• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Teoritik

1. Gaya Hidup

1.1 Istilah-istilah apa saja yang digunakan dalam berkomunikasi pada komunitasreggae.

1.2 Makna apa yang dikomunikasikan komunitas reggae melalui cara berpenampilan dalam fashion/style yang melekat pada penampilan mereka.

1.3 Bagaimana cara komunitas reggae menyiasati terciptanya citra positif dalam menghadapi pandangan negatif dari masyarakat.

Alasan penulis memilih ketiga rumusan masalah tersebut dikarenakan dalam berpenampilan, istilah-istilah bahasa, dan citra positif mempunyai keterkaitan erat antara satu sama lain dan menurut saya itu sudah cukup mewakili gaya hidup. Contohnya saja dengan cara berpenampilan, kita dapat mengetahui gaya hidupnya seperti apa, cara berbahasanya serta identitas seseorang itu bagaimana, misalnya apakah ia seorang dari golongan orang mampu atau tidak mampu. Dan kita juga bisa mengetahui pekerjaan seorang itu apa dari cara berpenampilannya. Dari cara berbahasa juga kita dapat mengetahui gaya hidupnya bagaimana dan dari mana orang itu berasal, misalnya seseorang itu dari daerah kota atau dari desa pastinya mempunyai cara berbahasa dan cara berpenampilan yang berbeda. Dan dari cara berpenampilan serta berbahasa kita juga bisa menciptakan citra positif namun tergantung dari pembawaan individunya masing-masing.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1.Untuk mengetahui Gaya Hidup KomunitasReggaeLampung (KORAL):

1.1 Untuk mengetahui Istilah-istilah apa saja yang digunakan dalam berkomunikasi pada komunitasreggae.

1.2 Untuk mengetahui Makna apa yang dikomunikasikan komunitasreggae melalui cara berpenampilan dalam fashion/style yang melekat pada penampilan mereka.

1.3 Untuk mengetahui cara komunitas reggae menyiasati terciptanya citra positif dalam menghadapi pandangan negatif dari masyarakat.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penulisan ini yaitu :

a. Secara teoritis: Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu komunikasi dan juga diharapkan dapat menjadi referensi bagi mahasiswa lainnya yang ingin melakukan penelitian khususnya bahasan mengenai komunikasi antarbudaya yang berkaitan dengan gaya hidup komunitasreggae.

b. Secara praktis: Hasil Penelitian ini diharapkan dapat digunakan menjadi sumbangan pemikiran peneliti dalam memberikan pengetahuan, gambaran dan tambahan informasi bagi mahasiswa maupun masyarakat luas mengenai gaya hidup komunitas reggae serta dapat memberikan wacana yang positif kepada masyarakat luas mengenai sisi lain dari kehidupan komunitas reggae yang keberadaannya di masyarakat sering kali dipandang sebelah mata.

A. Penelitian Terdahulu

Di dalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian terdahulu sebagai perbandingan dan tolak ukur serta mempermudah penulis dalam menyusun penelitian ini. Iksan (1996) menyatakan bahwa tinjauan pustaka harus mengemukakan hasil penelitian lain yang relevan dalam pendekatan permasalahan penelitian : teori, konsep- konsep, analisa, kesimpulan, kelemahan dan keunggulan pendekatan yang dilakukan orang lain. Peneliti harus belajar dari peneliti lain, untuk menghindari duplikasi dan pengulangan penelitian atau kesalahan yang sama seperti yang dibuat oleh peneliti sebelumnya. (Masyhuri dan Zainuddin, 2008:100).

Penelitian terdahulu digunakan sebagai acuan dan bahan referensi penulis yang memudahkan penelitian penulis dalam membuat penelitian ini. Dalam memiliki karakter yang sama yaitu, dari segi penggunaan teori, lingkup bahasan, maupun metode yang dipakai. Penulis telah menganalisis lima penelitian terdahulu yang berkaitan dengan bahasan di dalam penelitian ini, mencakup tentang Gaya Hidup dan komunitas reggae.

Berikut ini penelitian terdahulu yang menjadi acuan dan bahan referensi penulis:

Strategi Komunikasi Komunitas Manteman Dalam Membangun Komunitas Reggae di Jakarta yang diteliti oleh Immel Razak, menghasilkan dampak yang sangat berkembang bagi komunitas reggae manteman maupun bagi masyarakat reggae di Jakarta, Program yang dibuat terdapat dua yaitu program internal dengan program eksternal, Program internal meliputi program sosial untuk mempererat tali persaudaraan antar anggota dan program eksternal yang bisa membuat sebuah terobosan baru bagi dunia event reggae dimana sebuah band bisa membuat paket pengisi acara, promosi acara sekaligus penjualan tiket dan penonton yang memang terkoordinir dari komunitas manteman sendiri.

