• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

2. Hasil Wawancara

Suku Melayu memiliki budaya tersendiri dalam melakukan perawatan masa nifas yang meliputi :

a. Persepsi kesehatan tentang perawatan ibu pada masa nifas yang menyatakan bahwa perawatan ataupun pantangan perilaku yang dilakukan pada masa nifas berhubungan dengan keadaan ibu di masa tua.

b. Nilai – nilai yang mendasari praktek budaya yaitu pantangan perilaku, perilaku khusus yang dilakukan, pantangan makanan dan ramuan tradisional.

c. Praktek perawatan nifas yang terdiri dari aktivitas, pemeliharaan kebersihan diri dan perawatan khusus.

a.1. Persepsi kesehatan tentang perawatan ibu pada masa nifas

Persepsi kesehatan suku Melayu tentang perawatan ibu pada masa nifas diketahui berdasarkan hasil wawancara dari keenam partisipan yang menyatakan bahwa perawatan dan pantangan perilaku yang dilakukan dimasa nifas berhubungan dengan keadaan di masa tua. Bila pantangan yang telah dibuat dilanggar atau dilakukan oleh ibu maka akibatnya akan terlihat di masa tua yakni ibu mudah sakit. Hal ini terbukti dari pernyataan keempat partisipan :

“Pokoknya dijagalah kesehatan badan biar gak cepat sakit kalo udah tua”.

(Partisipan 3) “Ya cepatlah kena penyakit kalo gak dari sekarang dijaga, waktu melahirkan kan capek jadi dijaga badan biar dihari tua nanti gak sakit-sakitan”.

(partisipan 1) “Apalagi perut kan bisa kembung, kan gak mau sakit kita”

“Kalo pantangannya dilanggar ya bisa sakitlah”.

(Partisipan 4)

b.1. Nilai –nilai yang mendasari praktik budaya selama masa nifas

1). Pantangan Perilaku

Menurut partisipan terdapat pantangan perilaku yang dilakukan selama masa nifas. Pantangan perilaku tersebut yakni pantangan keluar rumah selama 40 hari. Hal ini disebabkan tubuh si ibu akan masuk angin dan membuat kepala menjadi sakit. Selain kondisi ibu yang belum pulih total akan mudah terserang penyakit dan ada juga yang mengatakan kalau ibu yang baru selesai melahirkan diganggu oleh roh jahat.

Berikut paparannya :

“Gak boleh keluar rumah, bisa kena sial karena baru selesai melahirkan”.

(Partisipan 3) “Badan kan masih lemah jadi kalo kena angin mudah sakitnya. Jadi gak bolehlah keluar rumah”.

(Partisipan 4) “Pantanganya jangan keluar rumah, bisa kena sial nanti apalagi masih punya bayi, trus anginnya diluar bisa buat masuk angin”.

(Partisipan 6) Seorang partisipan juga menyatakan bahwa ada juga ibu yang hendak keluar rumah yang tidak betah di rumah, maka ia harus menggunakan handuk atau kain yang menutupi area kepalanya supaya tidak masuk angin ke kepalanya.

“Kan ada juga ibu –ibu yang bandel, gak betah di rumah trus, jadi keluar rumah dia di ambilnya kain untuk menutupi kepalanya semualah”.

2). Perilaku Khusus yang Dilakukan

Menurut empat dari enam partisipan menyatakan terdapat perilaku-perilaku yang dilakukan oleh ibu selama masa nifas. Perilaku tersebut antara lain seperti keramas setiap hari selama seminggu dan air bilasan terakhir diteteskan ke mata serta memakai pilis di kening ibu.

Yang pertama perilaku yang dilakukan keramas setiap hari selama seminggu dan air bilasan terakhir diteteskan ke mata. Menurut keenam partisipan hal ini dilakukan supaya keputihan tidak naik ke mata dan mata ibu tidak kabur.

“Terus itu harus mandi keramas selama seminggu. Kepalanya dicuci”.

(Partisipan 1) “Biasanya pantangan kan gak boleh keramas tapi ini harus keramas selama seminngu. Biar gak keputihan”.

(partisipan 3) “Terus cuci kepala keramas, air bilasan terakhir kita teteskan kemata, katanya biar gak buta dan supaya gak keputihan”.

(Partisipan 5) “Harus gitulah keramas, kalo mandikan tanggung, biar gak ada keputihan, gak buta juga bisa”.

(Partisipan 2) Yang kedua yaitu memakai pilis di kening ibu. Menurut lima dari enam partisipan, perilaku ini dilakukan supaya ibu tidak pening dan mencegah darah putih naik ke mata.

“Ya, pilis juga dipakai dioleskan di kening, biar gak pening”.

