• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lokakarya Mini

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Lokakarya Mini"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang(1)

Tujuan Bangsa Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea 4 adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mencapai tujuan tersebut diselenggarakan program pembangunan nasional secara berkelanjutan, terencana dan terarah. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting dari pembangunan nasional. Tujuan diselenggarakannya pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Keberhasilan pembangunan kesehatan berperan penting dalam meningkatkan mutu dan daya saing manusia Indonesia.

Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut diselenggarakan berbagai upaya kesehatan secara menyeluruh, berjenjang dan terpadu. Puskesmas adalah penanggungjawab penyelenggara upaya kesehatan untuk jenjang tingkat pertama.

Sesuai dengan yang disebutkan di dalam Sistem Kesehatan Nasiaonal (SKN-2004) bahwa Puskesmas merupakan unit pelaksana pelayanan kesehatan tingkat pertama. Adapun fungsi Puskesmas ada tiga, yaitu: sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan; pusat pemberdayaan masyarakat dan keluarga; serta sebagai pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama. Dalam melaksanakan kegiatannya, Puskesmas mengacu pada 4 azas penyelenggaraan yaitu wilayah kerja, pemberdayaan masyarakat, keterpaduan dan rujukan.

Sejak diperkenalkannya konsep Puskesmas pada tahun 1968, berbagai hasil telah banyak dicapai. Angka kematian ibu dan kematian bayi telah berhasil diturunkan dan sementara itu angka harapan hidup rata-rata bangsa

(2)

2 Indonesia telah meningkat secara bermakna. Jika pada tahun 1995 angka kematian ibu dan angka kematian bayi masing-masing adalah 373/100.000 kelahiran hidup (SKRT 1995) serta 60/1.000 kelahiran hidup (Susenas 1995), maka pada tahun 1997 angka kematian ibu turun menjadi 334/100.000 kelahiran hidup (SDKI 1997), sedangkan angka kematian bayi pada tahun 2001 turun menjadi 51/1.000 kelahiran hidup (Susenas 2001). Sementara itu umur harapan hidup rata-rata meningkat dari 45 tahun pada tahun 1970 menjadi 65 tahun pada tahun 2000.

Pada saat ini Puskesmas telah didirikan di hampir seluruh pelosok tanah air. Untuk menjangkau seluruh wilayah kerjanya, Puskesmas diperkuat dengan Puskesmas pembantu dan Puskesmas keliling. Kecuali itu untuk daerah yang jauh dari sarana pelayanan rujukan, Puskesmas dilengkapi dengan fasilitas rawat inap.

Sekalipun berbagai hasil telah banyak dicapai, namun dalan dalam pelaksanaannya Puskesmas masih menghadapi masalah, antara lain:

1. Visi, misi dan fungsi Puskesmas belum dirumuskan secara jelas, sehingga pelaksanaan program Puskesmas dan keterkaitannya dengan program pembangunan kesehatan secara keseluruhan belum optimal. 2. Beban kerja Puskesmas sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota terlalu berat. Pertama, karena rujukan kesehatan ke dan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota kurang berjalan. Kedua, karena Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang sebenarnya bertanggungjawab penuh terhadap keberhasilan pembangunan kesehatan secara menyeluruh di wilayah Kabupaten/Kota lebih banyak melaksanakan tugas-tugas administratif.

3. Sistem manajemen Puskesmas yakni perencanaan (P1) yang diselenggarakan melalui mekanisme perencanaan mikro (micro planning) yang kemudian menjadi perencanaan tingkat Puskesmas, penggerakkan pelaksanaan (P2) yang diselenggarakan melalui mekanisme lokakarya mini (mini workshop) serta pengawasan, pengendalian dan penilaian (P3) yang diselenggarakan melalui

(3)

3 mekanisme stratifikasi Puskesmas yang kemudian menjadi penilaian kinerja Puskesmas, dengan berlakunya prinsip otonomi perlu disesuaikan.

4. Pengelolaan kegiatan Puskesmas, meskipun telah ditetapkan merupakan aparat daerah tetapi masih terlalu sentralistik. Puskesmas dan daerah tidak memiliki keleluasaan menetapkan kebijakan program yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat, yang tentu saja dinilai tidak sesuai lagi dengan era desentralisasi.

5. Kegiatan yang dilaksanakan Puskesmas kurang berorientasi pada masalah dan kebutuhan kesehatan masyarakat setempat. Selama ini setiap Puskesmas dimanapun berada menyelenggarakan upaya kesehatan yang sama.

6. Keterlibatan masyarakat yang merupakan andalan penyelenggaraan pelayanan kesehatan tingkat pertama, belum dikembangkan secara positif. Sampai saat ini, Puskesmas kurang berhasil menumbuhkan inisiatif dan rasa memiliki serta belum mampu mendorong kontribusi sumber daya dari masyarakat dalam penyelenggaraan upaya Puskesmas. 7. Sistem pembiayaan Puskesmas belum mengantisipasi perkembangan

masa depan, yakni sistem pembiayaan pra-upaya untuk pelayanan kesehatan perorangan.

Puskesmas mempunyai kewenangan untuk melakukan pengelolaan program kegiatannya, untuk itu perlu didukung kemampuan manajemen yang baik. Manajemen Puskesmas merupakan suatu rangkaian yang bekerja secara sinergik yang meliputi perncanaan, penggerakan pelaksanaan serta pengendalian, pengawasan dan penilaian.

Penerapan manajemen penggerakan pelaksanaan dalam bentuk forum pertemuan yang dikenal dengan Lokakarya Mini.

B. Rumusan Masalah

(4)

4 C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengetahui bagaimana pelaksanaan Lokakarya Mini sebagai bagian dari manajemen Puskesmas di Puskesmas Tayu II.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui kapan dilaksanakannya Lokakarya Mini di Puskesmas Tayu II.

b. Mengetahui apa saja yang dipersiapkan oleh petugas Puskesmas Tayu II dalam melakukan Lokakarya Mini.

c. Mengetahui manfaat diadakannya Lokakarya Mini terhadap pelaksanaan program-program di Puskesmas Tayu II.

d. Mengevaluasi pelaksanaan Lokakarya Mini di Puskesmas Tayu II. e. Mengetahui hambatan dan masalah dalam pelaksanaan Lokakarya

(5)

5 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Puskesmas

1. Pengertian

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.

a. Unit Pelaksana Teknis

Sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (UPTD), Puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia.

b. Pembangunan Kesehatan

Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

c. Penanggung Jawab Penyelenggaraan

Penanggung jawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan kesehatan di wilayah kabupaten/kota adalah Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, sedangkan Puskesmas bertanggung jawab hanya sebagian upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai dengan kemampuannya. d. Wilayah Kerja

Secara nasional, standar wilayah kerja Puskesmas adalah satu kecamatan, tetapi apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu Puskesmas, maka tanggung jawab wilayah kerja dibagi antar Puskesmas, dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah

(6)

6 (desa/kelurahan atau RW). Masing-masing Puskesmas tersebut secara operasional bertanggung jawab langsung kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

2. Visi Puskesmas

Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat. Kecamatan Sehat adalah gambaran masayarakat kecamatan masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan berperilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Indikator Kecamatan Sehat yang ingin dicapai mencakup 4 indikator utama yakni:

a. Lingkungan sehat b. Perilaku sehat

c. Cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu d. Derajat kesehatan penduduk kecamatan

Rumusan visi untuk masing-masing Puskesmas harus mengacu pada visi pembangunan kesehatan Puskesmas di atas yakni terwujudnya Kecamatan Sehat, yang harus sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat serta wilayah kecamatan setempat.

3. Misi Puskesmas

Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional. Misi tersebut adalah:

a. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya. Puskesmas akan selalu menggerakkan pembangunan sektor lain yang diselenggarakan di wilayah kerjanya, agar memperhatikan aspek kesehatan, yakni pembangunan yang tidak menimbulkan

(7)

7 dampak negatif terhadap kesehatan, setidak-tidaknya terhadap lingkungan dan perilaku masyarakat.

b. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah kerjanya. Puskesmas akan selalu berupaya agar setiap keluarga dan masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya makin berdaya di bidang kesehatan, melalui peningkatan pengetahuan dan kemampuan menuju kemandirian untuk hidup sehat.

c. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan. Puskesmas akan selalu berupaya menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar dan memuaskan masyarakat, mengupayakan pemerataan pelayanan kesehatan serta meningkatkan efisiensi pengelolaan dana sehingga dapat dijangkau oleh seluruh anggota masyarakat.

d. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat berserta lingkungannya. Puskesmas akan selalu berupaya memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit, serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat yang berkunjung dan yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya, tanpa diskriminasi dan dengan menerapkan kemajuan ilmu dan teknologi kesehatan yang sesuai. Upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan yang dilakukan Puskesmas mencakup pula aspek lingkungan dari yang bersangkutan.

4. Tujuan Puskesmas

Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarkan oleh Puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat 2010.

(8)

8 5. Fungsi Puskesmas

a. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan

Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan. Di samping itu Puskesmas aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah kerjanya. Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan Puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. b. Pusat pemberdayaan masyarakat

Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan, dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk pembiayaannya, serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program kesehatan. Pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat ini diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya sosial budaya masyarakat setempat.

c. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama

Puskesmas bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggungjawab puskesmas meliputi:

1) Pelayanan kesehatan perorangan

Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi (private goods) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan

(9)

9 penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk puskesmas tertentu ditambah dengan rawat inap.

