• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Awal Munculnya Hegemoni Amerika Serikat di Venezuela A.1. Penerapan Doktrin Monroe Terhadap Venezuela

A.2. Penerapan dan Kondisi Venezuela di bawah Naungan IMF B. Intervensi Politik Amerika Serikat Terhadap Venezuela: Bush Jr.

B.1. Intervensi Sebagai Alat Politik Kebijakan Luar Negeri AS ke Venezuela

B.1.1. Kudeta April 2002 B.1.2. Pemilu Parlemen 2005

BAB IV. KEBIJAKAN HUGO CHAVEZ DALAM MELAWAN HEGEMONI AMERIKA SERIKAT

A. Program-Program Strategis Pemerintah Chavez Dalam Melawan Hegemoni AS

A.1. Pembentukan Identitas Gerakan Movimiento Bolivariano Revolucionario-200 (MBR-200)

A.2. Pembentukan Lembaga-Lembaga Regional di Amerika Latin A.3. Kebijakan Energi Venezuela Pada Masa Hugo Chavez

A.3.1. Nasionalisasi Perusahaan Minyak Asing di Venezuela

A.3.2. Perluasan Pasar Ekspor Global Minyak Venezuela dan Axis of Oil

A.3.3. Kebijakan Energi Untuk Program Sosial

B. Analisis Atas Kepemimpinan Hugo Chavez Dalam Melawan Hegemoni AS

BAB II

SUMBER-SUMBER UTAMA KEBIJAKAN LUAR NEGERI YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN LUAR NEGERI HUGO CHAVEZ

A. Sumber Sistemik (Systemis Source)

Sumber Sistemik merupakan sumber yang berasal dari lingkungan eksternal suatu negara. Sumber dari lingkungan eksternal tersebut terjadi ketika Venezuela melakukan hubungan kerjasama dengan IMF. Sumber dari penerapan IMF tersebut adalah dari sebuah negara besar, yaitu AS yang pada akhir tahun 1980-an gencar mempromosikan kebijakan IMF di Amerika Latin, termasuk di Venezuela.

Pada 1989 melalui Washington Consensus,40 program IMF diterapkan di Venezuela. Pada tahun itu reformasi ekonomi neoliberal dijalankan yang berisi: suku bunga mengambang, kenaikan pajak pada sektor pelayanan publik, kenaikan upah sebesar 5%; penghapusan tarif impor secara progresif, pengurangan 4% dalam defisit anggaran pendapatan dan belanja negara; pelemahan buruh dengan membuat sistem ikatan kerja yang lebih fleksibel dan membentuk Dekrit Eksekutif. Dekrit Eksekutif mengizinkan perusahaan asing untuk membayarkan 100% keuntungan mereka ke negara asalnya.41 Saat menguntungkan tentunya, bagi investasi asing di tengah iklim investasi global dan pasar bebas, namun berbeda dengan posisi rakyat Venezuela yang semakin dilemahkan, dan terkena imbas buruknya

40

Washington Consensus adalah butir-butir kesepakatan ketentuan ekonomi yang harus dijalankan oleh negara-negara penghutang yang isinya meliputi: 1.Mengurangi pengeluaran publik, 2. Liberalisasi keuangan, 3.Liberalisasi perdagangan, 4.Mendorong investasi langsung asing, 5.Privatisasi BUMN, 6.Deregulasi ekonomi, 7.Nilai tukar yang kompetitif untuk perkonomian berbasis ekspor, 8.Menjamin disiplin fiskal, 9. Reformasi pajak, 10.Perlindungan hak cipta. Penjelasan lebih lengkap dapat dilihat dalam James E. Mahon Jr, “Good-Bye to the Washington Consensus?”, Current History, Vol. 102, No. 661, Februari 2003, h. 59.

