PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF : KULIT DAN KELAMIN
RSUD Prof. Dr. SOEKANDAR KAB. MOJOKERTO
TAHUN 2015
URTIKARIA(ICD-10: L50)
1. Pengertian (Definisi) Reaksi vaskular dari kulit berwarna merah atau keputihanakibat edema interseluler lokal yang terbatas pada kulit atau mukosa.
2. Anamnesis Durasi ruam dan gatalRiwayat urtikaria sebelumnya
Faktor pencetus
Obat-obatan yang sedang diminum
Riwayat alergi keluarga 3. Pemeriksaan Fisik
Edema setempat meninggi di kulit
Berwarna merah / keputihan
Besar bervariasi 4. Kriteria Diagnosis
Urtikaria akut : < 6 minggu Urtikaria kronis : > 6 minggu 5. Diagnosis
Urtikaria
6. Diagnosis Banding Erythema NodusumSistemic Lupus Erythematosus
Purpura Henoch-Schonlein
7. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan laboratorium: Darah, urine, faesesPemeriksaan gigi, THT, paru, vagina Pemeriksaan alergi lanjutan: IgE, eosinofil, kadar komplemen, dan tes gores/tusuk kulit
8. Terapi
1. Menghindari penyebab 2. Antihistamin H1
3. Kombinasi antihistamin H1 dan antihistamin H2
4. Kortikosteroid
5. Adrenalin injeksi sub kutis (untuk yang akut dan luas) 6. Tablet Ephedrin HCl
9. Edukasi Menjauhi faktor pencetus 10. Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam/malam Ad sanationam : dubia ad bonam/malam Ad fumgsionam : dubia ad bonam/malam 11. Tingkat Evidens
IV 12. Tingkat Rekomendasi C 13. Penelaah Kritis 1. Asri Bindusari, dr., Sp.KK
14. Indikator Medis Kondisi pasien membaik
15. Kepustakaan Odom R.B., et al. Andrew’s Disease of the Skin.9,hed. Philadelphia: WB Saunders Company.2000
Arndt JC.A, Bowers, K.E. Manual of Dermatologic Therapeutic.&*&!,. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. 2002.
Mojokerto,
Ketua Komite Medik Ketua SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Asri Bindusari, dr., Sp.KK Asri Bindusari, dr., Sp.KK Direktur RSUD Prof. Dr. Soekandar
Kabupaten Mojokerto
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF : KULIT DAN KELAMIN
RSUD Prof. Dr. SOEKANDAR KAB. MOJOKERTO
TAHUN 2015
DERMATITIS ATOPIK(ICD-10: L20)
1. Pengertian (Definisi) Keradangan kulit, yang bersifat gatal, menahun, dan residif
2. Anamnesis Rasa gatal pada kulitKulit lebih mudah iritasi
Bisa terjadi sejak bayi sampai dewasa
3. Pemeriksaan Fisik
Iktiosis
Reaksi radang berupa makula yang eritematus yang diatasnya terdapat vesikule, papule folikuler
Likenifikasi
4. Kriteria Diagnosis
Menurut Hanifin dan Rayka:
Kriteria Mayor o Pruritus
o Morfologi dan ditribusi lesi khas
o Didapatkan dermatitis kronik dan sering kambuh o Riwayat atopi
Kriteria Minor
Xerosis, iktiosis, reaksi alergi tipe I, kenaikan kadar IgE, infeksi kulit, timbul pada usia muda.
5. Diagnosis Sekurang-kurangnya 3 kriteria mayor dan 3 kriteia minor 6. Diagnosis Banding Dermatitis SeboroikDermatitis Kontak
Sindroma Wiskott-Aldrich
Dermatitis Numularis
Penyakit Darier 7. Pemeriksaan Penunjang Laboratorium:
o Kadar IgE meningkat
8. Terapi
1. Pengobatan sistemik
Antihistamin
Kortikosteroid 2. Pengobatan topikal:
Akut dan eksudatif: kompres dengan larutan faali Kering dan tidak eksudatif: diberi pelembab (urea 10%) kemudian diberi kortikosteroid, antibiotik hanya diberikan bila ada infeksi sekunder
9. Edukasi Menjauhi faktor pencetus 10. Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam/malam Ad sanationam : dubia ad bonam/malam Ad fumgsionam : dubia ad bonam/malam
11. Tingkat Evidens IV 12. Tingkat Rekomendasi C 13. Penelaah Kritis 1. Asri Bindusari, dr., Sp.KK2. Asri Rahmawati, dr., Sp.KK 14. Indikator Medis Kondisi pasien membaik
15. Kepustakaan Odom R.B., et al. Andrew’s Disease of the Skin.9,hed. Philadelphia: WB Saunders Company.2000
Arndt JC.A, Bowers, K.E. Manual of Dermatologic Therapeutic.&*&!,. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. 2002.
Mojokerto,
Ketua Komite Medik Ketua SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Asri Bindusari, dr., Sp.KK Asri Bindusari, dr., Sp.KK Direktur RSUD Prof. Dr. Soekandar
Kabupaten Mojokerto
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF : KULIT DAN KELAMIN
RSUD Prof. Dr. SOEKANDAR KAB. MOJOKERTO
TAHUN 2015
DERMATITIS KONTAK ALERGI(ICD-10: L23)
1. Pengertian (Definisi) Keradangan pada kulit akibat terpaparkan kulit dengan bahan-bahan yang bersifat alergen
2. Anamnesis
Paparan berulang oleh bahan yang bersifat alergen (logam, bahan perekat, kosmetik, obat-obatan topikal, pewarna kulit/bibir, latex, dsb)
3. Pemeriksaan Fisik
lesi akut, subakut, atau kronis berbentuk maluka eritematus, polimorf, batas tidak jelas, yang diatasnya terdapat papul, vesikel, atau bula yang bila pecah menjadi lesi eksudatif. Pada lesi kronis bisa didapatkan makulahiperpigmentasi, likenifikasi, dan ekskoriasi.
4. Kriteria Diagnosis
1. Riwayat kontak dengan bahan alergen 2. Efloresensi
5. Diagnosis Dermatitis kontak alergi
6. Diagnosis Banding 1. Dermatitis kontak iritan
7. Pemeriksaan Penunjang Uji tempel/patch test dengan bahan yang dicurigai
8. Terapi
1. Menghindari faktor penyebab (bahan alergen yang dicurigai)
2. Pengobatan topikal dengan kortikosteroid topikal, seperti hydrocortison acetate (1% atau 2,5%) atau betamethason valerat 0,1%. Untuk lesi eksudatif dikompres dengan larutan garam fisiologis. 3. Pengobatan sistemik
Antihistamin
Diphenhidramine i.m. 10 – 20 mg (pada anak 0,5 mg/kgBB) t.i.d
Chlorpheniramine maleat 4 mg (pada anak 0,1 mg/kgBB) t.i.d. p.o.
Cetirizine 10 mg (anak 2 – 6 tahun 5 mg) q.d.
Loratadine 10 mg (anak 2 – 6 tahun 5 mg) q.d. Kortikosteroid (hanya pada kasus akut dan berat, diberikan jangka pendek, diturunkan
bertahap/tappering-off)
Prednison 5 – 10 mg p.o. b.i.d. – t.i.d (pada anak 1 mg/kgBB/hari)
Dexamethason 0,5 – 1 mg p.o. b.i.d. – t.i.d. (pada anak 0,1 mg/kgBB/hari)
Triamcinolon 4 – 8 mg b.i.d – t.i.d (pada anak 0,1 mg/kgBB/hari)
Antibiotik diberikan jika ada infeksi sekunder 9. Edukasi Menjauhi faktor pencetus
10. Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam/malam Ad sanationam : dubia ad bonam/malam Ad fumgsionam : dubia ad bonam/malam
11. Tingkat Evidens IV
12. Tingkat Rekomendasi C 13. Penelaah Kritis Asri Bindusari, dr., Sp.KK
Asri Rahmawati, dr., Sp.KK 14. Indikator Medis Kondisi pasien membaik
15. Kepustakaan Odom R.B., et al. Andrew’s Disease of the Skin.9,hed. Philadelphia: WB Saunders Company.2000
Arndt JC.A, Bowers, K.E. Manual of Dermatologic Therapeutic.&*&!,. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. 2002.
Mojokerto,
Ketua Komite Medik Ketua SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Asri Bindusari, dr., Sp.KK Asri Bindusari, dr., Sp.KK Direktur RSUD Prof. Dr. Soekandar
Kabupaten Mojokerto
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF : KULIT DAN KELAMIN
RSUD Prof. Dr. SOEKANDAR KAB. MOJOKERTO
TAHUN 2015
DERMATITIS KONTAK IRITAN (ICD-10: L24)
1. Pengertian (Definisi) Keradangan pada kulit akibat terpaparkan kulit dengan bahan-bahan yang bersifat iritan.
2. Anamnesis
Paparan (biasanya paparan pertama) oleh bahan yang bersifat iritan (bahan asam/basa, sabun, detergen, minyak, pelarut kimia, kosmetik, dsb)
3. Pemeriksaan Fisik
lesi akut, subakut, atau kronis berbentuk maluka eritematus, polimorf, batas jelas, yang diatasnya terdapat papul, vesikel, atau bula yang bila pecah menjadi lesi eksudatif. Pada lesi kronis bisa didapatkan makula hiperpigmentasi, likenifikasi, dan ekskoriasi.
4. Kriteria Diagnosis
1. Riwayat kontak dengan bahan iritan 2. Efloresensi
5. Diagnosis Dermatitis Kontak Iritan
6. Diagnosis Banding 1. Dermatitis kontak alergi
7. Pemeriksaan Penunjang Uji tempel/patch test dengan bahan yang dicurigai (pada DKI, eritema segera hilang setelah bahan iritan pada uji tempel dilepas)
8. Terapi
1. Menghindari faktor penyebab (bahan iritan yang dicurigai)
2. Pengobatan topikal dengan kortikosteroid topikal, seperti hydrocortison acetate (1% atau 2,5%) atau betamethason valerat 0,1%. Untuk lesi eksudatif dikompres dengan larutan garam fisiologis. 3. Pengobatan sistemik
Antihistamin
Diphenhidramine i.m. 10 – 20 mg (pada anak 0,5 mg/kgBB) t.i.d
Chlorpheniramine maleat 4 mg (pada anak 0,1 mg/kgBB) t.i.d. p.o.