2) Pelayanan kesehatan masyarakat

Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik (public goods) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa serta berbagai program kesehatan masyarakat lainnya.

B. Gambaran Umum Puskesmas Tayu II(2)

1. Sejarah Singkat Puskesmas Tayu II

Kepadatan penduduk dengan kurang lebih 61.857 jiwa yang tersebar dalam 31 pedesaan di Kecamatan Tayu, dengan sarana pelayanan 1 (satu) unit pelayanan kesehatan Puskesmas Tayu I yang terletak di tengah-tengah perkotaan. Puskesmas ini dinilai belum dapat memberikan pelayanan kesehatan secara maksimal dengan banyaknya penduduk yang terletak jauh dari jangkauan pelayanan kesehatan.

Di tahun 1985 pemerintah setempat berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam pelayanan kesehatan, dengan mendirikan penambahan sarana pelayanan kesehatan untuk masyarakat yang belum tersentuh pelayanan kesehatan secara optimal, Dengan mengacu Undang-Undang Dasar 1945 pada amandemen kedua dan keempat yang berbunyi, “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan (pasal 28H, ayat 1) dan negara bertanggungjawab atas penyediaan fasilitas kesehatan dan fasilitas

(10)

10 pelayanan umum yang layak (pasal 34, ayat 3)”, maka didirikanlah sarana pelayanan bagi masyarakat yang jauh dari sentuhan pelayanan kesehatan dengan nama “Puskesmas Tayu II”.

Puskesmas Tayu II pada awalnya dikepalai oleh dr. Supriyadi, M.Kes. sampai dengan Februari 2007, kemudian digantikan oleh dr. Sutopo pada Maret 2007 sampai Maret 2009, kemudian digantikan oleh H. Munadi, S.KM pada April 2009 sampai saat ini. Puskesmas Tayu II saat ini memiliki tenaga kesehatan dan karyawan yang berjumlah 32 orang.

2. Landasan Hukum

a. Undang-undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara No. 100 Tahun 1992 Tambahan Lembaran Negara No. 3495) b. Undang-undang No. 23 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

(Lembaran Negara No. 126 Tahun 2004 Tambahan Lembaran Negara No. 4437)

c. Undang-undang No. 33 Tahun 2004 tentang Penimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaga Negara No. 126 Tahun 2004 Tambahan Lembaran Negara No. 4438)

d. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah

e. Peraturan Daerah Kabupaten Pati No. 6 Tahun 2000 tentang pembentukan Organisasi Dinas-dinas Daerah Kabupaten Pati

f. Peraturan Daerah Kabupaten Pati No. 1 Tahun 2006 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Pati

g. Peraturan Daerah Kabupaten Pati No. 1 Tahun 2007 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Pati

h. Keputusan Bupati Pati No. 85 Tahun 2001 tentang Uraian Tugas Dinas-dinas Daerah Kabupaten Pati

i. Rencana Strategi Pembangunan Kesehatan Kabupaten Pati Tahun 2002-2006

(11)

11 3. Visi dan Misi Puskesmas Tayu II

Puskesmas Tayu II mempunyai Visi dan Misi sebagai pedoman dalam melaksanakan pekerjaan.

a. Visi Puskesmas Tayu II

Terwujudnya Kecamatan Tayu Sehat. b. Misi Puskesmas Tayu II

1) Menggerakkan pembangunan Kecamatan Tayu yang berwawasan kesehatan. Puskesmas akan selalu menggerakkan pembangunan sektor lain agar memperhatikan aspek kesehatan, yaitu agar pembangunan tersebut mendorong lingkungan dan perilaku masyarakat agar semakin sehat.

2) Mendorong kemandirian masyarakat dan keluarga untuk hidup sehat. Puskesmas selalu berupaya agar keluarga dan masyarakat makin berdaya di bidang kesehatan, melalui peningkatan pengetahuan dan kemampuan untuk hidup sehat.

3) Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau. Puskesmas harus selalu berupaya untuk menjaga agar cakupan dan kualitas pelayanannya tidak menurun, bahkan kalau bisa selalu ditingkatkan agar semakin besar cakupannya dan semakin bagus kualitas karyawannya. 4) Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan

masyarakat beserta lingkungannya. Puskesmas selalu berupaya ar derajat kesehatan, keluarga dan masyarakat tetap terpelihara bahkan semakin meningkat seiring dengan derap pembangunan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas.

(12)

12 4. Struktur Organisasi Puskesmas Tayu II

Gambar 1. Struktur Organisasi Puskesmas Tayu II Keterangan Garis :

: garis komando : garis koordinasi

5. Tujuan dan Sasaran Puskesmas Tayu II

Puskesmas Tayu II mempunyai tujuan dan sasaran yang menjadi pedoman dalam menjalankan tugas sehari-harinya sebagai berikut : a. Tujuan Puskesmas Tayu II

Tujuan Puskesmas Tayu II adalah:

1) Meningkatkan manjemen upaya kesehatan bagi institusi kesehatan yang didukung oleh sumber daya kesehatan agar terselenggara

(13)

13 pelayanan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau oleh masyarakat.

2) Meningkatkan, memelihara pelayanan kesehatan melalui upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif agar masyarakat terlindungi kesehatannya.

3) Mengembangkan para digma sehat bagi seluruh staholders dan masyarakat agar terwujud kawasan lingkungan yang berkualitas. 4) Menciptakan keberdayaan staholders dan masyarakat agar

berperilaku hidup bersih dan sehat serta meningkatkan kemandirian UKBM.

b. Sasaran Puskesmas Tayu II

Sasaran pembangunan kesehatan di wilayah Puskesmas Tayu II adalah :

1) Cakupan kunjungan ibu hamil K4 96 %.

2) Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani harus diketahui sedini mungkin disemua desa di wilayah Puskesmas Tayu II. 3) Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki

kompetensi kebidanan 100 %. 4) Cakupan pelayanan Nifas 87,5 %.

5) Cakupan Neonatus dengan komplikasi yang ditangani 100 %. 6) Cakupan pelayanan anak balita 91 %.

7) Desa UCI 100 %.

8) Balita gizi buruk diwilayah Puskesmas Tayu II mendapat perawatan 100 %.

9) Penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat 100 %.

10) Cakupan peserta KB aktif diwilayah Puskesmas Tayu II 82 %. 11) Penemuan pasien baru TB BTA (+) 100 %.

12) Penemuan dan penanganan penderita diare diwilayah Puskesmas Tayu II 100%.

(14)

14 13) Desa tersedia PKD/Polindes dengan sumber daya manusia

kesehatan yang berkompeten yang didukung obat dan alat kesehatan yang memadai 100 %.

14) Penduduk terlayani dalam mencari pengobatan dan pertolongan kesehatan di Puskesmas dan jaringannya.

15) Kejadian luar biasa (KLB) dan wabah penyakit tertanggulangi secara cepat dan tepat sehingga menimbulkan dampak kesehatan masyarakat yang lebih luas.

16) Cakupan Desa Siaga aktif 100 %. 17) Keluarga sadar gizi 90 %.

18) Masyarakat berperilaku hidup bersih dan sehat.

19) Terwujudnya tatanan institusi sehat pada seluruh institusi.

20) Terciptanya kondisi lingkungan rumah tangga dan industri yang sehat 100 %.

21) Balita yang dating dan ditimbang (D/S) diwilayah Puskesmas Tayu II 80 %.

22) Cakupan pelayanan kesehatan prausia lanjut dan usia lanjut 70%. 23) Cakupan bayi yang mendapat ASI Ekslusif 80 %.

6. Profil Puskesmas Tayu II

a. Nama Lembaga : Puskesmas Tayu II b. Kepala Puskesmas

1) Nama : H. Munadi, SKM 2) Pendidikan : S1

3) Jurusan : Kesehatan Masyarakat c. Alamat

1) Jalan : Jl. Tayu-Jepara KM 3 2) Kabupaten : Pati

3) Propinsi : Jawa Tengah 4) Kode Pos : 59155

(15)

15 d. No. Kode Puskesmas : 1602

e. Luas Tanah : 2200 m2 f. Luas Bangunan 1) Gedung Puskesmas : 15 m x 8 m 2) Perumahan Dokter : 10 m x 7 m 3) Perumahan Bidan : 9 m x 6 m 4) Perumahan Perawat : 9 m x 6 m 5) Puskesmas Pembantu : 12 x 13 m 7. Letak dan Batas Wilayah

Puskesmas Tayu II terletak di Kecamatan Tayu terlaetak di bagian utara Kabupaten Pati dan berjarak 30 km dari kota Pati dengan batas wilayah :

a. Sebelah Utara : Puskesmas Dukuhseti b. Sebelah Selatan : Puskesmas Gunungwungkal c. Sebelah Barat : Puskesmas Cluwak

d. Sebelah Timur : Puskesmas Tayu I 8. Data Desa

Secara administratif wilayah Puskesmas Tayu II terdiri dari 8 desa, yaitu:

a. Desa Pundenrejo b. Desa Bulungan c. Desa Kedungbang d. Desa Purwokerto e. Desa Bendokaton Kidul f. Desa Luwang

g. Desa Dororejo h. Desa Kalikalong

(16)