41 Ibid.

Hubungan tersebut berlangsung pada masa pemerintahan Carlos Andres Perez di tahun 1989. Hubungan yang dilakukan pemerintah Carlos Andres Perez melalui negosiasi persetujuan struktural dengan IMF sebesar 4,5 miliar dolar Amerika digunakan untuk memulihkan kondisi negara Venezuela yang pada saat itu mengalami krisis ekonomi.42 Selanjutnya hubungan kerjasama antara Venezuela dengan IMF juga berlangsung kembali pada masa pemerintahan Rafael Caldera di tahun 1994. Atas persetujuan IMF, Venezuela pada masa pemerintahan Rafael Caldera memperoleh pinjaman keuangan sebesar 1,5 miliar dolar Amerika.43

B. Sumber Masyarakat (Societal Source)

Sumber Masyarakat yang ingin penulis jabarkan adalah kondisi perkenomian masyarakat Venezuela ketika penerapan program IMF di Venezuela. Namun, program IMF tersebut gagal membawa kesejahteraan bagi rakyat Venezuela. Carlos Andres Perez yang beraliran neoliberal dan menganut kebijakan IMF membawa Venezeula ke sebuah era timpangnya ekonomi antara kelompok kaya dan rakyat miskin Venezuela. Sebagai contoh, Daniel Hellinger mengutip sebuah statistik yang mengungkapkan bahwa persentase penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan meningkat dari 36% di tahun 1984 menjadi 66% di tahun 1995.44

Pada tahun 1981, empat puluh persen penduduk pada tingkat paling bawah hanya memperoleh 19,1% dari kesejahteraan dimana pada tahun 1997 menjadi hanya 14,7% kesejahteraan. Sepuluh persen penduduk negara tersebut menikmati kenaikan kesejahteraan dari tahun 1981-97 dari 21,8% menjadi 32,8%.45 Tarif yang melindungi industri kunci domestik dari kompetisi asing dihapuskan. Disinyalir hal 42 Ibid., h. 46. 43 Ibid. 44

Daniel Hallinger, “Political Overview: The Breakdown of Puntofijismo and The Rise of Chavis mo,” dalam Steve Ellner & Daniel Hellinger, ed., Venezuelan Politics in the Chavez Era: Class, Polarization, and Conflict (Colorado: Lynne Rennier Publishers, 2004), h. 27-28.

45

ini memainkan peran dalam menghancurkan sektor pertanian. 600.000 orang meninggalkan pedesaan menuju kota antara tahun 1989 dan 1992. Persentase tenaga kerja yang bekerja di sektor ekonomi informal yang tidak stabil meningkat dari 34,5% pada tahun 1980 menjadi 53% pada tahun 1999.46

Atas krisis tersebut, ribuan orang turun ke jalan untuk melakukan protes terhadap pemerintah. Bentrokan dengan polisi pun tidak bisa dihindarkan dan banyak korban berhatuhan. Peristiwa ini dikenal dengan El Caracazo (27-28 Februari 1989), ledakan kemarahan rakyat saat terjadi kenaikan harga minyak, ditumpas oleh tentara. Menurut data organisasi Hak Asasi Manusia (HAM), kurang lebih 500 orang tewas terbunuh. Negara dikepung oleh militer dan jam malam diberlakukan di beberapa kota di Venezuela.47

Akibat dari krisis tersebut membuat perubahan opini publik di sebagian besar rakyat Venezuela. Mereka tidak lagi mempercayai pemimpin yang menjadi budak kepentingan AS di Venezuela. Dalam hal ini pemimpin yang tergiur dengan bantuan AS dengan kebijakan IMF-nya. Namun, kebijakan tersebut gagal membuat masyarakat Venezuela sejahtera dan justru Venezuela jatuh ke dalam krisis ekonomi. Rakyat Venezuela mulai mengenal Chavez saat terjadi pemberontakan militer yang dipimpin oleh Hugo Chavez Frias pada tanggal 4 Februari 1992. Chavez merebut barak militer di Caracas namun gagal menguasai istana Miraflores. Presiden Kemudian Carlos Andrez Perez melarikan diri. 48

Chavez merasa merasa bahwa dengan bernaung di bawah IMF membawa dampak negatif bagi e k o n o m i n e g a r a n y a , d e n g a n k e y a k i n a n H u g o C h a v e z k e m u d i a n m e m u t u s k a n h u b u n g a n dengan IMF, dan tidak 46 Ibid., h. 43-44. 47 Ibid., h. 25. 48

Harnecker, Memahami Revousi Venezuela:Perbincangan Hugo Chávez dengan Marta Harnecker, h. 25.

mengikuti arus liberalisme, karena dianggapnya membawa ketimpangan antara kaum borjuis dan rakyat jelata.

