• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.8. Hewan Bentos 1. Pengertian Bentos

Menururt Odum (1971), bentos merupakan organisme yang hidup pada permukaan atau di dalam substrat pada dasar perairan. Berdasarkan cara makannya, makrozoobentos dikelompokkan menjadi filter feeder dan deposit feeder. Filter feeder merupakan organisme yang memakan bahan tersuspensi dengan cara menyaring (contoh kerang) sedangkan deposit feeder adalah organisme pemakan deposit (misalnya jenis siput). Sedangkan Lind (1979) dalam Nurifdinsyah (1993) memberikan definisi bahwa bentos adalah semua organisme yang hidup pada lumpur, pasir, batu, kerikil, dan sampah baik di dasar danau atau waduk, kolam, dan sungai.

Berdasarkan sebaran vertikalnya, bentos yang hidup di atas permukaan dasar disebut epifauna dan yang hidup di dalam dasar perairan disebut infauna. Bentos berdasarkan ukurannya dibagi menjadi 3 golongan, yaitu: (1) makrozoobentos, dengan ukuran lebih besar dari 1 mm (contoh: Oligochaeta,

Crustacea, Mollusca, Gastropoda, dan Palecypoda), (2) meiobentos dengan ukuran antara 0,1 mm, (3) mikrobentos dengan ukuran kurang dari 0,1 mm. Dalam ekosisitem perairan, makrozoobentos memegang beberapa peran penting seperti dalam proses dekomposisi bahan-bahan organik dan posisinya dalam rantai makanan terutama rantai makanan detritus.

Menurut Perkins (1974) menyatakan bahwa berdasarkan ukurannya bentos dibagi menjadi tiga yaitu: (1) organisme yang tertahan pada saringan berukuran 2,0 – 0,5 mm termasuk ke dalam makrobentos atau oleh saringan dengan ukuran nomor 30 US Standard, (2) organisme yang lolos pada saringan berukuran 1,0 – 0,5 mm tetapi tertahan pada saringan berukuran 0,04 – 1,0 mm termasuk ke dalam meiobentos, dan (3) organisme yang lolos pada saringan 0,04 mm termasuk mikrobentos.

Sebagai organisme dasar perairan, bentos mempunyai habitat yang relatif tetap. Dengan sifatnya yang demikian, perubahan-perubahan kualitas air dan substrat tempat hidupnya sangat mempengaruhi komposisi maupun kelimpahannya. Komposisi dan kelimpahannya bergantung pada toleransi atau sensitivitasnya terhadap perubahan lingkungan (makrozoobentos dapat bersifat toleran maupun bersifat sensitif), sehingga jenis tersebut dapat dijadikan indikator pencemaran suatu perairan.

Kelebihan penggunaan makrozoobentos sebagai indikator pencemaran adalah karena jumlahnya relatif banyak, mudah ditemukan, mudah dikoleksi dan diidentifikasikan, bersifat immobile, dan memberikan tanggapan yang berbeda terhadap kandungan bahan organik. Berdasarkan kepekaannya terhadap pencemar, spesies makrozoobentos dibagi 3 kelompok, yaitu: (1) intoleran, yaitu organisme yang dapat tumbuh dan berkembang dalam kisaran kondisi lingkungan yang sempit dan jarang dijumpai di perairan yang kaya organik. Organisme tersebut tidak dapat beradaptasi bila kondisi perairan mengalami penurunan kualitas, (2) fakultatif, yaitu organisme yang dapat bertahan hidup pada kisaran kondisi lingkungan yang lebih besar bila dibandingkan dengan organisme intoleran, dan (3) toleran, yaitu organisme yang dapat tumbuh dan berkembang dalam kisaran kondisi lingkungan yang luas (organisme yang sering dijumpai di perairan yang berkualitas jelek).

Menurut Hawkes (1979) dalam Astuti dan Trihadiningrum (2000), makroinvertebrata dapat berlaku sebagai monitor kontinyu air, tidak seperti halnya kualitas fisik dan kimia air yang hanya berlaku sesaat. Bahkan respon dari komunitas bentos lebih luas dari polutan air. Mempertimbangkan beberapa penemuan metode pendugaan biologis yang berdasarkan pada hewan makroinvertebrata dan fakta bahwa makroinvertebrata telah dipergunakan secara luas sebagai bagian dari integral untuk monitoring kualitas air.

2.8.2. Struktur Komunitas Makrozoobentos

Komunitas biotik adalah kumpulan populasi yang hidup di daerah tertentu atau habitat fisik tertentu dan merupakan satu satuan yang terorganisir dan mempunyai hubungan timbal balik. Konsep komunitas tersebut dapat digunakan dalam menganalisis lingkungan perairan karena komposisi dan karakter organisme di dalam suatu komunitas merupakan indikator yang cukup baik untuk melihat keadaan lingkungan dimana komunitas tersebut berada (Odum, 1971).

