• Tidak ada hasil yang ditemukan

ujung konus yang dinyatakan dalam gaya per satuan luas. Hambatan lekat adalah perlawanan geser tanah terhadap selubung bikonus yang dinyatakan dalam gaya per

B. Tiang yang dicor ditempat ( cast in place pile )

2.7. Hidrolik Sistem

Hidrolik Sistem adalah suatu metode pemancangan pondasi tiang dengan

menggunakan mekanisme hydraulic jacking foundation system, dimana sistem ini telah

mendapatkan hak paten dari United States, United Kingdom, China dan New Zealand. Sistem ini terdiri dari suatu hydraulic ram yang ditempatkan pararel dengan tiang yang akan dipancang, dimana untuk menekan tiang tersebut ditempatkan sebuah mekanisme berupa plat penekan yang berada pada puncak tiang dan juga ditempatkan sebuah mekanisme pemegang (grip) tiang, kemudian tiang ditekan ke dalam tanah. Dengan sistem ini tiang akan tertekan secara kontiniu ke dalam tanah, tanpa suara, tanpa pukulan dan tanpa getaran.

Penempatan sistem penekan hydraulic yang senyawa dan menjepit pada dua sisi tiang menyebabkan didapatkannya posisi titik pancang yang cukup presisi dan akurat. Ukuran diameter piston mesin hydraulic jack tergantung dengan besar kapasitas daya dukung mesin tersebut. Sebagai pembebanan, ditempatkan balok – balok beton atau plat – plat besi pada dua sisi bantalan alat yang pembebanannya disesuaikan dengan muatan yang dibutuhkan tiang.

Keunggulan teknologi hidrolik sistem ini yang ditinjau dari beberapa segi, antara lain adalah :

24 Bila suatu proyek yang akan dikerjakan berdampingan dengan bangunan, pabrik atau instansi yang sarat akan peralatan instrumentasi yang sedang bekerja, maka teknologi hydraulic jacking system ini akan menyelesaikan masalah wajib bebas getaran terhadap instalasi yang ada tersebut.

2. Bebas pengotoran lokasi kerja dan udara serta bebas dari kebisingan

Teknologi pemancangannya bersih dari asap dan partikel debu (jika

menggunakan drop hammer) serta bebas dari unsur berlumpur (jika

menggunakan bore piles). Karena sistem ini juga tidak bising akibat suara

pukulan pancang (seperti pada drop hammer), maka untuk lokasi yang

membutuhkan ketenangan seperti rumah sakit, sekolah dan bangunan di tengah kota, teknologi ini tidak akan membuat lingkungan sekitarnya terganggu.

hydraulic jacking system ini juga disebut dengan teknologi berwawasan

lingkungan (environment friendly).

3. Daya dukung aktual per tiang diketahui

Seperti kita ketahui bahwa kondisi tanah asli di bawah pondasi yang akan dibangun umumnya terdiri dari lapisan – lapisan yang berbeda ketebalannya,

jenis tanah maupun daya dukungnya. Dengan hydraulic jacking system, daya

dukung setiap tiang dapat diketahui dan dimonitor langsung dari manometeryang dipasang pada peralatan hydraulic jacking system sepanjang proses pemancangan berlangsung.

4. Harga yang ekonomis

Teknologi hydraulic jacking ini tidak memerlukan pemasangan tulangan ekstra

umumnya. Disamping itu, dengan sistem pemancangan yang simpel dan cepat menyebabkan biaya operasional yang lebih hemat.

5. Lokasi kerja yang terbatas

Dengan tinggi alat yang relatif rendah, hydraulic jacking system ini dapat

digunakan pada basement, ground floor atau lokasi kerja yang terbatas, Alat

hydraulic jacking system ini dapat dipisahkan menjadi beberapa komponan

sehingga memudahkan untuk dapat dibawa masuk atau keluar lokasi kerja.

