• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN

5.4 Hasil Validasi Metode .1 Uji stabilitas .1 Uji stabilitas

Pertama uji stabilitas pada pelarut. Untuk menguji ekstrak formula

campuran dalam pelarut Heksan p.a, dilakukan 3 sampel : sampel recenter

paratus (rp), sampel dengan waktu kontak 1 jam dan sampel dengan waktu kontak 8 jam.

Gambar 5.3 Hasil visualisasi uji stabilitas dalam pelarut pada 366 nm; a. Sampel rp; b. Sampel dengan kontak pelarut dan serbuk simplisia formula campuran selama 1 jam; c. Sampel dengan kontak pelarut dan serbuk simplisia formula campuran selama 8 jam.

Gambar 5.4 Kromatogram uji stabilitas dalam pelartu pada 366 nm.

Dari gambar 5.3 tersebut menunjukkan tidak adanya perbedaan noda dari ketiga sampel dan pada gambar 5.4 juga menunjukkan tidak terdapat perbedaan kromatogram dari ketiga sampel. Hal tersebut

menunjukkan sampel dapat stabil dalam penyimpanan suhu ruangan (250

C) selama 8 jam.

Selanjutnya uji stabilitas dalam plat KLT, untuk menguji stabilitas serbuk simplisia dalam pelarut Heksan p.a, dilakukan menggunakan 2 sampel (sampel kontak dengan plat 2 jam dan 3 jam).

Gambar 5.5 Hasil visualisasi uji Gambar 5.6 Hasil visualisasi uji stabilitas pada 366 nm selama 2 jam stabilitas pada 366 nm selama 3 jam

Pada gambar 5.5 menunjukkan sampel stabil selama 2 jam, hal tersebut ditunjukkan dengan noda yang terbentuk berupa garis longitudinal. Sedangkan pada gambar 5.6 menunjukkan bahwa terdapat noda diluar garis longitudinal (degradan). Dari gambar tersebut dapat disimpulkan bahwa serbuk simplisia formula campuran stabil dalam plat KLT selama 2 jam.

5.4.2 Presisi

Pada uji validasi presisi, dilakukan 3 kali replikasi tiap formula dan dilakukan selama 3 hari. Kemudian area senyawa marker spesifik cabe jawa akan dibagi dengan area senyawa marker spesifik merica hitam pada tiap formulanya, sehingga didapatkan nilai rasio area dari senyawa marker spesifik cabe jawa. Begitu juga sebaliknya untuk area senyawa marker merica hitam, dibagi dengan area senyawa marker cabe jawa tiap formulanya sehingga akan didapatkan nilai rasio area dari senyawa marker

spesifik merica hitam. Kemudian dihitung %KV dari rasio area pada masing-masing intraday dan interday.

Tabel V.3 Rasio area senyawa marker spesifik pada tiap formula campuran

MH F1 MH F2 MH F3 CJ F1 CJ F2 CJ F3 Intraday 1 4,40 2,15 1,03 0,23 0,46 0,97 4,63 2,15 1,00 0,21 0,46 1,00 4,29 2,22 1,05 0,23 0,45 0,95 Intraday 2 4,57 2,13 1,04 0,22 0,47 0,96 4,69 2,07 1,03 0,21 0,48 0,98 4,54 2,10 1,01 0,22 0,47 0,99 Intraday 3 4,63 2,20 0,98 0,21 0,45 1,02 4,61 2,18 0,97 0,22 0,46 1,03 4,75 2,23 1,00 0,21 0,45 1,00 Tabel V.4 %KV rasio area masing-masing senyawa marker spesifik pada

tiap formula (n=3) MH F1 MH F2 MH F3 CJ F1 CJ F2 CJ F3 Intraday 1 3,96 % 1,92 % 2,27 % 2,27 % 1,89 % 3,91 % Intraday 2 1,70 % 1,53 % 1,43 % 1,68 % 1,53 % 1,44 % Intraday 3 1,32 % 1,12 % 1,52 % 1,31 % 1,12 % 1,51 % Interday 3,13 % 2,47 % 2,61 % 2,62 % 2,49 % 3,22 %

Pada tabel V.4 menunjukkan bahwa KV area senyawa marker spesifik kedua tanamanan, baik intraday dan interday ≤ dari 5%.

