1. Pengertian (Definisi) Infeksi kulit oleh virus varicella-zoster yang berupa gerombolan vesikel yang tersebar sesuai dermatom yang diinervasi oleh satu ganglion saraf sensoris.
2. Anamnesis
Gejala prodromal meliputi malaise, nyeri kepala, demam, gatal/nyeri pada dermatom yang terserang.
3. Pemeriksaan Fisik
Lesi kulit berupa papul atau plakat berbentuk urtika yang setelah 1 – 2 hari akan timbul gerombolan vesikel diatas kulit yang eritematus sedangkan kulit diantara gerombolan tetap normal, usia lesi pada satu gerombolon sama, sedangkan dengan gerombolan lain tidak sama.
Lokasi lesi sesuai dengan dermatom, unilateral, dan biasanya tidak melewati garis tengah tubuh.
Vesikel dapat menjadi purulen, mengalami krustasi, dan lepas dalam waktu 1 – 2 minggu. Sering terjadi neuralgi post herpetika, terutama pada orang tua yang dapat berlangsung berbulan-bulan.
4. Kriteria Diagnosis
1. Anamnesis 2. Efloresensi 5. Diagnosis Herpes zoster 6. Diagnosis Banding
1. Varicella
2. Dermatitis herpetiformis
7. Pemeriksaan Penunjang Pada pemeriksaan tzank smear ditemukan sel raksasa yang multilokuler dan sel-sel akantolitik.
8. Terapi
1. Analgetika: Metampiron q.i.d 2. Antibiotik untuk infeksi sekunder
3. Bila lesi basah kompres dengan larutan garam fisiologis Bila erosi beri salep natrium fusidat
Bila kering beri bedak salicyl 2%
4. Acyclovir 5 x 800 mg (anak: 20 mg/kgBB 4x sehari) selama 7 – 10 hari
5. Post herpetic neuralgia: Amitriptilin 50 – 100 mg/hari 9. Edukasi
1. Istirahat cukup
2. Menggunakan masker
3. Mengurangi kontak dengan orang sehat 10. Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam/malam Ad sanationam : dubia ad bonam/malam Ad fumgsionam : dubia ad bonam/malam
11. Tingkat Evidens IV
12. Tingkat Rekomendasi C 13. Penelaah Kritis Asri Bindusari, dr., Sp.KK
Asri Rahmawati, dr., Sp.KK 14. Indikator Medis Kondisi pasien membaik
15. Kepustakaan Odom R.B., et al. Andrew’s Disease of the Skin.9,hed. Philadelphia: WB Saunders Company.2000
Arndt JC.A, Bowers, K.E. Manual of Dermatologic Therapeutic.&*&!,. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. 2002.
Mojokerto,
Ketua Komite Medik Ketua SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Asri Bindusari, dr., Sp.KK Asri Bindusari, dr., Sp.KK Direktur RSUD Prof. Dr. Soekandar
Kabupaten Mojokerto
Sujatmiko, dr., M.MRS
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF : KULIT DAN KELAMIN
RSUD PROF. DR. SOEKANDAR KAB. MOJOKERTO
TAHUN 2015
DERMATOFITOSIS (ICD-10: B35)
1. Pengertian (Definisi) Infeksi jamur dermatofit (Microsporum spp., Trichophyton
spp., Epidermophyton spp.) yang menyerang bagian superfisial
(stratum korneum) kulit, rambut, dan kuku.
Terdapat 8 bentuk klinis tergantung lokasi infeksi, yaitu tinea capitis, tinea barbae, tinea korporis, tinea imbrikata, tinea kruris, tinea unguium (onikomikosis), tinea pedis, dan tinea manuum.
3. Pemeriksaan Fisik
Tinea Korporis
Bentuk tersering. Efloresensi berupa makula eritematus, batas jelas, tepi polisiklis, tepi aktif (meninggi, ada papul, vesikel), terdapat central healing, tertutup skuama tipis.
Tinea Kruris
Mengenai sela paha, perineum, perianal, bilateral, dapat meluas ke gluteus dan pubis. Skrotum tidak kena, tapi sebagai resevoir yang menyebabkan kambuh-kambuhan. Efloresensi = tinea korporis.
Tinea kapitis
Mengenai kepala, alis, dan bulu mata. Umunya pada anak-anak. 1. Infeksi ektotrik
a. Gray patch
Berskuama, radang ringan, gatal, rambut keabuan, kusut, rapuh, terpotong beberapa milimeter diatas kepala, menyebabkan alopesia, lampu wood (+) hijau terang.
b. Kerion
Kerandangan hebat, rambut mudah putus. Lampu wood (+) hijau terang jika disebabkan M. canis. 2. Infeksi endotrik
Lesi multipel, rambut putus tepat di orifisiumnya sehingga memberikan gambaran black dot. Bersifat kronis, dapat berlangsung hingga dewasa. Lampu wood (-).
Tinea Pedis
Infeksi dermatofit pada kaki, mengenai sela jari kaki dan telapak kaki.
1. Intertriginosa kronis: bentuk tersering. Kulit
mengelupas, maserasi, pecah-pecah, tersering antara jari kaki IV dan V serta antara jari III IV, tertutup epidermis dan debris mati, putih, meluas ke telapak kaki, tumit & dorsum pedis, khas hiperhidrosis dan bau khas tidak enak.
2. Bentuk hiperkeratotik papuloskuamosa kronis
Khas daerah kulit merah muda, tertutup skuama putih keperakan, bilateral, berupa bercak-bercal. Bila mengenai seluruh kaki disebut Moccasin foot. 3. Bentuk vesikuler
Khas lesi vesikel, vesikulopustulosa dan dapat bula, jarang pada tumit dan di daerah depan, seperti erisepelas.