C. Sumber Pemerintahan (Governmental Source)

Sumber Pemerintahan disini berkaitan erat dengan kondisi politik dalam negeri Venezuela pada masa pemerintahan Hugo Chavez diikuti oleh lahirnya Konstitusi Bolivarian 1999 yang menjadi dasar utama bagi seluruh kebijakan pemerintahan dalam banyak bidang. Pembaharuan-pembaharuan yang dijalankan atas dasar Konstitusi Bolivarian disebut sebagai perubahan Revolusioner Bolivarian.49 Perubahan Revolusioner Bolivarian ditandai oleh visi kerakyatan yang diamanatkan oleh Konstitusi Bolivarian 1999 yakni tegaknya kedaulatan ekonomi dan politik rakyat Venezuela yang anti imperialisme, demokrasi partisipatif, swadaya ekonomi, distribusi yang adil dari pendapatan pertambangan minyak Venezuela dan penghapusan tindakan korupsi.50

Revolusi Bolivarian di Venezuela menggunakan jalur parlemen dan referendum dengan partisipasi rakyat yang damai. Chavez menggunakan kewenangan dan posisinya sebagai presiden untuk memajukan kebijakan yang radikal dalam bidang ekonomi, politik, dan sosial. Program pentingnya antara lain meloloskan Konstitusi Bolivarian 199951, melaksanakan misi-misi sosial Bolivarian seperti Plan Bolivar 200052, serta sikap penolakannya terhadap kapitalisme dan Konsesus AS serta mempromosikan model pembangunan ekonomi dan alternatif dan kerja sama ekonomi diantara negara-negara miskin.

Sebagai contoh, Chavez memperkuat kedudukan Venezuela di Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) untuk menangkal pengaruh AS di

49

Lander, “Venezuela Populism and the left: alternatives to neo-liberalism,” h. 81. 50

Ibid., h. 81.

51

Lander, “Venezuela Populism and the left: alternatives to neo-liberalism,” dalam Patrick Barrett dkk, ed., The New Latin American Left: Utopia Reborn (London: Plutpo Press, 2008), h. 79-80. 52

OPEC.53 Selain itu Chavez juga memanfaatkan keuntungan minyaknya dengan menasionalisasi perusahaan minyak PdVSA untuk membiayai program-program sosial Venezuela.54

D. Sumber Idiosinkretik (Idiosyncratic Sources)\

Penulis mengunakan sumber idiosinkretik untuk menjelaskan pengaruh nilai-nilai-nilai pengalaman dan pengaruh kepribadian Hugo Chavez yang dapat mem- pengaruhi kebijakan luar negeri dari Hugo Chavez sendiri. Penulis mencoba menganalisis tentang pengaruh idiosinkretik Chavez dari pengaruh agama, Simon Bolivar serta militer dan politik.

Pertama, penulis mencoba menjabarkan tentang pengaruh agama dan teologi pembebasan terhadap pemikiran Hugo Chavez. Pada mulanya istilah “teologi pembebasan” atau liberation theology diperkenalkan oleh para teolog Katolik di Amerika Latin pada pertengahan abad lalu.55 Teologi pembebasan adalah teologi yang memperhatikan nasib dan solidaritas kepada mereka yang menderita ketidakadilan, kalah, miskin, dan ditindas.

Teologi pembebasan di Amerika Latin muncul akibat dua situasi: pertama adalah keterbelakangan, ketergantungan, keterpinggiran, ketertindasan dan kemiskinan yang diakibatkan oleh proses industrialisasi sejak tahun 1950-an di seluruh benua di bawah arahan modal multinasional; dan ke dua meningkatnya perjuangan sosial, gerakan-gerakan gerilya, pergantian pemerintah melalui kudeta

53

Reid, Forgotten Continent: The Battle for Latin America’s Soul, h. 160. 54

Ibid. 55

Gustavo Gutierrez, “A Theology of Liberation,” dalam Francis Wahono Nitiprawiro, Teologi Pembe basan: Sejarah, Metode, Praksis, dan Isinya (Yogyakarta: Lembaga Kajian Islam dan Sosial, 2000), h. 34

militer dan krisis keabsahan sistem politik, sejak meletusnya revolusi Kuba tahun 1959.56