(Partisipan 2) “Kadang kan mau seperti demam gitu, ditaruhlah pilis di dahi, kepala juga gak pening jadinya”.

“Mau juga kepala kayak pening gitu, kan abis melahirkan capek, diolesilah pilis ke kening, terasa enakan juga lah”.

(Partisipan 4) “Kalo sakit kepala, pakai ramuan gitu dulu, diolesilah pilis ke kening dan kadang gitu aja dibuat, bisa juga pakai kain tipis dibuat di kening”.

(Partisipan 5) “Kadang kepala pening juga kerena menguras tenaga waktu melahirkan, di buatlah pilis yang di taruh ke dahi. Sampai kering biar lebih enakan. Trus mencegah keputihan juga yang naik ke mata”.

(Partisipan 6) 3). Pantangan Makanan

Empat dari enam partisipan menyatakan ada beberapa makanan yang menjadi pantangan bagi ibu nifas seperti sayuran yang licin seperti kangkung, genjer, ikan seperti ikan gurami, lele, daging dan nangka, es dan yang pedas-pedas.

Berikut paparannya :

Yang pertama sayuran yang licin seperti kangkung, genjer dan daun kacang. Kebanyakan dari jenis sayuran seperti ini tidak diperbolehkan dimakan karena dapat menyebabkan kemaluan menjadi licin sehingga membuat kemaluan menjadi basah.

“Ada beberapa sayuran yang gak boleh dimakan seperti kangkung, genjer, daun kacang dan talas. Buat kemaluan jadi licin itu kalo kita makan”.

(Partisipan 3) “Ya pantanglah makan sayuran yang licin seperti kangkung, genjer, gak boleh dimakan. Kalo lagi kepengin ya ditahan dululah”.

(Partisipan 2) “Tidak bolehlah, kan sayuran kangkung, genjer licin. Pantang kalo dimakan. Ya cari jenis sayuran yang lainlah”.

Yang kedua yang menjadi pantangan makanan yaitu makan ikan dan daging. Menurut empat dari enam partisipan tidak boleh makan ikan atau daging karena dapat menyebabkan perut menjadi sakit dan bisa juga menyebabkan perdarahan yang banyak karena makan daging.

“Ikan seperti gurami, lele gak boleh..

Ya bisa buat perut menjadi sakit, kan susah nanti”.

(Partisipan1) “kan banyak pantangannya, ikan gak boleh trus daging juga gak boleh. Sakit nanti perut kalo dimakan”.

(Partisipan 2) “Mujair, lele gak boleh, ya carilah makanan yang baik yang boleh dimakan jangan semua asal makan. Daging harus dihindari juga”.

(Partisipan 5) “Kalo pun dilanggar, nanti berbahaya pula jadi gak bolehlah makan ikan, apalagi daging nanti perdarahan pula umi”.

(Partisipan 6) Yang ketiga adalah pantangan makan nangka dan minum es. Menurut empat dari enam partisipan tidak diperbolehkan makan nangka dan minum. Hal ini disebabkan nangka dapat menyebabkan perut ibu dan bayi menjadi kembung. Sama halnya juga jika ibu minum es.

“Makan nangka juga gak boleh, es juga. Kembunglah perut kalo dimakan dan diminum”.

(Partisipan 2) “Kalo es kembunglah perut, bagusan air putih aja”.

(Partisipan 4) “Kalo mau sehat janganlah makan pantangan, apalagi nangka bisa kembung. Yang bersantan juga sama”.

(Partisipan 1) “Selain yang bersantan, nangka, es juga buat perut kembung”.

(Partisipan 3) Yang keempat adalah pantangan makanan yang pedas-pedas. Menurut keempat dari enam partisipan ibu dilarang makan yang pedas-pedas seperti makanan yang banyak

mengandung cabai karena dianggap kalau makan yang pedas-pedas airmata ibu dan bayi akan mengalir terus menerus.

“Yang pedas-pedas juga gak boleh, nanti bayinya kepedasan dan nangis terus. Bisa juga bayinya mencret gitulah”.

(Partisipan 5) “Pedas juga gak bisa, cuman tahu dan tempe yang digoreng boleh bisa”.

(Partisipan 2) ....gak boleh makan yang pedas juga, sama nangka dan es.

(Partisipan 6) “Makanan pedas kan gak baik untuk ibu baru selesai melahirkan jadi janganlah dimakan. Kata orang dulu nanti saya dan bayi saya airmatanya mengalir terus”.

(Partisipan 3) 4. Ramuan Tradisional

Menurut tiga dari enam partisipan dan narasumber ada beberapa ramuan tradisional yang di minum oleh ibu selama masa nifas seperti pati kunyit, pati jahe dan pati kencur.

