• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2013

HASIL WAWANCARA KONSELING KLIEN RA

HASIL WAWANCARA KONSELING KLIEN RA

Pertemuan I

1. Judul penelitian :

Mengatasi Sibling Rivalry dalam Keluarga Melalui Konseling Rational

Emotive Behavior dengan Teknik Reframing Pada Siswa Kelas VII E di MTs

NU Ungaran

2. Tujuan penelitian :

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengetahui apakah

sibling rivalry dalam keluarga pada siswa dapat diatasi melalui konseling

Rational Emotive Behavior dengan Teknik Reframing.

3. Nama Klien : RA

4. Pelaksana wawancara : Fahmi Arif

Berikut deskripsi hasil konseling yang telah dilakukan:  

Pertemuan 1

Pada pertemuan pertama ini, peneliti membina hubungan baik (rapport) dengan klien dan mengidentifikasi masalah. Peneliti menjelaskan dahulu pentingnya konseling ini, lamanya waktu yang dibutuhkan untuk konseling pada pertemuan kali ini, batasan peran antara konselor dan klien, peneliti juga menjelaskan asas yang digunakan dalam konseling agar klien memiliki rasa kepercayaan terhadap peneliti. Sesuai kesepakatan peneliti dan klien, konseling pertemuan kali ini akan laksanakan kurang lebih 30 menit. Peneliti berusaha membina hubungan baik terlebih dahulu kepada klien. Hal ini dilakukan agar klien merasa nyaman dan dapat terbuka pada peneliti untuk menceritakan masalahnya secara mendalam.

Peneliti terlebih dahulu membuka pembicaraan dengan topik-topik netral dan bersikap hangat, agar klien merasa nyaman serta lebih siap dalam mengikuti proses konseling. Peneliti memulai dengan topik netral yaitu dengan menanyakan kabar dan menanyakan tadi sewaktu proses konseling sedang pelajaran apa dikelas. Peneliti memulai untuk mengidentifikasi masalah yang dialami klien. Peneliti menanyakan seputar sibling rivalry dalam keluarga. Pada pertemuan kali ini yang diperoleh dari proses wawancara konseling, klien dapat menceritakan masalahnya secara lebih mendalam mengenai konflik persaingan yang sering dialami klien dengan saudara, konsekuensi negatif pada emosi, konsekuensi negatif pada perilaku yang dialami klien, faktor penyebab, dan peristiwa yang mengawali (Activating event) konsekuensi klien.

Menurut keterangan yang disampaikan klien, setiap hari dirinya selalu dimarahi orang tua gara-gara saling melempar tugas rumah yang diberikan orang tua. Konsekuensi negatif pada emosi (C-emotion) yang dialami klien yaitu klien sering merasa marah dan sedih. Sedangkan konsekuensi negatif pada perilaku

(C-behavior) klien berkelahi dengan adik dengan melakukan kontak fisik seperti

mencubit, menjewer, memukul dll. Peristiwa yang mengawali (Activating event) masalah klien ini adalah perasaan dimana dirinya seperti anak tiri karena selalu diberikan tugas rumah yang berat (mencuci, menyetrika, memasak dll) dibandingkan adiknya.

Peneliti berusaha mengeksplorasi kemungkinan keyakinan (belief) klien. Klien memiliki keyakinan ” orang tua pilih kasih, dengan memanjakan adiknya dan memberikan tugas rumah yang berat (mencuci, menyetrika, memasak dll) kepadanya”. Keyakinan klien tersebut tergolong dalam keyakinan yang irasional. Dalam pengidentifikasian masalah ini, peneliti juga berusaha untuk memberikan situasi agar proses konseling tidak terlihat tegang yaitu dengan peneliti memunculkan suasana humor. Berdasarkan kesepakatan waktu yang telah disepakati, maka proses konseling dilanjutkan pada pertemuan berikutnya.

Evaluasi:

188  

Pertemuan ke-2

Pertemuan kedua ini adalah lanjutan dari hasil konseling pertemuan pertama. Peneliti melanjutkan dengan tahap mencanagkan tujuan,. Tak lupa pada pertemuan kedua ini, peneliti dan klien juga menyepakati waktu yang akan digunakan untuk proses konseling, yaitu kurang lebih 45 menit.

