• Tidak ada hasil yang ditemukan

A.5 Tindakan pencegahan prakoagulasi dan zat anti koagulan 1. Tujuan

5. Hasil Yang Dicapai

Pada penyaringan lateks dari tangki yang terjaga pengawasannya maka lateks yang dihasilkan tidak terkandung lagi kotoran–kotoran atau gumpalan kecil yang terdapat di dalam lateks.

6. Pembahasan

Pada penanganan penyaringan lateks harus diperhatikan saringan, apabila terjadi penyumbatan maka saringan harus dibersihkan atau digosok agar aliran lateks tidak terhambat. Kotoran–kotoran yang biasanya terdapat pada lateks seperti, daun-daun, batu, dan serangga

D. Pengenceran Lateks 1. Tujuan

a) Untuk mendapatkan K3 kira-kira 10%.

b) Memudahkan penghilangan gelembung udara atau gas yang terdapat di dalam lateks.

c) Memudahkan meratanya koagulan ya ng dibubuhkan untuk proses koagulasi.

2. Dasar Teori

Pengenceran dilakukan karena menjaga agar kadar karet kering lateks sewaktu diolah dapat dipertahankan, terkadang cuaca juga dapat mengakibatkan kualitas karet sheet tidak baik karena terjadinnya prakoagulasi/lateks seperti bubur, selain itu kotoran-kotoran yang terdapat didalam lateks akan mengapung atau memisah sewaktu diencerkan. Lateks yang telah diencerkan lebih mudah disaring, dan pengenceran juga bertujuan mengeluarkan gelembung- gelembung gas yang ada karena gelembung-gelembung gas yang terdapat pada lateks bila tidak dikeluarkan akan mengakibatkan smoke sheetnya akan jelek dan bisa menurunkan kualitas untuk mengolah lateks (Nazaruddin, 1996).

3. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan adalah bak koagula si, sovel, alat ukur volume dan pengaduk. Bahan-bahan yang digunakan adalah lateks segar dan air.

4. Prosedur Kerja

a) Lateks yang telah diketahui K3nya kemudian dihitung jumlah lateks dan air dalam satu.

b) Untuk menentukan jumlah lateks dan air dalam satu bak digunakan rumus sebagai berikut : JL = VB x SP K3 Contoh :JA = VB – JL JL = 750 x 10% = 320 23, 1 JA = 750 – 320 = 430 liter

Keterangan : VB = Volume bak 750

SP = Standar pengolahan 10% JL = Jumlah lateks/bak

JA = Jumlah air/bak

c) Setelah diketahui jumlah lateks yang diperlukan sebanyak 320 liter lateks dan air sebanyak 430 liter air dalam satu bak. kemudian bak koagulan diisi hingga 750 / bak.

d) Setelah bak koagulan terisi selanjutnya dilakukan pengambilan busa yang pertama

e) Bak yang terisi lateks diaduk secara merata dan ditambahkan asam semut sebanyak 800 cc kemudian diaduk lagi sebanyak 6 kali putaran bolak balik agar asam semut dapat tercampur secara merata.

f) Kemudian dilakukan lagi pengambilan busa yang ke 2 kalinya menggunakan plat sofel.

5. Hasil Yang Dicapai

a) Menurunkan kadar karet yang terkandung dalam lateks sampai diperoleh kadar karet yang diinginkan perusahaan yaitu 10%.

b) Diketahuinya jumlah air dan lateks yang dicampurkan dalam satu bak untuk pengenceran.

6. Pembahasan

Berdasarkan K3 kebun yang diperoleh, maka berguna untuk menentukan seberapa besar air dan lateks yang digunakan dalam pengenceran setiap baknya dan untuk mengetahui mutu lateks. Air yang digunakan sebaiknya yang telah memenuhi standar pengolahan, agar sheet yang dihasilkan mempunyai kualitas yang baik.

Pengenceran dilakukan bertujuan untuk mengapungkan dan memisahkan kotoran dan gelembung-gelembung gas yang ada.

