• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil Wawancara dengan Komponen yang Berperang Penting dalam Lokakarya Mini Bulanan Puskesmas Tayu II

Dalam dokumen Lokakarya Mini (Halaman 39-47)

U Pusk Tayu

B. Hasil Wawancara dengan Komponen yang Berperang Penting dalam Lokakarya Mini Bulanan Puskesmas Tayu II

1. Hasil Wawancara dengan Kepala Puskesmas Tayu II

Menurut Kepala Puskesmas, lokakarya mini atau Lokmin adalah pertemuan yang bertujuan mengevaluasi kegiatan dan program yang telah

40 dijalankan bulan lalu dan merencanakan program dan kegiatan yang akan dilakukan mendatang. Lokmin idealnya dilakukan tiap awal bulan, namun terkadang pelaksanaan Lokmin di Puskesmas Tayu II tidak di awal bulan. Hal tersebut dilakukan karena Kepala Puskesmas menunggu apakah terdapat informasi dari rapat pimpinan atau dari Dinas Kesehatan yang akan disampaikan saat Lokmin.

Pelaksanaan Lokmin direncanakan dan diatur tiap bulannya oleh Kepala Bagian Tata Usaha (Kasubbag TU). Sedangkan Kepala Puskesmas hanya menyiapkan materi dan informasi penting yang akan dibicarakan saat Lokmin. Di Puskesmas Tayu II, perencanaan dan penjadwalan bersifat fleksibel dan dilakukan bersama-sama oleh Kepala Puskesmas dan Kasubbag TU. Input Lokmin adalah evaluasi dan masalah dari program-program yang telah dijalankan sedangkan outputnya adalah pemecahan dari masalah-masalah tersebut.

Pada saat Lokmin, Kepala Puskesmas bertugas sebagai pengarah, pembina, dan penentu kebijakan. Kepala Puskesmas akan bertanya mengenai permasalahan setiap program. Jika ada, maka masalah tersebut akan dimusyawarahkan dan dicari solusinya. Dari solusi-solusi yang didapat saat Lokmin, keputusan terakhir ada pada Kepala Puskesmas yang akan menentukan solusi mana yang akan digunakan. Hal tersebut yang disebut penetuan kebijakan.

Kepala Puskesmas juga bertugas sebagai pengarah dan pembina. saat Lokmin. Selain program dan kegiatan, juga dibahas hal lain seperti: kedisiplinan, kinerja, dan ketaatan pegawai puskesmas. Dalam Lokmin, Kepala Puskesmas mengarahkan dan mebina pegawai agar lebih disiplin dan meningkatkan kinerjanya

Menurut Kepala Puskesmas, pelaksanaan Lokmin Puskesmas Tayu II telah berjalan dengan baik. Hal tersebut dapat dilihat dari: acara berlangsung tertib tiap bulan, antusiasme peserta, serta aspirasi peserta yang dinilai bagus dalam pemecahan masalah. Indikator keberhasilan

41 Lokmin dapat dilihat dari keberhasilan solusi yang telah dihasilkan dan keberhasilan tersebut dinilai pada Lokmin selanjutnya.

Masalah dan hambatan yang sering terjadi saat Lokmin adalah peserta dan pemegang program sering kurang aktif dalam Lokmin. Hal tersebut bisa disebabkan karena pemegang program belum siap, belum melakukan evaluasi pribadi mengenai pelaksanaan programnya, atau pemegang program kurang paham terhadap program yang menjadi tanggung jawabnya. Hal tersebut diantisipasi oleh Kepala Puskesmas dengan mengumumkan dan memerintahkan para pemegang program agar menyiapkan laporan kegiatannya dan masalah yang dihadapinya selama menjalankan program sebelum diadakan Lokmin. Pengumuman biasanya dilakukan saat apel atau rapat.

Menurut Kepala Puskesmas, program-program yang telah dilakukan di Puskesmas Tayu II semua sudah berjalan dengan baik sesuai dengan aturan dan dilaporkan dalam laporan kegiatan rutin. Setiap ada masalah juga selalu dicari pemecahannya bersama-sama saat Lokmin ataupun di luar Lokmin.

