• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAILA SYAFITRI LUBIS 06090

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. !.3 Keadaan Sosial Ekonom

IV.2 Hasil Wawancara

Di sini peneliti menentukan 10 (sepuluh ) keluarga sebagai subjek penelitian yang meliputi ibu, ayah dan anaknya yang berusia berkisar 6-12 tahun yang ada di Kelurahan Karang Berombak. Peneliti menggunakan teknik Snowball untuk

mengumpulkan informan artinya informan pertama akan memberitahukan keberadaan informan lain yang memiliki kesamaan tertentu.

Berikut adalah hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap 10 (sepuluh) keluarga

Informan 1/ Keluarga ke-1 Ayah Nama : Ars Usia : 33 tahun Pendidikan : SMA Pekerjaan : Wiraswasta Ibu Nama : End Usia : 33 tahun Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Anak

Nama : Rsk Usia : 9 Tahun Jenis Kelamin : Perempuan

Urutan Kelahiran : 1 dari 2 bersaudara

Ars dan End telah menikah selama 10 tahun. Saat ini mereka hanya mempunyai 2 anak saja yang kedua-duanya adalah perempuan. Rsk adalah anak pertama dari pasangan ini. Kini dia tengah duduk di bangku kelas 3 SD, sedangkan adiknya baru berusia 5 tahun dan belum bersekolah. Dalam kesehariannya Ars yang bertindak sebagai pencari nafkah dalam keluarga bekerja sebagai wiraswasta yaitu usaha menjual minuman di sebuah warung makan. Kadang-kadang istrinya, End menemani suaminya berjualan dan membawa serta anak keduanya ikut. Rsk sering ditinggal sendiri di rumah karena ia harus bersekolah. End merasa ia sangat dekat dengan anaknya dan terkadang kalau dia tidak ikut berjualan dengan suaminya ia bertiga dengan Rsk dan adiknya di rumah. Hal ini pun dirasakan sama oleh ayah Rsk karena menurutnya jika tinggal

dalam satu rumah pastilah dekat satu sama lain. Di rumah, mereka cukup sering melakukan komunikasi terutama pada saat malam hari dimana Ars sudah pulang berjualan. Biasanya hal-hal yang mereka bicarakan adalah seputar bagaimana kegiatan Rsk di sekolah. Komunikasi yang dilakukan adalah tatap muka antara Rsk dan ibunya maupun ayahnya. Ars mengatakan, biasanya komunikasi berlangsung bila ia sedang menemani Rsk mengerjakan PR dari sekolahnya. Sedangkan End sering berkomunikasi dengan anaknya pada saat Rsk pulang sekolah dan pada saat sore hari.

Menurut Ars dan End sebagai orang tua Rsk adalah anak yang cukup mandiri, bila ia mengerjakan sesuatu selalu mencoba mengerjakannya sendiri dan berusaha tidak mengandalkan mereka saja. Apalagi Ars berdagang dan End dan adik Rsk ikut serta. Biasanya dia hanya meminta bantuan pada saat tidak tau bagaimana menjawab soal-soal pekerjaan rumah (PR) dari sekolahnya. Tapi Ars selalu menekankan kepada Rsk untuk mengerjakannya sendiri dulu. Jika Ars punya waktu cukup banyak dia akan mengawasi Rsk belajar. Sebagai ayah Ars merupakan ayah yang cukup tegas dalam mengawasi Rsk belajar. Hal ini juga diamini oleh Rsk. Seperti yang dikatakan Rsk,

“Kalau yang suka marah mama, apalagi ayah juga suka marah tapi kalau aku malas buat PR dan gangguin adek sampe nangis”

Komunikasi yang baik dalam keluarga ini cukup terbina hal ini dikarenakan Rsk bukan merupakan anak yang tertutup. Menurut Ars dan End sebagai orang tua mereka senang karena Rsk suka bercerita bagaimana kegiatannya sehari-hari apalagi tentang sekolahnya. Oleh karena itu mereka bisa memantau perkembangan Rsk dan mengetahui apa yang terjadi padanya. Namun menurut Ars, Rsk suka menceritakan hal-hal yang terjadi padanya jika hal itu

menyenangkan baginya, jika hal itu menurutnya bisa membuat orang tuanya memarahinya dia akan diam saja dan cenderung menutup-nutupi. Sebagai orang tua Ars dan End juga suka menanyakan kegiatan Rsk di sekolah maupun dengan teman-temannya, tidak hanya menunggu Rsk untuk bercerita.