Pembentukan Identitas pada Reggae Rastafarian yang diteliti Wahyu Widiatmoko, hasil yang didapat Para Reggae Rastafarian memaknai diri mereka sebagai seseorang yang ingin mengekspresikan dirinya sesuai dengan musik yang dipilihnya, yaitu musik Reggae. Sedangkan sebagian masyarakat masih memaknai para Reggae Rastafarian sebagai seseorang yang berpenampilan aneh. Stigma pada Reggae Rastafarian adalah Reggae Rastafarian selalu diidentikan dengan orang yang berpenampilan aneh dan tindakan negatif. Stigma pada Reggae Rastafarian mengakibatkan perilaku diskriminatif yang sangat merugikan bagi kehidupan para Reggae Rastafarian.

Identitas Punk yang pernah diteliti oleh Ridwan Rianda Hardiansyah, menghasilkan Ideologi yang dilihat sebagai pandangan hidup oleh punkers di Bandar Lampung adalah etika Do It Yourself. Etika Do It Yourself lahir dari kebudayaan punk

untuk menghadapi kebudayaan dominan yang telah terkooptasi oleh kapitalis. Di Bandar Lampung, Etika Do It Yourself memiliki sifat yang berubah-ubah (arbitrary) secara historis (historically). Perubahan tersebut terjadi karena belum kokohnya kebudayaan punkers yang terbentuk di Bandar Lampung. Kebelumkokohan ini, menghasilkan kebudayaan punkers di Bandar Lampung terbagi menjadi dua yaitu kebudayaan bawaan dan kebudayaan identitas,

Gaya Hidup Komunitas Graffiti yang pernah diteliti oleh Radhia Amini, Gaya berpenampilan komunitas LSA terlihat dari penggunaan kaos komunitas (LSA) dan kaos tagging sebagai identitas komunitas serta penggunaan aksesoris saat writing seperti masker painting, glove agar safety saat writing. Memakai celana jeans panjang dan sepatu sneakers serta rambut yang dominan cepak. Setiap tagging yang dipakai writer memiliki makna tersendiri dari tiap pemiliknya serta ciri khas yang terlihat dari bentuk, warna yang kontras maupun font. Komunitas LSA juga menggunakan istilah- istilah mengenaigraffitiyang juga maupun istilah-istilah dalam sehari-hari,

Majalah komunitas sebagai media informasi gaya hidup Ade Nur Istiani, gaya berpenampilan komunitas Lampung Skateboard Divison/LSD terlihat dari penggunaan sepatu sneakers khusus skateboard yang berbahan tebal yang khusus digunakan saat skating.Komunitas LSD mendapat referensi tentang gaya berpenampilan dan informasi brandproduk banyak didapat dariHappen Skateboarding Magazine yang diperlihatkan melalui gambar-gambar yang terdapat di dalam majalah sehingga antar anggota komunitas skateboard yang berbeda daerah dapat saling mengetahui dan tercipta persamaan makna dalam menciptakan gaya berpenampilannya. Dalam berinteraksi dan

berkomunikasi dengan sesama anggota-anggota dalam komunitas LSD, terdapat istilah/bahasa sehari-hari yang digunakan saat sedang berkumpul dan terdapat istilah- istilah mengenai skateboard yang digunakan saat skating yang didapat dari Happen Skateboarding Magazine yang diperlihatkan melalui istilah-istilah trik yang istilah trik tersebut diperjelas melalui gambar-gambar yang terdapat di dalam majalah.skateboard merupakan olahraga ekstrem yang dibutuhkan keberanian dalam memainkannya, komunitas LSD beranggapan bahwaskateboard merupakan sarana interaksi serta ajang tempat mengekspresikan diri danskateboardtelah menjadi bagian hidup.