16 9. Data Penduduk

Data penduduk di Puskesmas Tayu II terdiri dari beberapa data yaitu jumlah penduduk, jumlah KK dan KK miskin dan data sasaran. a. Jumlah Penduduk

No Nama Desa Laki-laki Perempuan Jumlah

1. Pundenrejo 1832 1822 3654 2. Bulungan 1748 1836 3584 3. Kedungbang 870 865 1735 4. Purwokerto 1836 1872 3708 5. Bendokaton Kidul 674 724 1398 6. Luwang 1023 1061 2084 7. Dororejo 1093 1096 2189 8. Kalikalong 1697 1810 3507 Jumlah 10.773 11.086 21.859

Tabel 1. Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Tayu II b. Jumlah KK dan KK miskin

No Nama Desa Jumlah KK Jumlah KK Miskin Persentase ( % ) 1. Pundenrejo 1135 879 42 2. Bulungan 1218 451 37 3. Kedungbang 538 337 63 4. Purwokerto 1246 585 46 5. Bendokaton Kidul 1613 308 19

(17)

17

6. Luwang 655 333 50

7. Dororejo 692 198 29

8. Kalikalong 1328 560 42

JUMLAH 8425 3251 38 %

Tabel 2. Jumlah KK dan KK Miskin di Wilayah Kerja Puskesmas Tayu II c. Data Sasaran

No Nama Desa Jumlah Sekolah Jumlah Ponpes Jumlah TTU Jumlah IMRT Jumlah Bayi Jumlah Bumil Jumlah Anak Sekolah SD/MI 1. Pundenrejo 3 - 18 7 58 64 367 2. Bulungan 3 - 15 2 62 62 403 3. Kedungbang 1 - 11 - 29 29 183 4. Purwokerto 5 3 17 23 62 62 354 5. Bendokaton Kidul 1 - 6 4 25 25 177 6. Luwang 7 1 6 1 42 42 337 7. Dororejo 1 - 6 8 43 43 124 8. Kalikalong 4 - 11 4 62 62 353 Jumlah 25 4 90 49 383 389 2298

(18)

18 10. Derajat Kesehatan Masyarakat di Wilayah Puskesmas Tayu II

a. Angka Kematian Bayi (nfant Mortality Rate)

Angka kematian bayi adalah banyaknya kematian bayi umur < 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada waktu tertentu. Angka Kematian Bayi (IMR) tidak hanya disebabkan oleh faktor teknis yang saling berkaitan antara lain, pelayanan kesehatan, imunisasi, perbaikan gizi keluarga, perbaikan kesehatan lingkungan, dan peran serta masyarakat, tetapi dimungkinkan juga disebabkan oleh kurang baiknya sistem pelacakan dan pencatatan yang ada.

Angka kematian bayi di wilayah Puskesmas Tayu II pada tahun 2009 adalah 9 bayi.

b. Angka kematian Maternal (Maternal Mortality Rate)

Angka Kematian Ibu (AKI) adalah jumlah kematian Ibu karena sebab-sebab yang berhubungan dengan kehamilan per 100.000 kelahiran hidup dalam wilayah tertentu.

AKI dapat digunakan untuk mengukur besarnya resiko yang dihadapi selama hamil, bersalin dan masa nifas. Tingginya resiko itu, berkaitan dengan rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan, khususnya bagi ibu dan anak, tingginya angka kematian ibu merupakan indikator keadaan sosial ekonomi yang rendah dan fasilitas pelayanan yang kurang, termasuk pelayanan antenatal dan obstetrik. Angka kematian ibu nifas di wilayah Puskesmas Tayu II pada tahun 2009 adalah 3 di Desa Dororejo 2 orang dan Desa Bendokaton Kidul 1 orang.

11. Potensi Pembangunan Kesehatan a. Ketenagaan Puskesmas Tayu II

Sebagai organisasi yang memberikan pelayanan kepada masyarakat luas di bidang kesehatan, Puskesmas Tayu II yang terdiri Puskesmas Induk di desa Pundenrejo, Puskesmas Pembantu di desa

(19)

19 Luwang dan Puskesmas Keliling di 5 (lima) desa yaitu Desa Dororejo, Desa Kalikalong, Desa Purwokerto, Desa Kedungbang dan Bendokaton Kidul. Puskesmas Tayu II memiliki 25 orang sumber daya manusia yang terdiri dari:

No Jenis Tenaga Jumlah Persen (%)

1. 2. 3. 4. 5. 6. Sarjana (S - 1) D III D-I Kebidanan SPK / SMF / SPRG SMA / SMEA SMP 4 orang 12 orang 1 orang 3 orang 3 orang 2 orang 16,0 48,0 4,0 12,0 12,0 8,0 Jumlah 25 orang 100 %

Tabel 4. Jenis dan Jumlah Ttenaga Puskesmas Tayu II

Secara profsional mempunyai relevansi terhadap bidang yang ditangani dengan Tugas Pokok, Tugas Integrasi dan Tugas Tambahan. Fungsi Puskesmas yaitu sebagai pusat penggerak pembangunan yang berwawasan kesehatan, sebagai pusat pemberdayaan keluarga dan masyarakat di bidang kesehatan dan sebagai pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang bertanggung jawab terhadap status kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya dengan memberikan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan masyarakat dengan mengoptimalkan kerjasama lintas sektor serta pemberdayaan potensi masyarakat.

Program upaya kesehatan Puskesmas terdiri dari :

1) Upaya Kesehatan Wajib yang terdiri dari 6 jenis upaya yaitu : a) Upaya Promosi Kesehatan

b) Upaya Kesehatan Lingkungan c) Upaya KIA dan KB

d) Upaya Kesehatan Gizi

(20)

20 f) Upaya Pengobatan Dasar

2) Upaya Kesehatan Pengembangan

Rencana pelaksanaan kegiatan upaya Kesehatan pengembangan yang disusun sesuai dengan alokasi yang disetujui dari pemberi dana (Pemerintah atau sumber lain).

b. Peran Serta Masyarakat di Wilayah Puskesmas Tayu II Jumlah Kader posyandu dan Da`i Jumlah Kader, esling Jumlah Kader diare Jumlah Lansia Jumlah Battra Jumlah Dokter Kecil 198 8 8 4 18 170

Tabel 5. Peran Masyarakat di Wilayah Puskesmas Tayu II c. Sarana dan Prasarana Kesehatan

NO DESA NAMA

BIDES

DATA SARANA PELAYANAN KESEHATAN SARANA PELAYAN AN JMLH POSY DOK TER DOK GIGI DOKTER SPESIALI S BIDAN 1. Pudenrejo Dyah Hardini Polindes 6 1 5 2 Bulungan Khoirunnisa

Putri Ayuni Polindes 4 - 1

3 Kdungbang Irra Prama

Dewi PKD 4 - 1 4 Purwokerto Aizzatul Mualamah PKD 6 - 1 5 Bendokaton Kidul Hernawanti A PKD 3 - 1

(21)

21 7 Dororejo Ana Mei

Munaszhar PKD 4 - 1

8 Kalikalong Nurlailatul

Fitriyah PKD 6 - 2

JUMLAH 38 1 - - 13

Tabel 6. Sarana dan Prasarana Kesehatan di Wilayah Puskesmas Tayu II 12. Data Sumber Daya Manuasia Puskesmas Tayu II

NO NAMA NIP / NRPTT PENDIDIKA

N TERAKHIR JABATAN KET

1. H. Munadi, SKM 19610424 198603 1 012 Sarjana Kesehatan Masyarakat Kepala Puskesmas PNS 2. Dr. Siti Afrohah 19740814 200604 2 019 Sarjana Kedokteran Dokter Umum PNS 3. Dr. Zidny Afrokhul 19860503 201101 1 005 Sarjana kedokteran Dokter Umum PNS 4. Nurbaiti Wahyuni 19650420 198511 2 003 SPK Perawat PNS 5. Muhajir, SH 19620607 198703 1 010 S-1 Kepala Tata Usaha PNS 6. Kabul Sutrisno 19650125 198703 1 008 SMA Staf Tata Usaha PNS 7. Bambang Supriyanto 19670822 198812 1 001 SPK Perawat PNS 8. Sukini 19690312 1981903 2 007 AKBID Bidan PNS 9. Siti Indiyatun 19650117 199303 2 003 Sarjana Kesehatan Masyarakat Sanitarian PNS

(22)

22 10. Kaspiah 19640328 199201 2 001 AKPER Perawat PNS 11. Hamidah 19691102 199003 2 005 SPK Perawat PNS 12. Harni 19740822 200604 2 014 AKPER Perawat PNS 13 Nur Khamid 19570825 198503 1011 SMP Staf Tata Usaha PNS

14 Ery Puji Lestari 19731105

200604 2 007 AKBID Bidan PNS 15 Sri Rezeki 19790430 200801 2 007 AKBID Bidan PNS 16. Siti Nuraeny Diana Dewi 19771014 200801 2 012 SMA Staf Tata Usaha PNS 17. Ana Mei

Munaszahar 11.4.047.10732 AKBID Bidan Desa PTT 18. Ikie Yhesi

Hutagaluh 11.4.048.5118 AKBID Bidan Desa PTT 19. Nurlailatul

Fitriyah 11.4.048.16507 AKBID Bidan Desa PTT 20. Dyah Hardini 11.4.023.408 AKBID Bidan Desa PTT 21. Irra Prama Dewi 11.4.023.410 AKBID Bidan Desa PTT