Cetirizine 10 mg (anak 2 – 6 tahun 5 mg) q.d.
Loratadine 10 mg (anak 2 – 6 tahun 5 mg) q.d. Kortikosteroid (hanya pada kasus akut dan berat, diberikan jangka pendek, diturunkan
bertahap/tappering-off)
Prednison 5 – 10 mg p.o. b.i.d. – t.i.d (pada anak 1 mg/kgBB/hari)
Dexamethason 0,5 – 1 mg p.o. b.i.d. – t.i.d. (pada anak 0,1 mg/kgBB/hari)
Triamcinolon 4 – 8 mg b.i.d – t.i.d (pada anak 0,1 mg/kgBB/hari)
Antibiotik diberikan jika ada infeksi sekunder 9. Edukasi Menjauhi faktor penyebab
10. Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam/malam Ad sanationam : dubia ad bonam/malam Ad fumgsionam : dubia ad bonam/malam
11. Tingkat Evidens IV
12. Tingkat Rekomendasi C 13. Penelaah Kritis Asri Bindusari, dr., Sp.KK
Asri Rahmawati, dr., Sp.KK 14. Indikator Medis Kondisi pasien membaik
15. Kepustakaan Odom R.B., et al. Andrew’s Disease of the Skin.9,hed. Philadelphia: WB Saunders Company.2000
Arndt JC.A, Bowers, K.E. Manual of Dermatologic Therapeutic.&*&!,. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. 2002.
Mojokerto,
Ketua Komite Medik Ketua SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Asri Bindusari, dr., Sp.KK Asri Bindusari, dr., Sp.KK Direktur RSUD Prof. Dr. Soekandar
Kabupaten Mojokerto
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF : KULIT DAN KELAMIN
RSUD Prof. Dr. SOEKANDAR KAB. MOJOKERTO
TAHUN 2015
DERMATITIS NUMULARIS (ICD-10: L300)
1. Pengertian (Definisi) Dermatitis dengan lesi berbentuk koin, berbatas tegas, dan mempunyai efloresensi papulovesikel.
2. Anamnesis 1. Erupsi yg gatal dalam hitungan hari – bulan, dapat juga berupa sensasi panas.
2. Lokasi awal biasanya di kaki
3. Perubahan suhu dan cuaca memperparah keluhan
3. Pemeriksaan Fisik
Kelainan kulit berupa vesikel halus yang bergabung membentuk area seperti koin, berbatas tegas, sedikit edematus dan eritematus, simetris, jika vesikel pecah akan terjadi eksudasi dan membentuk krusta, lesi lama berbentuk skuama dan likenifikasi. Tempat predileksi pada tungkai bawah, badan, punggung, atau lengan bawah.
4. Kriteria Diagnosis 1. Anamnesis2. Efloresensi 5. Diagnosis Dermatitis numularis 6. Diagnosis Banding
1. Dermatitis atopik 2. Dermatitis kontak alergi 3. Dermatitis kontak iritan 4. Lichen simplex
5. Psoriasis 6. Dermatofitosis
7. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang untuk menyingkirkan kemungkinan diagnosis banding
8. Terapi
1. Menghindari bahan-bahan iritan dan alergen
2. Menjaga kelembaban kulit, misalnya dengan mencegah perubahan suhu yang mendadak, menghindari udara dengan kelembaban rendah, mandi air hangat (bukan panas), tidak sering disabun, menggunakan sabun pH netral, menggunakan pelembab.
3. Pengobatan topikal dengan pelembab (misal urea 10%) kemudian diberi kortikosteroid topikal, seperti
hydrocortison acetate (1% atau 2,5%) atau betamethason valerat 0,1%. Untuk lesi eksudatif dikompres dengan larutan garam fisiologis. 4. Pengobatan sistemik
Antihistamin
Chlorpheniramine maleat 4 mg (pada anak 0,1 mg/kgBB) t.i.d. p.o.
Cetirizine 10 mg (anak 2 – 6 tahun 5 mg) q.d.
Loratadine 10 mg (anak 2 – 6 tahun 5 mg) q.d. Antibiotik diberikan jika ada infeksi sekunder
Dapat diberikan sedativa bila penderita cemas karena gatalnya.
luas/general. 9. Edukasi
1. Menjaga kelembaban kulit
2. Mengurangi penggunaan sabun yang mengeringkan kulit 10. Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam/malam Ad sanationam : dubia ad bonam/malam Ad fumgsionam : dubia ad bonam/malam
11. Tingkat Evidens IV
12. Tingkat Rekomendasi C 13. Penelaah Kritis Asri Bindusari, dr., Sp.KK
Asri Rahmawati, dr., Sp.KK 14. Indikator Medis Kondisi pasien membaik
15. Kepustakaan Odom R.B., et al. Andrew’s Disease of the Skin.9,hed. Philadelphia: WB Saunders Company.2000
Arndt JC.A, Bowers, K.E. Manual of Dermatologic Therapeutic.&*&!,. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. 2002.
Mojokerto,
Ketua Komite Medik Ketua SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Asri Bindusari, dr., Sp.KK Asri Bindusari, dr., Sp.KK Direktur RSUD Prof. Dr. Soekandar
Kabupaten Mojokerto
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF : KULIT DAN KELAMIN
RSUD Prof. Dr. SOEKANDAR KAB. MOJOKERTO
TAHUN 2015
DERMATITIS SEBOROIK (ICD-10: L21)
1. Pengertian (Definisi) Keradangan superfisial kulit yang mengalami remisi dan eksaserbasi pada area seboroik.
2. Anamnesis Letak lesi pada area seboroik (pada bayi sering pada scalp, pada dewasa di scalp, area telinga sampai dengan meatus akustikus eksternus, area alis mata, glabella, kelopak mata, lipatan nasolabial, dagu, presternum, interskapula, areola mammae, axilla, lipatan bawah mammae, umbilikus, lipatan paha, lipatan pantat, dan anogenital), riwayat remisi dan eksaserbasi, eksaserbasi terutama karena stres fisik/mental dan sinar matahari, pada dewasa umunya gatal, sedangkan pada bayi tidak. Ketombe/dandruff/pitiriasis sika merupakan awal dari dermatitis seboroik.
3. Pemeriksaan Fisik Pada area seboroik tampak makula, plakat, atau papul
kemerehan atau kekuningan, terdapat skuama dan krusta tipis sampai tebal yang kering, basah, atau berminyak.
4. Kriteria Diagnosis
1. Anamnesis 2. Efloresensi 5. Diagnosis Dermatitis seboroik 6. Diagnosis Banding
1. Dermatitis atopik 2. Dermatitis kontak alergi 3. Dermatitis kontak iritan 4. Lichen simplex
5. Psoriasis 6. Dermatofitosis
7. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan KOH 10 – 20% dapat tampak spora/blastokonidia tanpa hifa
Pemeriksaan lampu wood negatif 8. Terapi
1. Terapi pada kulit kepala:
Untuk skuama yang tebal dan melekat diberikan minyak mineral hangat selama 8 – 12 jam kemudian skuama dilepas dengan sikat halus dilanjutkan dengan shampo tar. Dapat juga
ditambahkan lotio kortikosteroid, 1 – 3 kali sehari.
Shampo antiketombe yang mengandung: selenium sulfida 2,5%, atau Zinc pyrithion 1 – 2%, atau ketoconazol 2% diberikan setiap hari atau selang sehari.
2. Terapi pada wajah
Krim ketoconazole 2% dioleskan 1 – 2 kali sehari
Krim hydrocortison 1% dapat ditambahkan untuk menekan eritema dan gatal.
3. Terapi pada badan
Mandi dengan sabun zinc
Dapat ditambahkan krim ketoconazole 2% dan/atau krim/lotio kortikosteroid.
Benzoyl peroxide juga dapat berguna mengontrol dermatitis seboroik pada badan.
Bahan-bahan diatas mengeringkan kulit, sehingga perlu ditambahkan pelembab setelah terapi.
4. Terapi dermatitis seboroik yang parah
Prednison atau dexamethason 2 tablet sehari 2 – 3 kali sampai keadaan membaik kemudian dosis diturunkan bertahap.
Ketoconazole 200 mg q.d. selama 3 minggu 9. Edukasi
1. Edukasi bahwa penyakit dermatitis seboroik sering kambuh, dapat dikontrol, namun tidak dapat sembuh total.
10. Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam/malam Ad sanationam : dubia ad bonam/malam Ad fumgsionam : dubia ad bonam/malam
11. Tingkat Evidens IV
12. Tingkat Rekomendasi C 13. Penelaah Kritis Asri Bindusari, dr., Sp.KK
Asri Rahmawati, dr., Sp.KK 14. Indikator Medis Kondisi pasien membaik
15. Kepustakaan Odom R.B., et al. Andrew’s Disease of the Skin.9,hed. Philadelphia: WB Saunders Company.2000
Arndt JC.A, Bowers, K.E. Manual of Dermatologic Therapeutic.&*&!,. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. 2002.
Mojokerto,
Ketua Komite Medik Ketua SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Asri Bindusari, dr., Sp.KK Asri Bindusari, dr., Sp.KK Direktur RSUD Prof. Dr. Soekandar
Sujatmiko, dr., M.MRS
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF : KULIT DAN KELAMIN
RSUD Prof. Dr. SOEKANDAR KAB. MOJOKERTO
TAHUN 2015
ERITRODERMA (ICD-10: L26)
1. Pengertian (Definisi) Keradangan kulit yang sangat luas, mencapai lebih dari 90% permukaan tubuh, apapun penyebabnya.
Penyebab tersering pada orang dewasa: 40% Kelompok dermatitis/eczema 25% Psoriasis
15% Erupsi obat
10% Limfoma dan leukimia
10% Lainnya (penyakit-penyakit herediter, pemfigus, scabies, dll)
2. Anamnesis Onset penyakit, penyakit-penyakit sebelumnya, obat-obatanyang diminum sebelum dan sesudah sakit, pekerjaan/hobi/kebiasaan penderita.
3. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum: Perlu dicari apakah ada tanda-tanda dehidrasi dan hipotermi
2) Vital sign: Perlu dicari apakah ada tanda-tanda dehidrasi, hipotermi, atau sepsis
3) Status lokalis: Eritema > 90% luas tubuh, bisa ditemukan skuama dan likenifikasi.
4. Kriteria Diagnosis 1. Anamnesis 2. Efloresensi 5. Diagnosis Eritroderma 6. Diagnosis Banding
-7. Pemeriksaan Penunjang 1. Darah lengkap 2. Albumin
3. BUN dan kreatinin serum 8. Terapi
1. Dirawat di rawat inap dengan rawat bersama bagian penyakit dalam jika terdapat komplikasi.
2. Perbaiki kondisi umum seperti terapi dehidrasi,
hipotermia, hipoalbuminemia, gangguan elektrolit, dsb. 3. Atasi infeksi sekunder
4. Hindari/eliminasi faktor penyebab
5. Jika psoriasis sebagai penyebab eritroderma sudah disingkirkan, dapat diberikan kortikosteroid sistemik Prednison 3 x 10 mg 2 x 10 mg 1 x 10 mg, atau Dexamethason 3 x 1 mg 2 x 1 mg 1 x 1 mg
6. Antipruritik dengan Chlorpheniramine maleat 3 x 4 mg 7. Seluruh kulit diolesi oleum coccos setiap pagi
8. Untuk kulit yang terlalu kering dapat diberikan krim hydrocortisone 1%
9. Edukasi
1. Menjaga kelembaban kulit 2. Menghindari garukan 3. Minghindari faktor pencetus 10. Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam/malam Ad sanationam : dubia ad bonam/malam Ad fumgsionam : dubia ad bonam/malam
11. Tingkat Evidens IV
12. Tingkat Rekomendasi C 13. Penelaah Kritis 1. Asri Bindusari, dr., Sp.KK
2. Asri Rahmawati, dr., Sp.KK 14. Indikator Medis Kondisi pasien membaik
15. Kepustakaan Odom R.B., et al. Andrew’s Disease of the Skin.9,hed. Philadelphia: WB Saunders Company.2000
Arndt JC.A, Bowers, K.E. Manual of Dermatologic Therapeutic.&*&!,. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. 2002.
Mojokerto,
Ketua Komite Medik Ketua SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Asri Bindusari, dr., Sp.KK Asri Bindusari, dr., Sp.KK Direktur RSUD Prof. Dr. Soekandar
Kabupaten Mojokerto
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF : KULIT DAN KELAMIN
RSUD Prof. Dr. SOEKANDAR KAB. MOJOKERTO
TAHUN 2015
STEVEN-JOHNSON SYNDROME
(ICD-10: L511)
TOXIC EPIDERMAL NECROLYSIS
(ICD-10: L512)
1. Pengertian (Definisi) Penyakit kulit dan mukosa yang akut dan berat yang diakibatkan oleh reaksi intolerans terhadap obat dan beberapa infeksi.
2. Anamnesis
Gejala prodromal berupa demam, sakit kepala, batuk, nyer telan, nyeri dada, nyeri otot, dan malaise. 1 – 3 hari kemudian timbul lesi kulit morbiliformis yang kemudian menyebar ke seluruh tubuh dalam 48 jam.
Perlu dicari obat-obatan yang dicurigai sebagai penyebab SJS/TEN, seperti allopurinol, antibiotik golongan sulfa, carbamazepine, Lamotrigine, Phenobarbital, Phenytoin, Phenylbutazone, Oxicam NSAIDs.
3. Pemeriksaan Fisik
Didapatkan eritema berbentuk lesi target. Pada area eritma muncul bula kendor dengan nikolsky sign positif. Terdapat kelainan mukosa berupa krusta darah pada bibir yang dapat meluas pada ginggiva, lidah, faring, laring, dan esofagus. Didapatkan juga konjungtivitis, uveitis anterior, sampai dengan panoftalmitis. Pada SJS, pelepasan epidermis < 10%, sedangkan pada TEN pelepasan epidermis > 30%. Pada TEN sering ditemukan onikolisis. Epidermis akan tumbuh kembali setelah > 3 minggu.
4. Kriteria Diagnosis 1. Anamnesis2. Efloresensi
5. Diagnosis Steven Johnson Syndrome Toxic Epidermal Necrolysis 6. Diagnosis Banding 1. Eritroderma2. Sjogren syndrome
3. Toxic shock syndrome 7. Pemeriksaan Penunjang 1. Darah lengkap
2. Elektrolit 3. Albumin 4. Kultur darah 8. Terapi
1. Perawatan di tempat khusus untuk mencegah infeksi 2. Menghentikan obat yang dicurigai
hipoalbuminemia, gangguan elektrolit.
4. Perawatan lintas disiplin, meliputi penyakit dalam dan mata.
5. Pemberian metilprednisolon 80 – 120 mg p.o (1,5 – 2 mg/kgBB/hari) atau injeksi dexamethason 5 – 20 mg i.v. (0,15 – 0,2 mg/kgBB/hari), diturunkan bertahap sesudah kulit membaik.
6. Lesi eksudatif dikompres dengan larutan garam fisiologis, lesi tidak eksudatif diberi kasa framycetine 1%.
7. Kontrol infeksi dengan gentamycin 80 mg i.v. b.i.d – t.i.d. (1 – 1,5 mg/kgBB)
8. Monitoring hematokrit, blood gas, keseimbangan cairan, dan elektrolit
9. Diet TKTP 10. Perawatan mata
9. Edukasi Menjelaskan mengenai penyakit, komplikasi dan prognosa 10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam/malam Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fumgsionam : dubia ad bonam/malam
11. Tingkat Evidens IV
12. Tingkat Rekomendasi
C 13. Penelaah Kritis Asri Bindusari, dr., Sp.KK
Asri Rahmawati, dr., Sp.KK 14. Indikator Medis Kondisi pasien membaik
15. Kepustakaan Odom R.B., et al. Andrew’s Disease of the Skin.9,hed. Philadelphia: WB Saunders Company.2000
Arndt JC.A, Bowers, K.E. Manual of Dermatologic Therapeutic.&*&!,. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. 2002.
Mojokerto,
Ketua Komite Medik Ketua SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Asri Bindusari, dr., Sp.KK Asri Bindusari, dr., Sp.KK
Direktur RSUD Prof. Dr. Soekandar Kabupaten Mojokerto
Sujatmiko, dr., M.MRS
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF : KULIT DAN KELAMIN
RSUD Prof. Dr. SOEKANDAR KAB. MOJOKERTO
TAHUN 2015
FURUNKEL / KARBUNKEL (ICD-10: L02)
1. Pengertian (Definisi) Infeksi akut dari folikel rambut yang disebabkan oleh
Staphylococcus aureus
2. Anamnesis
1. Nyeri, gatal
2. Muncul nanah pada area terinfeksi
3. Pemeriksaan Fisik
Kelainan kulit berupa nodul eritematus kecil pada folikel rambut, kemudian menjadi pustula, mengalami nekrosis, dan menyebuh setelah pus keluar. Jika mengenai beberapa folikel rambut yang berdekatan dan menjadi satu dinamakan karbunkel. Karbunkel juga mengenai jaringan lemak bawah kulit. Jika mengenai beberapa folikel rambut yang berjauhan disebut furunkelosis.
Tempat predileksi pada muka, leher, lengan, pantat, dan daerah anogenital. Perlu dicari adanya status immunocompromised pasien. 4. Kriteria Diagnosis 1. Anamnesis 2. Efloresensi 5. Diagnosis Furunkel Karbunkel 6. Diagnosis Banding 1. Acne vulgaris 2. Acneiform 3. Insect bite 4. Impetigo
7. Pemeriksaan Penunjang 1. Pewarnaan gram dari pus 2. Pemeriksaan KOH dari pus 3. Kultur pus
8. Terapi
1. Pengobatan topikal:
Bila lesi basah/kotor dikompres dengan garam fisiologis Bila lesi kering diberikan salep natrium fusidat atau kasa framycetin
2. Pengobatan sistemik:
Antibiotik umumnya diberikan 7 – 10 hari
Amoxicillin 500 mg (anak 25 – 50 mg/kgBB/hari) t.i.d p.o.
q.i.d. p.o.
Eritromisin 500 mg (anak 50 mg/kgBB/hari), q.i.d., p.o Clindamycin 150 – 300 mg (anak 10 – 30
mg/kgBB/hari), t.i.d., p.o. Incisi bila terbentuk supurasi
9. Edukasi Menjelaskan mengenai penyakit, komplikasi dan prognosa 10. Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam/malam Ad sanationam : dubia ad bonam/malam Ad fumgsionam : dubia ad bonam/malam
11. Tingkat Evidens IV
12. Tingkat Rekomendasi C 13. Penelaah Kritis Asri Bindusari, dr., Sp.KK
Asri Rahmawati, dr., Sp.KK 14. Indikator Medis Kondisi pasien membaik
15. Kepustakaan Odom R.B., et al. Andrew’s Disease of the Skin.9,hed. Philadelphia: WB Saunders Company.2000
Arndt JC.A, Bowers, K.E. Manual of Dermatologic Therapeutic.&*&!,. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. 2002.
Mojokerto,
Ketua Komite Medik Ketua SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Asri Bindusari, dr., Sp.KK Asri Bindusari, dr., Sp.KK Direktur RSUD Prof. Dr. Soekandar
Kabupaten Mojokerto
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF : KULIT DAN KELAMIN
RSUD Prof. Dr. SOEKANDAR KAB. MOJOKERTO
TAHUN 2015
IMPETIGO (ICD-10: L01)
1. Pengertian (Definisi) Infeksi piogenik pada kulit superfisial yang disebabkan oleh
Staphylococcus dan/atau Streptococcus
2. Anamnesis
1. Gatal di tempat lesi
2. Riwayat trauma minor, seperti gigitan serangga, bekas garukan, dsb.
3. Pemeriksaan Fisik
Terdapat 2 gambaran klini impetigo 1. Impetigo kontangiosa
Sering pada anak-anak. Predileksi pada muka sekitar hidung, mulut, anggota gerak (kecuali telapak tengan dan kaki), dan badan. Kelainan kulit berupa vesikel/bula berdinding tipis diatas kulit yang eritema yang cepat memecah, kemudian membentuk krusta tebal berwarna kuning kecoklatan seperti madu. Jika krusta dilepas tampak erosi dibawahnya.