17

No Judul Penulis Metode Hasil Kritik Keterkaitan

1. Strategi komunikasi Komunitas Manteman dalam membangun komunitas reggae di Jakarta Immel Razak mahasiswa Universitas SAHID Jakarta pada tahun 2011

Deskriptif Kualitatif

Strategi komunikasi komunitas manteman mengandalkan cara-cara konvensional akan tetapi secara tidak langsung menghasilkan dampak yang sangat berkembang bagi komunitas reggae manteman maupun bagi masyarakat reggae di Jakarta walaupun dengan waktu yang tidak sebentar. Program yang dibuat terdapat dua yaitu program internal dengan program eksternal. Program internal meliputi program sosial untuk mempererat tali persaudaraan antar anggota dan program eksternal yang bisa membuat sebuah terobosan baru bagi dunia event reggae dimana sebuah band bisa membuat paket pengisi acara, promosi acara sekaligus penjualan tiket dan penonton yang memang terkoordinir dari komunitas manteman sendiri, sedangkan hal tersebut tidak di temui dalam manajemen band reggae manapun di Jakarta pada khususnya yang biasanya hanya sekedarnya membantu pihak penyelenggara acara untuk promosi saja tanpa membantu menjual tiket bahkan menarik penonton untuk datang ke acara tersebut. Penelitian ini membahas tentang komunitas reggae di jakarta, tetapi dalam penelitiannya tidak mengulas tentang gaya hidup komunitas reggae seperti cara berpenampilan, istilah-istilah & menciptakan citra positif. Sehingga penelitian mengenai gaya hidup komunitas reggae perlu di lakukan untuk melanjutkan penelitian ini.

Penelitian ini juga membahas tentang komunitas reggae namun mencakup bagaimana program yang di desain komunitas manteman dalam membangun komunitas reggae dan faktor-faktor yang mempengaruhi anggota komunitas sehingga mempunyai minat untuk bergabung dengan komunitas reggae.

18

pada tahun 2011 deskriptif musik yang dipilihnya, yaitu musikReggae. Sedangkan sebagian masyarakat masih memaknai paraReggae Rastafariansebagai seseorang yang berpenampilan aneh. Stigma padaReggae RastafarianadalahReggae Rastafarianselalu diidentikan dengan orang yang berpenampilan aneh dan tindakan negatif. Stigma padaReggae Rastafarian mengakibatkan perilaku diskriminatif yang sangat merugikan bagi kehidupan para Reggae Rastafarian. ParaReggae

Rastafariantidak bisa mengekspresikan jiwa seni musiknya dengan bebas akibat stigma dan perilaku diskriminatif tersebut.

tetapi hanya menjelaskan pembentukan identitas diri pada Reggae

Rastafariandan bagaimana bentuk stigma dan perilaku diskriminatif pada Reggae

Rastafarian. Penelitian ini tidak membahas tentang komunitas dan gaya hidup. Oleh sebab itu penelitian mengenai gaya hidup komunitas reggae perlu dilakukan. hanya membahas tentangreggae rastafariandalam menjelaskan pembentukan identitas diri pada Reggae

Rastafariandan bagaimana bentuk stigma dan perilaku diskriminatif pada Reggae

19

Komunikasi FISIP Universitas Lampung 2008

Yourselflahir dari kebudayaanpunkuntuk menghadapi kebudayaan dominan yang telah terkooptasi oleh kapitalis. Di Bandar Lampung, EtikaDo It Yourselfmemiliki sifat yang berubah-ubah (arbitrary) secara historis (historically). Perubahan tersebut terjadi karena belum kokohnya kebudayaan punkersyang terbentuk di Bandar Lampung. Kebelumkokohan ini, menghasilkan

kebudayaanpunkersdi Bandar Lampung terbagi menjadi dua yaitu kebudayaan bawaan dan kebudayaan identitas.

dan penelitian ini lebih fokus pada ideologi komunitas punk. Lebih

menekankan pada kehidupan sehari- hari komunitas ini. Pada penelitian ini tidak menjelaskan mengenai istilah- istilah yang digunakan dalam berkomunikasi, makna yang dikomunikasikan melalui simbol fashion/styledan cara menciptakan citra positif bagi

komunitas sehingga penelitian yang akan penulis lakukan dapat melengkapi penelitian mengenai komunitas baik baik secara gaya hidup maupun bermusik.

penelitian ini lebih fokus pada ideologi komunitas punk. Lebih menekankan pada kehidupan sehari-hari

komunitas ini serta memakai teori yang sama untuk

melakukan penelitiannya.

20

Komunitas Lampung Street Art/LSA, Pasar Seni, Bandar Lampung)

Universitas Lampung 2011

serta penggunaan aksesoris saatwriting seperti maskerpainting,gloveagarsafety saatwriting.Memakai celanajeanspanjang dan sepatusneakersserta rambut yang dominan cepak.

Setiaptaggingyang dipakaiwritermemiliki makna tersendiri dari tiap pemiliknya serta ciri khas yang terlihat dari bentuk, warna yang kontras maupunfont.