Pemecahan masalah yang diberikan saat Lokmin biasanya bersifat arahan umum. Pemecahan yang spesifik dan detil itu sulit dilakukan karena banyaknya program yang dilakukan, serta satu orang dapat mengampu beberapa program. Jika dibahas semua secara mendetil akan sangat sulit. Selain itu yang dibahas di Lokmin bukan hanya program, namun juga informasi dari dinas, penyampaian tentang kedisiplinan, pelayanan, pembinaan, dan kinerja. Detil pemecahan masalah dilakukan oleh individu masing-masing pengampu dengan berkoordinasi dengan Kepala Puskesmas dan petugas lain

Selain Lokmin interprogram, ada juga Lokmin intersektor. Lokmin intersektor seharusnya diadakan tiap tiga bulan sekali dengan mengundang sektor lain seperti dari kecamatan, DKK, kades, dan sektor lain. Namun, di Puskesmas Tayu II, tidak dilakukan Lokmin intersektor. Hal tersebut karena masalah biaya. Puskesmas belum mempunyai

42 anggaran untuk menyiapkan acara Lokmin intersektor selama ini. Oleh karena itu, apabila ada materi-materi yang perlu dibicarakan intersektor, biasanya diselipkan pada program kegiatan lain yang mengundang intersektor seperti pelatihan kader desa.

2. Hasil Wawancara dengan Kepala Sub Bagian Tata Usaha (Kasubbag TU) Puskesmas Tayu II

Peran Kasubbag TU dalam Lokmin adalah membantu Kepala Puskesmas dalam perencanaan, evaluasi, pemecahan masalah saat Lokmin. Kasubbag TU juga berkoordinasi dengan Kepala Puskesmas merencanakan kegiatan Lokmin tiap bulannya.

Menurut narasumber, Lokmin yang sudah dijalankan selama ini telah berjalan dengan baik karena sudah adanya koordinasi dan persiapan dari para peserta Lokmin dan pemegang program, komunikasi yang berjalan lancar, dan musyawarah yang berlangsung “hidup” karena tiap peserta Lokmin berpatisipasi aktif dalam memberikan saran dan aspirasinya.

Lokmin di Puskesmas Tayu II dianggap telah berhasil karena telah memberikan solusi secara efektif pada banyak masalah di puskesmas Tayu II. Menurut narasumber, masalah yang dibicarakan di Lokmin tidaklah semua masalah, namun yang dibicarakan hanya yang penting saja berdasarkan skala prioritas. Hal tersebut untuk menghemat waktu dan tenaga. Lokmin tersebut dianggap berhasil apabila solusi yang dihasilkan dapat memecahkan masalah dari program tersebut. Parameter keberhasilannya berdasarkan pencapaian target pada bulan berikutnya.

Namun ada masalah yang belum dapat dipecahkan dalam Lokmin sampai saat ini yaitu banyaknya program dan kurangnya personil sehingga efektivitas dan efisiensi program kurang maksimal. Hal tersebut membutuhkan koordinasi intersektor terutama dengan Dinas Kesehatan.

Lokmin intersektor menurut narasumber, sudah sering dilakukan di Puskesmas Tayu II namun hanya bersifat insidental atau tidak rutin.

43 Hal-hal lain yang sering menjadi masalah dalam Lokmin adalah belum siapnya laporan kegiatan dari pemegang program. Namun hal tersebut tidak terlalu mengganggu dan bisa diatasi

Saran untuk Lokmin selanjutnya adalah agar para peserta Lokmin lebih mempersiapkan materi dan program yang diampunya sebelum Lokmin diadakan.

3. Hasil Wawancara dengan Pemegang Program

a. Pemegang Program UKS dan Puskesmas Keliling

Program-program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) terbagi dalam trias program yaitu pendidikan kesehatan, pembinaan lingkungan sehat, dan pelayanan kesehatan. Contoh-contoh programnya adalah Penjaringan Kesehatan, imunisasi anak sekolah, penyuluhan, pelatihan dan lomba dokter kecil, lomba UKS, dan banyak lainnya

Laporan kegiatan program-program tersebut akan dibahas saat Lokmin. Oleh karena itu, sebelum Lokmin, disiapkan laporan kegiatan dan masalah setiap program.