5.4.3 Peak purity dan peak identity

Pada tahap ini dilakukan scanning pada masing-masing peak senyawa marker spesifik. Peak discan dengan menggunakan lambda 200 nm – 500 nm.

Tabel V.5 Peak purity senyawa marker spesifik merica hitam

Tabel V.6 Peak purity senyawa marker spesifik cabe jawa

Gambar 5.7 Peak identity senyawa marker spesifik merica hitam

Gambar 5.8 Peak identity senyawa marker spesifik cabe jawa

Pada tabel V.4, menunjukkan bahwa peak purity dari peak

senyawa marker spesifik cabe jawa memiliki nilai correlation limit

0,9900 dan panjang gelombang maksimum senyawa tersebut berada disekitar 340 nm. Pada gambar 5.7 dilakukan overlay profil spektra antara peak senyawa marker spesisik cabe jawa pada formula dengan senyawa marker spesifik cabe jawa pada serbuk simplisianya. Nilai correlation limit

dari overlay kedua profil spektra tersebut adalah ≥ 0,9900.

Sedangkan pada tabel V.5 menunjukkan bahwa peak purity dari

peak senyawa marker spesifik merica hitam memiliki nilai correlation limit

≥ 0,9900 dan panjang gelombang maksimum senyawa tersebut berada

disekitar 340 nm. Terlihat pada gambar 5.8 dilakukan overlay profil spektra antara peak senyawa marker spesisik merica hitam pada formula dengan senyawa marker spesifik merica hitam pada serbuk simplisianya. Nilai

correlation limit dari overlay kedua profil spektra tersebut adalah ≥ 0,9900.

5.4.4 Batas deteksi dan batas kuantitasi

Untuk mengetahui batas deteksi dan batas kuantitasi dari masing-masing senyawa marker tiap tanaman, dilakukan perhitungan regresi linear dari 5 level konsentrasi sampel yang ditotolkan yang masih menampakkan noda senyawa marker spesifik. Kemudian akan dilakukan perhitungan regresi linear antara berat sampel dengan area yang didapatkan

menggunakan software VMA Solution.

Tabel V.7 Batas deteksi dan batas kuantitasi pada merica hitam

Konsentrasi sampel Volume totolan Berat sampel Area

186 ppm 35,0 µL 0,93 mg 356,56 462 ppm 35,0 µL 2,31 mg 837,15 928 ppm 35,0 µL 4,64 mg 1770,68 1392 ppm 35,0 µL 6,96 mg 2497,56 1856 ppm 35,0 µL 9,28 mg 3302,8 r 0,9992 sdv 0,15 Vx0 3,19 % Batas deteksi 0,92 mg Batas kuantitasi 2,76 mg

Dari tabel V.7 terlihat bahwa senyawa marker spesifik merica hitam memiliki batas deteksi pada 0,92 mg dan batas kuantitasi pada 2,76 mg.

Tabel V.8 Batas deteksi dan batas kuantitasi pada cabe jawa

Konsentrasi sampel Volume totolan Berat sampel Area

460 ppm 35,0 µL 2,30 mg 240,56 918 ppm 35,0 µL 4,59 mg 480,91 1378 ppm 35,0 µL 6,89 mg 650,23 1836 ppm 35,0 µL 9,18 mg 877,45 2296 ppm 35,0 µL 11,48 mg 1072,73 r 0,9989 sdv 0,19 Vx0 2,85 % Batas deteksi 1,29 mg Batas kuantitasi 3,86 mg

Dari tabel V.8 terlihat bahwa senyawa marker spesifik cabe jawa memiliki batas deteksi pada 1,29 mg dan batas kuantifikasi pada 3,86 mg.

5.4.5 Linearitas

Pada tahap ini dilakukan uji linearitas untuk 4 tingkat konsentrasi masing-masing tanaman tunggal yang digunakan sebagai kurva kalibrasi pada penentuan kadar tiap tanaman tunggal dalam formula campuran.

Tabel V.9 Linearitas senyawa marker spesifik merica hitam.