Komunitas LSA juga menggunakan istilah- istilah mengenaigraffitiyang juga maupun istilah-istilah dalam sehari-hari.

namun yang difokuskan pada gaya hidup pelaku graffitiseperti cara berpenampilan, penggunaan tagging, dan penggunaan istilah berkomunikasi dalam komunitas. tetapi dalam penelitiannya tidak mengulas tentang cara menciptakan citra positif bagi komunitas.

lebih difokuskan pada gaya hidup pelakugraffiti seperti cara berpenampilan, penggunaan taggingyang dipakaiwriteryang memiliki makna tersendiri dari tiap pemiliknya serta ciri khas terlihat dari bentuk, warna yang kontras maupunfont. Dan penelitian ini menjadi bahan referensi penulis dalam meneliti gaya hidup komunitasreggae.

21

Universitas Lampung 2011

tebal yang khusus digunakan saatskating.

Komunitas LSD mendapat referensi tentang gaya berpenampilan dan informasibrandproduk banyak didapat dariHappen Skateboarding Magazineyang diperlihatkan melalui gambar-gambar yang terdapat di dalam majalah sehingga antar anggota komunitas skateboard yang berbeda daerah dapat saling

mengetahui dan tercipta persamaan makna dalam menciptakan gaya berpenampilannya. Dalam berinteraksi dan berkomunikasi dengan sesama anggota-anggota dalam komunitas LSD, terdapat istilah/bahasa sehari-hari yang digunakan saat sedang berkumpul dan terdapat istilah-istilah mengenaiskateboardyang digunakan saatskating yang didapat dariHappen Skateboarding Magazine yang diperlihatkan melalui istilah-istilah trik yang istilah trik tersebut diperjelas melalui gambar- gambar yang terdapat di dalam majalah.skateboard merupakan olahraga ekstrem yang dibutuhkan keberanian dalam memainkannya, komunitas LSD beranggapan bahwaskateboardmerupakan sarana interaksi serta ajang tempat mengekspresikan diri danskateboardtelah menjadi bagian hidup Majalah komunitasHappen Skateboarding Magazine

memberikan ruang bagi anggota komunitas skateboardyang berbeda daerah untuk saling bertukar pendapat dan makna sehingga tercipta suatu pemahaman yang sama tentangskateboard.

skateboard tetapi yang difokuskan hanya pada majalah komunitas sebagai media informasi. namun dalam penelitian ini tidak mengulas tentang cara menciptakan citra positif bagi komunitas.

difokuskan dari cara

berpenampilan, gaya bahasa atau istilah-istilah yang digunakan dalam berkomunikasi. Dan penelitian ini juga menjadi bahan referensi penulis dalam meneliti gaya hidup komunitasreggae di Bandar Lampung dan menambah penelitian mengenai gaya hidup.

Dari Kelima penelitian terdahulu di atas tadi dapat disimpulkan bahwa komunitas merupakan suatu fenomena sosial yang menarik untuk diteliti. Banyak hal menarik yang dapat diteliti dalam komunitas seperti gaya hidup komunitas, dimana gaya hidup suatu komunitas memiliki ciri khas sehingga terbentuk identitas komunitas tersebut.

Gaya hidup juga dapat dilihat dari cara berpenampilan dari barang-barang yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari yang biasanya bersifat modis, cara berperilaku sampai bahasa yang digunakan tidak untuk tujuan berkomunikasi semata melainkan untuk identitas diri. Gaya hidup suatu komunitas bisa dipengaruhi dan terbentuk karena interaksi antar komunitas tersebut, sehingga individu yang berada dalam komunitas dapat menciptakan suatu gaya hidupnya karena interaksi yang terjadi di dalam komunitasnya.

Adapun teori yang digunakan penulis berkaitan dengan subkultur yaitu teori cultural studiesyang menjadi acuan penulis dalam meneliti gaya hidup komunitas reggae yang pada penelitian sebelumnya belum ada yang mengkaji maupun menggali secara mendalam mengenai gaya hidup para rastamanitu sendiri. Untuk itu penulis memiliki keinginan yang kuat untuk menambahkan dan mengisi penelitian sebelumnya dengan penelitian penulis mengenai reggae khususnya gaya hidup komunitasreggae.

B. Teoritik

1. Gaya Hidup

Gaya hidup menurut Kotler (2002: 192) adalah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” dalam berinteraksi dengan

lingkungannya.