Menurut narasumber, masalah yang sering dihadapi saat menjalankan program UKS di Puskesmas Tayu II adalah tidak adanya koordinasi antara petugas UKS sekolah dan petugas UKS puskesmas. Selain itu UKS adalah program yang seharusnya diurus oleh intersektor seperti dinas kesehatan, dinas pendidikan, kementerian dalam negeri, dan kementerian agama. Namun selama ini dianggap kalau UKS adalah urusan puskesmas saja, sehingga jarang ada kerja sama intersektor. Bahkan, Pak Camat tidak terlalu mengurusi UKS, setiap ada pertemuan tidak pernah hadir langsung namun hanya diwakilkan.

Masalah tersebut sudah dikemukakan saat Lokmin interprogram, namun sejauh ini belum ada tindak lanjutnya. Seharusnya masalah

44 tersebut diajukan pada Lokmin intersektor, namun selama ini di puskesmas Tayu II, belum pernah dilakukan Lokmin intersektor.

Menurut narasumber, Lokmin yang selama ini dilakukan sudah berjalan dengan baik dan para pemegang program sudah melaporkan kegiatannya. Lokmin juga memberikan manfaat untuk program UKS sendiri. dari Lokmin tersebut, bisa didapatkan informasi tentang program baru, arahan untuk menjalankan program, menganggarkan dana, dan sebagainya.

b. Pemegang Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

Pemegang program KIA membawahi para bidan termasuk bidan desa yang mengampu desa-desa di wilayah kerja Tayu II. Program yang dilaksanakan KIA antara lain: Kesehatan Ibu dan Anak, Keluarga Berencana, gizi, imunisasi, dan penanggulangan diare.

Pada tahun 2011 yang lalu, program-program KIA telah berjalan lancar, dan telah memenuhi target yang telah ditentukan. Tidak ada hambatan yang berarti dalam pelaksanaan program karena keaktifan dari kader dan masyarakat setempat.

Mengenai lokakarya mini di Puskesmas Tayu II, sebelum pertemuan beliau mempersiapkan laporan kegiatan, dan follow up-nya, kegiatan apa saja yang masih belum mencapai target sehingga saat Lokmin dapat dibahas. Monitoring dan evaluasi program bulanan juga dibahas dalam Lokmin.

Menurut beliau, Lokmin sangat bermanfaat bagi pelaksanaan program di Puskesmas Tayu II karena dalam pertemuan tersebut dilakukan evaluasi, pemantauan plaksanaan program, program mana saja yang belum terlaksana atau belum mencapai sasaran sehingga harus ditingkatkan.

Pelaksanaan lokakarya mini di Puskesmas Tayu II menurut beliau sudah baik. Namun, partisipasi dari peserta dirasa masih kurang, sebagai contoh bidan desa enggan mengungkapkan keluhan-keluhan

45 atau masalah yang terjadi di desa, padahal sudah diberikan kesempatan oleh ketua Lokmin. Durasi Lokmin sudah cukup, Kepala Puskesmas sebagai ketua Lokmin sudah cukup baik karena sudah mempersiapkan bahan rapat dengan seksama dan memberikan kesempatan kepada peserta untuk menyampaikan aspirasinya.

Sebagai masukan, narasumber menyampaikan hendaknya pada saat Lokmin selanjutnya, tiap bidan desa ditanya apa keluhan/hambatan yang mereka hadapi, telepon genggam sebaiknya dimatikan saat jalannya Lokmin agar tidak mengganggu konsentrasi peserta.

c. Pemegang Program Imunisasi

Meskipun baru mengampu pemegang program imunisasi, program imunisasi selama ini dikatakan sudah berjalan baik. Cakupan imunisasi balita, BIAS, dan ibu hamil sudah baik. Hal ini terkait dengan baiknya koordinasi dengan bidan desa.

Tidak ada hambatan yang berarti dalam kinerja program imunisasi selain ketersediaan vaksin. Ketersediaan vaksin sering menyebabkan tertundanya imunisasi pada balita, contohnya vaksin BCG dan Hepatitis B Uniject yang sering tidak tersedia.