2. Impetigo bulosa
Pada semua umur. Predileksi pada muka, bagian tubuh lain termasuk telapak tangan dan telapak kaki, membran mukosa dapat terkena. Kelainan kulit berupa bula yang bertambah besar, kurang cepat pecah (dapat tahan 2 – 3 hari). Isi bula mula-mula jernih, kemudian keruh, sesudah pecah tampak krusta kecoklatan yang tepinya meluas dan tengahnya menyembuh sehingga tampak gambaran lesi sirsiner.
4. Kriteria Diagnosis 1. Anamnesis 2. Efloresensi 5. Diagnosis Impetigo 6. Diagnosis Banding Dermatitis atopik Burn
7. Pemeriksaan Penunjang Pengecatan gram untuk memeriksa isi bula. 8. Terapi
1. Melepas krusta agar obat topikal dapat bekerja. Krusta dikompres dengan garam fisiologis.
2. Bula dipecahkan dengan jarum steril
topikal salep natrium fusidat.
4. Antibiotik sistemik untuk kasus yang lebih berat, selama 7 – 10 hari
Amoxicillin 500 mg (anak 25 – 50 mg/kgBB/hari) t.i.d p.o.
Cloxacillin 250 – 500 mg (anak 10 – 20 mg/kgBB), q.i.d. p.o.
Eritromisin 500 mg (anak 50 mg/kgBB/hari), q.i.d., p.o Clindamycin 150 – 300 mg (anak 10 – 30
mg/kgBB/hari), t.i.d., p.o.
9. Edukasi Menjelaskan mengenai penyakit, komplikasi dan prognosa 10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam/malam Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fumgsionam : dubia ad bonam/malam
11. Tingkat Evidens IV
12. Tingkat Rekomendasi
C 13. Penelaah Kritis 1. Asri Bindusari, dr., Sp.KK
2. Asri Rahmawati, dr., Sp.KK 14. Indikator Medis Kondisi pasien membaik
15. Kepustakaan Odom R.B., et al. Andrew’s Disease of the Skin.9,hed. Philadelphia: WB Saunders Company.2000
Arndt JC.A, Bowers, K.E. Manual of Dermatologic Therapeutic.&*&!,. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. 2002.
Mojokerto,
Ketua Komite Medik Ketua SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Asri Bindusari, dr., Sp.KK Asri Bindusari, dr., Sp.KK Direktur RSUD Prof. Dr. Soekandar
Kabupaten Mojokerto
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF : KULIT DAN KELAMIN
RSUD Prof. Dr. SOEKANDAR KAB. MOJOKERTO
TAHUN 2015
ERISIPELAS (ICD-10: A46)
1. Pengertian (Definisi) Infeksi akut pada dermis dan jaringan subkutan atas yang terutama disebabkan oleh Streptococcus grup A (beta hemolitikus).
2. Anamnesis Gejala prodromal berupa menggigil, malaise, dan demam tinggimendahului gejala kulit. Riwayat komorbiditas seperti diabetes.
3. Pemeriksaan Fisik
Erisipelas berawal dari berbagai luka, trauma, borok, luka operasi, fisure pada nares. Tempat predileksi adalah di tungkai bawah dan wajah. Diabetes, malnutrisi, dan kondisi imunitas tubuh yang turun menjadi faktor resiko terjadinya erisipelas. Gejala prodromal berupa malaise, panas tinggi, sakit kepala, menggigil muntah, dan nyeri sendi.
Lesi kulit berupa eritema lokal berbatas jelas dengan tepi meninggi, teraba panas dan nyeri, diatasnya dapat ada vesikel atau bula yang mengandung cairan seropurulen.
4. Kriteria Diagnosis
1. Anamnesis 2. Efloresensi 5. Diagnosis Erisepelas
6. Diagnosis Banding SelulitisDermatitis kontak Erysipeloid
7. Pemeriksaan Penunjang Pada pemeriksaan darah lengkap didapatkan lekositosis > 20.000/ul
8. Terapi 1. Rawat inap, tirah baring
2. Antibiotik sistemik minimal selama 10 hari
Amoxicillin 500 mg (anak 25 – 50 mg/kgBB/hari) t.i.d p.o.
Amoxicillin-clavulanic 625 mg (anak 30 – 62,5 mg/kgBB/hari) t.i.d p.o.
Cloxacillin 250 – 500 mg (anak 10 – 20 mg/kgBB), q.i.d. p.o.
Eritromisin 500 mg (anak 50 mg/kgBB/hari), q.i.d., p.o Clindamycin 150 – 300 mg (anak 10 – 30
mg/kgBB/hari), q.i.d., p.o. 3. Pengobatan topikal:
Bila lesi basah/kotor dikompres dengan garam fisiologis Bila lesi kering diberikan salep natrium fusidat atau mupirocin
9. Edukasi Menjelaskan mengenai penyakit, komplikasi dan prognosa 10. Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam/malam Ad sanationam : dubia ad bonam/malam Ad fumgsionam : dubia ad bonam/malam 11. Tingkat Evidens
IV 12. Tingkat Rekomendasi C 13. Penelaah Kritis 1. Asri Bindusari, dr., Sp.KK
2. Asri Rahmawati, dr., Sp.KK 14. Indikator Medis Kondisi pasien membaik
15. Kepustakaan Odom R.B., et al. Andrew’s Disease of the Skin.9,hed. Philadelphia: WB Saunders Company.2000
Arndt JC.A, Bowers, K.E. Manual of Dermatologic Therapeutic.&*&!,. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. 2002.
Mojokerto,
Ketua Komite Medik Ketua SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Asri Bindusari, dr., Sp.KK Asri Bindusari, dr., Sp.KK Direktur RSUD Prof. Dr. Soekandar
Kabupaten Mojokerto
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF : KULIT DAN KELAMIN
RSUD PROF. Dr. SOEKANDAR KAB. MOJOKERTO
TAHUN 2015
SELULITIS (ICD-10: L03)
1. Pengertian (Definisi) Infeksi akut pada jaringan subkutan bawah yang terutama disebabkan oleh Streptococcus spp. dan/atau Staphylococcus
aureus.
2. Anamnesis Gejala prodromal berupa malaise, demam, dan menggigil
3. Pemeriksaan Fisik
Lesi kulit berupa eritema lokal yang nyeri, dan cepat progresif semakin merah, meluas, namun batas tidak jelas, dan tepi tidak meninggi. Kadang di bagian tengahnya menjadi nodular dan di atasnya terdapat vesikel yang pecah mengeluarkan pus serta jaringan nekrotik. 4. Kriteria Diagnosis 1. Anamnesis 2. Efloresensi 5. Diagnosis Selulitis 6. Diagnosis Banding Erisepelas Dermatitis kontak 7. Pemeriksaan Penunjang 1. darah lengkap
2. kultur pus
8. Terapi
1. Rawat inap, tirah baring
2. Antibiotik sistemik minimal selama 10 hari
Amoxicillin 500 mg (anak 25 – 50 mg/kgBB/hari) t.i.d p.o.
Amoxicillin-clavulanic 625 mg (anak 30 – 62,5 mg/kgBB/hari) t.i.d p.o.
Cloxacillin 250 – 500 mg (anak 10 – 20 mg/kgBB), q.i.d. p.o.
Eritromisin 500 mg (anak 50 mg/kgBB/hari), q.i.d., p.o Clindamycin 150 – 300 mg (anak 10 – 30
mg/kgBB/hari), q.i.d., p.o. Ciprofloxacin 500 mg b.i.d.
Cephalexin 250 – 500 mg (anak 40 – 50 mg/kgBB/hari) q.i.d.
3. Pengobatan topikal:
Bila lesi basah/kotor dikompres dengan garam fisiologis Bila lesi kering diberikan salep natrium fusidat atau mupirocin
9. Edukasi Menjelaskan mengenai penyakit, komplikasi dan prognosa 10. Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam/malam Ad sanationam : dubia ad bonam/malam Ad fumgsionam : dubia ad bonam/malam
11. Tingkat Evidens IV
12. Tingkat Rekomendasi C 13. Penelaah Kritis Asri Bindusari, dr., Sp.KK
Asri Rahmawati, dr., Sp.KK 14. Indikator Medis Kondisi pasien membaik
Mojokerto,
Ketua Komite Medik Ketua SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Asri Bindusari, dr., Sp.KK Asri Bindusari, dr., Sp.KK Direktur RSUD Prof. Dr. Soekandar
Kabupaten Mojokerto
Sujatmiko, dr., M.MRS
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF : KULIT DAN KELAMIN
RSUD PROF. DR. SOEKANDAR KAB. MOJOKERTO
TAHUN 2015
MORBUS HANSEN / LEPROSI (ICD-10: A30)
1. Pengertian (Definisi) Penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium leprae yang menyerang saraf tepi, kulit, dan
jaringan tubuh lainnya, kecuali sususan saraf pusat. 2. Anamnesis
Bercak di kulit yang terasa tebal, otot mengecil, deformitas seperti drop hand, drop foot, atau claw hand, luka kronis, riwayat kontak lama dengan penderita leprosi.
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan saraf tepi dicari adanya gangguan sensibilitas suhu, nyeri, raba, dan otonomik.
Ulnaris, n. Peroneus communis, n. Tibialis.
Tanda-tanda leprosi yang lain berupa facies leonina (gejala infiltrasi difus pada wajah), madarosis (penipisan alis bagian lateral), penebalan cuping telinga, gloves and stocking
anestesia.WHO mengklasifikasi leprosi menjadi 2, yaitu
paucibasiler (PB) dan multibasiler (MB). Perbedaan PB dan MB adalah sebagai berikut.