Konsentrasi sampel Volume totolan Kadar sampel Area

2318 ppm 35,0 µL 11,59 mg 3820,25 4638 ppm 35,0 µL 23,19 mg 5197,40 9276 ppm 35,0 µL 46,38 mg 7304,12 11594 ppm 35,0 µL 57,97 mg 8432,00 Pers. regresi Y = 2789,6 + 97,717 * X r 0,9987 sdv 1,27 Vx0 3,68 %

Gambar 5.9 Kurva kalibrasi merica hitam

Tabel V.10 Linearitas senyawa marker spesifik cabe jawa Konsentrasi

sampel Volume totolan Kadar sampel Area

2296 ppm 35,0 µL 11,48 mg 1145,3 4590 ppm 35,0 µL 22,95 mg 2264,25 9182 ppm 35,0 µL 45,91 mg 4495,83 11476 ppm 35,0 µL 57,38 mg 5402,23 Pers. regresi Y = 103,07 + 93,634 * X r 0,9993 sdv 0,93 Vx0 2,72 %

Gambar 5.10 Kurva kalibrasi cabe jawa

Pada merica hitam, 4 tingkat konsentrasi yang digunakan adalah 12,5 mg; 25,0 mg; 50,0 mg dan 62,5 mg. Dari perhitungan regresi linear, pada 4 tingkat konsentrasi tersebut didapatkan persamaan regresi Y = 2789,6 + 97,717 * X , dengan nilai r = 0,9987 , sdv = 1,27 dan Vx0 = 3,68 %. Dari hasil yang didapat menunjukkan bahwa rentang konsentrasi yang digunakan sebagai kurva kalibrasi untuk merica hitam memenuhi syarat.

Sedangkan pada cabe jawa, 4 tingkat konsentrasi yang digunakan adalah 12,5 mg; 25,0 mg; 50,0 mg dan 62,5 mg. Dari perhitungan regresi

linear didapatkan persamaan regresi Y = 103,07 + 93,634 * X , dengan nilai r = 0,9993 , sdv = 0,93 , dan Vx0 = 2,72 %. Dari hasil yang didapat menunjukkan bahwa rentang konsentrasi yang digunakan sebagai kurva kalibrasi untuk cabe jawa memenuhi syarat.

Selanjutnya dilakukan homogenity test pada konsentrasi terendah

dan konsentrasi tertinggi konsentrasi yang digunakan pada tiap tanaman, masing masing dilakukan 4 kali replikasi. Kemudian data area yang didapatkan diolah menggunakan software VMA Solution.

Tabel V.11 Homogenity test konsentrasi terendah dan tertinggi yang digunakan untuk kurva kalibrasi pada sampel merica hitam. Konsentrasi Area Konsentrasi Area

2318 ppm 3876,57 11594 mg 8445,23

2318 ppm 3921,64 11594 mg 8479,92

2318 ppm 3912,45 11594 mg 8391,34

2318 ppm 3882,36 11594 mg 8499,85

Rata – rata = 3898,25 Rata – rata = 8454,08 Testing value (TV) = 4,6065

F = 9,2766

Tabel V.12 Homogenity test konsentrasi terendah dan tertinggi yang digunakan untuk kurva kalibrasi pada sampel cabe jawa.

Konsentrasi Area Konsentrasi Area

2296 ppm 1123,45 11476 ppm 5463,23

2296 ppm 1178,96 11476 ppm 5432,64

2296 ppm 1099,45 11476 ppm 5545,13

2296 ppm 1075,34 11476 ppm 5342,56

Rata – rata = 1119,3 Rata – rata = 5445,89 Testing value (TV) = 3,5578

F = 9,2766

Dari hasil pengolahan data dengan software VMA Solution,

diketahui hasil homogenity test pada sampel tanaman tunggal cabe jawa

dan merica hitam memenuhi syarat, karena nilai testing value (TV) ≤ F.

5.4.6 Akurasi

Tahap ini dilakukan untuk mengetahui keakuratan metode yang digunakan dengan cara menghitung persentase perbandingan antara kadar tanaman tunggal sebenarnya yang terdapat di tiap formula dengan kadar yang diperoleh. Kadar yang diperoleh didapat dengan memasukkan area dari tiap senyawa marker spesifik tanaman tunggal kedalam persamaan regresi dari kurva kalibrasi masing-masing tanaman yang sesuai.

