• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUKAN HATI YANG MERANCANG KEJAHATAN (I)

Firman TUHAN yang datang kepada bangsa itu melalui Zakharia mengingatkan mereka akan kewajiban mereka untuk mengasihi sesamanya. Ini bukanlah teori, tetapi sesuatu yang harus dipraktikkan dan dijalani. Mereka seharusnya menjadi saksi yang kudus; namun penindasan, ketidakadilan, dan kekejaman melimpah!

Tetapi kewajiban untuk mengasihi sesama melampaui sekadar tindakan eksternal. Sebagaimana Taurat melarang perzinaan juga melarang hawa nafsu dalam hati, dan Taurat yang melarang pembunuhan juga melarang kemarahan dalam perkataan (bdk. Mat. 5:21–22, 27–28), demikian juga Taurat melarang bahkan pemikiran tentang kejahatan terhadap orang lain. Bagaimanapun, ini adalah salah satu hal yang Allah benci (bdk. Ams. 6:16–19), dan Dia pasti akan menghakimi dan menghukum mereka yang menyimpan kejahatan seperti itu dalam hati mereka.

Tetapi, pembaca yang terkasih, betapa mudahnya bagi kita untuk mementingkan kebencian dan kepahitan yang ada dalam hati kita! Ketika kita merasa diri kita ditipu, kita berperilaku seperti Esau yang membenci saudaranya dan menyusun rencana untuk membunuhnya (Kej. 27:41). Ketika kita melihat orang lain diberkati alih-alih diri kita sendiri, kita berperilaku seperti Kain yang juga membenci saudaranya dan membunuhnya (Kej. 4:8); atau seperti saudara-saudara Yusuf, yang membencinya (Kej. 37:4) dan menjualnya ke pedagang. Bahkan ketika orang-orang yang kita kasihi dianiaya, kita mungkin merespons dengan cara yang sama: seperti yang Absalom lakukan, membenci Amnon saudara tirinya selama dua tahun penuh, dan merencanakan kejahatan dalam hatinya (2Sam. 13:22); atau seperti yang dilakukan oleh Simeon dan Lewi untuk membalas dendam saudara perempuan mereka (Kej. 34:25–31).

Betapa kita perlu memeriksa hati kita untuk kepahitan! “Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan” (Ef. 4:31)—supaya jangan sampai kita “mendukakan Roh Kudus Allah” (ay.

30); atau supaya jangan sampai kita mendapati diri kita tidak dapat belajar dari Firman Allah karena kita belum membuang ”segala kejahatan, segala tipu muslihat dan segala macam kemunafikan, kedengkian dan fitnah" (1Ptr. 2:1–2).

RENUNGKAN: Apa yang Allah benci, bagaimanakah aku bahkan bisa mulai melakukan itu?

DOAKAN: Bapa, selidikilah hatiku, cabutlah semua kepahitan dan rancangan jahat, dan penuhilah aku dengan kasih dan pengampunan!

SELASA, 29 JUNI 2021 ZAKHARIA 8:16–17 1 KORINTUS 13:5

“Kasih … tidak menyimpan kesalahan orang lain.” BUKAN HATI YANG MERANCANG KEJAHATAN (II)

Apa yang kita butuhkan alih-alih hati yang merancang kejahatan adalah hati yang penuh kasih: karena “kasih … tidak menyimpan kesalahan orang lain” (1Kor. 13:5). Pikiran jahat seperti itu sering kali datang dari penilaian yang tergesa-gesa, sombong, dan penuh penghakiman terhadap orang lain; dibenarkan oleh asumsi dan kesimpulan yang salah; dan dimanifestasikan dalam keluhan dan kritik. Bagaimana bisa seorang anak Allah menyimpan kebencian dalam hatinya, ketika kebencian adalah sama dengan dosa pembunuhan (1Yoh. 3:15), dan sangat menjijikkan bagi Allah yang pengasih?

Jawabannya adalah kebencian memiliki permulaan yang kecil. Kebencian dimulai hanya dengan sebuah pemikiran, sedikit kritik tidak terucap terhadap orang lain. Sedikit pikiran di benakmu bahwa si anu tidaklah baik; si anu seharusnya tidak melakukan ini atau melakukan itu. Pikiran yang tidak pernah disuarakan; tetapi perlahan-lahan pikiran-pikiran lain mulai berkumpul di sekitarnya—kritik lain terhadap orang yang sama. Perlahan-lahan gambaran tentang orang itu terbangun dalam benakmu; perlahan-lahan kamu mulai menikmati spekulasi tentang motivasi orang itu; perlahan-lahan kamu mulai menciptakan skenario di mana orang itu menunjukkan “warna aslinya.” Kamu mulai melekat pada gosip atau desas-desus jahat apa pun tentang orang itu, dan menambahkannya ke dalam “bukti” yang terus mengembang bahwa orang itu tidak baik. Kamu mulai membenci orang itu, dan membenarkan kebencian itu berdasarkan gambaran yang telah kamu bangun ini: Semua yang orang itu lakukan tidak dapat dilihat dengan cara apa pun selain dalam terang yang jahat. Akhirnya, ketika ada kesempatan, kamu mengambil kesempatan untuk menghancurkan orang itu—sekali lagi, dengan membenarkan tindakanmu.