Tipe
Pausibasiler Multibasiler Makula Asimetris
Jumlah 1 – 5
Batas tegas, kering, kasar
Anestesi jelas Hipopigmentasi
Simetris Jumlah > 5
Tidak tegas, halus, mengkilat
Anestesi tidak jelas Eritematous
Penebalan Saraf Tepi Terjadi dini dan asimetris
Terjadi lanjut dan simetris
BTA - +
Tipe TT dan BT termasuk PB Tipe BB, BL, dan LL termasuk MB
4. Kriteria Diagnosis
Diagnosis ditegakkan jika ditemui 1 tanda kardinal pada daerah endemis (kriteria WHO)
1. Makula hipopigmentasi atau eritematosa dengan anestesi yang jelas, dengan/tidak disertai penebalan saraf tepi.
2. Hapusan kulit positif untuk kuman tahan asam. 5. Diagnosis Morbus Hansen PB
Morbus Hansen MB 6. Diagnosis Banding 1. Pytiriasis versicolor 2. Dermatofitosis 3. Psoriasis vulgaris 4. Pytiriasis alba
7. Pemeriksaan Penunjang 1. Pewarnaan BTA pada kerokan kulit dan serum cuping telinga
8. Terapi
Pengobatan menggunakan MDT. 1. Pausibasiler
Rifampisin 600 mg/bulan, diminum didepan petugas Dapson 100 mg/hari
Pengobatan diberikan selama 6 bulan, maksimal dalam 9 bulan
2. Multibasiler
Rifampisin 600 mg/bulan, diminum didepan petugas Dapson 100 mg/hari
Clofazimine (lampren) 300 mg/bulan, diminum didepan petugas, kemudian 50 mg/hari.
Pengobatan diberikan selama 12 bulan, maksimal dalam 18 bulan.
Setelah selesai pengobatan, dinyatakan Release from treatment (RFT), meskipun secara klinis lesi masih aktif dan BTA masih (+)
3. Minum obat secara teratur, bila perlu ada pengawas minum obat
10. Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam/malam Ad sanationam : dubia ad bonam/malam Ad fumgsionam : dubia ad bonam/malam 11. Tingkat Evidens
IV 12. Tingkat Rekomendasi
C 13. Penelaah Kritis 1. Asri Bindusari, dr., Sp.KK
2. Asri Rahmawati, dr., Sp.KK 14. Indikator Medis Kondisi pasien membaik
15. Kepustakaan Odom R.B., et al. Andrew’s Disease of the Skin.9,hed. Philadelphia: WB Saunders Company.2000
Arndt JC.A, Bowers, K.E. Manual of Dermatologic Therapeutic.&*&!,. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. 2002.
Mojokerto,
Ketua Komite Medik Ketua SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Asri Bindusari, dr., Sp.KK Asri Bindusari, dr., Sp.KK Direktur RSUD Prof. Dr. Soekandar
Kabupaten Mojokerto
Sujatmiko, dr., M.MRS
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF : KULIT DAN KELAMIN
RSUD PROF. DR. SOEKANDAR KAB. MOJOKERTO
TAHUN 2015
SKABIES (ICD-10: B86)
1. Pengertian (Definisi) Penyakit kulit menular yang ditandai dengan keluhan utama gatal terutama di malam hari akibat investasi Sarcoptes scabiei. 2. Anamnesis Rasa sangat gatal terutama pada malam hari
3. Pemeriksaan Fisik
Lesi yang khas dan patognomonik berupa terowongan kecil, sedikit meninggi, berkelok-kelok, berwarna putih keabu-abuan, panjangnya kurang lebih 10 mm.
Kelinan dapat berupa papula, vesikel, urtika, ekskoriasi, krusta, dan bila timbul infeksi sekunder terdapat pustula. Tempat predileksi pada sela-sela jari tangan, telapak tengan, pergelangan tangan sebelah dalam, siku, ketiak, daerah mammae, pusar, perut bagian bawah, genitalia, dan pantat.
4. Kriteria Diagnosis
Diagnosis klinis cukup ditegakkan dengan 1. Riwayat gatal pada malam hari
2. Keluarga/ teman dekat sakit seperti penderita 3. Didapatkan efloresensi polimorf di tempat-tempat
predileksi 5. Diagnosis Skabies 6. Diagnosis Banding 1. Dermatitis atopik 2. Dermatitis herpetiformis 3. Varicella
7. Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan mikroskopi kerokan kulit
8. Terapi
1. Pengobatan topikal dengan krim permethrin 5% dioleskan ke seluruh tubuh dari leher sampai jari kaki. Dicuci setelah 8 – 14 jam. Dapat juga menggunakan salep 2-4 (As. Salisilat 2%, Sulfur ppt 4%) selama 3 – 4 hari sebagai ganti permethrin 5%.
2. Keluhan gatal dapat diberikan antihistamin dengan dosis setengah biasanya.
3. Infeksi sekunder diberikan antibiotik.
9. Edukasi 1. Semua baju dan alat-alat tidur dicuci dengan air panas2. Mandi dengan sabun hijau (sapo viridis) 10. Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam/malam Ad sanationam : dubia ad bonam/malam Ad fumgsionam : dubia ad bonam/malam
11. Tingkat Evidens IV
12. Tingkat Rekomendasi C 13. Penelaah Kritis 1. Asri Bindusari, dr., Sp.KK
2. Asri Rahmawati, dr., Sp.KK 14. Indikator Medis Kondisi pasien membaik
15. Kepustakaan Odom R.B., et al. Andrew’s Disease of the Skin.9,hed. Philadelphia: WB Saunders Company.2000
Arndt JC.A, Bowers, K.E. Manual of Dermatologic Therapeutic.&*&!,. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. 2002.
Mojokerto,
Ketua Komite Medik Ketua SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Asri Bindusari, dr., Sp.KK Asri Bindusari, dr., Sp.KK Direktur RSUD Prof. Dr. Soekandar
Kabupaten Mojokerto
Sujatmiko, dr., M.MRS
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF : KULIT DAN KELAMIN
RSUD PROF. DR. SOEKANDAR KAB. MOJOKERTO
TAHUN 2015
VARICELLA (ICD-10: B01)
1. Pengertian (Definisi) Penyakit kulit berbentuk vesikel yang tersebar, mudah menular yang disebabkan oleh virus varicella-zoster
2. Anamnesis
Gejala prodromal meliputi malaise, nyeri kepala, sumer-sumer yang timbul sebelum erupsi keluar. Pada orang dewasa prodromal lebih berat dan lebih lama.
Pada anamnesis ada kontak dengan penderita varicella atau zoster.
3. Pemeriksaan Fisik yang cepat berubah menjadi vesikel. Umur lesi tidak sama. Kulit sekitar lesi eritematus.
4. Kriteria Diagnosis 1. Anamnesis 2. Efloresensi 5. Diagnosis Varicella 6. Diagnosis Banding 1. Dermatitis herpetiformis 2. Herpes zoster
7. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan tzank smear pada dasar vesikel dapat ditemukan
multinucleated giant cell (sel datia).
8. Terapi
1. Istirahat cukup
2. Bila panas diberikan paracetamol 500 mg (anak 10 mg/kgBB) q.i.d
3. Acyclovir sedini mungkin, 800 mg (anak 20 mg/kgBB) 4 – 5 x sehari.
4. Untuk lesi erosi diberikan salep natrium fusidat 9. Edukasi 1. Istirahat cukup2. Menggunakan masker
3. Mengurangi kontak dengan orang sehat 10. Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam/malam Ad sanationam : dubia ad bonam/malam Ad fumgsionam : dubia ad bonam/malam
11. Tingkat Evidens IV
12. Tingkat Rekomendasi C 13. Penelaah Kritis Asri Bindusari, dr., Sp.KK
Asri Rahmawati, dr., Sp.KK 14. Indikator Medis Kondisi pasien membaik
15. Kepustakaan Odom R.B., et al. Andrew’s Disease of the Skin.9,hed. Philadelphia: WB Saunders Company.2000
Arndt JC.A, Bowers, K.E. Manual of Dermatologic Therapeutic.&*&!,. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. 2002.
Mojokerto,
Ketua Komite Medik Ketua SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Asri Bindusari, dr., Sp.KK Asri Bindusari, dr., Sp.KK Direktur RSUD Prof. Dr. Soekandar
Sujatmiko, dr., M.MRS
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF : KULIT DAN KELAMIN
RSUD PROF. DR. SOEKANDAR KAB. MOJOKERTO
TAHUN 2015
HERPES ZOSTER (ICD-10: B02)
1. Pengertian (Definisi) Infeksi kulit oleh virus varicella-zoster yang berupa gerombolan vesikel yang tersebar sesuai dermatom yang diinervasi oleh satu ganglion saraf sensoris.
2. Anamnesis
Gejala prodromal meliputi malaise, nyeri kepala, demam, gatal/nyeri pada dermatom yang terserang.
3. Pemeriksaan Fisik
Lesi kulit berupa papul atau plakat berbentuk urtika yang setelah 1 – 2 hari akan timbul gerombolan vesikel diatas kulit yang eritematus sedangkan kulit diantara gerombolan tetap normal, usia lesi pada satu gerombolon sama, sedangkan dengan gerombolan lain tidak sama.
Lokasi lesi sesuai dengan dermatom, unilateral, dan biasanya tidak melewati garis tengah tubuh.
Vesikel dapat menjadi purulen, mengalami krustasi, dan lepas dalam waktu 1 – 2 minggu. Sering terjadi neuralgi post herpetika, terutama pada orang tua yang dapat berlangsung berbulan-bulan.
4. Kriteria Diagnosis
1. Anamnesis 2. Efloresensi 5. Diagnosis Herpes zoster 6. Diagnosis Banding
1. Varicella
2. Dermatitis herpetiformis
7. Pemeriksaan Penunjang Pada pemeriksaan tzank smear ditemukan sel raksasa yang multilokuler dan sel-sel akantolitik.
8. Terapi
1. Analgetika: Metampiron q.i.d 2. Antibiotik untuk infeksi sekunder
3. Bila lesi basah kompres dengan larutan garam fisiologis Bila erosi beri salep natrium fusidat
Bila kering beri bedak salicyl 2%
4. Acyclovir 5 x 800 mg (anak: 20 mg/kgBB 4x sehari) selama 7 – 10 hari
5. Post herpetic neuralgia: Amitriptilin 50 – 100 mg/hari 9. Edukasi
1. Istirahat cukup
2. Menggunakan masker
3. Mengurangi kontak dengan orang sehat 10. Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam/malam Ad sanationam : dubia ad bonam/malam Ad fumgsionam : dubia ad bonam/malam
11. Tingkat Evidens IV
12. Tingkat Rekomendasi C 13. Penelaah Kritis Asri Bindusari, dr., Sp.KK
Asri Rahmawati, dr., Sp.KK 14. Indikator Medis Kondisi pasien membaik
15. Kepustakaan Odom R.B., et al. Andrew’s Disease of the Skin.9,hed. Philadelphia: WB Saunders Company.2000
Arndt JC.A, Bowers, K.E. Manual of Dermatologic Therapeutic.&*&!,. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. 2002.