22. Khoirunnisa Putri

Ayuni 11.4.048.5123 AKBID Bidan Desa PTT

23. Aizzatul

Mualamah 11.4.048.5134 AKBID Bidan Desa PTT

24. Kastari - SMP Sopir

(23)

23

25. Ngatno - SMP Penjaga

Malam Kontrak

26. Wahyu Sejati - SMA Staf Tata

Usaha

Wiyata Bakti

27. Bawono - SMA Staf Tata

Usaha Wiyata Bakti 28. Ngatmiyaningsih - Sarjana Keperawatan Perawat Wiyata Bakti Tabel 7. Daftar Sumber Daya Manusia Puskesmas Tayu II

13. Denah Lokasi Puskesmas Tayu II

Jalan Tayu – Pati Jalan Tayu – Jepara km.03

Gambar 2. Denah Lokasi Puskesmas Tayu II 14. Peran Puskesmas Tayu II dalam Masyarakat

Puskesmas Tayu II merupakan sarana kesehatan yang terjangkau tempatnya. Puskesmas Tayu II keberadaannya sangat dibutuhkan oleh masyarakat karena dalam lingkup masyarakat sekitar berada dibawah kelas menengah kebawah sehingga masyarakat sangat senang dan sangat

Ds .Bu lu n gan Ds . K es am b i

U

Pusk Tayu I Ds . Ki rin gan Pusk Tayu II

(24)

24 membutuhkan keberadaan Puskesmas Tayu II dengan memberikan pelayana kesehatan secara gratis. Puskesmas Tayu II juga memberikan penyuluhan kepada masyaraka yang mempunyai masalah keluarga, narkoba, kesehatan lingkungan, dan pembinaan kader posyandu setiap satu bulan sekali, sehingga bukan dari Pusksmas Tayu II saja yang memberikan pembinaan atau pengertian kepada masyarakat tetapi ibu-ibu kader posyandu juga memberikan pembinaan kepada masyarakat.

a. Sistem Kerja Internal

Pengolahan Data Pasien Pukesmas Tayu II merupakan salah satu bagian laporan yang dilaporkan secara rutin dan terperinci setiap bulannya yang sesuai dengan sub yang ada.

Sistem pengolahan data pasien yang ada di Puskesmas Tayu II masih menggunakan cara yang sederhana dan manual dimana petugas yang dari pendaftaran pasien mengambil berkas-berkas pasien yang banyak dicari satu-persatu setelah itu diserahkan ke poli peyalanan untuk dilakukan pemeriksaan didalam poli pelayanan petugasnya juga melakukan pencatatan setelah dilakukan pemeriksaan dengan pencatatannua juga dilakukan secara manual setelah itu pasien menerima resep dari dokter dan diserahkan kepada petugas apotek petugas apotek juga mempunyai tugas untuk mencatat obat apa saja yang dipakai setiap harinya. Setelah itu semua pencatatan dari loket, poli pelayanan sampai apotek semua itu direkap dan diserahkan kepada petugas entry data untuk dilakukan pengolahan data.

(25)

25 Untuk gambar skema sistem kerja internal pengolahan data pasien dapat digambarkan sebagai berikut

Gambar 3. Skema Pengolahan Data Pasien Masuk

Untuk pengolahan data pasien yang dilaporkan setiap bulannya dimulai dari penerimaan data mulai dari data dari loket, poli pelayanan dan data dari apotek dan kalau ada yang periksa ke pelayanan kesehatan ibu dan anak dan dari pelayanan kesehatan desa (PKD) . Petugas entry merekap data semua dan mengerjakannya setelah jadi data tersebut terdiri dari data pasien dari semua pos-pos pelayanan, 10 besar penyakit, rekap jumlah kunjungan dan membuat surat tanda setoran (STS) setelah semua selesai dimintakan tanda tangan kepada kepala Puskesmas. Laporan tersebut dibuat minimal rangkap tiga dengan permintaan dari Dinas Kesehatan satu, Badan Pelayanan Jaminan Kesehatan Daerah (JAKMESDA) dan Badan Pelayanan Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS) dan satu arsip oleh bagian tata usaha.

Pasien datang berobat

Petugas mencatat dan mencari data pasien di family folder

Setelah mengisi data pasien dan membuat lemar obat / resep

Diserahkanke poli pelayanan untuk dilakukan

pemeriksaan dan pasien menerima resep Petugas poli

mencatat pasien sakit apa dan diberi obat apa

Petugas apotek

mencatat obat apa yang diberikan kepada pasien setiap harinya Pasien menerima obat Pasien memberikan resep ke petugas apotek

(26)

26 C. Lokakarya Mini(2)

1. Definisi

Lokakarya Mini adalah suatu bentuk forum pertemuan yang merupakan penerapan dari manajemen penggerakan pelaksanaan di Puskesmas.

2. Tujuan a. Umum

Meningkatkan fungsi Puskesmas melalui penggalangan kerja sama tim baik lintas program maupun lintas sektor serta terlaksananya kegiatan Puskesmas sesuai dengan perencanaan.

b. Khusus

1) Tergalangnya kerjasama tim baik lintas program maupun lintas sektor.

2) Terpantaunya hasil kegiatan Puskesmas sesuai dengan perencanaan.

3) Teridentifikasinya masalah dan hambatan dalam pelaksanaan kegiatn Puskesmas.

4) Teridentifikasinya penyebab masalah serta diupayakannya pemecahan masalah.

5) Tersusunnya rencana kerja untuk periode selanjutnya. 3. Ruang Lingkup

Keberhasilan pembangunan kesehatan memerlukan keterpaduan baik lintas program maupun lintas sektor. Penyelenggaraan program kesehatan memerlukan dukungan lintas sektor terkait. Oleh karenanya, Puskesmas harus melakukan kerjasama dengan lintas sektor agar diperoleh dukungan dalam pelaksanaan berbagai kegiatannya. Salah satu bentuk upaya

(27)

27 penggalangan dan pemantauan berbagai kegiatan ini adalah melalui pertemuan, dalam hal ini adalah melalui Lokakarya Mini.

Pada dasarnya ruang lingkup lokakarya mini meliputi dua hal pokok, yaitu:

a. Lintas Program

Memantau pelaksanaan kegiatan Puskesmas berdasarkan perencanaan dan memecahkan masalah yang dihadapai seta tersusunnya rencana kerja baru. Pertemuan bertujuan untuk:

1) Meningkatkan kerjsama antar petugas intern Puskesmas, termasuk Puskesmas Pembantu dan Bidan Desa

2) Mendapatkan kesepakatan untuk melaksanakan kegiatan sesuai dengan perencanaan, yaitu Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK). 3) Meningkatkan motivasi petugas Puskesmas untuk dapat

melaksanakan kegiatan sesuai dengan perencanaan (RPK).

4) Mengkaji pelaksanaan rencana kerja (RPK) yang te;ah disusun, memecahkan masalah yang terjadi dan menyusun upaya pemecahan dalam bentuk rencana kerja yang baru.

b. Lintas Sektor

Dalam rangka meningkatkan peran serta masyarakat dan dukungan dari sektor-sktor yang bersangkutan dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan.

Pertemuan dilaksanakan untuk:

1) Mendapatkan kesepakatan rencana kerja lintas sektoral dalam membina dan mengembangkan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan.

2) Mengkaji hasil kegiatan kerja sama, memecahkan masalah yang terjadi serta menyusun upaya pemecahan dalam bentuk rencana kerja sama.

(28)

28 D. Pelaksanaan Lokakarya Mini(3)

1. Lokakarya Mini Bulanan a. Gambaran Umum

Proses manajemen perencanaan tidak dapat terlaksanan dengan baik apabila tidak dilanjutkan dengan pemantauan dan perencanaan ulang. Tindak lanjut bertujuan untuk menilai sampai seberapa jauh pencapaian dan hambatan-hambatan yang dijumpai oleh para pelaksananya pada bulan yang lalau, sekaligus pemantauan rencana kegiatan Puskesmas, sehingga dapat dibuat perencanaan ulang yang lebih baik dan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Di samping itu, kita ketahui bersama bahwa keberhasilan pelaksanaan kegiatan Puskesmas memerlukan pengorganisasian dan keterpaduan baik lintas program maupun lintas sektor.

Pengorganisasian dan keterpaduan lintas program, artinya keterpaduan internal Puskesmas bertujuan agar seluruh petugas mempunyai rasa memiliki dan meningkatkan motivasi dalam melaksanakan seluruh kegiatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas. Tindak lanjut perencanaan adalah mengadakan pengorganisasian intern Puskesmas dan pemantauan dilaksanakan melalui Lokakarya Mini Bulanan.

b. Tujuan

1) Tujuan Umum

Terselenggaranya lokakarya bulanan intern Puskesmas dalam rangka pemantauan hasil kerja petugas Puskesmas dengan cara membandingkan rencana kerja bulan lalu dari setiap petugas dengan hasil kegiatannya dan membandingkan cakupan kegiatan dari daerah binaan dengan targetnya serta tersusunnya rencana kerja bulan berikutnya.