Tabel V.13 Akurasi kadar merica hitam pada tiap formula ( n = 3 )

Konsentrasi Berat Sebenarnya Area Senyawa Marker Berat Diperoleh % Akurasi F1 34,78 mg 6256,53 35,48 mg 102,01 % 6956 ppm 6398,34 36,93 mg 106,18 % 6304,86 35,97 mg 103,43 % Rata – rata 36,13 ± 0,74 mg 103,87 ± 2,12 % F2 23,19 mg 5298,74 25,68 mg 110,73 % 4638 ppm 5264,55 25,33 mg 109,22 % 5338,19 26,08 mg 112,47 % Rata – rata 25,69 ± 0,38 mg 110,80 ± 1,62 % F3 11,59 mg 3968,25 12,06 mg 104,07 % 2318 ppm 4025,33 12,65 mg 109,11 % 3945,73 11,83 mg 102,08 % Rata – rata 12,18 ± 0,42 mg 105,09 ± 3,62 %

Tabel V.14 Akurasi kadar cabe jawa pada tiap formula ( n = 3 ) Konsentrasi Berat Sebenarnya Area Senyawa Marker Berat Diperoleh % Akurasi F1 11,48 mg 1221,24 11,94 mg 104,02 % 2296 ppm 1167,4 11,37 mg 99,01 % 1239,67 12,14 mg 105,74 % Rata – rata 11,81 ± 0,40 mg 102,92 ± 3,49 % F2 22,95 mg 2452,42 25,09 mg 109,33 % 4590 ppm 2341,45 23,90 mg 104,16 % 2384,64 24,37 mg 106,17 % Rata – rata 24,45 ± 0,60 mg 106,55 ± 2,60 % F3 34,43 mg 3592,98 37,27 mg 108,25 % 6886 ppm 3423,22 35,46 mg 102,99 % 3494,56 36,22 mg 105,20 % Rata – rata 36,31 ± 0,91 mg 105,48 ± 2,64 % Dari tabel V.13 dan V.14, dapat disimpulkan bahwa metode yang digunakan valid karena % akurasi perbandingan berat tanaman tunggal sebenarnya yang terdapat didalam formula campuran dengan berat yang diperoleh berkisar 80-120%.

54   

BAB VI PEMBAHASAN

Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan metode yang valid yang dapat menentukan senyawa marker spesifik dari tanaman yang berada

pada genus yang sama menggunakan KLT – Densitometri dan Visualizer.

Bahan tanaman yang digunakan adalah Piper retrofractum Vahl.(Cabe

Jawa) dan Piper nigrum L. (Merica Hitam) yang sama-sama berada pada

genus Piperaceae.

Cabe jawa dan merica hitam yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dan diidentifikasi dari Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro) Bogor. Simplisia yang digunakan adalah buah dari masing-masing tanaman. Simplisia merica hitam yang diperoleh berumur 4 bulan saat panen, dipanen saat musim kemarau, kemudian dilakukan pengeringan

pada simplisia tersebut dengan menggunakan oven pada suhu 500 C.

Sedangkan untuk simplisia cabe jawa, diperoleh berumur 6 bulan saat panen, dipanen saat musim kemarau, kemudian dilakukan pengeringan pada simplisia tersebut dengan menggunakan oven pada suhu 500 C.

Setelah itu simplisia buah dari masing-masing tanaman dilakukan pengecilan ukuran partikel dengan cara diblender, kemudian diayak menggunakan ayakan no. 100, untuk menghomogenisasikan ukuran partikel pada serbuk simplisia tersebut sehingga kemampuan ekstraksi serbuk simplisia dengan pelarut diharapkan sama.

Langkah berikutnya adalah uji kadar air masing-masing serbuk simplisia tanaman merica hitam dan cabe jawa. Pada penelitian ini

dilakukan dengan menggunakan Moisture Analizer, sehingga dapat

ditentukan kadar air dalam serbuk simplisia merica hitam adalah 7,24 ± 0,28 % dan kadar air dalam serbuk simplisia cabe jawa adalah 8,18 ± 0,26 %.