Mojokerto,
Ketua Komite Medik Ketua SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Asri Bindusari, dr., Sp.KK Asri Bindusari, dr., Sp.KK Direktur RSUD Prof. Dr. Soekandar
Kabupaten Mojokerto
Sujatmiko, dr., M.MRS
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF : KULIT DAN KELAMIN
RSUD PROF. DR. SOEKANDAR KAB. MOJOKERTO
TAHUN 2015
DERMATOFITOSIS (ICD-10: B35)
1. Pengertian (Definisi) Infeksi jamur dermatofit (Microsporum spp., Trichophyton
spp., Epidermophyton spp.) yang menyerang bagian superfisial
(stratum korneum) kulit, rambut, dan kuku.
Terdapat 8 bentuk klinis tergantung lokasi infeksi, yaitu tinea capitis, tinea barbae, tinea korporis, tinea imbrikata, tinea kruris, tinea unguium (onikomikosis), tinea pedis, dan tinea manuum.
3. Pemeriksaan Fisik
Tinea Korporis
Bentuk tersering. Efloresensi berupa makula eritematus, batas jelas, tepi polisiklis, tepi aktif (meninggi, ada papul, vesikel), terdapat central healing, tertutup skuama tipis.
Tinea Kruris
Mengenai sela paha, perineum, perianal, bilateral, dapat meluas ke gluteus dan pubis. Skrotum tidak kena, tapi sebagai resevoir yang menyebabkan kambuh-kambuhan. Efloresensi = tinea korporis.
Tinea kapitis
Mengenai kepala, alis, dan bulu mata. Umunya pada anak-anak. 1. Infeksi ektotrik
a. Gray patch
Berskuama, radang ringan, gatal, rambut keabuan, kusut, rapuh, terpotong beberapa milimeter diatas kepala, menyebabkan alopesia, lampu wood (+) hijau terang.
b. Kerion
Kerandangan hebat, rambut mudah putus. Lampu wood (+) hijau terang jika disebabkan M. canis. 2. Infeksi endotrik
Lesi multipel, rambut putus tepat di orifisiumnya sehingga memberikan gambaran black dot. Bersifat kronis, dapat berlangsung hingga dewasa. Lampu wood (-).
Tinea Pedis
Infeksi dermatofit pada kaki, mengenai sela jari kaki dan telapak kaki.
1. Intertriginosa kronis: bentuk tersering. Kulit
mengelupas, maserasi, pecah-pecah, tersering antara jari kaki IV dan V serta antara jari III IV, tertutup epidermis dan debris mati, putih, meluas ke telapak kaki, tumit & dorsum pedis, khas hiperhidrosis dan bau khas tidak enak.
2. Bentuk hiperkeratotik papuloskuamosa kronis
Khas daerah kulit merah muda, tertutup skuama putih keperakan, bilateral, berupa bercak-bercal. Bila mengenai seluruh kaki disebut Moccasin foot. 3. Bentuk vesikuler
Khas lesi vesikel, vesikulopustulosa dan dapat bula, jarang pada tumit dan di daerah depan, seperti erisepelas.
4. Bentuk ulseratif akut
Proses eksematoid vesikulopustula, penyebaran cepat, disertai infeksi sekunder.
Infeksi dermatofit pada daerah interdigitalis, palmar, dan dorsum manus. Bentuk tersering adalah hiperkeratosis difusa. Tinea Unguium
80 – 90% onikomikosis disebabkan karena dermatofit, sisanya karena Candida spp atau kalang Scopulariopsis brevicaulis. Klinis berupa diskromia kuku (berubah warna hitam, kuning, atau coklat), onikolisis (lepasnya lempeng kuku dari dasar kuku), hipertrofi unguium (penebalan lempeng kuku), subungual hiperkeratosis (biasanya karena dermatofit). Terdapat 5 bentuk onikomikosis.
1. Distal-Lateral Subungual Onychomycosis (DLSO) Paling sering dijumpai dan tersering karena dermatofit. Mengenai bagian distal dan lateral kuku. Kuku akan terkikis dan rusak (distrofik). Bila ditekan tidak terasa sakit karena dermatofit.
2. Proximal Subungual Onychomycosis (PSO)
Mengenai sisi proksimal kuku. Bentuk yang jarang. Dijumpai pada keadaan imunokompromais.
3. Superficial White Onychomycosis (SWO)
Mengenai jari kaki (kecuali pada imunokompromais). Lempeng kuku tampak bercak jelas, pulau-pulau opak, putih (bisa menjadi kuning), permukaan putih menjadi kasar, lunak seperti kapur, dan mudah dikerok.
4. Candida Onychomycosis (CO)
Dimulai di kuku proksimal, jika kuku digerakkan akan terasan sakit. Wanita lebih sering. Kuku menebal dan rusak, dapat disertai paronychia.
5. Total Dystrophic Onychomycosis (TDO)
Bentuk lanjut dari keempat bentuk diatas. Kuku menjadi menebal dan rusak (distrofik) dengan dasar kuku yang menebal.
4. Kriteria Diagnosis
1. Anamnesis 2. Efloresensi 5. Diagnosis Tinea capitis
Tinea corporis Tinea cruris Tinea pedis Tinea manuum Tinea unguium 6. Diagnosis Banding 1. Dermatitis atopik 2. Leprosi 3. Eritrasma 4. Eritema anulare 5. Pityriasis rosea
7. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan laboratorium dengan KOH 10 – 20% dari kerokan kulit atau rambut atau kuku. Dari sediaan kulit dan kuku terlihat hifa bersepta dengan gambaran double countur (2 garis lurus sejajar, transparan), terdapat dikotomi (cabang dua-dua), dapat ditemukan arthrokonidia berupa spora berderet yang merupakan
pecahan-pecahan ujung hifa. Pada sediaan rambut, tampak arthrokonidia kecil/besar pada ektotrik atau arthrokonidia besar pada endotrik. Hasil KOH yang negatif tidak menyingkirkan dermatofitosis.
Pemeriksaan lampu wood hanya pada tinea capitis. Fluoresensi (+) menunjukkan spesies Microsporum, fluoresensi (-) karena spesies Trichopyton atau memang bukan tinea kapitis.
8. Terapi
1. Bila lesi basah kompres dengan garam fisiologis. Jika ada infeksi sekunder beri antibiotik 5 – 7 hari.
2. Obat topikal bila lesi tidak luas. Salep 2-4 atau 3-10 2x sehari Salep miconazole 2x sehari.
Pengobatan umunya 3 minggu untuk menghindari kekambuhan pada obat fungistatik.
3. Obat oral
Griseofulvin 500 – 1000 mg/hari (anak 10 – 20 mg/kgBB/hari). Tinea corporis selama 2 – 4 minggu, tinea capitis 6 – 12 minggu, tinea pedis 4 – 8 minggu, tinea unguium 4 – 6 bulan.
Ketoconazole 200 mg/hari (anak 3 – 6 mg/kgBB/hari) Itraconazole terapi denyut untuk tinea unguium. 1 siklus 4 minggu, 1 minggu minum itraconazole 400 mg/hari (2 d.d. caps. II), 3 minggu tidak minum obat.
Kuku tangan 2 siklus, kuku kaki 3 – 4 siklus. 4. Kondisi khusus
Shampo selenium sulfida 1 – 1,8%
Shampo ketoconazole 1 – 2% seminggu 2 – 3 kali Bedah kuku.
Rambut tidak perlu dicukur
Jaga kelembaban kulit, mengobati hewan peliharaan yang menjadi sumber infeksi.
9. Edukasi Menjelaskan mengenai penyakit, komplikasi dan prognosa 10. Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam/malam Ad sanationam : dubia ad bonam/malam Ad fumgsionam : dubia ad bonam/malam
11. Tingkat Evidens IV
12. Tingkat Rekomendasi C 13. Penelaah Kritis Asri Bindusari, dr., Sp.KK
Asri Rahmawati, dr., Sp.KK 14. Indikator Medis Kondisi pasien membaik
15. Kepustakaan Odom R.B., et al. Andrew’s Disease of the Skin.9,hed. Philadelphia: WB Saunders Company.2000
Therapeutic.&*&!,. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. 2002.
Mojokerto,
Ketua Komite Medik Ketua SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Asri Bindusari, dr., Sp.KK Asri Bindusari, dr., Sp.KK
Direktur RSUD Prof. Dr. Soekandar Kabupaten Mojokerto
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF : KULIT DAN KELAMIN
RSUD PROF. DR. SOEKANDAR KAB. MOJOKERTO
TAHUN 2015
PITIRIASIS VERSIKOLOR (ICD-10: B360)
1. Pengertian (Definisi) Infeksi jamur superfisial kronis menyerang lapisan stratum korneu, dan disebabkan karena Malassezia furfur.
2. Anamnesis Gatal bila berkeringat
3. Pemeriksaan Fisik
Lokasi lesi biasanya pada badan. Berbentuk soliter dan saling bertemu/koalesen (bentuk makula) atau bulat kecil-kecil perifolikuler (bentuk papuler), tertutup skuama tipis. Warna lesi bisa putih atau cokelat kemerahan. Setelah terapi hipopigmentasi tanpa skuama akan menetap dalam beberapa bulan.
4. Kriteria Diagnosis 1. Anamnesis 2. Efloresensi 5. Diagnosis Pityriasis versicolor 6. Diagnosis Banding 1. Dermatitis atopik2. Dermatofitosis
3. Leprosi
7. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang berupa pewarnaan KOH kerokan kulit dan lampu wood. Pada KOH didapatkan hifa pendek, bengkok (seperti huruf i, v, j) dengan gerombolan budding yeast menyerupai sphagetti and meatball.