Yang pertama pati kunyit. Pati kunyit diminum oleh ibu setelah sisa darah melahirkan habis, biasanya diminum pada saat hari yang ke 21 dan diminum selama 3 hari.. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan keputihan ibu dan ibu menjadi lebih segar. Hal ini sesuai dengan pernyataan ketiga partisipan.

“Iya, pati kunyit diminum biar segar, keputihan juga bisa hilang, tambah semangat juga”.

(Partisipan 2) “Kalo pati kunyit tadi pun pahit, tambah aja madu. Bisa juga buat air susu makin banyak. Badan juga segar”.

(Partisipan 6) “seperti minum jamulah, tapi dibuat sendiri. Dari kunyit misalnya dibuat pati kunyit untuk menambah air susu ibu dan makin segar setelah diminum. Makanya saya minum karena enak juga saya rasa”.

Adapun cara membuat pati kunyit adalah kunyit diparut kemudian ditambah air panas dan madu serta kuning telur ayam kampung. Lalu diminum oleh ibu. Pati kunyit diminum selama tiga hari setelah darah sisa melahirkan habis. Biasanya pada hari ke 21 dihitung setelah persalinan.

Yang kedua pati jahe dan kencur. Pati jahe dan kencur diminum oleh ibu yang selesai melahirkan selama lima hari. Setelah selesai minum pati kunyit kemudian diteruskan dengan pati jahe dan kencur.

Berikut paparannya :

“Kalo mau kita dan anak kita sehat minum jahe dan kencurlah. Badan terasa lebih hangat”.

(partisipan 1) “Ya.. ikutilah apa kata orang tua dulu. Minum jahe katanya diminum, minum kencur katanya diminum. Kan lebih pengalaman mereka”.

(Partisipan 3) “Supaya gak mudah sakit dan badan pun hangat terus gak kedinginan minum air jahe dan kencur saya. Kalo untuk kesehatan suka gak suka ya diminum lah”.

(Partisipan 6) “Iyalah harus diminum air jahe yang udah diparut langsung, hangatkan tubuh kita supaya gak kedinginan”.

(Partisipan 4) Menurut narasumber minum pati jahe dan kencur sangat bermanfaat bagi kesehatan ibu. Selain menghangatkan tubuh ibu, juga dapat membuat si ibu dan bayi sehat. Tidak hanya diminum oleh ibu yang selesai melahirkan tetapi yang lainnya juga bisa meminumnya.

“Gak ada ruginya minum air jahe dan kencur atau pun kunyit, malah makin sehat dibuatnya. Badan dihangatkan, makin segar lagi kita setelah minum itu”.

c.1. Praktek Perawatan Nifas

1). Aktivitas

Menurut empat dari enam partisipan setelah melahirkan aktivitas pun dibatasi pergerakannya. Sesuai dengan pernyataan keempat partisipan yang menyatakan bahwa pada masa nifas tidak boleh banyak bergerak atau bekerja. Menurut keempat partisipan aktivitas yang dibatasi dilakukan karena kondisi ibu yang belum pulih dan masih lemah karena banyak kehilangan tenaga pada saat proses persalinan.

“Gak boleh banyak bergerak atau bekerja, kan belum pulih kondisinya. Banyak lagi habis tenaga waktu melahirkan, capeklah”.

(Partisipan 2) “Tenaga sudah abis, banyak lagi bergerak bisa sakitlah. Baik pun belom kondisi jadi janganlah banyak bergerak jalan sana sini”.

(Partisipan 3) “Harus istirahatlah setelah melahirkan, lom bisa beraktivitas. Banyak jalan juga gak boleh, masih lemah kondisi, trus kan masih capek. Janganlah bergerak banyak atau pun bekerja”.

(Partisipan 1) “Gak boleh capek karena masih lemah, janganlah banyak bergerak apalagi bekerja belum bisalah”.

(Partisipan 4) 2). Pemeliharaan Kebersihan Diri

Sesuai dengan pernyataan empat dari enam partisipan yang berkaitan dengan pemeliharaan kebersihan diri yaitu dikenal dengan mandi “wiladah” mandi seluruh tubuh dari kepala sampai ke kaki dengan air panas. Tujuannya supaya tubuh sehat, cepat pulih kembali, bersemangat dan tidak mudah capek.

“Ya kalo di suku melayu, harus mandi seluruh tubuh namanya mandi wiladah, karena badan kita kan masih kotor jadi mandi seluruhnya biar wangi”.

“Mandi wiladah biar wangi badan kita dan badan lebih cepat pulih kembali”.