Komunikasi di keluarga ini dominan adalah tentang kegiatan Rsk di sekolah, karena usia Rsk masih usia sekolah dan perlu dibimbing. Seperti pernyataan Ars, ayah Rsk

“Cerita di sekolahnya yang paling sering. Kami kan ingin mengetahui bagaimana dan apa yang dialaminya seharian. Apalagi dari pagi, dia berangkat sekolah sampai sore, saya tidak ada di rumah”

Berbicara soal peraturan, Ars sebagai ayahlah yang paling tegas. Apalagi dalam hal belajar, Ars tidak main-main. Waktu malam hari, ketika mereka semua sudah di rumah, Ars selalu menanyakan tugas sekolah Rsk dan menyuruh Rsk langsung mengerjakannya. Jika Rsk menunda untuk mengerjakannya dan memilih untuk menonton TV dulu, Ars akan marah dan jika sudah begitu End sebagai ibu hanya bisa diam karena menurutnya itu akan membuatnya disiplin dalam hal belajar. End mengatakan, memang yang menerapkan peraturan seperti itu adalah ayah Rsk, dia hanya menetapkan tugas-tugas di rumah untuk Rsk kerjakan seperti menyapu, mencucui piringnya sehabis makan. Menurut End, Rsk harus dibiasakan sejak kecil apalagi Rsk adalah anak perempuan.

Peraturan yang ketat dalam hal belajar membuat Rsk merupakan siswa yang cukup berprestasi di sekolahnya. Rsk sering memperoleh rangking 10 besar di kelasnya. Kadang-kadang Ars suka mengiming-imingi Rsk dengan hadiah jika Rsk dapat memperoleh juara kelas, lain dengan End yang lebih suka menasehati saja untuk lebih giat belajar tanpa memberikan hadiah. Rsk memperoleh juara

kelas bukan berarti ayah dan ibunya sering memberikannya kegiatan-kegiatan yang mengasah kreativitasnya. Sebagai ibu, End hanya membiarkan Rsk bermain dengan teman-temannya ataupun hanya main dengan adiknya dan ayahnya sering menasehatinya untuk lebih giat belajar.

Sebagai anak yang berprestasi di sekolah, kepercayaan diri Rsk menurut orang tuanya cukup menonjol. Hal ini terbukti dengan temannya yang banyak di rumah dan sekolah. End hanya memotivasi Rsk untuk tidak berkelakuan buruk di sekolah ataupun dengan temannya. Rsk pun mengatakan dia suka ikut lomba di sekolahnya dan sering diminta gurunya untuk bernyanyi di depan kelas jika belajar kesenian. Ini cukup membuktikan Rsk memang anak yang cukup percaya diri.

Untuk membuat Rsk bertanggung jawab sejak dini, End menerapkan tugas- tugas untuknya di rumah seperti menyapu, dan mencuci piringnya sendiri. Menurut End, Rsk adalah anak yang kadang-kadang mau melakukan pekerjaan itu dengan sendirinya tanpa disuruh dan kadang-kadang juga sudah lelah untuk menyuruhnya baru dilakukan, tergantung mood. Namun, lain halnya dengan Ars. Ars tidak bisa memaksakan pekerjaan seperti itu harus dikerjakan oleh Rsk. Karena menurutnya Rsk masih anak-anak belum terlalu bisa diberikan tanggung jawab dan masih dalam tahap “belajar”.