Mengenai lokakarya mini di Puskesmas Tayu II, sebelum pertemuan beliau mempersiapkan laporan kegiatan, dan follow up-nya, kegiatan apa saja yang masih belum mencapai target sehingga saat Lokmin dapat dibahas. Pelaporan tersebut dikumpulkan dari bidan desa.

Menurut beliau, Lokmin sangat bermanfaat bagi pelaksanaan program di Puskesmas Tayu II karena bisa mengevaluasi program yang kurang baik dalam pelaksanaannya.

Pelaksanaan lokakarya mini di Puskesmas Tayu II menurut beliau sudah baik. Namun partisipasi peserta terkadang kurang. Sehingga ada permasalahan yang terkadang belum terbahas.

46 d. Program Gizi dan Puskesmas Pembantu (Pustu)

Pemegang program gizi berkaitan erat dengan program KIA dalam hal pemantauan status gizi balita. Sedangkan program Pustu berkaitan dengan pelayanan di masyarakat sekitar.

Selama ini, program yang diampu dinilai sudah berjalan baik. Pelaporan program gizi dalam Lokmin berkaitan dengan laporan bidan-bidan desa, serta kebijakan-kebijakan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Pati sebagai penentu tagret program gizi. Hambatan yang sering muncul adalah keterlambatan pengumpulan laporan dari bidan desa.

Sedangkan program Pustu, keberhasilan program didasarkan pada jumlah pasien yang berobat. Karena jumlah pasien selama ini sedikit, maka pemegang program lebih giat mensosialisasikan kepada warga di sekitar Pustu bahwa mereka dapat berobat ke Pustu secara rutin. Hambatan yang dirasakan adalah dukungan sarana dan prasarana yang sangat minimal, misalnya tidak adanya sumber listrik, tidak ada sumber air, serta obat-obatan yang kurang.

Selama ini, pelaksanaan Lokmin sudah baik, dimana Lokmin mampu memfasilitasi pemaparan program yang diampu, serta mengetahui permasalahannya.

4. Hasil Wawancara dengan Bidan Desa

Selain melakukan wawancara dengan para pemegang program, kami juga mewawancarai seorang bidan desa sebagai perwakilan. Dari wawancara didapatkan hasil sebagai berikut.

Lokakarya mini merupakan suatu pertemuan rutin bulanan yang diselenggarakan puskesmas berisi pemaparan tentang laporan kegiatan, evaluasi dan perencanaan untuk program pada bulan selanjutnya. Sebelum mengikuti Lokmin, yang dipersiapkan oleh bidan yaitu laporan kegiatan

47 bulanan dan hasil pencapaian bulanan, berapa persen dari target yang telah tercapai. Namun, selama ini para bidan desa belum pernah membaca panduan penyelenggaraan Lokmin dari Dinas Kesehatan, informasi hanya didapat secara lisan dari pengarahan kepala Puskesmas. Selama ini, menurutnya, program yang dilaksanakan di desa binaannya selalu memenuhi target karena kader posyandu desa tersebut aktif. Selama ini juga tidak ada masalah yang berarti dalam pelaksanaan program di desa.

Dalam lokakarya mini yang telah dilakukan selama ini, umumnya dirinya dan bidan desa yang lain cenderung pasif, hanya menyampaiakan laporan jika ditanya oleh kepala puskesmas. Tidak ada inisiatif dari bidan untuk menyampaikan informasi maupun masalah yang didapati di desa. Menurut narasumber, Lokmin yang sudah berjalan selama ini sudah baik, baik mengenai jalannya acara maupun dari partisipasi peserta. Dalam Lokmin, telah dibahas mengenai evaluasi program-program yang sudah dilaksanakan dan perencanaan program selanjutnya. Peran kepala Puskesmas sebagai moderator juga dikatakan sudah baik. Hanya durasi Lokmin dirasa terlalu lama terutama jika terdapat perselisihan pendapat dalam forum tersebut. Tidak ada saran untuk pelaksanaan lokakarya mini selanjutnya.

Dalam dokumen Lokakarya Mini (Halaman 39-47)

Dokumen terkait