E. Pembekuan Lateks 1. Tujuan

a) Agar lateks menjadi slab-slab yang dapat digiling dimesin penggilingan. b) Mempersatukan (merapatkan) butir-butir karet yang terdapat dalam cairan

2. Dasar Teori

Pada permukaan lateks biasannya terdapat busa. Busa ini harus disingkirkan terlebih dahulu sebelum lateks dibekukan. Gumpalan- gumpalan bagian karet yang terjadi karena pengaruh prakoagulasi juga harus disingkirkan. Untuk membersihkan busa dapat digunakan plat-plat aluminium. Plat-plat yang berfungsi sebagai sekat dipasang dalam tangki setelah semua busa dan pengaruh prakoagulasi disingkarkan. Mula-mula plat bagian tengah dipasang terlebih dahulu. Lantas diikuti plat pembagi ruang hingga semua plat terpasang. Plat terlebih dahulu dibasahi untuk mencegah tertutupnya udara dalam kogulum. Bila udara tartutup, maka hasil smoke sheet akan bergelembung-gelembung kecil (Nazaruddin, 2006).

3. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan adalah, bak koagulasi, sovel, ember, gelas ukur, pengadukdan sekat pemisah (papan partisi). Bahan-bahan yang digunakan adalah lateks, air dan asam semut (asam formiat COOH).

4. Prosedur Kerja

a) Lateks yang tertampung di bak koagulasi kemudian diberi bahan koagulan yaitu asam semut (asam formiat, COOH)) sebanyak 800 cc dalam satu buah bak dengan pH 4-5 dan diaduk sebanyak 12 kali untuk memisahkan antara lateks dengan buih. Buih yang terapung dibuang dengan menggunakan sovel.

b) Pada bak pembeku terdapat sekat-sekat pemisah, sekat-sekat pemisah yang digunakan sebanyak 85 sekat dan ukuran bak pembeku yang digunakan mempunyai ukuran L= 72,5 cm T= 34,5cm P= 300 cm. Sekat-sekat pemisah dipasang setelah lateks diberi asam semut dan didiamkan selama ± 15menit untuk pembekuan, agar menjadi slab-slab yang dapat digiling di mesin penggiling.

c) Setelah lateks membeku dan sebelum plat diangkat terlebih dahulu plat disiram dengan air agar plat dapat dilepas dengam mudah.

d) Setelah plat dilepas lateks yang telah membeku ditutup menggunakan plat partisi. Kemudian permukaan plat disiram lagi dengan air.

5. Hasil Yang Dicapai

Slab-slab yang dihasilkan tidak terlalu keras dan tidak terlalu lunak, karena apabilah terlalu keras akan menyulitkan dalam proses penggilingan dan membutuhkan tenaga mesin yang besar sehingga memerlukan bahan bakar yang cukup banyak.

6. Pembahasan

Penambahan bahan koagulan tanpa ada takaran hanya menggunakan perkiraan tanpa ada menggunakan alat pengukur pH pada pembekuan lateks akan mempengaruhi pembekuan lateks, dan menyebabkan lateks cepat membeku, sedangkan pH lateks terlalu tinggi akan berakibat pembekuan lateks menjadi lebih lama.

Perlunya penambahan asam semut (COOH) karena lateks yang diangkut dari kebun terkadang terjadi prakoagulasi sehingga lateks menjadi gumpalan-gumpalan atau bisa disebut lateks bubur.

Penambahan asam semut hendaknya merata, tidak menumpuk, lateks kemudian diaduk berhati-hati karena adukan yang kasar bisa menimbulkan gelembung-gelembung yang dapat mengurangi mutu smoke sheet yang dihasilkan. Dengan adukan yang perlahan-perlahan, resiko timbulnya gelembung-gelembung dapat dikurangi. Adukan sebanyak 12 kali sudah cukup, karena jumlah adukan ini sama dengan 6 kali adukan bolak-balik.