Gaya hidup menggambarkan seluruh pola seseorang dalam beraksi dan berinteraksi di dunia. Menurut Assael (1984: 252), gaya hidup adalah

“A mode of living that is identified by how people spend their time (activities), what they consider important in their environment (interest), and what they think of themselves and theworld around them (opinions)”.

Secara umum dapat diartikan sebagai suatu gaya hidup yang dikenali dengan bagaimana orang menghabiskan waktunya (aktivitas), apa yang penting orang pertimbangkan pada lingkungan (minat), dan apa yang orang pikirkan tentang diri sendiri dan dunia di sekitar (opini).

Sedangkan menurut Minor dan Mowen (2002: 282) gaya hidup adalah menggambarkan bagaimana orang hidup, bagaimana membelanjakan uangnya, dan bagaimana mengalokasikan waktu dalam kehidupannya, juga dapat dilihat dari aktivitas sehari-harinya dan minat apa yang menjadi kebutuhan dalam hidupnya. Gaya hidup merupakan frame of reference yang dipakai seseorang dalam bertingkah laku, terutama bagaimana dia ingin dipersepsikan oleh orang

lain. Dalam hal ini, gaya hidup sangat berkaitan dengan bagaimana ia membentuk image di mata orang lain berkaitan dengan status sosial yang disandangnya. Untuk merefleksikanimageinilah, dibutuhkan simbol-simbol status tertentu, yang sangat berperan dalam mempengaruhi perilaku konsumsinya.

Selain itu, gaya hidup menurut Suratno dan Rismiati (2001: 174) adalah pola hidup seseorang dalam dunia kehidupan sehari-hari yang dinyatakan dalam kegiatan, minat dan pendapat yang bersangkutan. Gaya hidup mencerminkan keseluruhan pribadi yang berinteraksi dengan lingkungan.

Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa gaya hidup adalah pola hidup seseorang yang dinyatakan dalam kegiatan, minat dan pendapatnya dalam membelanjakan uangnya dan bagaimana mengalokasikan waktu. Faktor-faktor utama pembentuk gaya hidup dapat dibagi menjadi dua yaitu secara demografis dan psikografis. Faktor demografis misalnya berdasarkan tingkat pendidikan, usia, tingkat penghasilan dan jenis kelamin, sedangkan faktor psikografis lebih kompleks karena indikator penyusunnya dari karakteristik konsumen.

Orang-orang yang berasal dari sub-budaya, kelas sosial, dan pekerjaan yang sama dapat memiliki gaya hidup yang berbeda. Gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup

menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” yang berinteraksi dengan

lingkungannya. Pemasar mencari hubungan antara produknya dengan kelompok gaya hidup konsumen. Contohnya, perusahaan penghasil komputer mungkin menemukan bahwa sebagian besar pembeli komputer berorientasi pada

pencapaian prestasi. Dengan demikian, pemasar dapat dengan lebih jelas mengarahkan mereknya ke gaya hidup orang yang berprestasi.6

Gaya Hidup sebagaimana dikemukakan oleh Alvin Toffler, (dalam Redana,

1997:166) adalah “Alat yang dipakai oleh individu untuk menunjukkan

identifikasi dengan subkultur-subkultur tertentu sebagai gaya hidup dikenal

dengan istilah ‘style’. Kata ini berasal dari bahasa Latin ‘stylus’ yang berarti

semacan alat atau media yang ditampilkan menghadirkan mempergunakan kata- kata, ungkapan, gambar sebagai keindahan, kesenangan, dan keriangan sebagai mengungkapkan dirinya sendiri baik melalui media massa, tingkah laku, berpakaian, makan, berjalan, bersolek, citra tampil, dan lain-lain.

Berdasarkan penjelasan mengenai gaya hidup tersebut, maka gaya hidup komunitas reggae dapat dilihat dari:

a. Cara berpenampilan

Cara berpenampilan dapat memperlihatkan jati diri seseorang melalui gaya berpakaian dan penggunaan aksesoris tertentu dalam komunitasreggae.

b. Penggunaan gaya bahasa dan istilah-istilah

Gaya bahasa dan istilah-istilah yang digunakan dalam berkomunikasi pada komunitas reggae. Istilah-istilah tersebut hanya diketahui dan dipahami oleh sesama anggota komunitas saat berkomunikasi dengan sesama anggota komunitas reggae.

6

Nuryanti. Blog. Pengertian gaya hidup. http://www.membuatblog.web.id/2010/04/pengertian- gaya-hidup.html. di unduh pada tanggal 28 April 2010. di akses pada tanggal 01 april 2012

Dokumen terkait