Pada saat ini Hugo Chavez juga menggunakan pengaruh dari teologi pembebasan tersebut untuk program-program sosialismenya melalui Revolusi Bolivarian-nya. Revolusi Bolivarian Venezuela sebenarnya bergandengan tangan dengan gagasan teologi pembebasan Katolik yang khas Amerika Latin tersebut. Ini berkaitan dengan kebijakan-kebijakan anti neoliberalismenya. Revolusi ini bertujuan membebaskan Venezuela dari sistem kapitalisme dan neoliberalisme karena sistem ini terbukti membawa Venezuela jatuh dalam krisis sehingga rakyat Venezuela banyak yang hidup dalam garis kemiskinan.

Revolusi ini juga bertujuan memperbaiki sistem-sistem sosial yang selama ini di anggap buruk sebelum Chavez menjabat sebagai presiden. Chavez menjanjikan perubahan radikal dalam ekonomi dan politik untuk memberikan bagian yang lebih banyak pada rakyat miskin dari hasil keuntungan Revolusi Bolivarian tersebut. Salah satu contohnya adalah keuntungan dari hasil nasionalisasi perusahaan minyak PdVSA untuk membiayai program-program sosial Revolusi Bolivarian.

Ke dua, penulis mencoba menjabarkan tentang pengaruh ketokohan Simon Bolivar terhadap pemikiran Hugo Chavez. Simon Bolivar adalah tokoh yang sangat fenomenal di Amerika Latin. Perjuangannya ketika membebaskan Amerika Latin dari kaum penjajah membuat banyak orang menjadikannya sebagai inspirasi termasuk Hugo Chavez. Selama era Bolivarian, Venezuela diberikan pengaruh yang besar di panggung internasional. Pada tahun 1819, kemerdekaan Venezuela tercapai

56

Paul E. Sigmund, Liberation Theology at the Crossroads, Democracy or Revolution? (New York: Oxford University Press, 1990), h. 177.

dari Spanyol dan bergabung dengan tetangganya Kolombia, Ekuador, dan Panama untuk membentuk Federasi Kolombia Baru.57

Simon Bolivar melihat penyatuan daerah sebagai cara untuk melawan kekuatan yang muncul dari AS. Simon Bolivar juga berjuang untuk membebaskan bangsa-bangsa Andean di Peru dan Bolivia dari penindasan Spanyol. Sayangnya, Federasi Kolombia Baru tidak bertahan lama, setelah pada tahun 1830 Venezuela dan Ekuador memisahkan diri. Sejak era Simon Bolivar, tidak ada pemimpin Venezuela, dari pihak militer ataupun sipil, yang meneruskan perjuangannya.58

Pada saat ini, Hugo Chavez berusaha untuk menghidupkan kembali mimpi Bolivarian dengan menumbuhkan solidaritas di kawasan Andean, sebuah daerah yang rawan dengan ketidakstabilan politik, kekerasan, dan ketegangan etnis. Dalam sebuah wawancara, ia mengatakan: "Apa yang kami usulkan adalah untuk menangkap kembali ide asli kami, di mana republik kita didirikan Simon Bolivar dengan ide tentang sebuah sistem internasional multipolar”. Simon Bolivar mengusulkan berdirinya Kolombia Raya, yaitu Venezuela, Kolombia, Ekuador, Peru, Bolovia, dan Panama menjadi satu republik besar. Simon Bolivar memiliki visi multipolar dunia. Kami tidak ingin dunia unipolar ataupun bipolar.59

Chavez tak hanya bermimpi tentang industri minyak yang diintegrasikan secara regional, tapi juga Chavez bicara tentang traktat organisasi Atlantik Selatan yang akan beranggotakan hanya negara negara Amerika Latin dan Afrika, disiapkan untuk penjagaan keamanan negara-negara Selatan.60 Chavez juga memperluas solidaritas internasional melawan imperialisme, menggagas pembentukan

57

Nikolas Kozloff, Hugo Chavez: Oil, Politics, and The Challenge to the United States (New York: Palgrave Macmillan Press, 2008), h. 133.