Sebagai orang tua yang baik untuk anaknya, Ars dan End selalu mendorong dan menasehati Rsk untuk berperilaku lebih baik dari sebelumnya. Sesuai dengan penuturan End,

“Sering, kalau dia berkelakuan buruk saya nasehati terus dan kasih ingat kalau itu tidak bagus dan harus lebih baik dan lebih giat” dan penuturan Ars

nilai jelek atau dimarahi guru saya selalu nasehatin dan beritahu hal yang baik yang harus dilakukannya”

Metode atau cara yang digunakan End dan Ars dalam berkomunikasi dengan Rsk adalah dengan tatap muka dan sering bertanya hal-hal yang dialaminya seharian. Tak lupa juga menasehatinya, namun menurut Ars Rsk adalah anak yang agak susah di beri peringatan. Menurutnya, Rsk lebih suka membuat Ars dan End marah terlebih dahulu baru mau melakukan apa yang diperintahkan, tetapi kadang-kadang tanpa disuruh pun dengan senang hati dikerjakannya. Di usia anak-anak seperti ini Rsk juga sering melakukan kesalahan, misalnya saja membuat adiknya menangis atau memecahkan piring. Jika sudah begitu, Ars dan End sebagai orang tua hanya bisa menasehati Rsk terlebih dahulu. Ars sebagai ayah tegas dalam hal ini. Bila menurutnya Rsk melakukan kesalahan yang fatal dan tidak bias ditolerir Ars akan memarahi Rsk dan memukulnya, namun Ars tidak akan memukul Rsk di daerah yang membahayakan seprti wajahnya ataupun badannya dan tidak pernah menggunakan alat untuk memukul. End, sebagai ibu juga mendukung cara ayah Rsk memperingatkan anaknya. Karena menurutnya agar Rsk tidak mengulangi hal yang sama.

Sebagai anak usia sekolah Rsk mengisi hari-harinya dengan bersekolah, mengaji ataupun ikut bimbingan untuk menunjang kegiatan belajarnya di sekolah. Dalam menjalankan itu semua Rsk membutuhkan kondisi emosional yang baik. Namun kadang-kadang Rsk mendapati masalah yang wajar dialami anak seusianya. Menurut orang tua Rsk, Ars dan End masalah yang dialami Rsk hanya seputar sekolah dan temannya. Ars dan End mengetahui anaknya sedang ada masalah bila Rsk kelihatan murung dan tidak seperti biasanya. Bila sudah begitu sebagai orang tua mereka mengajak Rsk untuk bercerita apa yang terjadi padanya.

Setelah itu End dan Rsk hanya bias menasehati Rsk dan memberi kata-kata semangat agar membuatnya kembali seperti semula.

Dan pada akhirnya cara yang terbaik dalam mendidik dan mengasuh anak serta dapat mendorongnya berperilaku positif menurut orang tua Rsk, Ars dan End adalah dengan banyak menasehati dan banyak memperingatkan. Namun menurut mereka pula, Rsk adalah tipe anak yang suka membuat orang tuanya marah dan berkata dengan nada tinggi terlebih dahulu baru mau mendengarkan. End mengatakan,

Menurut saya dengan cara lembut pasti lebih bagus, tapi anak ini suka gak bisa dibilangi apa yang kita bilang pura-pura tidak didengar atau diacuhkan begitu saja. Jadi saya suka marah sama dia

Kesimpulan Kasus

Dalam keluarga ini, komunikasi antar pribadi yang terjalin cukup baik. Hal ini dikarenakan orang tua dan anaknya sama-sama menjalankan perannya walaupun terkadang ada kendala yang dihadapi orang tua, seperti anak mereka yang agak susah untuk diperingatkan. Namun, menurut mereka mereka cukup bisa mengatasi sikap anak mereka itu dengan cara mereka sendiri. Komunikasi yang baik juga ditunjukkan oleh pasangan orang tua ini, yaitu dengan peduli terhadap apa yang dialami anak mereka dalam setiap perkembangannya. Anak mereka pun sangat terbuka dan aktif. Berbicara hampir semua hal yang dialaminya dalam menjalankan tugas-tugas perkembangannya. Pasangan suami istri ini juga selalu mendorong anaknya untuk berperilaku positif dengan banyak menasehati dan

menerapkan peraturan-peraturan yang membuat anaknya menjadi lebih disiplin, terutama dalam hal belajar. Oleh karena itu tak heran anak mereka menjadi anak yang cukup berprestasi dan percaya diri. Mandiri juga salah satu perilaku yang dibiasakan oleh pasangan orang tua ini sejak kecil. Ini dikarenakan terkadang sang ayah harus mencari nafkah dari pagi sampai sore dan sang ibu ikut juga berjualan. Jadi, anak mereka harus terbiasa melakukan sesuatu sendiri. Usaha untuk mendorong anak mereka untuk perperilaku positif menurut kedua orang tua ini diketahui dengan memahami “jiwa” anak itu sendiri, barulah bisa menetapkan sikap bagaimana mendidik dan mengasuhnya.