Setelah itu dibuat formula campuran dari kedua serbuk simplisia tanaman tersebut sebanyak 3 macam formula. Komposisi masing-masing tanaman dari formula 1 adalah 75% merica hitam dan 25% cabe jawa, formula 2 adalah 50% merica hitam dan 50% cabe jawa, sedangkan formula 3 adalah 25% merica hitam dan 75% cabe jawa.

Masing – masing formula dibuat sebanyak 100,0 gram, dengan penimbangan masing-masing serbuk simplisia tanaman sesuai dengan komposisinya. Kemudian setelah dicampurkan, kedua serbuk tersebuk diaduk dan diayak untuk memastikan homogenisasi formula campuran tersebut.

Preparasi sampel untuk analisis kuantitatif pada penelitian ini, masing – masing formula ditimbang sebanyak 50,0 mg kemudian dimasukkan labu ukur 5 mL. Setelah itu pada labu ukur ditambahkan pelarut n-Heksan p.a sebanyak 3,0 mL. Kemudian diekstraksi dengan menggunakan microwave, setelah pada labu ukur ditambahkan n-Heksan p.a ad 5 mL atau garis tanda.

Tahap berikutnya adalah optimasi kondisi pada KLT, pada tahap ini ditujukan untuk mendapatkan fase gerak yang sesuai, konsentrasi larutan sampel, jumlah larutan sampel yang akan ditotolkan, dan penentuan

panjang gelombang maksimum dari kedua senyawa marker spesifik tanaman.

Pada pemilihan fase gerak, fase gerak yang akan dipilih harus dapat memisahkan senyawa marker spesifik dari tiap tanaman dengan senyawa lainnya dengan pemisahan yang paling baik. Pada tahap ini, fase gerak yang terpilih adalah perbandingan heksan p.a : kloroform p.a (0,5:3,5). Eluen yang terpilih ini memiliki polaritas sekitar 4,25. Dari hasil eluasi dengan fase gerak tersebut, didapatkan nilai resolusi dari senyawa marker spesifik merica hitam adalah 0.84 dan resolusi dari senyawa marker spesifik cabe jawa adalah 3,60. Nilai resolusi dari kedua senyawa marker spesifik memenuhi persyaratan > 0,8.

Penentuan senyawa marker spesifik dilakukan dengan memilih satu senyawa yang hanya terdapat pada masing-masing tanaman. Sehingga dengan adanya senyawa tersebut, bisa menandakan keberadaan tanaman tersebut didalam formula campuran. Pada penelitian ini, ditentukan senyawa marker spesifik merica hitam berada pada Rf 0,09, sedangkan senyawa marker spesifik pada cabe jawa berada pada Rf 0,52.

Pada pemilihan panjang gelombang UV yang akan digunakan untuk analisis kuantitatif KLT-Densitometri adalah panjang gelombang maksimum dari senyawa marker spesifik masing-masing tanaman. Pada penelitian pendahuluan dilakukan scanning pada panjang gelombang, yaitu 366 nm. Dari hasil scanning dengan panjang gelombang tersebut, peak dari senyawa marker spesifik tiap tanaman akan discan spektra untuk mengetahui profil spektra dari peak tersebut. Dari hasil scanning profil spektra, diketahui panjang gelombang maksimum senyawa marker spesifik tanaman merica hitam dan cabe jawa berada pada 340 nm. Selanjutnya,

untuk analisis kuantitatif akan dilakukan scanning senyawa marker spesifik masing-masing tanaman pada panjang gelombang tersebut.

Pengembangan metode analisis memerlukan syarat yang menyatakan bahwa metode yang digunakan untuk analisis harus tervalidasi. Validasi metode analisis merupakan persyaratan utama untuk membuktikan kehandalan dan kesesuaian suatu metode untuk digunakan (Renger, 2006). Pada penelitian ini, validasi yang dilakukan meliputi : Uji stabilitas, presisi, batas deteksi dan batas kuantifikasi, peak identity dan

peak purity, linearitas dan akurasi.

Tahap terpenting dalam membuat prosedur analisis menggunakan KLT adalah mengecek kestabilan senyawa dalam setiap tahap prosedur. Pertama dilakukan uji stabilitas dalam pelarut. Dilakukan 3 sampel untuk

menguji stabilitas formula campuran dalam pelarut heksan p.a : recentus

paratus, kontak dengan pelarut selama 1 jam dan kontak dengan pelarut selama 8 jam. Dari gambar 5.3 dan 5.4 terlihat bahwa tidak ada perbedaan noda maupun profil kromatogram dari ketiga sampel tersebut. Hal tersebut

menunjukkan sampel dapat stabil dalam penyimpanan suhu ruangan (250

C) selama 8 jam.

