• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV : PENYAJIAN DAN ANALISA DATA

IV.1. Hasil Wawancara Dengan Fasilitator Kelurahan

Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP)

1. Menurut anda, apa saja yang menjadi kendala di lapangan pada penyaluran BLM I, II, III baik pada sektor sosial, lingkungan maupun ekonomi

Faskel : Pada BLM I, untuk bantuan ekonomi, secara administrasi saya lihat masyarakat atau dalam hal ini KSM masih kesulitan, yakni khususnya dalam menyusun sebuah laporan proposal guna pengajuan pinjaman ekonomi bergulir. Hal ini karena SDM masyarakat setempat yang masih minim. Nah, inilah yang menyebabkan kurang maksimalnya penyaluran bantuan ekonomi tersebut. Maka sebagai solusinya, dalam pengerjaan di lapangan banyak dibantu oleh UP (Unit Pelaksana) bidang ekonomi sebagai penguatan dari KSM tersebut. Untuk bantuan sosial, kita ketahui pada siklus sebelumnya P2KP sudah berhasil merumuskan profil

KK miskin, namun disini dalam aplikasi penyalurannya, terjadi kebijakan baru yakni pemerataan. Seharusnya penyaluran harus sesuai dengan prioritas kebutuhan (mendahulukan kebutuhan yang paling mendesak), namun di lapangan karena profil KK miskin Kelurahan Kota Bangun itu berbeda tipis, maka diambil kebijakan untuk pemerataan (menyamaratakan semua) saja agar tidak mengundang perselisihan. Kemudian di lingkungan (bantuan lingkungan), yang namanya kebersamaan memang sudah tergali, namun kendala terlihat dalam pengerjaannya di lapangan, misalnya dalam pembuatan parit. Nah, ini kan memakan waktu yang lama, jadi bagaimana nasib dapur keluarga masing-masing dari anggota KSM yang mengerjakan proyek lingkungan itu, sementara pengerjaannya swadaya. Disini, saya picing mata apabila tak mengurangi kualitas pengerjaan mereka.

Dalam BLM II kendala masih sama, terutama untuk ekonomi yakni kesulitan dalam administrasi yang menurut mereka berbelit-belit sekali hanya untuk meminjam uang yang nominalnya cukup sedikit. Begitu juga pada bantuan sosial, masih kurangnya kesadaran masyarakat untuk melihat siapa yang paling membutuhkan sebenarnya. Sedangkan dilingkungan, terkendalanya pada saat diketahui bahwa pengucuran dana BLM II ini, bertepatan dengan melonjaknya harga-harga sehingga KSM-KSM harus mampu mempertanggung jawabkannya sesuai dengan rincian dana. Dalam arti disini, LPJnya harus jelas.

Sedangkan di BLM III, pada penyaluran ekonomi ada sedikit kegagalan yakni dalam KSM pelatihan bengkel, dimana peserta belum bisa membedakan keinginan dengan kebutuhan. Mereka lebih mendahulukan atau mementingkan keinginan daripada kebutuhan, balik lagi disini karena kurangnya kesadaran dari masyarakat itu sendiri. Kendala dibantuan sosial juga sama, yakni kurangnya kesadaran masyarakat untuk seharusnya mendahulukan mereka-mereka yang memerlukan dana paling kritis. Di lingkungan, pada dasarnya di BLM III ini dijalankan dengan baik oleh KSM–KSM setempat.

Koordinator BKM : Dari yang saya lihat, untuk BLM I kegiatan yang dilakukan KSM ekonomi sampai saat ini berjalan, walaupun ada satu hingga dua orang yang tertunggak. Kegiatan ekonomi pada tahap I ini berbentuk pelatihan-pelatihan seperti pelatihan memasak, komputer, bengkel serta pembuatan pot. Untuk kegiatan-kegiatan lingkungan, gak semuanya aspirasi masyarakat, melainkan ada campur tangan tokoh masyarakat. Contohnya, ada satu KSM yang sampai saat ini tidak ada pertanggungjawabannya, yakni di lingkungan I KSM pembuatan lampu jalan. Sedangkan yang lain mudah-mudahan berjalan. Untuk kegiatan sosial, saya rasa tidak ada kendala yang berarti.

Pada BLM II, mudah-mudahan kendala tidak ada tapi satu yang disempurnakan dimana BLM II untuk bantuan lingkungan ini tidak ada biaya perawatan masyarakat. Misalnya jalan dibuat, nah setelah 2 hingga 3 bulan dipakai diharapkan masyarakat yang melanjutkannya. Untuk bantuan sosial juga tidak terkendala saya lihat, sedangkan untuk kegiatan ekonomi berjalan baik.

BLM III ini, saya rasa tidak ada kendala berarti. Sampai saat ini sudah dapat dirasakan masyarakat penyalurannya.

2. Menurut anda, apakah KSM di Kelurahan Kota Bangun ini sudah mampu menampung aspirasi masyarakat secara reprentatif dengan arah yang jelas, dapat dikontrol dan bersifat terbuka ?

Faskel : Dalam hal aspirasi masyarakat sudah terwakili atau belum, menurut saya sudah karena KSM ini juga terbentuk melalui hasil rapat masyarakat, yang mana didalamnya sebelum melakukan segala sesuatu terdapat rembuk-rembuk guna untuk melihat apakah yang disalurkan benar-benar sudah mengena kepada yang dikatakan masyarakat miskin tersebut. Rembuk itulah yang menjadi kekuatan. Kemudian, tentu saja dengan arah yang jelas karena program ini sudah dikonsep sedemikian rupa hanya penyalurannya. Semuanya semata-mata juga untuk masyarakat. Begitu juga dengan kontrol, dimana selain diharapkan juga terdapat kontrol dari masyarakat,

saya sendiri sebagai pendamping berusaha menuntun KSM-KSM ini agar benar-benar berjalan sesuai tujuan. Dalam hal keterbukaan dapat dilihat, dengan adanya kebijakan dari KSM untuk membuat papan-papan informasi guna perincian dana-dana proyek pembangunan.