Informan 2/ Keluarga ke-2 Ayah Nama : Man Usia : 36 tahun Pendidikan : Sarjana (S1) Pekerjaan : Wiraswasta Ibu Nama : Sdh Usia : 37 tahun Pendidikan : SMP Pekerjaan : Ikut suami

Anak

Nama : Ryn Usia : 10 Tahun Jenis Kelamin : Laki-laki

Urutan Kelahiran : 1 (anak tunggal)

Pasangan suami istri ini hanya dikarunia satu orang anak yang sekarang menginjak umur 10 tahun. Ayah Ryn bekerja dengan membuka usaha sendiri dan

ibu Ryn ikut menjalankan usaha mereka. Sebagai orang tua yang sibuk mnejalankan usaha mereka dari pagi dan kadang-kadang sampai malam, Ryn sering ditinggal di rumah atau di rumah neneknya yang bersebelahan dengan rumah mereka. Sebagai anak laki-laki Ryn sangat dekat dengan ibunya.

Intensitas komunikasi di rumah mereka sangat jarang dilakukan, paling hanya pada saat ayah dan ibu Ryn sudah pulang bekerja. Sebagai seorang anak yang sering ditinggal sendiri di rumah dan kadang-kadang di rumah neneknya, Ryn menjadi anak yang cukup mandiri dan tidak meminta bantuan orang lain sebelum ia mencoba melakukannya sendiri. Namun, apabila ia butuh bantuan, maka Sdh dan Man bersedia membantu Ryn walaupun agak menundanya dan mereka sedang tidak capek.

Menurut pasangan orang tua ini Ryn adalah tipikal anak yang tertutup sekali, baik itu tentang sekolahnya ataupun cerita tentang ia dan teman-temannya. Padahal Man mengatakan, ia suka menanyakan apa yang dialami Ryn di sekolah atau dengan teman-temannya, tapi Ryn selalu tidak mau bercerita. Dengan Ryn yang kurang terbuka terhadap orang tuanya maka topik pembicaraan di rumah jauh dari cerita-cerita tentang kegiatan Ryn sehari-harinya. menurut Ryn, dia jarang sekali cerita dengan orang tuanya karena orang tuanya sibuk, dan terkadang pulang bekerja sampai malam hari, jadi Ryn tidak punya kesempatan untuk itu. Seperti penuturan Ryn,

“Gak pernah, mana bisa cerita kadang mama sama ayah pulangnya malam kali. Pulang sekolah langsung tempat nenek.”

Dalam proses komunikasinya, bila Sdh memberi nasehat dan memberi peringatan padanya Ryn juga kadang-kadang membantah apabila itu menurutnya tidak sesuai dengannya. Namun, Ryn cukup takut dengan ayahnya apalagi yang

berhubungan dengan tugas-tugas yang diberikan sekolah (PR). Seperti dikatakan Man,

“Kalau sama saya dia selalu nurut mungkin akibat saya agak tegas kalau ngomong sama dia, tapi kalau sudah ada ibunya dia kadang suka ngeyel”

Sebagai seorang ayah, Man cukup tegas dalam menerapkan peraturan dan nilai-nilai keagamaan di rumah. Lain halnya dengan Sdh yang hanya menerapkan peraturan yang berhubungan dengan ketepatan waktu, seperti tidak boleh pulang bermain lama-lama dan belajar untuk tidak telat bangun pagi. Man selalu menerapkan agar Ryn menjadi anak yang tidak lupa menjalankan ibadah wajib seperti sholat dan mengaji. Soal belajar juga Man tidak main-main. Walaupun Man telah mengikutkan Ryn dalam bimbingan belajar, Man juga memantau pendidikan Ryn dengan menyuruhnya belajar lagi sepulang bimbingan belajar tersebut. Peraturan seperti ini dibiasakan Man dan Sdh agar Ryn disiplin sejak dini. Peraturan yang ketat dalam soal belajar tidak lantas membuat Ryn sering mendapatkan juara di kelasnya. Mereka juga jarang memberikan kegiatan- kegiatan yang mengasah kreativitas Ryn, mereka hanya memberikan permainan berbentuk Play Station agar Ryn tidak terlalu liar bermain kesana kemari dengan teman-temannya. Lain halnya dengan penuturan Man, ia berpendapat bahwa Ryn tidak punya waktu untuk itu karena kegiatan sehari-hari Ryn cukup padat yang diisi dengan sekolah, mengaji dan ikut bimbingan. Seperti Man kemukakan,