2) Tujuan Khusus

(29)

29 b) Disampaikannya hasil rapat dari Kabupaten/Kota, Kecamatan

dan berbagai kebijakan serta program.

c) Diketahuinya hambatan/masalah dalam pelaksanaan kegiatan bulan lalu.

d) Dirumuskannya cara pemecahan masalah. e) Disusunnya rencana kerja bulan baru. c. Tahapan Kegiatan

Lokakarya Mini Bulanan Puskesmas diselenggarakan dalam 2 (dua) tahap, yaitu:

1) Lokakarya Mini Bulanan yang Pertama

Lokakarya mini bulanan yang pertama merupakan lokakarya penggalangan tim yang diselenggarakan dalam rangka pengorganisasian untuk dapat terlaksananya rencana kegiatan Puskesmas (RPK).

Pengorganisasian dilaksanakan sebagai penentuan penanggung jawab dan pelaksana setiap kegiatan serta untuk satuan wilayah kerja. Seluruh program kerja dan wilayah kerja Puskesmas dilakukan pembagian habis kepada seluruh petugas Puskesmas dengan mempertimbangkan kemampuan yang dimilikinya.

Pelaksanaan lokakarya mini bulanan yang pertama adalah sebagai berikut:

a) Masukan

i. Penggalangan tim dalam bentuk dinamika kelompok tentang peran, tanggung jawab staf, dan kewenangan Puskesmas.

ii. Informasi tentang kebijakan, program dan konsep baru berkaitan dengan Puskesmas.

iii. Informasi tentang tata cara penyusunan rencana kegiatan (Plan of Action/POA) Puskesmas.

(30)

30 b) Proses

i. Inventarisasi kegiatan Puskesmas termasuk kegiatan lapangan/daerah binaan.

ii. Analisis beban kerja tiap petugas.

iii. Pembagian tugas baru termasuk pembagian tanggung jawab daerah binaan.

iv. Penyusunan rencana kegiatan (Plan of Action/POA) Puskesmas tahunana berdasarkan Rencana Pelaksanaan Kegiatan Puskesmas (RPK).

c) Keluaran

i. Rencana kegiatan (Plan of Action/POA) Puskesmas tahunan.

ii. Kesepakatan bersama untuk pelaksanaan kegiatan sesuai dengan POA.

iii. Matriks pembagian tugas dan daerah binaan. 2) Lokakarya Mini Bulanan Rutin

Lokakarya mini bulanan Puskesmas ini diselenggarakan sebagai tindak lanjut dari lokakarya mini bulanan yang pertama. Lokakarya bulanan rutin ini dilaksanakan untuk memantau pelaksanaan POA Puskesmas, yang dilakukan setiap bulan secara teratur.

Penanggung jawab penyelenggaraan lokakarya mini bulanan adalah Kepala Puskesmas, yang dalam pelaksanaannya dibantu staf Puskesmas dengan mengadakan rapat kerja seperti biasanya. Fokus utama lokakarya mini bulanan rutin adalah ditekankan kepada masalah pentingnya kesinambungan arah dan kegiatan antara hal-hal yang direncanakan, pelaksanaannya serta hasilnya, agar kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan tersebut dapat berhasil guna dan berdayaguna.

(31)

31 Pelaksanaan lokakarya mini bulanan rutin Puskesmas adalah sebagai berikut:

a) Masukan

i. Laporan hasil kegiatan bulan lalu

ii. Informasi tentang hasil rapat di Kabupaten/Kota iii. Informasi tentang hasil rapat di Kecamatan

iv. Informasi tentang kebijakan, program dan konsep baru b) Proses

i. Analisis hambatan dan masalah, antara lain dengan mempergunakan PWS

ii. Analisis sebab masalah, khusus untuk mutu dikaitkan dengan kepatuhan terhadap standar pelayanan

iii. Merumuskan alternatif pemecahan masalah c) Keluaran

i. Kesepakatan untuk melaksanakan kegiatan ii. Rencana kerja bulan yang baru

d. Penyelenggaraan Lokakarya Mini Bulanan

Setelah dipahami tujuan dari Lokakarya dan tahapan kegiatan tersebut di atas, dapat diketahui materi yang akan diberikan/dibahas, maka selanjutnya untuk dapat menyelenggarakannya perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1) Pengarah: Kepala Puskesmas 2) Peserta

Seluruh petugas Puskesmas, termasuk petugas Puskesmas Pembantu dan Bidan di Desa.

3) Waktu

Waktu pelaksanaan lokakarya mini bulanan disesuaikan dengan kondisi dan situasi Puskesmas serta kesepakatan dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Misalnya pada awal bulan atau hari Sabtu minggu pertama atau hari lain yang dianggap tepat.

(32)

32 Demikian halnya dengan waktu penyelenggaraan diatur oleh Puskesmas, misalnya diselenggarakan pada jam 10.00 – 15.00. Prinsip yang harus dipegang adalah bahwa lokakarya mini bulanan dilaksanakan dengan melibatkan seluruh petugas Puskesmas, tanpa mengganggu aktivitas pelayanan serta dapat tercapai tujuan.

4) Acara

Pada dasarnya susunan acara lokakrya mini bulanan bersifat dinamis, dapat disusun sesuai dengan kebutuhan, ketersediaan waktu, dan kondisi Puskesmas setempat. Sebagai contoh susunan acara lokakarya mini adalah sebagai berikut:

a) Lokakarya Mini Bulanan yang Pertama disebut juga Lokakarya Penggalangan Tim

i. Pembukaan

ii. Dinamika kelompok iii. Pengenalan program baru iv. POA Puskesmas

v. Analisa beban kerja petugas vi. Pembagian tugas dan desa binaan

vii. Kesepakatan untuk melaksanakan rencana kerja baru b) Lokarya Mini Bulanan Rutin

i. Pembukaan

ii. Dinamika kelompok; menumbuhkan motivasi iii. Pengenalan program baru

iv. Inventarisasi kegiatan bulan lau v. Analisa pemecahan masalah

vi. Penyusunan kegiatan bulan yang akan datang vii. Pembagian tugas bulan yang akan datang

(33)

33 5) Tempat

Diupayakan agar lokakarya mini dapat diselenggarakan di Puskesmas, apabila tidak memungkinkan dapat menggunakan tempat lain yang lokasinya berdekatan dengan Puskesmas. Ruang yang dipakai hendaknya cukup untuk menampung semua peserta.

6) Persiapan

Sebelum pertemuan diadakan, perlu persiapan yang meliputi: a) Pemberitahuan hari, tanggal dan jam.

b) Pengaturan tempat, sebaiknya seperti huruf “U”. c) Papan tulis, spidol dan kertas lembar balik. d) Rencana Kerja Harian bulan lalu.

e) Membuat visualisasi hasil pelaksanaan kegiatan bulan lalu dibandingkan dengan target bulanan per Desa, antara lain menggunakan PWS.

f) Buku catatan/notulen Rapat Dinas Keshatan dan Rapat Lintas Sektor/Kecamatan

g) Materi pelajaran dan alat peraga yang digunakan. h) Formulir Rencana Kerja Bulanan secukupnya.

2. Lokakarya Mini Tribulanan a. Gambaran Umum

Setelah melaksanakan penggalangan/peningkatan kerjasama lintas sektoral, sebagai tindak lanjut semangat kerja sama dalam Tim yang telah ditimbulkan dalam lingkungan sektor-sektor yang bersangkutan, maka hal ini perlu dipelihara dengan baik. Di samping itu, keberhasilan pembangunan kesehatan sangat memerlukan dukungan lintas sektor. Di mana kegiatan masing-masing sektor perlu dikoordinasikan sehingga dapat diperoleh hasil yang optimal.

Untuk itu, perlu dilakukan pemantauan pelakasanaan kerjasmaa lintas sektoral dengan lokakarya mini yang diselenggarakan setiap

(34)

34 tribulan disebut dengan lokakarya mini yang diselenggarakan setiap tribulan disebut dengan lokakarya mini tribulanan.

b. Tujuan 1) Umum

Terselenggaranya lokakarya tribulanan lintas sektoral dalam rangka mengkasji hasil kegiatan kerja sama lintas sektoral dan tersusunnya rencana kerja tribulan berikutnya.

2) Khusus

a) Dibahasnya dan dipecahkan secara bersama lintas sektoral masalah dan hambatan yang dihadapi.

b) Dirumuskannya mekanisme/rencana kerja lintas sektoral yang baru untuk tribulan yang akan datang.

c. Tahapan Kegiatan Lokakarya Mini Tribulan Lintas Sektoral

Lokakarya mini tribulanan lintas sektor dilaksanakan dalam dua tahap yaitu:

1) Lokakarya Mini Tribulan yang Pertama

Lokakarya mini tribulan yang pertama merupakan lokakarya penggalangan tim yang diselenggarakan adalam rangka pengorganisasian. Pengorganisasian dilaksanakan untuk dapat terlaksannya rencana kegiatan sektoral yang terkait dengan kesehatan.

Pengorganisasian dilaksanakan sebagai penentuan penanggung jawab dan pelaksanan setiap kegiatan serta untuk satuan wilayah kerja. Seluruh program kerja dan wilayah kerja kecamatan dilakukan pembagian habis kepada seluruh sektor terkait , dengan mempertimbangkan kewenangan dan bidang yang dimilikinya.