Kemudian selanjutnya dilakukan uji stabilitas pada plat KLT. Pada gambar 5.5 menunjukkan sampel stabil selama 2 jam, hal tersebut ditunjukkan dengan noda yang terbentuk berupa garis longitudinal. Sedangkan pada gambar 5.6 menunjukkan bahwa terdapat noda diluar garis longitudinal (degradan). Dari kedua gambar tersebut dapat disimpulkan bahwa ekstrak formula campuran stabil dalam plat KLT selama 2 jam.

Presisi yang dilakukan adalah presisi intermediate. Presisi ini

dilakukan pada 3 hari yang berbeda, oleh analis yang sama, dan dengan

peralatan yang sama. Pada tahap ini diperlukan nilai rasio area dari masing-masing peak senyawa marker spesifik, kemudian rasio area tersebut akan dibandingkan antar replikasinya pada intraday dan interday. Rasio area diperoleh dengan cara membagi area dari senyawa marker spesifik dengan area peak lain yang stabil.

Pada intraday 1, senyawa marker spesifik merica hitam memiliki %KV sebesar 3,96% pada formula 1, 1,92% pada formula 2, dan 2,27% pada formula 3. Sedangkan senyawa marker spesifik cabe jawa memiliki %KV sebesar 2,27% pada formula 1, 1,89% pada formula 2, dan 3,91% pada formula 3.

Pada intraday 2, senyawa marker spesifik merica hitam memiliki %KV sebesar 1,70% pada formula 1, 1,53% pada formula 2, dan 1,43% pada formula 3. Sedangkan senyawa marker spesifik cabe jawa memiliki %KV sebesar 1,68% pada formula 1, 1,53% pada formula 2, dan 1,44% pada formula 3.

Pada intraday 3, senyawa marker spesifik merica hitam memiliki %KV sebesar 1,32% pada formula 1, 1,12% pada formula 2, dan 1,52% pada formula 3. Sedangkan senyawa marker spesifik cabe jawa memiliki %KV sebesar 1,31% pada formula 1, 1,12% pada formula 2, dan 1,51% pada formula 3.

Sedangkan untuk interday, senyawa marker spesifik merica hitam memiliki %KV sebesar 3,13% pada formula 1, 2,47% pada formula 2, dan 2,61% pada formula 3. Sedangkan senyawa marker spesifik cabe jawa memiliki %KV sebesar 2,62% pada formula 1, 2,49% pada formula 2, dan 3,22% pada formula 3. Berdasarkan seluruh data %KV yang didapatkan,

dapat disimpulkan bahwa metode yang digunakan pada penelitian ini mampu memberikan hasil yang valid.

Tahap berikutnya adalah melakukan scanning peakpada

masing-masing peak senyawa marker spesifik tiap tanaman. Scanning dilakukan

pada panjang gelombang 200-500 nm. Tujuan dari tahap ini adalah untuk mendapatkan nilai kemurnian dari peak dan untuk mengetahui apakah peak senyawa marker spesifik pada tanaman tunggal jika dibandingkan dengan peak senyawa senyawa marker spesifik pada formula campuran memiliki profil spektra yang identik.

Pada tabel V.4, menunjukkan bahwa peak purity dari peak

senyawa marker spesifik cabe jawa memiliki nilai correlation limit

0,9900 dan panjang gelombang maksimum senyawa tersebut berada disekitar 340 nm. Pada gambar 5.7 dilakukan overlay profil spektra antara peak senyawa marker spesisik cabe jawa pada formula dengan senyawa marker spesifik cabe jawa pada serbuk simplisianya. Nilai correlation limit

dari overlay kedua profil spektra tersebut adalah ≥ 0,9900.