Koordinator BKM : Sebetulnya kalo katanya mewakili, KSM itu berbeda-beda karena KSM itu kan bentuknya Tridaya, namun secara umum hampir sebagian masyarakat sudah ikut di KSM berarti otomatis aspirasi masyarakat tersalurkan. Karena apabila si A ikut pada KSM BLM I, belum tentu dia juga yang mengisi KSM di BLM II. Jadi disini secara tidak langsung masyarakat yang terlibat itu dalam jumlah yang banyak. Dalam hal arah yang jelas, ya sudah pasti karena P2KP ini sendiri dikonsep dengan matang. Dikatakan dapat dikontrol, ya sudah pasti karena P2KP punya UP (Unit Pelaksana) di tiap Tridaya dan punya BKM yang kebetulan mewakili di lingkungan masing-masing. Dikatakan terbuka, pastinya transparansi itu bisa kita lihat dengan adanya papan-papan informasi mengenai biaya-biaya proyek pembangunan dan lain-lain.

3. Menurut Anda, apakah KSM yang merupakan tahap P2KP sudah menjadi wadah yang melibatkan masyarakat dalam proses pelayanan publik ?

Faskel : Ya, sudah menjadi wadah, karena kembali lagi bahwa kegiatan KSM itu salah satunya memberikan atau membangun sarana yang dibutuhkan publik, misalnya dalam pembuatan lampu jalan, sarana pembuangan sampah dan lain-lain. Jadi kemampuan masyarakat dalam hal ini melalui KSM, diberdayakan dalam proses pelayanan publik.

Koordinator BKM : Saya rasa karena di dalam tubuh KSM itu banyak terdapat tokoh masyarakatnya, ya jadi memang mewadahi. Karena, kebanyakan KSM itu anggota-anggotanya merupakan tokoh masyarakat. Tokoh masyarakat pastinya tahu apa yang dibutuhkan lingkungan tempat tinggal mereka karena ia selalu dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan di masyarakat. Disini nantinya akan terbaca apa yang menjadi kebutuhan masyarakat sekitar tempat tinggal mereka. 4. Menurut anda, realisasi dari tahap KSM tersebut apakah sudah mewakili akses

bagi masyarakat dalam menyampaikan pendapat ?

Faskel : Ya sudah pasti. Di kekuatan rembuk dalam rapat yang dilakukan KSM-KSM itu kan merupakan sarana menyalurkan aspirasi masyarakat, dimana disitulah aspirasi masyarakat itu dibicarakan untuk kemudian dicari tindak lanjutnya. Contohnya, sekarang keluhan pedagang kecil yang sulit sekali mendorong gerobak mereka ke tempat tinggalnya yang berada di dalam-dalam gang

kecil sudah dirasakan manfaatnya dengan pembuatan jalan-jalan setapak oleh KSM lingkungan setempat.

Koordinator BKM : Kalo saya katakan 100% itu belum tapi sebagian besarnya, iya. Ya, mungkin ke depan nanti ada yang namanya sistem paket dan akan kita ubah polanya yakni kepada yang benar-benar menjadi kebutuhan yang mendesak diutamakan.

5. Menurut anda, sejauhmana partisipasi dan keterlibatan masyarakat dalam proyek-proyek baik sosial, lingkungan maupun ekonomi.

Faskel : Keterlibatan masyarakat disini yakni partisipasi asli disamping juga terjadi partisipasi teknis didalamnya, dimana masyarakat sadar mereka ikut terlibat karena memang itu yang mereka butuhkan atau bagian dari kebutuhan mereka. Namun itu semua perlu diarahkan sehingga terjadi pengembangan menjadi partisipasi teknis.

Koordinator BKM : Saya rasa, untuk tahap I masyarakat belum mengenal kali, namun untuk tahap II dan III terjadi partisipasi asli dan teknis. Contohnya saja dengan dana yang minim di lingkungan III yakni hampir 15 juta tapi bisa atau dapat dibangun rumah. Berarti bagus sekali partisipasi atau keterlibatan masyarakat didalamnya. 6. Menurut anda, apakah melalui KSM sudah terjalin sense of community

masyarakat ?

Faskel : Sense of community itu sudah terjalin disini.Balik lagi, apabila kita sadar bahwa itu suatu kebutuhan maka kenapa tidak mungkin

berfikir untuk ikut serta didalamnya. Hasil yang diperoleh jika terdapat pemikiran begitu maka masyarakat akan lebih mau untuk menjaga atau menghadapi apa yang telah dibuat. Namun dilapangan, ada beberapa kendala atau bisa disebut kegagalan yakni pada KSM pembuatan MCK di BLM II sempat kehilangan pompa. Nah itu tadi, kurangnya kesadaran masyarakat setempat. Koordinator BKM : Saya rasa, karena saya pun tidak langsung melihat

secara pasti dilapangan, dimana yang kita bangun itu karena permintaan mereka otomatis memang itu yang mereka butuhkan. Jadi pastinya terdapat rasa memiliki didalamnya karena sudah disalurkan apa yang mereka butuhkan.

IV.2. Hasil Wawancara dengan Tokoh Masyarakat Mengenai Partisipasi

Dokumen terkait