Pelaksanaan lokakarya mini tribulanan adalah sebagai berikut:

(35)

35 a) Masukan

i. Penggalangan tim yang dilakukan melalui dinamika kelompok

ii. Informasi tentang program lintas sektor iii. Informasi tentang program kesehatan

iv. Informasi tentang kebijakan, program dan konsep baru b) Proses

i. Inventarisasi peran bantu masing-masing sektor

ii. Analisis masalah peran bantu dari masing-masing sektor iii. Pembagian peran dan tugas masing-masing sektor c) Keluaran

i. Kesepakatan tertulis lintas sektor terkait dalam mendukung program, kesehatan

ii. Rencana kegiatan masing-masing sektor 2) Lokakarya Mini Tribulan Rutin

Sebagaimana lokakarya bulanan Puskesmas, maka lokakarya tribulanan lintas sektoral merupakan tindak lanjut dari lokakarya Penggalangan Kerjasama Lintas Sektoral yang telah dilakukan dan selanjutnya dilakukan tiap tribulan secara tetap.

Penyelenggaraan dilakukan oleh Camat dan Puskesmas dibantu sektor terkait di kecamatan. Lokakarya tribulanan lintas sektoral dilaksankan sebagai berikut:

a) Masukan

i. Laporan kegiatan pelaksanaan program kesehatan dan dukungan sektor terkait

ii. Inventarisasi masalah/hambatan dari masing-masing sektor dalam melaksanakan program kesehatan

iii. Pemberian informasi baru b) Proses

i. Analisis hambatan dan maslah pelaksanaan program kesehatan

(36)

36 ii. Analisis hambatan dan masalah dukungan dari

masing-masing sektor

iii. Merumuskan cara penyelesaian masalah

iv. Menyusun rencana kerja dan menyepakati kegiatan tribulan baru

c) Keluaran

i. Rencana kerja tribulan yang baru ii. Kesepakatan bersama

d. Penyelenggaraan Lokakarya Mini Tribulan Lintas Sektoral 1) Persiapan

Sebelum lokakarya dilaksanakan, perlu diadakan persiapan yang meliputi:

a) Pendekatan kepada Camat

i. Memimpin lokakarya dengan menjelaskan acaranya. ii. Mengkoordinasikan sektor-sektor agar menyajikan laporan

kegiatan dan pembinaan.

iii. Mempersiapkan tempat penyelenggaraan lokakarya. b) Puskesmas melaksanakan:

i. Pembuatan visualisasi hasil-hasil kegiatan dalam bentuk yang mudah dipahami oleh sektor-sektor lainnya, antara lain dalam bentuk PWS.

ii. Persiapan alat-alat tulis kantor dan formulir kerja tribulan lintas sektor.

iii. Persiapan catatan hasil kesepakatan yang lalu dan instruksi/surat-surat yang berhubungan dengan peran serta masyarakat yang berkaitan dengan sektor kesehatan.

iv. Penugasan salah seorang staf untuk membuat notulen lokakarya.

v. Pembuatan surat-surat undangan lokakarya untuk ditanda tangani camat.

(37)

37 2) Peserta

Lokakarya mini tribulanan lintas sektor dipimpin oleh Camat, adapun peserta lokakarya mini tribulanan adalah sebagai berikut:

a) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota b) Tim Penggerak PKK Kecamatan c) Puskesmas di wilayah Kecamatan

d) Staf Kecamatan, antara lain: Sekretaris Camat, unit lain yang terkait

e) Lintas sektor di kecamatan, antara lain: Pertanian, Agama, Pendidikan, BKKBN, Sosial

f) Lembaga/organisasi kemasyarakatan, antara lain: TP PKK Kecamatan, BPP/BPKM/Konsil Kesehatan Kecamatan (apabila sudah terbentuk)

3) Waktu

Lokakarya mini tribulanan lintas sektor yang pertama diselenggarakan pada bulan pertama tahun anggaran berjalan. Sedangkan untuk selanjutnya dilaksanakan setiap tribulan. Adapun waktu penyelenggaraan disesuaikan dengan kondisi setempat. Hal yang perlu dijadikan pertimbangan adalah diupayakan agar seluruh peserta dapat menghandiri lokakarya. Lokakarya ini diselenggarakan dalma waktu ±4 jam. Secara umum, jadwal acara lokakarya mini tribulanan adalah sebagai berikut:

a) Lokakarya Mini Tribulanan yang Pertama i. Pembukaan

ii. Dinamika kelompok iii. Kegiatan sektor

iv. Inventarisasi peran bantu sektor v. Analisa hambatan dan masalah

vi. Pembagian peran dan tanggung jawab sektor vii. Perumusan rencana kerja

(38)

38 viii. Kesepakatan untuk melaksanakan kegiatan

b) Lokakarya Mini Tribulanan Rutin i. Pembukaan

ii. Dinamika kelompok, menumbuhkan motivasi iii. Kegiatan sektor terkait

iv. Maslaah dan hambatan masing-masing sektor v. Analisis masalah dan hambatan

vi. Upaya pemecahan masalah vii. Rencana kerja tribulan mendatang viii. Kesepakatan pembinaan

ix. Kesepakatan bersama x. Penutupan

4) Tempat

Tempat penyelenggaraan lokakarya mini tribulanan lintas sektor adalah di Kecamatan atau tempat lain yang dianggap sesuai.

(39)

39 BAB III

PERMASALAHAN

A. Pengamatan Pelaksanaan Lokakarya Mini Bulanan Puskesmas Tayu II

Kami mengamati salah satu pelaksanaan Lokakarya Mini Bulanan Puskesmas Tayu II pada tanggal 7 Desember 2011. Adapun pelaksanaannya sebagai berikut:

1. Pengarah : Kepala Puskesmas

2. Peserta : Seluruh petugas puskesmas 3. Tanggal : 7 Desember 2011

4. Waktu : Pukul 10.00-13.00 WIB 5. Tempat : Puskesmas Tayu II 6. Acara :

a. Pembukaan oleh Kepala Puskesmas Tayu II

b. Penyampaian informasi dari pihak eksternal Puskesmas (Dinas Kesehatan Kabupaten Pati) oleh Kepala Puskesmas

c. Pemyampaian evaluasi pelayanan kesehatan oleh Kepala Puskesmas d. Penyampaian laporan kegiatan oleh pemegang program

e. Penyampaian masalah pelaksanaan kegiatan oleh pemegang program f. Pembahasan masalah kekosongan bidan desa oleh Kepala Puskesmas g. Pembahasan ketentuan Jampersal oleh Kepala Puskesmas

h. Laporan keuangan dana BOK oleh pengurus i. Lain-lain

j. Penutup

B. Hasil Wawancara dengan Komponen yang Berperang Penting dalam Lokakarya Mini Bulanan Puskesmas Tayu II

1. Hasil Wawancara dengan Kepala Puskesmas Tayu II

Menurut Kepala Puskesmas, lokakarya mini atau Lokmin adalah pertemuan yang bertujuan mengevaluasi kegiatan dan program yang telah

(40)

40 dijalankan bulan lalu dan merencanakan program dan kegiatan yang akan dilakukan mendatang. Lokmin idealnya dilakukan tiap awal bulan, namun terkadang pelaksanaan Lokmin di Puskesmas Tayu II tidak di awal bulan. Hal tersebut dilakukan karena Kepala Puskesmas menunggu apakah terdapat informasi dari rapat pimpinan atau dari Dinas Kesehatan yang akan disampaikan saat Lokmin.

Pelaksanaan Lokmin direncanakan dan diatur tiap bulannya oleh Kepala Bagian Tata Usaha (Kasubbag TU). Sedangkan Kepala Puskesmas hanya menyiapkan materi dan informasi penting yang akan dibicarakan saat Lokmin. Di Puskesmas Tayu II, perencanaan dan penjadwalan bersifat fleksibel dan dilakukan bersama-sama oleh Kepala Puskesmas dan Kasubbag TU. Input Lokmin adalah evaluasi dan masalah dari program-program yang telah dijalankan sedangkan outputnya adalah pemecahan dari masalah-masalah tersebut.

Pada saat Lokmin, Kepala Puskesmas bertugas sebagai pengarah, pembina, dan penentu kebijakan. Kepala Puskesmas akan bertanya mengenai permasalahan setiap program. Jika ada, maka masalah tersebut akan dimusyawarahkan dan dicari solusinya. Dari solusi-solusi yang didapat saat Lokmin, keputusan terakhir ada pada Kepala Puskesmas yang akan menentukan solusi mana yang akan digunakan. Hal tersebut yang disebut penetuan kebijakan.

Kepala Puskesmas juga bertugas sebagai pengarah dan pembina. saat Lokmin. Selain program dan kegiatan, juga dibahas hal lain seperti: kedisiplinan, kinerja, dan ketaatan pegawai puskesmas. Dalam Lokmin, Kepala Puskesmas mengarahkan dan mebina pegawai agar lebih disiplin dan meningkatkan kinerjanya

Menurut Kepala Puskesmas, pelaksanaan Lokmin Puskesmas Tayu II telah berjalan dengan baik. Hal tersebut dapat dilihat dari: acara berlangsung tertib tiap bulan, antusiasme peserta, serta aspirasi peserta yang dinilai bagus dalam pemecahan masalah. Indikator keberhasilan

(41)

41 Lokmin dapat dilihat dari keberhasilan solusi yang telah dihasilkan dan keberhasilan tersebut dinilai pada Lokmin selanjutnya.