“Tidak ada sih, tapi gimana ya mau mengasah kreativitas dia. Dia pagi- pagi harus sekolah, pulang sekolah makan setelah itu berangkat mengaji, pulang dari mengaji sudah sore. Sebentar saja sudah malam dan dia harus kerjain PR dan pergi les. Tidak ada waktu sebenarnya untuk itu.”

Sebagai ibu, Sdh hanya menetapkan tanggung jawab terhadap Ryn dengan tugas-tugas kecil yang memang wajar dilakukan anak seusianya seperti

menyimpan mainannya kembali ke tempatnya, menggantung baju sekolahnya sepulang sekolah, dan tidak menaruh piring sembarangan sehabis makan. Tapi sebagai ayah, Man menetapkan tanggung jawab yang behubungan dengan pendidikan dan kereligiusan pada diri Ryn, karena menurutnya kedua hal itulah yang paling penting ditanamkan dalam diri Ryn sedari kecil.

Cara berkomunikasi tatap muka dan sering menanyakan kegiatan Ryn yang dilakukan oleh kedua orang tua Ryn dirasa akan membuat Ryn menjadi anak yang terbuka dan sering menceritakan apa yang dialaminya selama seharian, namun hal ini tidak terjadi. Ryn tumbuh menjadi anak yang pendiam dan kurang terbuka. Dalam berkomunikasi, Man dan Sdh juga sangat sering memberi kata-kata nasehat dengan harapan Ryn berperilaku lebih baik lagi dari sebelumnya. Bila Ryn melakukan kesalahan, jalan yang mereka tempuh adalah dengan menasehati, bila kesalahan itu terjadi berulang kali barulah mereka mengambil sikap tegas dengan cara memukul Ryn.

Menurut pasangan orang tua ini cara yang paling baik mengasuh dan mendidik anak adalah dengan banyak memberikan nasehat dan peringatan. Jalan memberikan hukuman dan kekerasan adalah cara kedua bila anak tetap membandel. Man mengatakan bahwa ia tidak tega bila harus menggunakan kekerasan karena mereka juga jarang memperhatikan perkembangan Ryn karena terlalu sibuk dengan pekerjaan mereka. Seperti penuturan Man,

“Kalau menurut saya cara yag bagus adalah banyak menasehati. Terkadang saya kasihan juga dia kan sering kami tinggal, kami pagi-pagi sudah pergi berjualan jadi kebanyakan dia melakukan sesuatu hal sendiri ya walaupun ada neneknya juga. Jadi kalau sudah begitu saya suka tidak tega memarahi dia. Kalau sudah fatal sekali lah baru saya marah”

Walaupun Ryn jarang bercerita tentang apa yang dialaminya, namun Ryn, tidak berarti Ryn tidak mempunyai masalah baik itu di sekolah atau dengan teman-temannya. Sdh bercerita bahwa Ryn pernah mengalami masalah dengan teman-temannya di sekolah, Ryn selalu dimintai uang oleh teman-temannya apabila Ryn tidk memberikannya maka Ryn dipukul oleh mereka. Ryn tidak bisa menahan perlakuan buruk teman-temannya itu, maka dia memberitahukan kepada Sdh tentang masalahnya itu. Sebagai orang tua, Man dan Sdh mengambil tindakan dengan melaporkan hal itu kepada guru Ryn. Menurut Sdh, Ryn akan menceritakan masalahnya bila ia tidak bisa mengatasinya lagi sendirian. Namun, apabila masalah-masalah yang biasa saja Ryn sama sekali enggan bercerita.