Sedangkan pada tabel V.5 menunjukkan bahwa peak purity dari

peak senyawa marker spesifik merica hitam memiliki nilai correlation limit

≥ 0,9900 dan panjang gelombang maksimum senyawa tersebut berada

disekitar 340 nm. Terlihat pada gambar 5.8 dilakukan overlay profil spektra antara peak senyawa marker spesisik merica hitam pada formula dengan senyawa marker spesifik merica hitam pada serbuk simplisianya. Nilai

correlation limit dari overlay kedua profil spektra tersebut adalah ≥ 0,9900.

Selanjutnya penentuan batas deteksi dan batas kuantifikasi dari senyawa marker spesisik tiap tanaman. Pada penentuan batas deteksi dan

batas kuantifikasi untuk senyawa marker spesifik merica hitam dilakukan penotolan dari konsentrasi 9,28 mg sampai konsentrasi dimana senyawa marker spesifik tersebut tidak tampak. Setelah itu akan dilakukan perhitungan regresi linear antara konsentrasi sampel yang tertotol dengan area senyawa marker yang didapatkan. Konsentrasi yang digunakan untuk perhitungan regresi linear adalah 9,28 mg; 6,96 mg; 4,64 mg; 2,32 mg dan 0,93 mg.

Untuk senyawa marker spesifik cabe jawa, dilakukan penotolan dari konsentrasi 11,48 mg sampai konsentrasi dimana senyawa marker spesifik tersebut tidak tampak. Setelah itu akan dilakukan perhitungan regresi linear antara konsentrasi sampel yang tertotol dengan area senyawa marker yang didapatkan. Konsentrasi yang digunakan untuk perhitungan regresi linear adalah 11,48 mg; 9,18 mg; 6,89 mg; 4,59 mg dan 2,30 mg.

Tahap berikutnya adalah uji linearitas. Rentang berat sampel pada senyawa marker spesifik merica hitam yang digunakan sebagai kurva kalibrasi adalah 11,59 mg; 23,19 mg; 57,97 mg dan 69,57 mg. Dari perhitungan regresi linear 4 level konsentrasi tersebut, didapatkan persamaan regresi Y = 3167,2 + 90,164 * X , nilai r = 0.99869 , sdv = 1,73 dan Vx0 = 4,27%. Sedangkan rentang berat sampel pada senyawa marker spesifik cabe jawa yang digunakan adalah 11,48 mg; 22,95 mg; 45,91 mg dan 57,38 mg. Dari perhitungan regresi linear 4 level konsentrasi tersebut, didapatkan persamaan regresi Y = 155,32 + 37,088 * X, nilai r = 0,99921 , sdv = 1,02 dan Vx0 = 2,97 %.

Kemudian dilakukan homogenity test untuk konsentrasi terendah

dan konsentrasi tertinggi yang digunakan sebagai kurva kalibrasi, dari hasil

yang didapat dari software VMA Solution dapat diketahui bahwa memenuhi persyaratan karena nilai testing value (TV) ≤ F.

Selanjutnya pada tabel V.12 dan V.13 menunjukkan hasil perbandingan berat sebenarnya dari masing-masing tanaman yang terdapat ditiap formula dengan berat yang diperoleh dari metode yang digunakan. Berat yang diperoleh didapatkan dengan cara memasukkan area kedalam persamaan regresi dari linearitas masing-masing tanaman tunggal. Kemudian berat yang diperoleh akan dibandingkan dengan berat yang sebenarnya sehingga akan didapatkan % akurasi. Dari hasil perhitungan didapatkan rata – rata % akurasi senyawa marker spesifik pada merica hitam pada formula 1 sebesar 103,87 ± 2,12 %, formula 2 sebesar 110,80 ± 1,62 %, dan formula 3 sebesar 105,09 ± 3,62 %. Sedangkan %Akurasi senyawa marker spesifik cabe jawa pada formula 1 sebesar 102,92 ± 3,49 %, formula 2 sebesar 106,5 ± 2,60 %, dan formula 3 sebesar 105,48 ± 2,64 %.

Dari hasil validasi metode yang sudah didapatkan, hasil yang didapat keseluruhan memenuhi syarat. Sehingga bisa disimpulkan bahwa metode analisis yang digunakan valid. Hasil dari penelitian ini hanya berlaku untuk bahan tanaman yang berada di ballitro dengan spesifikasi tanaman yang telah disebutkan pada poin sebelumnya.

 

62   

BAB VII

Dokumen terkait