• Tidak ada hasil yang ditemukan

HATI YANG DI DALAMNYA ALLAH DIKUDUSKAN (V)

HARI TUHAN, 16 MEI 2021 1 PETRUS 3:15

KISAH PARA RASUL 17:10–12

“... siap sedialah pada segala waktu....”

HATI YANG DI DALAMNYA ALLAH DIKUDUSKAN (V)

Persiapan kita untuk memberi pertanggungan jawab (lanjutan). Persiapan kedua kita yang Rasul Petrus sebutkan adalah “siap sedialah pada segala waktu” (1Ptr. 3:15). Semangat kesiapan yang konstan ini memiliki implikasi-implikasi yang penting bagi keyakinan-keyakinan yang seharusnya ditemukan dalam hati di mana Allah dikuduskan—ini berarti kita harus memiliki keyakinan-keyakinan yang sudah diteguhkan. Kita seharusnya sudah memikirkan berbagai perkara dan menelusuri sendiri sampai kepada jawabannya, sehingga kita sendiri memiliki sikap yang jelas mengenainya. Bagaimanapun, kita mengetahui isu-isu apa yang ada dalam dunia di sekitar kita; dan jika kita benar-benar percaya bahwa Firman Allah juga membahas isu-isu ini, kita tidak bisa puas dengan ketidaktahuan, atau dengan pengetahuan sekilas tentang apa yang Alkitab katakan. Kita juga tidak bisa hanya meminjam apa yang telah orang lain katakan: kita harus menelusuri sendiri untuk mendapatkan jawabannya!

Ini tidak berarti bahwa kita tidak bisa belajar dari orang lain, tetapi apa pun yang kita pelajari, kita menjadikan jawaban itu sebagai jawaban kita sendiri. Orang-orang Kristen di Berea adalah contoh yang baik untuk hal ini (Kis. 17:11). Mereka sangat siap untuk belajar, dan tidak mendekati

pemberitaan Paulus dengan sikap skeptis! Namun mereka tetap memastikan sendiri setiap hal, dari Kitab Suci, sehingga keyakinan-keyakinan mereka didasarkan dengan teguh pada Firman Allah.

Hal ini penting karena umat Allah dipanggil untuk menjadi saksi, bukan bagi ideal-ideal tertentu yang kabur, tetapi bagi kebenaran yang pasti. Dan kesaksian kita tidak bisa hanya verbal: “siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab” mengimplikasikan bahwa kita sendiri telah menghidupi keyakinan-keyakinan ini. Sebagai contoh lihatlah kesaksian Rasul Paulus yang tercatat dalam Kisah 22 dan 26. Jelas ini adalah seseorang yang benar-benar memercayai apa yang dia katakan; seseorang yang hidupnya sendiri telah ditransformasikan oleh pesan yang dia beritakan. Pembaca yang terkasih, nada keyakinan yang sejati itu akan tertangkap oleh orang-orang yang mendengarkan kamu berbicara dan yang melihat bagaimana kamu hidup! Dan jika nada itu tidak ada, seluruh simfoni, bagaimanapun luar biasanya secara teknis, akan terdengar datar dan membosankan, dan akhirnya sangat sedikit sekali dampaknya.

Marilah kita memiliki hati yang diarahkan kepada takut akan Allah, yang dipenuhi dengan kasih kepada-Nya, pengenalan akan Firman-Nya, keyakinan kepada kebenarannya; dan hidup yang ditransformasikan dan sekarang sepenuhnya diselaraskan dengan prinsip-prinsip Alkitab.

RENUNGKAN: Apakah keyakinan-keyakinanku sejati dan didasarkan pada Kitab Suci?

DOAKAN: Bapa, tolonglah aku untuk siap sedia pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab.

SENIN, 17 MEI 2021 1 PETRUS 3:15-16 KOLOSE 4:5-6

“... memberi pertanggungan jawab ... dengan lemah lembut....” HATI YANG DI DALAMNYA ALLAH DIKUDUSKAN (VI)

Sikap kita dalam memberi pertanggungan jawab. Bagian terakhir dari dorongan Petrus menyangkut sikap yang harus dimanifestasikan dari hati yang di dalamnya Allah dikuduskan. Pada dasarnya, sikap ini adalah sikap “lemah lembut,” satu aspek yang krusial dari kesaksian Kristen, khususnya dalam konteks “memberi pertanggungan jawab” ini. Bagaimanapun, kita bisa dengan mudah memahami bagaimana “memberi pertanggung jawab” bisa mengimplikaiskan superioritas (“Aku tahu, kamu tidak tahu)—tetapi pengharapan yang kita miliki sebagai orang Kristen bukanlah sesuatu yang menjadikan kita superior terhadap orang lain! Dalam kenyataannya, pengharapan ini timbul dari pengakuan bahwa diri kita tidak lebih baik daripada orang lain; bahkan mungkin kita bisa lebih buruk. Maka, Rasul Paulus memberikan “perkataan yang benar” (KJV) yang patut diterima sepenuhnya oleh setiap orang Kristen (1Tim. 1:15).

Melihat dirimu sendiri sebagai “yang paling berdosa di antara orang berdosa” adalah sentral bagi sikap Kristen dalam memberi pertanggungan jawab. Kita berdiri membela dan menghidupi Firman Allah; kita memproklamasikan kebenaran itu sebagaimana kebenaran itu membicarakan semua isu-isu yang mendalam dan kontroversial dari kehidupan di dunia ini: bukan karena kita tahu lebih banyak daripada orang lain dan ingin memamerkannya; bukan karena kita lebih baik daripada orang lain dan memandang rendah mereka; bukan karena mereka adalah orang berdosa dan kita bukan! Tetapi karena diriku, sebagai yang paling berdosa di antara orang yang berdosa, celaka, rusak, dan terhukum, telah menemukan keselamatan dalam Tuhan Yesus Kristus. Karena aku, yang dulu pernah terhilang dan kacau, mengembara dalam kegelapan, telah menemukan kebenaran yang memerdekakan aku. Dan sekarang aku ingin orang lain mengenal Yesus, yang adalah jalan, kebenaran, dan hidup.

Pembaca yang terkasih, tidak adanya kelembutan, yang merupakan noda yang buruk dari kesombongan, adalah cara yang paling pasti untuk menghancurkan kesaksian kita bagi Kristus. Ingatlah, “jawaban” yang kita miliki sebagai orang Kristen bukanlah hasil dari pemikiran kita sendiri; itu adalah penyataan (wahyu) Allah! Kepada orang-orang itu kita

sebenarnya menunjuk bukan ke arah diri kita sendiri; ke arah kebenaran Allah, bukan kebenaran kita—itu sungguh-sungguh membutuhkan kelembutan.

Seperti perkataan Paulus, “Hiduplah dengan penuh hikmat terhadap orang-orang luar.... Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang” (Kol. 4:5–6). Jika kita mau Allah dikuduskan dalam hati kita, kita harus benar-benar merendahkan diri kita.

RENUNGKAN: “Kesombongan ditepis, diriku kurendahkan; aku hanyalah pendosa, yang oleh anugerah diselamatkan!” (Gray)

SELASA, 18 MEI 2021 1 PETRUS 3:15

2 KORINTUS 2:12–17

“…dengan lemah lembut dan takut....” (KJV)