Pada tahap mencanangkan tujuan, peneliti membantu klien untuk membuat tujuan yang akan dicapai. Peneliti mereview ulang konsekuensi negatif pada emosi dan perilaku yang sudah disebutkan klien pada konseling pertemuan pertama. Kemudian bersama-sama menyusun tujuan atau hasil konseling yang diinginkan. Merumuskannya di sini adalah peneliti membantu klien dengan cara tujuan konseling tersebut merupakan lawan dari konsekuensi negatif atau bentuk dari konsekuensi positif. Konsekuensi negatif pada emosi (C-emotion) yang dialami klien yaitu klien sering merasa sedih dan marah. Sedangkan konsekuensi negatif pada perilaku (C-behavior) klien menjadi pemurung dan sering berantem dengan adik, Lawan dari konsekuensi negatif pada emosi adalah klien merasa gembira dan senang. Lawan dari konsekuensi negatif perilaku adalah membuat hubungan yang akrab dengan adik.

.Pertemuan ke-3

Pertemuan ketiga peneliti melanjutkan dengan menjelaskan prinsip ABC kepada klien. dan menunjukan keyakinan irrasional klien. Prinsip ABC merupakan singkatan dari ABC (Activating event, Belief, Consequences). Dari keyakinan (belief) yang dimiilki klien bahwa “Saya merasa orang tua saya lebih mencintai dan memanjakan adik dibandingkan saya, orang tua selalu memberikan tugas rumah yang berat (mencuci, menyetrika, memasak dll) dibandingkan adik saya. untuk melihat peritiwa yang mengawali masalah (activating event). Peneliti mencoba menjelaskan dan menghubungkan peristiwa yang mengawali (activating

event) menimbulkan konsekuensi negatif (consequences) pada emosi dan perilaku

klien. Yaitu pada waktu orang tua lebih mencintai dan memanjakan klien. mempengaruhi emosi dan perilaku klien menjadi sedih, dan merasa seperti anak tiri. Peneliti juga memberikan contoh prinsip ABC dalam kasus sehari-hari agar

klien semakin paham. Peneliti menyakan pemahaman klien mengenai keyakinan irasional yang ia miliki dengan gangguan emosi dan perilakunya. Klien menyatakan telah memahami akan hal tersebut.

Tahap selanjutnya adalah menunjukkan keyakinan irasional klien. Peneliti menekankan kembali keyakinan yang dimiliki klien. Kemudian, peneliti menjelaskan dan menunjukkan bahwa keyakinan yang dimiliki klien adalah keyakinan yang irasional, tidak logis dan tidak dapat divalidasi secara empiris.

Evaluasi:

Klien mampu membuat tujuan yang ingin dicapai dari konseling ini. Setelah peneliti menjelaskan prinsip ABC, klien pun semakin paham akan inti masalahnya. Keyakinan yang dimiliki oleh klien pun mampu dipahami oleh klien bahwa keyakinan tersebut merupakan keyakinan irasional, tidak logis

Pertemuan ke-4

Pada pertemuan keempat ini, peneliti akan melanjutkan tahapan dalam

Konseling Rational Emoti Behavior. Pada pertemuan ketiga ini, peneliti akan

menunjukkan pada klien bahwa dia memelihara gangguan emosi dan perilaku dengan menjaga pemikiran irasional, mempertentangkan dan menyerang keyakinan irasional klien, mengajarkan cara berpikir logis dan empiris dengan memberikan tugas rumah (PR). Peneliti tak lupa dengan memberikan batasan waktu untuk pertemuan konseling yang ketiga ini, yaitu kurang lebih 50 menit.

Peneliti menjelaskan bahwa dengan klien memiliki keyakinan irasional, klien akan terus memelihara gangguan emosi, perasaan dan perilakunya. ” saya merasa seperti anak tiri, jika orang tua lebih mencintai dan memanjakan adik, sedangkan saya selalu disuruh mengerjakan tugas rumah yang berat (mencuci, menyetrika, memasak dll) .” keyakinan irasional yang dimiliki klien ini, peneliti mencoba untuk menelaahnya melalui pola bahasa yang digunakannya. Peneliti memberi contoh pola bahasa klien yang didasari keyakinan irasional ini yaitu dia merasa seperti anak tiri jika, selalu disuruh mengerjakan tugas rumah di