Lampu wood akan berwarna kuning emas pada lesi.
Kultur tidak mempunyai nilai diagnostik karena ragi
Malassezia furfur merupakan flora normal kulit.
8. Terapi
1. Obat topikal bila lesi tidak luas.
Salep miconazole 2x sehari selama 3 – 4 minggu. Larutan propylene glycol 50% dioleskan seluruh tubuh 2x sehari selama 2 minggu.
2. Obat oral bila sering kambuh atau lesi luas
Ketoconazole 200 mg/hari (anak 3 – 6 mg/kgBB/hari) Selama 10 hari
9. Edukasi 1. Menjaga kelembaban kulit2. Segera mengeringkan kulit bila berkeringat atau setelah mandi
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam/malam Ad sanationam : dubia ad bonam/malam Ad fumgsionam : dubia ad bonam/malam 11. Tingkat Evidens
12. Tingkat Rekomendasi C 13. Penelaah Kritis Asri Bindusari, dr., Sp.KK
Asri Rahmawati, dr., Sp.KK 14. Indikator Medis Kondisi pasien membaik
15. Kepustakaan Odom R.B., et al. Andrew’s Disease of the Skin.9,hed. Philadelphia: WB Saunders Company.2000
Arndt JC.A, Bowers, K.E. Manual of Dermatologic Therapeutic.&*&!,. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. 2002.
Mojokerto,
Ketua Komite Medik Ketua SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Asri Bindusari, dr., Sp.KK Asri Bindusari, dr., Sp.KK Direktur RSUD Prof. Dr. Soekandar
Kabupaten Mojokerto
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF : KULIT DAN KELAMIN
RSUD PROF. DR. SOEKANDAR KAB. MOJOKERTO
TAHUN 2015
KANDIDIASIS SUPERFISIALIS (ICD-10: B370 (Oris),
B372 (Kutis & Onikomikosis), B373 (Vulvovaginalis))
1. Pengertian (Definisi) Infeksi genus Candida non sistemik. 2. Anamnesis
Riwayat penyakit tergantung lokasi lesinya. Namun pada umumnya keluhan berupa gatal dan/atau nyeri.
3. Pemeriksaan Fisik
1. Kandidiasis Oris
Lesi putih tebal pada mukosa bukal, gingival, atau lidah, plak dapat dikerok, terasa nyeri, eritem, dan mudah berdarah. Dapat juga berupa angular cheilitis (fisura dan eritema pada ujung bibir).
2. Kandidiasis Vulvovaginalis
Gatal dan rasa sangat panas di vulva vagina. Keluar cairan tebal, putih sperti susu, dan tampak plak putih pada vulva vagina atau serviks. pH sekret vagina normal, tes sniff negatif. Dapat disertai disuria dan dispareunia. Dapat mengenai glans penis dan preputium. 3. Kandidiasis Kutis
Mengenai daerah lipatan-lipatan (intertriginosa), umbilikus, lipatan lemak badan, dan dapat meluas ke seluruh badah. Dapat mengenai skrotum dan penis. Kulit nyeri, inflamasi, eritematus, terdapat satelit vesikel/pustul/nodul/bula yang meninggalkan permukaan yang kasar dengan tepi yang erosi. 4. Candida Onycomycosis
Infeksi kuku proksimal, terdapat eritema, edema, dan dapat terjadi paronychia berisi cairan purulen putih. Terasa nyeri.Tersering pada orang yang tangannya sering terkena air atau tepung.
4. Kriteria Diagnosis 1. Anamnesis2. Efloresensi 5. Diagnosis Kandidiasis oris
Kandidiasis vulvovaginalis Kandidiasis kutis
Kandidiasis onikomikosis 6. Diagnosis Banding
1. Stomatitis
2. Flour albus lainnya 3. Dermatofitosis 4. Eritrasma 5. Intertrigo 6. Tinea unguium 7. Paronikia bakterial
7. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan dengan KOH didapatkan budding yeast berbentuk angka 8 dengan atau tanpa pseudohifa. Pseudohifa berbentuk seperti sosis.
8. Terapi
1. Modifikasi faktor predisposisi
2. Bila lesi basah kompres dengan garam fisiologis. Jika ada infeksi sekunder beri antibiotik 5 – 7 hari.
3. Kandidiasis Oris : Nistatin oral susp. 400.000 – 600.000 IU (bayi 200.000 IU) q.i.d., p.c. Harus ditahan ditahan di mulut selama beberapa menit sebelum ditelan. Atau solusio gentian violet 1% 2x sehari selama 3 hari. 4. Kandidiasis vulvovaginalis : Nistatin supp. Vagina 1
tablet malam, selama 12 hari. Atau ketoconazole p.o. 2 x 200 mg, selama 5 hari.
5. Kandidiasis kutis : Miconazole krim 2x sehari selama 1 – 2 minggu setelah sembuh/KOH (-). Atau ketoconazole 1 x 200 mg selama 1 – 2 minggu.
6. Kandidiasis onikomikosis : Itraconazole terapi denyut. 1 siklus 4 minggu, 1 minggu minum itraconazole 400 mg/hari (2 d.d. caps. II), 3 minggu tidak minum obat. Kuku tangan 2 siklus, kuku kaki 3 – 4 siklus.
9. Edukasi Menjelaskan mengenai penyakit, komplikasi dan prognosa 10. Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam/malam Ad sanationam : dubia ad bonam/malam Ad fumgsionam : dubia ad bonam/malam
11. Tingkat Evidens IV
12. Tingkat Rekomendasi C 13. Penelaah Kritis Asri Bindusari, dr., Sp.KK
Asri Rahmawati, dr., Sp.KK 14. Indikator Medis Kondisi pasien membaik
15. Kepustakaan Odom R.B., et al. Andrew’s Disease of the Skin.9,hed. Philadelphia: WB Saunders Company.2000
Arndt JC.A, Bowers, K.E. Manual of Dermatologic Therapeutic.&*&!,. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. 2002.
Mojokerto,
Ketua Komite Medik Ketua SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Asri Bindusari, dr., Sp.KK Asri Bindusari, dr., Sp.KK Direktur RSUD Prof. Dr. Soekandar
Kabupaten Mojokerto
Sujatmiko, dr., M.MRS
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF : KULIT DAN KELAMIN
RSUD PROF. DR. SOEKANDAR KAB. MOJOKERTO
TAHUN 2015
PEMFIGUS VULGARIS (ICD-10: L100)
1. Pengertian (Definisi) Merupakan salah satu penyakit bulosa yang bersifat kronis, disertai adanya proses akantolisis dan terbentuknya bula pada epidermis.
2. Anamnesis
Keluhan bibir yang erosi dapat sampai 5 bulan sebelum lesi kulit muncul. Keluhan gatal minimal. Perlu digali adanya riwayat penggunaan obat-obatan yang berhubungan dengan pemfigus vulgaris, seperti NSAIDs, penicillinamin, captopril, sefalosporin, golongan pirazolon, combustio, rifampisin, stress psikis, atau infeksi herpes viridae.
3. Pemeriksaan Fisik
Bula lembek, dinding tipis, mudah pecah, timbul pada kulit dan mukosa yang normal atau eritematus. Isi bula mula-mula jernih, dapat menjadi hemoragis atau seropurulen. Bila bula pecah meninggalkan erosi eksudatif, mudah berdarah dan sukar sembuh. Bila sembuh meninggalkan bekas yang hiperpigmentasi. Bila disertai infeksi sekunder menimbulkan bau yang tidak enak.
Nikolsky sign (+), yaitu bila bula ditekan isi bula akan menjauhi tekanan. Atau bila dilakukan penggosokan pada kulit akan terjadi lesi baru, epidermis terlepas terasa seperti kertas basah.
4. Kriteria Diagnosis 1. Anamnesis2. Efloresensi 5. Diagnosis Pemfigus vulgaris 6. Diagnosis Banding
1. Pemfigoid bulosa
2. Dermatitis herpetiformis 3. Drug-induced pemphigus
7. Pemeriksaan Penunjang Tzank smear diambil dari dasar bula ditemukan sel tzank atau sel akantolitik.
8. Terapi
1. Bila lesi basah kompres dengan garam fisiologis. Jika lesi kering diberikan bedak salisil. Jika ada infeksi sekunder beri antibiotik 7 - 10 hari, bila perlu dilakukan kultur dan uji sensitivitas.
2. Dexamethason 3 – 4 mg sehari. Bila tidak timbul bula baru, ditambahkan azathioprin (1 – 2 mg/kgBB/hari
b.i.d. – t.i.d.), kemudian steroid di tappering off perlahan.
9. Edukasi Menjelaskan mengenai penyakit, komplikasi dan prognosa 10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam/malam Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fumgsionam : dubia ad bonam/malam 11. Tingkat Evidens
IV 12. Tingkat Rekomendasi
C 13. Penelaah Kritis Asri Bindusari, dr., Sp.KK
Asri Rahmawati, dr., Sp.KK 14. Indikator Medis Kondisi pasien membaik
15. Kepustakaan Odom R.B., et al. Andrew’s Disease of the Skin.9,hed. Philadelphia: WB Saunders Company.2000
Arndt JC.A, Bowers, K.E. Manual of Dermatologic Therapeutic.&*&!,. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. 2002.
Mojokerto,
Ketua Komite Medik Ketua SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Asri Bindusari, dr., Sp.KK Asri Bindusari, dr., Sp.KK Direktur RSUD Prof. Dr. Soekandar
Kabupaten Mojokerto
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF : KULIT DAN KELAMIN
RSUD PROF. DR. SOEKANDAR KAB. MOJOKERTO
TAHUN 2015
PITYRIASIS ROSEA (ICD-10: L42)
1. Pengertian (Definisi) Penyakit keradangan kulit dengan etiologi yang belum jelas, mempunyai gejala klinis yang khas dan sembuh sendiri dalam 10 – 12 minggu
2. Anamnesis
Keluhan infeksi saluran nafas atas mengawali gejala kulit. Plak awal berbentuk oval kemerahan 2 – 10 cm yang letaknya biasanya tersembunyi. 1 – 2 minggu setelah plak awal, muncul pkak lain yang tersebar di seluruh tubuh.