Masalah dan hambatan yang sering terjadi saat Lokmin adalah peserta dan pemegang program sering kurang aktif dalam Lokmin. Hal tersebut bisa disebabkan karena pemegang program belum siap, belum melakukan evaluasi pribadi mengenai pelaksanaan programnya, atau pemegang program kurang paham terhadap program yang menjadi tanggung jawabnya. Hal tersebut diantisipasi oleh Kepala Puskesmas dengan mengumumkan dan memerintahkan para pemegang program agar menyiapkan laporan kegiatannya dan masalah yang dihadapinya selama menjalankan program sebelum diadakan Lokmin. Pengumuman biasanya dilakukan saat apel atau rapat.

Menurut Kepala Puskesmas, program-program yang telah dilakukan di Puskesmas Tayu II semua sudah berjalan dengan baik sesuai dengan aturan dan dilaporkan dalam laporan kegiatan rutin. Setiap ada masalah juga selalu dicari pemecahannya bersama-sama saat Lokmin ataupun di luar Lokmin.

Pemecahan masalah yang diberikan saat Lokmin biasanya bersifat arahan umum. Pemecahan yang spesifik dan detil itu sulit dilakukan karena banyaknya program yang dilakukan, serta satu orang dapat mengampu beberapa program. Jika dibahas semua secara mendetil akan sangat sulit. Selain itu yang dibahas di Lokmin bukan hanya program, namun juga informasi dari dinas, penyampaian tentang kedisiplinan, pelayanan, pembinaan, dan kinerja. Detil pemecahan masalah dilakukan oleh individu masing-masing pengampu dengan berkoordinasi dengan Kepala Puskesmas dan petugas lain

Selain Lokmin interprogram, ada juga Lokmin intersektor. Lokmin intersektor seharusnya diadakan tiap tiga bulan sekali dengan mengundang sektor lain seperti dari kecamatan, DKK, kades, dan sektor lain. Namun, di Puskesmas Tayu II, tidak dilakukan Lokmin intersektor. Hal tersebut karena masalah biaya. Puskesmas belum mempunyai

(42)

42 anggaran untuk menyiapkan acara Lokmin intersektor selama ini. Oleh karena itu, apabila ada materi-materi yang perlu dibicarakan intersektor, biasanya diselipkan pada program kegiatan lain yang mengundang intersektor seperti pelatihan kader desa.

2. Hasil Wawancara dengan Kepala Sub Bagian Tata Usaha (Kasubbag TU) Puskesmas Tayu II

Peran Kasubbag TU dalam Lokmin adalah membantu Kepala Puskesmas dalam perencanaan, evaluasi, pemecahan masalah saat Lokmin. Kasubbag TU juga berkoordinasi dengan Kepala Puskesmas merencanakan kegiatan Lokmin tiap bulannya.

Menurut narasumber, Lokmin yang sudah dijalankan selama ini telah berjalan dengan baik karena sudah adanya koordinasi dan persiapan dari para peserta Lokmin dan pemegang program, komunikasi yang berjalan lancar, dan musyawarah yang berlangsung “hidup” karena tiap peserta Lokmin berpatisipasi aktif dalam memberikan saran dan aspirasinya.

Lokmin di Puskesmas Tayu II dianggap telah berhasil karena telah memberikan solusi secara efektif pada banyak masalah di puskesmas Tayu II. Menurut narasumber, masalah yang dibicarakan di Lokmin tidaklah semua masalah, namun yang dibicarakan hanya yang penting saja berdasarkan skala prioritas. Hal tersebut untuk menghemat waktu dan tenaga. Lokmin tersebut dianggap berhasil apabila solusi yang dihasilkan dapat memecahkan masalah dari program tersebut. Parameter keberhasilannya berdasarkan pencapaian target pada bulan berikutnya.

Namun ada masalah yang belum dapat dipecahkan dalam Lokmin sampai saat ini yaitu banyaknya program dan kurangnya personil sehingga efektivitas dan efisiensi program kurang maksimal. Hal tersebut membutuhkan koordinasi intersektor terutama dengan Dinas Kesehatan.

Lokmin intersektor menurut narasumber, sudah sering dilakukan di Puskesmas Tayu II namun hanya bersifat insidental atau tidak rutin.

(43)

43 Hal-hal lain yang sering menjadi masalah dalam Lokmin adalah belum siapnya laporan kegiatan dari pemegang program. Namun hal tersebut tidak terlalu mengganggu dan bisa diatasi

Saran untuk Lokmin selanjutnya adalah agar para peserta Lokmin lebih mempersiapkan materi dan program yang diampunya sebelum Lokmin diadakan.

3. Hasil Wawancara dengan Pemegang Program

a. Pemegang Program UKS dan Puskesmas Keliling

Program-program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) terbagi dalam trias program yaitu pendidikan kesehatan, pembinaan lingkungan sehat, dan pelayanan kesehatan. Contoh-contoh programnya adalah Penjaringan Kesehatan, imunisasi anak sekolah, penyuluhan, pelatihan dan lomba dokter kecil, lomba UKS, dan banyak lainnya

Laporan kegiatan program-program tersebut akan dibahas saat Lokmin. Oleh karena itu, sebelum Lokmin, disiapkan laporan kegiatan dan masalah setiap program.

Menurut narasumber, masalah yang sering dihadapi saat menjalankan program UKS di Puskesmas Tayu II adalah tidak adanya koordinasi antara petugas UKS sekolah dan petugas UKS puskesmas. Selain itu UKS adalah program yang seharusnya diurus oleh intersektor seperti dinas kesehatan, dinas pendidikan, kementerian dalam negeri, dan kementerian agama. Namun selama ini dianggap kalau UKS adalah urusan puskesmas saja, sehingga jarang ada kerja sama intersektor. Bahkan, Pak Camat tidak terlalu mengurusi UKS, setiap ada pertemuan tidak pernah hadir langsung namun hanya diwakilkan.

Masalah tersebut sudah dikemukakan saat Lokmin interprogram, namun sejauh ini belum ada tindak lanjutnya. Seharusnya masalah

(44)

44 tersebut diajukan pada Lokmin intersektor, namun selama ini di puskesmas Tayu II, belum pernah dilakukan Lokmin intersektor.

Menurut narasumber, Lokmin yang selama ini dilakukan sudah berjalan dengan baik dan para pemegang program sudah melaporkan kegiatannya. Lokmin juga memberikan manfaat untuk program UKS sendiri. dari Lokmin tersebut, bisa didapatkan informasi tentang program baru, arahan untuk menjalankan program, menganggarkan dana, dan sebagainya.

b. Pemegang Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

Pemegang program KIA membawahi para bidan termasuk bidan desa yang mengampu desa-desa di wilayah kerja Tayu II. Program yang dilaksanakan KIA antara lain: Kesehatan Ibu dan Anak, Keluarga Berencana, gizi, imunisasi, dan penanggulangan diare.

Pada tahun 2011 yang lalu, program-program KIA telah berjalan lancar, dan telah memenuhi target yang telah ditentukan. Tidak ada hambatan yang berarti dalam pelaksanaan program karena keaktifan dari kader dan masyarakat setempat.

Mengenai lokakarya mini di Puskesmas Tayu II, sebelum pertemuan beliau mempersiapkan laporan kegiatan, dan follow up-nya, kegiatan apa saja yang masih belum mencapai target sehingga saat Lokmin dapat dibahas. Monitoring dan evaluasi program bulanan juga dibahas dalam Lokmin.

Menurut beliau, Lokmin sangat bermanfaat bagi pelaksanaan program di Puskesmas Tayu II karena dalam pertemuan tersebut dilakukan evaluasi, pemantauan plaksanaan program, program mana saja yang belum terlaksana atau belum mencapai sasaran sehingga harus ditingkatkan.

Pelaksanaan lokakarya mini di Puskesmas Tayu II menurut beliau sudah baik. Namun, partisipasi dari peserta dirasa masih kurang, sebagai contoh bidan desa enggan mengungkapkan keluhan-keluhan

(45)

45 atau masalah yang terjadi di desa, padahal sudah diberikan kesempatan oleh ketua Lokmin. Durasi Lokmin sudah cukup, Kepala Puskesmas sebagai ketua Lokmin sudah cukup baik karena sudah mempersiapkan bahan rapat dengan seksama dan memberikan kesempatan kepada peserta untuk menyampaikan aspirasinya.

Sebagai masukan, narasumber menyampaikan hendaknya pada saat Lokmin selanjutnya, tiap bidan desa ditanya apa keluhan/hambatan yang mereka hadapi, telepon genggam sebaiknya dimatikan saat jalannya Lokmin agar tidak mengganggu konsentrasi peserta.

c. Pemegang Program Imunisasi

Meskipun baru mengampu pemegang program imunisasi, program imunisasi selama ini dikatakan sudah berjalan baik. Cakupan imunisasi balita, BIAS, dan ibu hamil sudah baik. Hal ini terkait dengan baiknya koordinasi dengan bidan desa.

Tidak ada hambatan yang berarti dalam kinerja program imunisasi selain ketersediaan vaksin. Ketersediaan vaksin sering menyebabkan tertundanya imunisasi pada balita, contohnya vaksin BCG dan Hepatitis B Uniject yang sering tidak tersedia.

Mengenai lokakarya mini di Puskesmas Tayu II, sebelum pertemuan beliau mempersiapkan laporan kegiatan, dan follow up-nya, kegiatan apa saja yang masih belum mencapai target sehingga saat Lokmin dapat dibahas. Pelaporan tersebut dikumpulkan dari bidan desa.

Menurut beliau, Lokmin sangat bermanfaat bagi pelaksanaan program di Puskesmas Tayu II karena bisa mengevaluasi program yang kurang baik dalam pelaksanaannya.