58 Ibid. 59

Ibid., h. 134. 60

Alternativa Bolivariana para las Américas (ALBA), sebagai boikot terhadap FTAA yang disponsori oleh AS.

Ke tiga, penulis mencoba menjabarkan tentang pengaruh karir militer dan politik terhadap pemikiran Hugo Chavez. Perjuangan Chavez di militer di mulai ketika pada tahun 1982, Chavez bersekongkol dengan teman-temannya di militer yaitu, Carles Acosta Felipe, Jesús Urdaneta Hernández, dan Kolonel Rafael Baduel mendirikan sebuah gerakan. yaitu Movimiento Bolivariano Revolucionario-200 (MBR-200), dinamakan tersebut karena bertepatan dengan ulang tahun ke-200 kelahiran Simon Bolívar.61

Peran penting yang dilakukan Chavez, dimulai ketika kelompok ini melakukan kudeta bersenjata pada 4 Februari 1992 yang bertujuan menggulingkan presiden Perez, seraya berjanji akan memulihkan patriotisme dan kepentingan bersama rakyat Venezuela tetapi kudeta militer tersebut berakhir dengan kegagalan. Chavez pun dijebloskan ke dalam penjara selama dua tahun.62 Namun, Chavez telah dianggap sebagai seorang pembebas. Sebagai perwira menengah berusia 38 tahun, kepahlawanan Chavez mulai dikait-kaitkan dengan nama besar pejuang Venezuela di masa lalu, Simon Bolívar, Simon Rodriguez (guru dan pembimbing Bolivar) dan Ezequiel Zamora (seorang jenderal di abad ke-19 yang mendistribusikan tanah kepada para tentara).63

Berdasarkan pada kegagalan gerakan di masa lalu, Chávez memutuskan terlibat dalam proses politik demokrasi elektoral untuk merebut kekuasaan politik. Dalam keadaan tak ada gerakan revolusioner yang kuat, sebuah gerakan politik bersenjata tak lebih sebagai usaha bunuh diri.64 Dengan berbendera organisasi MVR,

61

Reid, Forgotten Continent: The Battle for Latin America’s Soul, h. 165. 62

Ibid., 166. 63

Ibid. 64

ia berkeliling ke seluruh negeri dengan mengusung tema-tema kampanye yang tak bergeser dari gagasan awal ketika melakukan kudeta pada tahun 1992: MVR ini merupakan koalisi dari berbagai kelompok, yang terutama adalah Movimiento al Socialismo (MAS), Patria Para Todos (PPT), and the Communist Party.65

Kritikan terhadap privatisasi besar-besaran dan menjadikan perang melawan korupsi, baik dalam pemerintahan sipil maupun di dalam tubuh militer, sebagai slogan utamanya. Selama masa kampanye itu pula, Chavez berulang kali mengatakan bahwa Venezuela membutuhkan sebuah republik baru dan sebuah gerakan baru yang dibentuk dengan tujuan melawan segala kebobrokan yang terjadi di masa lalu.

Hasil akhir pemilu 6 Desember 1998 menempatkan Chavez sebagai pemenang dengan jumlah suara sebesar 56.2% (3,673,685 suara), sebuah kemenangan terbesar yang berhasil diraih seorang kandidat presiden dalam empat dekade terakhir.66 Setelah memenangkan kursi kepresidenan, program pertama Chavez adalah menggelar referendum pada 25 April 1999 untuk menyusun sebuah dewan konstituante (Constituent Assembly), yang dilanjutkan dengan pemilihan anggota konstituante pada 25 Juli 1999.67

65

Ibid., h. 71. 66

Levin, Modern World Leaders: Hugo Chavez, h. 81. 67

BAB III

HEGEMONI DAN INTERVENSI AMERIKA SERIKAT TERHADAP VENEZUELA

A. Awal Munculnya Hegemoni Amerika Serikat di Venezuela

Masuknya AS dalam kawasan Venezuela mempunyai sejarah yang sangat panjang, semenjak dikeluarkannya Doktrin Monroe dalam pidato presiden AS James Monroe pada tahun 1823. Namun, ketika Doktrin Monroe runtuh, AS mulai terlibat dalam percaturan politik internasional. Dimulai dengan keterlibatannya dalam Perang Dunia II, AS mulai menanamkan hegemoninya. Pasca Perang Dunia II muncul dua blok yang sama-sama kuat yaitu AS dengan ideologi liberalnya, dan Uni Soviet dengan ideologi Komunisnya. Pada masa-masa tersebut AS dan Uni Soviet terlibat dalam pertikaian ideologi, dan pertikaian ini dimenangkan AS. Perkembangan selanjutnya muncul institusi penunjang pasar bebas seperti WTO, IMF dan World Bank.