(Partisipan 5) “Harus mandi seluruhnyalah biar wangi dan badan cepat pulih trus segar lagi. Mandi “wiladah” biasa disini disebut. Pakai air panas dimandikan, dengan rebusan daun-daunan”.

(Partisipan 2) “Satu hari setelah melahirkan harus mandi seluruh badan, pakai air rebusan daun-daunan. Kan wangi setelah mandi. Badan jadi pulih kembali. Namanya sering disebut mandi wiladah”.

(Partisipan 3) Salah seorang partisipan menyatakan bahwa badan menjadi wangi karena pengaruh mandi dengan air rebusan daun-daunan. Setelah mandi badan terasa pulih kembali dan tubuh pun menjadi lebih segar.

“Kan segar badan karena badan dengan air rebusan daun-daunan dan badan juga menjadi wangi. Jadi terasa lebih enakan”.

(Partisipan 4) 3). Perawatan Khusus

Perawatan khusus yang dilakukan suku Melayu adalah perawatan vulva higiene, pemakaian bengkung yang diolesi dengan tapel. Berdasarkan pernyataan keenam partisipan terdapat perawatan vulva hiegiene yang menggunakan air sirih yang sudah dimasak. Hal ini dilakukan supaya daerah kemaluan tidak bau maka digunakan air sirih yang telah dimasak dan digunakan saat air tersebut hangat.

“Pakai sirihlah yang sudah dimasak dan airnya yang hangat dipakai untuk membersihkan kemaluan biar gak bau”.

(Partisipan 2) “Terus kemaluannya dibersihkan pakai air rebusan daun sirih biar gak bau”.

(Partisipan 6) “Gak boleh pakai air dingin untuk cebok, pakai air sirih yang hangat”.

“Air rebusan daun sirih yang hangat, itulah yang dicebokkan untuk membersihkan kemaluan. Biar gak bau”.

(Partisipan 5) “Air hangat sirih itu dipakai untuk membersihkan kemaluan, jangan yang dingin”.

(Partisipan 3) “Pokoknya air hangat daun sirih biar kemaluan gak bau. Kalo gak bisa bau amis kan”.

(Partisipan 1) Perawatan yang kedua yaitu ibu memakai bengkong yang sebelumnya diolesi dengan tapel. Tindakan seperti memakai bengkong pada ibu dilakukan dengan tujuan supaya perut ibu ketat, langsing dan perut tidak turun. Selain itu tujuan dilakukan perawatan ini adalah supaya rahim ibu kembali seperti semula. Karena adanya anggapan para ibu setelah selesai melahirkan tubuh akan menjadi kendur dan kelihatan jelek dan untuk memperketat daerah perut ibu di pakai bengkung ynag sebelumnya ditapeli dengan daun jarak ataupun daun mengkudu.

Berikut ini pernyataan keenam partisipan :

“Mulai hari ketiga sampai ketujuh ibu ditapeli biar perutnya langsing”.

(Partisipan 2) “Ya harus ditapeli dan di bengkung pakai kain panjang biar perut gak turun”.

(Partisipan 5) “Siap melahirkan mulai hari ketiga ditapeli pakai daun jarak atau mengkudu supaya rahim balik lagi seperti dulu”.

(Partisipan 3) “Ini pun penting, buatkan tapel sama ibu dan dibengkung pakai kain panjang seperti gurita biar perutnya pun ketat dan langsing, rahim pun kembali lagi seperti dulu”.

(Partisipan 6) “Ialah, kalo mau langsing dan ketat perutnya harus ditapeli si ibu, trus di bengkung ketat pakai kain panjang. Resikonya susah umi dulu bergerak bebas kadang seperti sesak lagi”.

“Haruslah di bengkung pakai kain panjang, ketat dibuat. Tapi ya sebelumnya ibu ditapelilah kadang pakai daun jarak atau mengkudu biar rapi perutnya, terus langsing lagi. Harus jaga penampilan jugalah”.

(Partisipan 4) Menurut narasumber, perawatan seperti memakai bengkung kemudian diolesi dengan tapel masih sering dilakukan dalam suku Melayu dengan maksud untuk menjaga penampilan tubuh mereka sehingga perut ramping kembali dan ketat, perut tidak turun sehingga kelihatan cantik.

“Kalo perilaku seperti ini sudah menjadi keharusan, dan sudah menjadi tradisi bagi masyarakat di tempat ini. Penampilan juga harus dijaga walaupun sudah tua. Dulu umi takut kali kelihatan jelek kalo selesai melahirkan. Kan badan umi melar gitu jadi kalo pakai itu perut jadi ketat, rapi dan langsing. Jadi penampilan lebih baiklah. Makanya umi pakai bengkung setelah ditapeli”.

(Narasumber)

Dokumen terkait