F. Penggilingan 1. Tujuan

a) Untuk menggiling lembaran koagulum menjadi lembaran sheet yang mempunyai ukuran lebar dan tebal tertentu.

b) Untuk membuang busa yang tertinggal

c) Untuk memberikan gambaran(print) pada permukaan lembaran sheet.

2. Dasar Teori

Ketebalan koagulum hasil pembekuan ikut pula menentukan penggilingan. Koagulam yang lebih tebal dari 3 cm sulit untuk langsung digiling. Koagulum yang terlalu tebal perlu dilakukan penggilingan pendahuluan sebelum penggilinganyang sebenarnya.

Kecepatan penggilingan yang terlampau tinggi bisa merobek lembaran smoked sheet. Sedangkan kecepatan yang terlalu renda bisa memperkecil kapasitas baterai sheet yang dipakai. Faktor kecepatan bukan hal yang bisa diabaikan begitu saja. Kecepatan yang tepat harus di temukan sendiri pada setiap tempat pengolahan (Nazaruddin, 2006).

3. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan adalah mesin penggiling. Bahan-bahan yang digunakan adalah lembar slab, dan air.

4. Prosedur Kerja

a) Sesudah lateks membeku dan telah menjadi slab, selanjutnya slab-slab yang telah jadi ditambahkan air agar tidak menempel dengan sekat-sekat pemisah dan untuk mencegah terjadinya oksidasi.

b) Slab dikeluarkan dengan cara mencabut sekat-sekat pemisahnya secara hati-hati agar tidak ada yang rusak.

c) Slab yang sudah jadi diambil dan dibawa menuju mesin penggilingan. Pada mesin pengilingan, siap digiling dengan tujuan agar slab menjadi tipis dan permukaannya menjadi lebih lebih lebar.

d) Slap dilepas satu persatu kemudian slap dimasukkan ke mesin giling. Jenis mesin giling yang digunakan adalah merek Aristo yang memiliki 5 patron dan mempunyai ketebalan patron yang berbeda-beda. Untuk patron yang pertama mempunyai ketebalan 10 mm, kedua dengan ketebalan 8 mm, patron ketiga dengan ketebalan 6 mm, patron keempat ketebalannya 4mm,

dan patron yang terakhir atau patron kelima ketebalan 3 mm, pada patron terakhir terdapat patron yang disebut dengan printer dan berbentuk spiral. e) Patron terakhir ini bertujuan untuk memberikan merek dan memberikan

alur-alur pada permukaan lembaran. Atau disebut juga dengan pembantikan f) Slab yang telah digiling menjadi lembaran kemudian dicuci kembali untuk

menghilangkan bahan kimia yang melekat di lembaran.

g) Setelah pencucian selesai kemudian slab di tiriskan dibambu. Masing-masing bambu diisi sebanyak 3 lembar. Lalu slap diangkut ke ruang pengasapan.

5. Hasil Yang Dicapai

a) Lembaran- lembaran slab menjadi lembaran sheet yang mempunyai ukuran panjang, lebar, dan tebalnya tertentu ± 3 mm

b) Memberikan gambaran (print) pada permukaan lembaran sheet c) Tidak terdapat serum/bahan kimia didalam lembaran slab d) Memudahkan proses pengasapan agar cepat matang.

6. Pembahasan

Selama proses penggilingan terjadi maka pada setiap mesin giling harus selalu dibasahi dengan air agar lembar sheet yang digiling tidak melekat pada patron mesin giling. Kecepatan penggilingan yang terlampautinggi bisa mengakibatkan robek lembaran sheet. Sedangkan kecepatan yang terlalu rendah bisa memperkecil kapasitas baterai sheet yang dipakai.

Air yang digunakan untuk proses pengolahan sebaiknya harus memenuhi syarat kejernian air, tidak berbau, bereaksi netral dan tidak mengandung logam seperti besi, tembaga dan bikarbonat. Untuk itu, sebelum air digunakan untuk proses pengolahan, perlu dilakukan pengolahan air (water treatment) terhadap air yang diambil langsung dari sumbernya (raw water) yaitu air sungai.

G. Proses Pengasapan

Dokumen terkait