4. Bentuk ulseratif akut
Proses eksematoid vesikulopustula, penyebaran cepat, disertai infeksi sekunder.
Infeksi dermatofit pada daerah interdigitalis, palmar, dan dorsum manus. Bentuk tersering adalah hiperkeratosis difusa. Tinea Unguium
80 – 90% onikomikosis disebabkan karena dermatofit, sisanya karena Candida spp atau kalang Scopulariopsis brevicaulis. Klinis berupa diskromia kuku (berubah warna hitam, kuning, atau coklat), onikolisis (lepasnya lempeng kuku dari dasar kuku), hipertrofi unguium (penebalan lempeng kuku), subungual hiperkeratosis (biasanya karena dermatofit). Terdapat 5 bentuk onikomikosis.
1. Distal-Lateral Subungual Onychomycosis (DLSO) Paling sering dijumpai dan tersering karena dermatofit. Mengenai bagian distal dan lateral kuku. Kuku akan terkikis dan rusak (distrofik). Bila ditekan tidak terasa sakit karena dermatofit.
2. Proximal Subungual Onychomycosis (PSO)
Mengenai sisi proksimal kuku. Bentuk yang jarang. Dijumpai pada keadaan imunokompromais.
3. Superficial White Onychomycosis (SWO)
Mengenai jari kaki (kecuali pada imunokompromais). Lempeng kuku tampak bercak jelas, pulau-pulau opak, putih (bisa menjadi kuning), permukaan putih menjadi kasar, lunak seperti kapur, dan mudah dikerok.
4. Candida Onychomycosis (CO)
Dimulai di kuku proksimal, jika kuku digerakkan akan terasan sakit. Wanita lebih sering. Kuku menebal dan rusak, dapat disertai paronychia.
5. Total Dystrophic Onychomycosis (TDO)
Bentuk lanjut dari keempat bentuk diatas. Kuku menjadi menebal dan rusak (distrofik) dengan dasar kuku yang menebal.
4. Kriteria Diagnosis
1. Anamnesis 2. Efloresensi 5. Diagnosis Tinea capitis
Tinea corporis Tinea cruris Tinea pedis Tinea manuum Tinea unguium 6. Diagnosis Banding 1. Dermatitis atopik 2. Leprosi 3. Eritrasma 4. Eritema anulare 5. Pityriasis rosea
7. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan laboratorium dengan KOH 10 – 20% dari kerokan kulit atau rambut atau kuku. Dari sediaan kulit dan kuku terlihat hifa bersepta dengan gambaran double countur (2 garis lurus sejajar, transparan), terdapat dikotomi (cabang dua-dua), dapat ditemukan arthrokonidia berupa spora berderet yang merupakan
pecahan-pecahan ujung hifa. Pada sediaan rambut, tampak arthrokonidia kecil/besar pada ektotrik atau arthrokonidia besar pada endotrik. Hasil KOH yang negatif tidak menyingkirkan dermatofitosis.
Pemeriksaan lampu wood hanya pada tinea capitis. Fluoresensi (+) menunjukkan spesies Microsporum, fluoresensi (-) karena spesies Trichopyton atau memang bukan tinea kapitis.
8. Terapi
1. Bila lesi basah kompres dengan garam fisiologis. Jika ada infeksi sekunder beri antibiotik 5 – 7 hari.
2. Obat topikal bila lesi tidak luas. Salep 2-4 atau 3-10 2x sehari Salep miconazole 2x sehari.
Pengobatan umunya 3 minggu untuk menghindari kekambuhan pada obat fungistatik.
3. Obat oral
Griseofulvin 500 – 1000 mg/hari (anak 10 – 20 mg/kgBB/hari). Tinea corporis selama 2 – 4 minggu, tinea capitis 6 – 12 minggu, tinea pedis 4 – 8 minggu, tinea unguium 4 – 6 bulan.
Ketoconazole 200 mg/hari (anak 3 – 6 mg/kgBB/hari) Itraconazole terapi denyut untuk tinea unguium. 1 siklus 4 minggu, 1 minggu minum itraconazole 400 mg/hari (2 d.d. caps. II), 3 minggu tidak minum obat.
Kuku tangan 2 siklus, kuku kaki 3 – 4 siklus. 4. Kondisi khusus
Shampo selenium sulfida 1 – 1,8%
Shampo ketoconazole 1 – 2% seminggu 2 – 3 kali Bedah kuku.
Rambut tidak perlu dicukur
Jaga kelembaban kulit, mengobati hewan peliharaan yang menjadi sumber infeksi.
9. Edukasi Menjelaskan mengenai penyakit, komplikasi dan prognosa 10. Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam/malam Ad sanationam : dubia ad bonam/malam Ad fumgsionam : dubia ad bonam/malam
11. Tingkat Evidens IV
12. Tingkat Rekomendasi C 13. Penelaah Kritis Asri Bindusari, dr., Sp.KK
Asri Rahmawati, dr., Sp.KK 14. Indikator Medis Kondisi pasien membaik
15. Kepustakaan Odom R.B., et al. Andrew’s Disease of the Skin.9,hed. Philadelphia: WB Saunders Company.2000
Therapeutic.&*&!,. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. 2002.
Mojokerto,
Ketua Komite Medik Ketua SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Asri Bindusari, dr., Sp.KK Asri Bindusari, dr., Sp.KK
Direktur RSUD Prof. Dr. Soekandar Kabupaten Mojokerto