Ini adalah bukti kelicikan Iblis yang jahat bahwa dia dapat membuat kita membenci manusia lain, yang diciptakan menurut gambar Allah—bahkan seorang Kristen, yang dibeli dengan darah Kristus yang berharga—atas apa pun. Kebencian dapat dibangun di atas fondasi yang paling tipis. Semuanya dimulai dengan sedikit pemikiran jahat tentang orang lain. Sedikit pemikiran yang tidak segera kita usir; sedikit

pemikiran yang kita berikan sedikit ruang, dan kita biarkan tinggal. Benih kecil kepahitan yang tidak kita usir tetapi kita biarkan tinggal di sepetak kecil tanah hati kita, dan sewaktu-waktu kita menyiraminya dengan memikirkannya sampai benih itu berkembang menjadi pohon dewasa, dan melahirkan buah yang jahat.

RENUNGKAN: Imajinasi bukanlah wilayah tanpa pertanggungjawaban. DOAKAN: Bapa, tolonglah aku untuk tidak memikirkan hal yang jahat!

RABU, 30 JUNI 20211 1 KORINTUS 13:5 FILIPI 4:8

“... semua yang benar ... mulia.... adil ... suci ... manis....” BUKAN HATI YANG MERANCANG KEJAHATAN (III)

Bagaimanakah ini bisa dihindari? Bagaimanakah kita bisa mengembangkan praktik yang berlawanan, untuk tidak saling memikirkan yang jahat? Berikut tiga poin untuk pertimbangan kita.

Bersikaplah objektif. Jangan menilai apa yang tidak kamu ketahui—hati orang lain berada di luar wilayah pengetahuanmu. Sebaliknya, nilailah apa yang benar-benar kamu ketahui: hatimu sendiri. Kita harus rela berpikir jahat tentang diri kita sendiri, sebelum kita berpikir jahat tentang orang lain! Jangan menilai apa yang berada di luar lingkupmu—lebih baik kita sedapat mungkin memberikan orang lain, terutama saudara-saudari kita di dalam Kristus, pemikiran bahwa dia mungkin tidak bersalah. Jangan biarkan perasaan mengarahkan penilaianmu—begitu sering kita merasa tersakiti, dan oleh karena itu berasumsi bahwa seseorang pasti bermaksud untuk menyakiti kita; padahal bisa saja itu mungkin tidak lebih dari kesalahpahaman!

Jadilah pemaaf. Jangan mengumpulkan keluhan atau keberatan terhadap orang lain—jangan biarkan kritik menumpuk di hatimu. Tentu ada kalanya perilaku seseorang di masa lalu harus diperhitungkan, tetapi secara umum hal-hal seperti itu harus dikesampingkan, dan tidak disimpan dalam “bank” keluhan yang kita sembunyikan dalam hati. Betapa mudahnya racun itu dapat menyebabkan kita bereaksi secara berlebihan bahkan terhadap provokasi sekecil apa pun! Sebaliknya, mengapakah kita tidak membiarkan pemikiran yang benar, mulia, adil, suci, manis tentang orang lain terbangun dalam hati kita (bdk. Flp. 4:8)? Mengapakah kita tidak mengumpulkan "bank" dari hal-hal yang bajik dan terpuji yang telah mereka lakukan? Alih-alih menyimpan katalog kejahatan, dan menambahkan padanya setiap rumor tidak berdasar yang kita dengar!

Jangan diam. Jangan biarkan keberatan yang tulus berubah menjadi kebencian yang beracun dengan tetap diam dan terus memikirkan tentang kesalahan—atau lebih buruk lagi mengatakannya kepada semua orang kecuali orang yang bersangkutan! Terlalu sering kita melihat seorang saudara berbuat salah, tetapi alih-alih mengatakan kepadanya, dan dengan penuh kasih berusaha menolongnya, kita

menyimpannya untuk diri kita sendiri, atau bergosip di antara teman-teman kita. Kita berpikiran jahat, dan menyebabkan orang lain berpikiran jahat, dan sementara itu saudara yang bersalah itu tidak ditolong. Hal-hal ini seharusnya tidak terjadi! Seandainya saja kita dengan lemah lembut menolong dan mengoreksi satu sama lain alih-alih menyimpan—dan menyebarkan—kebencian yang membenarkan diri sendiri seperti itu!

RENUNGKAN: Hatiku cenderung memikirkan kejahatan; aku harus secara aktif memikirkan kebaikan.

DOAKAN: Bapa tolonglah aku untuk “memikirkan semuanya itu.” (Flp. 4:8)!