Kekurangan dari teknologi, hydraulic jacking system antara lain adalah :

1. Apabila terdapat batu atau lapisan tanah keras yang tipis pada ujung tiang yang

ditekan, maka hal tersebut akan mengakibatkan kesalahan pada saat pemancangan;

2. Sulitnya mobilisasi alat pada daerah lunak ataupun pada daerah berlumpur

(biasanya pada areal tanah timbunan);

3. Karena hydraulic jacking ini mempunyai berat sekitar 320 ton dan saat

permukaan tanah yang tidak sama daya dukungnya, maka hal tersebut akan dapat mengakibatkan posisi alat pancang menjadi miring bahkan tumbang. Kondisi ini akan sangat berbahaya terhadap keselamatan pekerja;

4. Pergerakan alat hydraulic jacking ini sedikit lambat, proses pemindahannya

26 Metode Kerja Pondasi Tiang Pancang Sistem Tekan (Hydraulic Static Pile Driver)

1. Koordinasikan dengan pemberi tugas (kontraktor) mengenai urutan-urutan kerja

dengan mempertimbangkan urutan penyelesaian pekerjaan yang diminta dan aksebilitas kerja agar tercapai produktivitas yang tarbaik.

2. Tentukan/tetapkan penggunaan tanda-tanda yang disepakati yang digunakan

dalam pelaksanaan pekerjaan pengukuran dan pematokan (Uitzet) agar tidak terjadi kerancuan dalam membedakan titik-titik pemancangan dengan as bangunan atau titik-titik bantu lainnya.

3. Untuk menghindarkan terjadi pergeseran as tiang dari koordinat yang telah

ditentukan maka gunakan titik bantu (reference point) selama proses penekanan tiang kedalam tanah. Lakukan pengukuran as tiang terhadap titik bantu pada kedalaman 2 meter dengan menggunakan waterpas, apabila terjadi penyimpangan jarak antara as tiang dan as titik bantu, dapat dilakukan pengangkatan/pencabutan tiang dan posisikan kembali as tiang tepat pada koordinat yang telah ditentukan.

4. Check verticality tiang setiap kedalaman 50 cm s/d kedalaman 2 meter.

(verticality tiang, posisi vertical tiang).

5. Proses awal dari pemasangan tiang dengan sistem tekan, posisikan alat HSPD

unit pada koordinat yang ditentukan, cek keadaan HSPD unit dalam keadaan rata, dengan bantuan “alat nivo” yang terdapat dalam ruangan operator dibantu dengan alat waterpass yang diletakkan diposisi chasis panjang (Long-Boat). 6. Selanjutnya setelah kondisi HSPD unit tepat pada posisinya, tiang (yang telah

penjepit (clamping-box), kemudian posisikan tiang tepat pada koordinat yang telah ditentukan, control posisi tiang pada arah tegak dengan bantuan waterpass. Setelah semuanya terpenuhi selanjutnya dilakukan penjepitan tiang dengan tekanan maksimum + 20 Mpa dibaca pada manometer di kabin operator.

7. Setelah penjepitan pada uraian nomor 5 dilakukan, kemudian lakukan penekanan

tiang dengan menggunakan 2 cylinder jack, sampai mencapai daya dukung yang diinginkan. Dalam proses pemancangan tiang tersebut harus dicatat (pilling record) tekanan yang timbul dengan kedalaman tiang tertanam. Selama proses pemancangan tersebut lakukan pengukuran kembali posisi as tiang terhadap titik bantu. (tiap 2 meter kedalamn tiang tertanam).

8. Apabila dalam proses pemancangan tiang ternyata tiang tersebut tidak dapat

ditekan lagi, sehingga mengakibatkan tiang terdapat sisa tiatas permukaan tanah, maka tiang tersebut harus dipotong rata tanah untuk memberikan jalan kerja bagi HSPD unit untuk berpindah ketitik yang lain.

9. Setelah proses tersebut dilakukan secara benar, kemudian lakukan pengukuran

ulang posisi tiang, sehingga apabila terjadi pergeseran as tiang terpasang dari rencana dapat segera diketahui, yang selanjutnya akan di buatkan keputusan cara-cara perbaikan dari pergeseran.

Dokumen terkait