu adanya penelitian lebih lanjut yang bersifat kualitatif untuk mengetahui lebih mendalam faktor-faktor lain yang mempengaruhi terjadinya diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan.

9 Universitas Sumatera Utara

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diare

2.1.1 Pengertian Diare

Diare adalah buang air dengan konsentrasi cair tiga kali atau lebih dalam sehari, dibandingkan orang normal pada umumnya. Hal ini biasanya merupakan gejala dari infeksi gastrointestinal, yang dapat disebabkan oleh berbagai organisme bakteri, virus dan parasit. Infeksi menyebar melalui makanan yang terkontaminasi atau air minum, atau dari orang ke orang karena kurangnya kebersihan. Diare berat menyebabkan kehilangan cairan, dan mungkin mengancam hidup, terutama pada anak-anak dan orang yang kekurangan gizi atau memiliki gangguan kekebalan (WHO, 2013).

Menurut Hippocrates dalam Suharyono (2008) diare adalah buang air besar dengan frekuensi yang tidak normal (meningkat) dan konsentrasi tinja yang lebih lembek atau cair. Sedangkan menurut Suraatmaja (2010) diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (>3 kali/hari) disertai perubahan konsentrasi tinja (menjadi cair), dengan atau tanpa darah dan/atau lendir.

2.1.2 Klasifikasi Diare

Menurut WHO (2009) ada tiga bentuk diare pada anak-anak, yang semuanya berpotensi mengancam kehidupan dan memerlukan perlakuan berbeda, yaitu:

1. Diare akut berair termasuk kolera yaitu yang menyebabkan kehilangan cairan dengan cepat dan dehidrasi yang dialami individu yang terinfeksi dan biasanya berlangsung selama beberapa jam atau hari. Patogen yang umumnya

10

Universitas Sumatera Utara

penyebab diare akut berair yaitu Vibrio cholerae atau bakteri Escherichia coli, serta rotavirus.

2. Diare berdarah atau sering disebut disentri yaitu diare yang ditandai oleh terlihat darah dalam tinja. Itu disebabkan karena kerusakan usus dan kurang gizi yang dialami individu yang terinfeksi. Patogen yang umumnya penyebab diare berdarah adalah Shigella.

Dokumen terkait