Dengan adanya lembaga-lembaga ini, AS mulai membangun hegemoninya di negara-negara berkembang. Isu-isu mengenai dekolonisasi dan demokratisasi mulai digunakan AS untuk melaksanakan berbagai macam program pembangunan seperti penyediaan bantuan pembangunan bilateral maupun multilateral dengan sarana publik maupun swasta. Sehingga negara-negara berkembang di Amerika Latin termasuk Venezuela yang relatif masih pada tahap pemulihan politik maupun ekonomi pasca Perang Dunia II tergantung pada bantuan keuangan dan bantuan teknologi dari negara-negara industri seperti AS.

Lepasnya Amerika Latin dari pengaruh Eropa membuat intervensi AS semakin meluas di Amerika Latin. Amerika Latin merupakan sumber bahan mentah

sekaligus pasar bagi industri AS, dan untuk menyelamatkan investasinya banyak strategi yang harus dilakukan salah satunya dengan alasan menegakan stabilitas politik di negara-negara Amerika Latin membuat AS harus melakukan intervensi langsung ke Amerika Latin termasuk di Venezuela.

A.1. Penerapan Doktrin Monroe Terhadap Venezuela

Pada tahun 1492, Christoper Columbus mendarat di benua Amerika dalam upaya mencari jalan ke Asia lewat barat. Peristiwa ini menjadi simbolisasi mulainya kolonialisasi Benua Amerika oleh bangsa Eropa.68 Di awalnya terjadi gelombang kolonialisasi oleh Conquistadors (Penakluk) Spanyol ke Amerika Selatan pada abad ke-15. Selanjutnya pada awal tahun 1600-an gelombang emigrasi dari Eropa ke Amerika Utara juga mulai meningkat. Selama lebih dari tiga abad, gerakan perpindahan penduduk ke Amerika Utara ini tumbuh dari beberapa ratus orang Inggris menjadi emigrasi jutaan pendatang baru. Terdorong oleh motivasi yang kuat dan berbagai alasan, mereka membangun peradaban di benua yang disebut “dunia baru” tersebut.69

Benua Amerika kemudian dipenuhi oleh koloni-koloni yang berasal dari berbagai bangsa Eropa; Koloni Spanyol memperluas koloninya hingga Amerika Tengah, Amerika Selatan, Meksiko bahkan Texas. Pada tahun 2567, Spanyol mendirikan kota Caracas. Kota ini akan menjadi ibukota Venezuela kelak. Lalu pada tahun 1607, Inggris membuka kota koloni pertamanya di Jamestown, Amerika Utara. Kemudian Inggris juga membuka koloni di berbagai wilayah seperti Massachusets, Maryland dan akhirnya ke seluruh Amerika. Sementara itu, Prancis membuka koloni di Quebec, Florida hingga Lousiana. Belanda membuka koloni bernama New Amsterdam yang kemudian dikenal sebagai New York. Inilah hunian

68

Livingstone, America’s Backyard: The United States and Latin America from the Monroe Doctrine to the War on Terror, h. 9.

69

pertama yang kelak menjadi Amerika Serikat. Sedangkan Portugis membangun koloninya di Brasil pada tahun 1500.70

Pada perkembangannya koloni-koloni tersebut membentuk tata pemerintahan mandiri dan mulai memberontak terhadap negara induknya. Koloni-koloni Inggris di Amerika Utara yang kecewa terhadap kebijakan negara induknya, kemudian berserikat dan mengumumkan pemisahan diri. Pada 4 Juli 1776, deklarasi kemerdekaan di kumandangkan sebagai tonggak kelahiran Amerika Serikat.71 Perang terjadi antara Amerika yang bersekutu dengan Prancis melawan Inggris yang berakhir dengan kekalahan Inggris. Pada tanggal 3 September 1783, Inggris dan Amerika menyepakati Traktat Paris yang berisikan pengakuan kemerdekaan, kebebasan dan kedaulatan 13 koloni Inggris sebagai Amerika Serikat. Peristiwa ini menjadi inspirasi bagi kemerdekaan koloni-koloni lain di Benua Amerika.72