Kesimpulan Kasus

Pasangan orang tua, Man dan Sdh adalah pasangan orang tua yang sibuk bekerja. Komunikasi antar pribadi yang terjalin antara orang tua dan anaknya dalam kasus ini tidak cukup dekat. Karena menurut penuturan anak mereka, ia enggan bercerita pada ayah dan ibunya dikarenakan Man dan Sdh terlalu sibuk dengan pekerjaan mereka dan tidak sempat bercengkrama. Ryn merupakn anak yang tertutup walaupun menurut pengakuan orang tua Ryn mereka sering bertanya tentang kegiatan Ryn sehari-hari. Walaupun Ryn anak yang tertutup bukan berarti orang tua Ryn tidak memberi motivasi kepada Ryn untuk berperilaku positif dan taat pada agama khususnya. Sang ayah yang ketat sekali menerapkan nilai-nilai keagaamaan. Kemandirian juga salah satu perilaku positif yang berhasil ditanamkan oleh oMan dan Sdh. Ini dikarenakan mereka yang harus bekerja dari pagi sampai sore hari atau bahkan sampai malam, maka Ryn terbiasa untuk

mengerjakan segala sesuatu sendiri walaupun terkadan ia ditinggal di rumah neneknya. Cara mengasuh dan mendidik anak dengan tidak menggunakan unsur kekerasan sebagai cara utama dirasa cara yang tepat menurut kedua orang tua ini. Walaupun terkadan anak mereka, Ryn suka membantah namun tidak lantas membuat mereka “ringan tangan” dan suka memukul karena cara itu hanya ditempuh jika mereka telah hilang kesabaran dengan perilaku anak mereka.

Informan 3/ Keluarga ke-3 Ibu (Orang Tua tunggal)

Nama : Lnd Usia : 52 tahun Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Wiraswasta (Berjualan pecal keliling)

Anak

Nama : Ant Usia : 12 Tahun Jenis Kelamin : Perempuan

Urutan Kelahiran : 6 dari 6 bersaudara

Linda adalah orang tua tunggal dari keenam anaknya. Suami Linda telah 4 tahun meninggal. Jadi selama 4 tahun itu Linda mengasuh dan membesarkan sendiri anak-anaknya. Dua anaknya sudah berkeluarga, namun menurut penuturan Lnd anak-anaknya jarang sekali membantu perekonomian keluarga. Oleh sebab itu, sebagai orang tua tunggal yang mencari nafkah sendiri dengan berjualan pecal. Dengan keadaan ekonomi yang serba kekurangan tidak lantas membuat Lnd menyepelekan cara pengasuhan anak.

Komunikasi antar pribadi antara Lnd sebagai orang tua tunggal sangat baik dengan anaknya, Ant. Ant kini telah duduk di bangku kelas 6 SD. Lnd tdak pernah membeda-bedakan anaknya, walaupun Ant anak bungsu dan tipe anak

yang manja. Walaupun Ant anak yang manja, Ant jarang sekali merepotkan ibunya karena ia bisa mengerjakan sesuatu sendiri dan biasanya dia dibantu oleh abangnya dalam hal mengerjakan tugas-tugas dari sekolahnya. Menurut Lnd, Ant adalah anak yang sangat penurut dan mengerti keadaan keluarga mereka seperti apa. Anita suka sekali membantu ibunya untuk menyiapkan makanan untuk dijualkan. Ant tahu tugas dan kewajibannya sebagai seorang anak.

Untuk intensitas komunikasi di rumah menurut Lnd mereka cukup sering melakukannya apalagi pada saat mau tidur dan sedang bersantai melepas lelah dengan menonton televisi. Ant sering cerita tentang teman-temannya dan apa yang dialaminya ketika dia bermain, namun kalau soal sekolah, menurut penuturan Ant, dia jarang bercerita kepada ibunya. Hanya hal-hal penting saja menurutnya harus diberitahukan kepada ibunya, maka akan ia beritahukan.

Berbicara soal prestasi, Ant cukup berprestasi di sekolahnya. Dia selalu menduduki posisi sepuluh besar dan untuk mengasah percaya dirinya Ant mengikuti salah satu ekstrakulikuler di seklah yaitu Dokter kecil, hal ini memang digemari Ant seiring cita-citanya yang ingin menjadi Dokter. Dengan prestasi

Dokumen terkait