Pelaksanaan lokakarya mini di Puskesmas Tayu II menurut beliau sudah baik. Namun partisipasi peserta terkadang kurang. Sehingga ada permasalahan yang terkadang belum terbahas.

(46)

46 d. Program Gizi dan Puskesmas Pembantu (Pustu)

Pemegang program gizi berkaitan erat dengan program KIA dalam hal pemantauan status gizi balita. Sedangkan program Pustu berkaitan dengan pelayanan di masyarakat sekitar.

Selama ini, program yang diampu dinilai sudah berjalan baik. Pelaporan program gizi dalam Lokmin berkaitan dengan laporan bidan-bidan desa, serta kebijakan-kebijakan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Pati sebagai penentu tagret program gizi. Hambatan yang sering muncul adalah keterlambatan pengumpulan laporan dari bidan desa.

Sedangkan program Pustu, keberhasilan program didasarkan pada jumlah pasien yang berobat. Karena jumlah pasien selama ini sedikit, maka pemegang program lebih giat mensosialisasikan kepada warga di sekitar Pustu bahwa mereka dapat berobat ke Pustu secara rutin. Hambatan yang dirasakan adalah dukungan sarana dan prasarana yang sangat minimal, misalnya tidak adanya sumber listrik, tidak ada sumber air, serta obat-obatan yang kurang.

Selama ini, pelaksanaan Lokmin sudah baik, dimana Lokmin mampu memfasilitasi pemaparan program yang diampu, serta mengetahui permasalahannya.

4. Hasil Wawancara dengan Bidan Desa

Selain melakukan wawancara dengan para pemegang program, kami juga mewawancarai seorang bidan desa sebagai perwakilan. Dari wawancara didapatkan hasil sebagai berikut.

Lokakarya mini merupakan suatu pertemuan rutin bulanan yang diselenggarakan puskesmas berisi pemaparan tentang laporan kegiatan, evaluasi dan perencanaan untuk program pada bulan selanjutnya. Sebelum mengikuti Lokmin, yang dipersiapkan oleh bidan yaitu laporan kegiatan

(47)

47 bulanan dan hasil pencapaian bulanan, berapa persen dari target yang telah tercapai. Namun, selama ini para bidan desa belum pernah membaca panduan penyelenggaraan Lokmin dari Dinas Kesehatan, informasi hanya didapat secara lisan dari pengarahan kepala Puskesmas. Selama ini, menurutnya, program yang dilaksanakan di desa binaannya selalu memenuhi target karena kader posyandu desa tersebut aktif. Selama ini juga tidak ada masalah yang berarti dalam pelaksanaan program di desa.

Dalam lokakarya mini yang telah dilakukan selama ini, umumnya dirinya dan bidan desa yang lain cenderung pasif, hanya menyampaiakan laporan jika ditanya oleh kepala puskesmas. Tidak ada inisiatif dari bidan untuk menyampaikan informasi maupun masalah yang didapati di desa. Menurut narasumber, Lokmin yang sudah berjalan selama ini sudah baik, baik mengenai jalannya acara maupun dari partisipasi peserta. Dalam Lokmin, telah dibahas mengenai evaluasi program-program yang sudah dilaksanakan dan perencanaan program selanjutnya. Peran kepala Puskesmas sebagai moderator juga dikatakan sudah baik. Hanya durasi Lokmin dirasa terlalu lama terutama jika terdapat perselisihan pendapat dalam forum tersebut. Tidak ada saran untuk pelaksanaan lokakarya mini selanjutnya.

C. Analisis Masalah

1. Lokakarya Mini Bulanan

a. Pengetahuan tentang Lokakarya Mini Bulanan

Dari hasil wawancara, dapat diketahui bahwa seluruh narasumber secara umum telah mengetahui pengertian, maksud, dan tujuan diadakannya lokakarya mini bulanan. Seluruh narasumber menyatakan bahwa tujuan utama lokakarya mini bulanan yaitu untuk menilai sampai seberapa jauh pencapaian dan hambatan-hambatan yang dijumpai oleh para pelaksananya pada bulan yang lalu, sekaligus pemantauan rencana kegiatan Puskesmas, sehingga dapat dibuat

(48)

48 perencanaan ulang yang lebih baik dan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Namun, pengetahuan mengenai teknis pelaksanaan secara detil, para narasumber belum mengetahui dengan baik. Hal ini kemungkinan dikarenakan kurangnya sosialisasi mengenai teknis yang benar dan sesuai degan Buku Panduan Lokakarya Mini Puskesmas yang dibuat oleh Kementrian Kesehatan.

b. Pelaksanaan Lokakarya Mini Bulanan 1) Masukan

Dari hasil pengamatan pelaksanaan lokakarya mini bulanan pada tanggal 7 Desember, berikut ini analisis kesesuaian teknis dengan panduan yang ada.

a) Laporan hasil kegiatan bulan lalu

Pada pelaksanaan loka karya mini, laporan kegiatan bulan lalu sudah disampaikan oleh sebagian pemegang program. Penyampaian laporan tidak dilakukan secara detil, namun lebih difokuskan pada masalah yang ada. Berdasarkan hasil wawancara, seluruh pemegang program sudah menyiapkan laporan bulanan untuk disampaikan saat Lokmin. Namun beberapa program mengaku bahwa kurang ada kesempatan untuk menyampaikan laporan kegiatan bulanan beserta masalah yang dihadapi. Sedangkan Kepala Puskesmas menyatakan bahwa kurang tersampaikannya permasalahan dalam Lokmin disebabkan karena peserta kurang aktif. Hal yang bertolak belakang ini menunjukkan kurangnya komunikasi yang efektif antara Kepala Puskesmas sebagai pemimpin dan pengarah Lokmin dengan peserta. Salah satu bentuk kurangnya komunikasi dalam Lokmin ini dapat diketahui dari bentuk pertanyaan tertutup yang diajukan pada peserta rapat, seperti “Apakah ada masalah untuk pemegang program dan bidan desa?”, bukan pertanyaan terbuka,

(49)

49 misalnya “Bagaimana pencapaian pelaksanaan porgram bulan lalu?”.

b) Informasi tentang hasil rapat di Kabupaten/Kota dan Kecamatan

Informasi mengenai hasil rapat di luar Puskesmas sudah diberikan kepada peserta oleh Kepala Puskesmas. Namun, Kepala Puskesmas mengaku bahwa hal ini sering menyebabkan keterlambatan diadakannya Lokmin setiap bulannya.

c) Informasi tentang kebijakan, program, dan konsep baru

Informasi mengenai kebijakan, program, dan konsep baru sudah diberikan pada Lokmin, misalnya kebijakan baru mengenai Jampersal.

2) Proses

a) Analisis hambatan dan masalah

Analisis hambatan dan masalah program kegiatan sudah dilakukan pada saat Lokmin. Namun, analisis tidak dilakukan secara mendetil dan komprehensif. Hal tersebut dikarenakan banyaknya program yang harus dievaluasi tidak sebanding dengan keterbatasan waktu yang tersedia selama Lokmin. Analisis masalah ini cenderung dilakukan satu arah dari pimpinan Lokmin.

b) Merumuskan alternatif pemecahan masalah

Lokmin cenderung tidak memunculkan rumusan pemecahan masalah yang konkrit. Arahan pemecahan masalah cenderung satu arah dan hanya secara garis besar. Pemecahan masalah secara detil diserahkan pada pemegang program berkoordinasi dengan Kepala Puskesmas dan petugas lain. 3) Keluaran

Gambar

Gambar 1. Struktur Organisasi Puskesmas Tayu II  Keterangan Garis :
Tabel 1. Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Tayu II  b.  Jumlah KK dan KK miskin
Tabel 2. Jumlah KK dan KK Miskin di Wilayah Kerja Puskesmas Tayu II  c.  Data Sasaran
Tabel 4. Jenis dan Jumlah Ttenaga Puskesmas Tayu II
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam Kerja Praktek yang penulis jalani di Quality Control Power Cable khususnya untuk kabel tenaga tegangan menengah 20 kV, dengan mengacu pada SPLN

1. Harapan kosumen, berdasarkan indikator Respon yang cepat dari toko penyedia pembayaran menggunakan Shopeepay, namun kenyataanya dengan respon yang kurang cepat

Pada uraian di atas tentang motivasi kerja dengan kinerja karyawan bahwa penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja karyawan

Berdasarkan hasil analisis, arus di Selat Lombok merupakan bagian dari Arlindo yang mengalir dari Pasifik menuju Samudra Hindia, serta pola pergerakan arus di Selat

Masalah Benang atas putus Benang bawah putus Jahitan loncat Jarum patah Jahitan renggang Keliman menumpuk atau mengkerut Jahitan kendur Mesin jahit bersuara.. bising Mesin

“tes tulis itu diadakan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana calon siswa kelas unggulan itu memahami mata pelajaran yang kita tes-kan. sedangkan tes wawancara itu

bahwa dalam rangka mewujudkan penegakan hukum dalam penyelenggaraan penataan ruang yang menyangkut tindak pidana bidang penataan ruang, telah ditetapkan Peraturan Menteri

Berdasarkan hasil analisis data penilaian afektif siswa pada tabel 4.9 dan kriteria yang telah ditentukan pada Bab III, maka dapat dikatakan bahwa karakteristik media