Selama beberapa dekade awal diabad ke-19, Amerika Tengah dan Selatan mengalami revolusi. Pada masa itu Prancis terlibat perang Peninsula melawan Spanyol, Portugal, dan Inggris. Pada tahun 1808, Prancis berhasil mengokupasi Spanyol.73 Dampaknya, adalah koloni-koloni Spanyol di Amerika mengalami kerenggangan hubungan dengan negara induknya. Kejadian ini membuka peluang bagi upaya perang kemerdekaan. Pada tahun 1822, perjuangan bersenjata dilakukan oleh, kaum Creole (orang Spanyol yang lahir di Amerika Latin) berhasil mendapat kemerdekaan dari tangan kaum Peninsulares (orang-orang Spanyol yang lahir di Spanyol). Para pemimpin kaum Creole itu antara lain, Simon Bolivar, Fransisco

70

Ibid., h. 10.

71

Edward J. Renehan, The Monroe Doctrine: The Cornerstone of American Foreign Policy (Milestones in American History) (New York: Chelsea House Publishing, 2007), h. 8.

72 Ibid. 73

Miranda, Josef de San Martin, dan Miguel Hidalgo. Negara yang merdeka dari Spanyol pada masa itu antara lain Quito (1809), Venezuela, dan Paraguay (1811).74

Keberhasilan bangsa-bangsa di Amerika Latin mengikuti jejak koloni di Amerika Utara menangkap perhatian rakyat Amerika Serikat. Rakyat Amerika Serikat melihat perjuangan bangsa di Amerika Latin seperti suatu pengalaman mereka sendiri dalam melepaskan diri dari genggaman Eropa. Gerakan kemerdekaan Amerika Latin menguatkan kepercayaan mereka kepada pemerintahan sendiri. Pada tahun 1822, Presiden Amerika Serikat, James Monroe, mendapat wewenang untuk mengakui negara-negara baru Amerika Latin. Pengakuan ini memperkuat status mereka sebagai negara merdeka yang terpisah dari penguasa Eropa.75

Pada saat itu Rusia, Prusia, Austria, dan Perancis membentuk persekutuan suci (Holly Alliance) untuk mencegah penyebaran kemerdekaan ke koloni mereka. Ketika mereka mengumumkan niat untuk mengembalikan bekas daerah jajahan Spanyol kepada pemiliknya yang lama membuat Amerika Serikat menjadi khawatir. Pada bulan Desember 1823, Presiden Monroe menggunakan kesempatan pidato tahunnya ke Kongres guna menyampaikan penolakan tahunnya ke kongres guna menyampaikan penolakan untuk montolerir perluasan lebih lanjut dominasi Eropa di Amerika:76 “Tanah Amerika… mulai sekarang tidak boleh lagi dijadikan ajang kolonisasi oleh negara-negara Eropa… Kita harus menganggap setiap usaha mereka untuk memperluas sistem politik di bagian manapun di benua ini sebagai bahaya bagi kedamaian dan keselamatan kita. “

Doktrin ini melarang negara Eropa mengkolonialisasi atau mencampuri urusan negara-negara di benua Amerika. Segala upaya dan pengaruh politik negara 74 Ibid., h. 11. 75 Ibid, hlm. 12. 76

Eropa terhadap negara di benua Amerika akan dianggap sebagai ancaman terhadap Amerika Serikat. Pada satu sisi Doktrin Monroe menyatakan semangat solidaritas dengan negara-negara Amerika Latin yang baru merdeka dengan melindungi mereka dari intervensi bangsa Eropa. Akan tetapi di sisi lain Amerika Serikat memasukkan hak mereka untuk mengintervensi urusan dalam negeri dari negara-negara Amerika Latin.77

Konsistensi AS dalam menjalankan Doktrin Monroe terhadap Venezuela

Dokumen terkait