Basmi (2000) menyatakan bahwa analisis struktur komunitas biota sebagai indikator biologis tingkat pencemaran perairan dapat bersifat kuantitatif (berupa indeks) melalui kalkulasi terhadap komponen-komponen tertentu dari struktur komunitas yang diamati dan secara kualitatif dengan mengamati komposisi jenis-jenis tertentu yang dominan di dalam suatu komunitas. Krebs (1989) menambahkan bahwa untuk kondisi suatu struktur komunitas terdapat lima karakteristik komunitas yang dapat diukur yaitu: (1) keanekaragaman, (2) dominansi, (3) bentuk dan struktur pertumbuhan, (4) kelimpahan, dan (5) struktur trofik.

Keanekaragaman dapat digunakan untuk melihat pengaruh pencemaran perairan terhadap komunitas perairan (biologi), dalam hal ini keanekaragaman digunakan untuk mengevaluasi akibat yang terjadi pada komunitas bentos dihubungkan dengan kondisi lingkungan. Selain itu keanekaragaman dapat juga digunakan sebagai indikator kualitas perairan, dalam hal ini digunakan untuk menentukan apakah perubahan yang terjadi pada komunitas merupakan hasil dari adanya bahan pencemar (Dennis dan Patil, 1977). Untuk menghitung keanekaragaman jenis makrozoobentos digunakan metode Shannon-Wiener.

Keanekaragaman dari Shannon-Wiener merupakan indeks yang paling umum digunakan bagi manajemen lingkungan dan berfungsi sebagai alat bantu dalam menggambarkan struktur komunitas dan mendeteksi besarnya degradasi pada ekosistem. Indeks keanekaragaman menggabungkan tiga komponen utama dari struktur komunitas yaitu: kelimpahan, jumlah taksa, dan kemerataan distribusi organisme diantara spesies (Krebs, 1989).

Parameter kualitas air mendukung kehidupan bentos antara lain: bahan organik dan detritus sedangkan faktor penghambat adalah bahan-bahan beracun. Oleh karena itu, hanya jenis-jenis bentos tertentu dan derajat keanekaragaman dapat dipergunakan sebagai indikator tingkat pencemaran perairan dimana organisme itu hidup. Bentos merupakan hewan air yang dapat dijadikan indikator untuk menentukan kualitas perairan berdasarkan ketahanannya terhadap pencemaran air dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Klassifikasi hewan bentos berdasarkan ketahanannya terhadap pencemaran air (Wilhm, 1975)

Kelompok Jenis Hewan Bentos

Jenis organisme sangat tahan terhadap pencemaran

Cacing tubifecid, Lintah, Larva nyamuk, Siput (musculum dan fisidium)

Jenis yang ketahanannya sedang dan lebih menyenangi air yang jernih

Jenis-jenis siput, Serangga dan Crustacea

Jenis yang tidak tahan terhadap bahan pencemar dan hanya menyenangi air bersih

Siput dari famili viviparidae, amnicolidae serangga, nimfa dari ordo Ephemercidae, odonata, hemiptera, neuroptera dan Colenterata

Selanjutnya Wilhm (1975) memberikan kriteria kualitas air berdasarkan penduga keanekaragaman Shannon-Wiener dari hewan bentos makro dapat dilihat pada Tabel 5.

Organisme yang toleran terhadap zat pencemar pada akhirnya dapat tumbuh dan berkembang karena tidak terdapat kompetisi baik dalam ruang maupun dalam memperoleh nutrien. Sebagai akibatnya kelimpahan organisme tersebut akan meningkat. Kelimpahan makrozoobentos di suatu perairan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan baik fisik, kimia maupun faktor

biologi. Faktor-faktor tersebut adalah: suhu, pH, kekeruhan, kecerahan, gas-gas terlarut dan interaksi dengan organisme lain.

Sedangkan organisme yang tidak toleran terhadap zat pencemar kemanpuan kompetisinya menurun dan akhirnya akan punah, sehingga pada daerah tersebut akan di dominasi oleh organisme yang toleran terhadap polutan (Dennis dan Patil, 1977). Keanekaragaman organisme yang rendah mengindikasikan bahwa pada daerah tersebut telah terjadi tekanan lingkungan akibat polusi. Pada saat terjadi tekanan lingkungan, hanya beberapa spesies yang dapat mentelorir dan keanekaragaman menjadi rendah.

Tabel 5. Beberapa kriteria kualitas air berdasarkan indeks keanekaragaman Shannon-Wiener dari hewan bentos makro

Indeks Keanekaragaman Jenis Kualitas Air < 3 1 - 3 < 1 Air bersih Setengah tercemar Tercemar Berat 3,0 - 4,5 2,0 - 3,0 1,0 - 2,0 < 1,0

Pencemaran sangat ringan Pencemaran ringan Setengah tercemar Tercemar berat > 2,0 2,0 - 1,6 1,5 - 1,0 > 1,0

Pencemaran sangat ringan Pencemaran ringan Pencemaran sedang Tercemar berat

Dari Tabel diatas dapat diambil kesimpulan bahwa apabila Indeks keanekaragaman jenis lebih besar dari tiga, berarti kualitas perairan di tempat tersebut baik dan sebaliknya apabila indeks keanekaragaman jenis lebih kecil dari satu maka kualitas perairan telah tercemar berat.

Dokumen terkait