3. Pemeriksaan Fisik
Efloresensi pertama berupa makula yang besar 3 – 10 cm yang disebut herald patch/mother plaque/intial plaque, kemudian diikuti lesi lain yang lebih kecil. Betuk lesi berupa makula bulat lonjong, sumbu panjang sesuai lipatan kulit, tepi meninggi, ditutupi skuama tipis dan melekat pada tepi. Lokasi lesi pada temoat yang tertutup pakaian. Pada punggung tampak seperti pohon cemara. Dapat ditemukan gejala sistemik ringan seperti malaise dan demam.
4. Kriteria Diagnosis 1. Anamnesis2. Efloresensi 5. Diagnosis Pityriasis rosea 6. Diagnosis Banding 1. Erupsi obat 2. Eritema multiforme 3. Dermatitis numularis 4. Pityriasis versicolor 5. Dermatofitosis
7. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang untuk menyingkirkan diagnosis banding
8. Terapi
1. Antihistamin bila penderita merasa gatal 2. Bedak salisil 1 – 2%
3. Kortikosteroid oral maupun topikal diberikan bila gejala menetap lebih dari 1 bulan.
9. Edukasi Menjelaskan mengenai penyakit, komplikasi dan prognosa 10. Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam/malam Ad sanationam : dubia ad bonam/malam Ad fumgsionam : dubia ad bonam/malam
11. Tingkat Evidens IV
13. Penelaah Kritis Asri Bindusari, dr., Sp.KK Asri Rahmawati, dr., Sp.KK 14. Indikator Medis Kondisi pasien membaik
15. Kepustakaan Odom R.B., et al. Andrew’s Disease of the Skin.9,hed. Philadelphia: WB Saunders Company.2000
Arndt JC.A, Bowers, K.E. Manual of Dermatologic Therapeutic.&*&!,. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. 2002.
Mojokerto,
Ketua Komite Medik Ketua SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Asri Bindusari, dr., Sp.KK Asri Bindusari, dr., Sp.KK Direktur RSUD Prof. Dr. Soekandar
Kabupaten Mojokerto
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF : KULIT DAN KELAMIN
RSUD PROF. DR. SOEKANDAR KAB. MOJOKERTO
TAHUN 2015
GONOREA (ICD-10: A54)
1. Pengertian (Definisi) Merupakan penyakit menular seksual yang bersifat akut, disebabkan oleh kuman Neisseria gonorrhoeaeMasa inkubasi 2 – 5 hari.
2. Anamnesis Gejala yang didapatkan pada laki-laki yaitu nyeri saat kencing, orifisium urethra yang edema dan kemerahan, sekret urethra yang purulen.
Uretritis GO pada pria dapat menimbulkan komplikasi berupa 1. Cowperitis : sakit pada perineum, disuria, bila pecah
keluar ke perineum, uretra, dan rectum.
2. Prostatitis : Nyeri yang sangat pada perineum dan suprasimfisis, nyeri saat defekasi.
3. Epididimo-orkitis : Febris, nyeri scrotal, edema pada scrotum. Edema pada epididimitis.
4. Sistitis : disuria, polakisuria, sampai hematuria. Gejala pada wanita sebagian besar asimptomatik. Gejala tersering yaitu keputihan (servisitis), bila uretritis akan menimbulkan disuria ringan.
Uretritis GO pada wanita dapat menimbulkan komplikasi berupa
1. Bartolinitis : Sangat nyeri, sehingga sukar berjalan, edema labium mayor, muara kelenjar mengeluarkan pus, bisa terjadi abses yang bila pecah akan terjadi ulkus.
2. Penyakit radang panggul (Pelvic Inflammatory Disease/PID) : Nyeri perut bawah, nyeri menstruasi, nyeri saat coitus.
Gonorea bisa juga pada ekstragenital seperti faringitis GO, meningitis GO, genoblenorea, endokarditis, arthritis, dan dermatitis.
3. Pemeriksaan Fisik
Uretritis GO pada pria berupa sekret purulen/mukopurulen setelah menekan uretra pada penis.
4. Kriteria Diagnosis
1. Anamnesis 2. Pemeriksaan fisik 5. Diagnosis Uretritis gonorrhea
Epididimo-orkitis gonorrhea Penyakit radang panggul Bartolinitis
6. Diagnosis Banding
Uretritis non GO
7. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan gram untuk mencari kuman diplokokus gram negatif, berbentuk biji kopi, terletak intra dan ekstraseluler. 8. Terapi
1. Gonorea pada genital : Cefixime 400 mg p.o. dosis tunggal atau Ceftriaxone 250 mg i.m. dosis tunggal atau
ciprofloxacin 500 mg p.o. dosis tunggal atau ofloxacine 400 mg p.o. dosis tunggal. Dapat ditambah doxycycline 2 x 100 mg selama 7 hari jika terdapat kecurigaan campuran dengan Chlamydia.
2. Gonorea ekstragenital rujuk. 9. Edukasi 1. Pemeriksaan dan pengobatan pasangan2. Edukasi perubahan perilaku 10. Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam/malam Ad sanationam : dubia ad bonam/malam Ad fumgsionam : dubia ad bonam/malam
11. Tingkat Evidens IV
12. Tingkat Rekomendasi C 13. Penelaah Kritis 1. Asri Bindusari, dr., Sp.KK
2. Asri Rahmawati, dr., Sp.KK 14. Indikator Medis Kondisi pasien membaik
15. Kepustakaan Odom R.B., et al. Andrew’s Disease of the Skin.9,hed. Philadelphia: WB Saunders Company.2000
Arndt JC.A, Bowers, K.E. Manual of Dermatologic Therapeutic.&*&!,. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. 2002.
Mojokerto,
Ketua Komite Medik Ketua SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Asri Bindusari, dr., Sp.KK Asri Bindusari, dr., Sp.KK
Direktur RSUD Prof. Dr. Soekandar Kabupaten Mojokerto
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF : KULIT DAN KELAMIN
RSUD PROF. DR. SOEKANDAR KAB. MOJOKERTO
TAHUN 2015
URETRITIS NON GONOREA (ICD-10: A56)
1. Pengertian (Definisi) Peradangan mukosa uretra yang bukan disebabkan oleh kuman
Neisseria gonorrhoeae
2. Anamnesis Masa inkubasi 1 – 5 minggu.Disuria, polakisuri, gatal
3. Pemeriksaan Fisik Sekret jernih sampai keruh pada orifisium uretra, orifisium uretra dapat normal dapat juga kemerahan. 4. Kriteria Diagnosis
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik 5. Diagnosis Uretritis non GO
6. Diagnosis Banding
Uretritis GO
7. Pemeriksaan Penunjang Pada pewarnaan gram tidak dijumpai kuman diplokokus gram negatif, lekosit > 5 pada sekret uretra dan > 30 pada sekret serviks.
8. Terapi
Doxycycline 2 x 100 mg p.o. selama 7 hari atau azihtromycin 1 gram p.o. dosis tunggal.
9. Edukasi
1. Pemeriksaan dan pengobatan pasangan 2. Edukasi perubahan perilaku
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam/malam Ad sanationam : dubia ad bonam/malam Ad fumgsionam : dubia ad bonam/malam 11. Tingkat Evidens
IV 12. Tingkat Rekomendasi
C 13. Penelaah Kritis Asri Bindusari, dr., Sp.KK
Asri Rahmawati, dr., Sp.KK 14. Indikator Medis Kondisi pasien membaik
15. Kepustakaan Odom R.B., et al. Andrew’s Disease of the Skin.9,hed. Philadelphia: WB Saunders Company.2000
Arndt JC.A, Bowers, K.E. Manual of Dermatologic Therapeutic.&*&!,. Philadelphia: Lippincott Williams &Wilkins. 2002.
Mojokerto,
Ketua Komite Medik Ketua SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Asri Bindusari, dr., Sp.KK Asri Bindusari, dr., Sp.KK
Direktur RSUD Prof. Dr. Soekandar Kabupaten Mojokerto
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF : KULIT DAN KELAMIN
RSUD PROF. DR. SOEKANDAR KAB. MOJOKERTO
TAHUN 2015
BAKTERIAL VAGINOSIS (ICD-10: N76)
1. Pengertian (Definisi) Perubahan flora vagina sehingga menyebabkan sekret vagina yang berbau amis.
2. Anamnesis
Vagina berbau amis, terutama setelah berhubungan badan. Faktor risiko berupa penggunaan antibiotik jangka panjang, IUD, pencucian vagina, ganti-ganti pasangan.
3. Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda peradangan minimal sekali, didapatkan cairan vagina yang homogen dan berbau amis.
4. Kriteria Diagnosis
1. Anamnesis 2. Pemeriksaan fisik 5. Diagnosis Bakterial vaginosis 6. Diagnosis Banding
1. Kandidiasis vulvovaginalis 2. Trichomoniasis
7. Pemeriksaan Penunjang Sekret vagina berbau amis jika ditetesi KOH (tes sniff (+)) pH sekret > 4,5
Pada pemeriksaan mikroskopis terdapat clue cell meningkat > 20%, lekosit < 30%.
8. Terapi
Metronidazole 200 mg b.i.d., p.o. selama 7 hari atau Clindamycin 300 mg b.i.d., p.o. selama 7 hari. 9. Edukasi
1. Menghentikan penggunaan antibiotik penyebab 2. Edukasi cara membilas kemaluan yang benar 3. Mengobati pasangan
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam/malam Ad sanationam : dubia ad bonam/malam Ad fumgsionam : dubia ad bonam/malam 11. Tingkat Evidens
IV 12. Tingkat Rekomendasi
C 13. Penelaah Kritis 1. Asri Bindusari, dr., Sp.KK
2. Asri Rahmawati, dr., Sp.KK 14. Indikator Medis Kondisi pasien membaik
15. Kepustakaan Odom R.B., et al. Andrew’s Disease of the Skin.9,hed. Philadelphia: WB Saunders Company.2000
Arndt JC.A, Bowers, K.E. Manual of Dermatologic Therapeutic.&*&!,. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. 2002.
Mojokerto,
Ketua Komite Medik Ketua SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Asri Bindusari, dr., Sp.KK Asri Bindusari, dr., Sp.KK
Direktur RSUD Prof. Dr. Soekandar Kabupaten Mojokerto