• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang peneliti lakukan pada pedagang nasi rakyat yang menjajakan dagangannya di sepanjang Jl.M.H.Thamrin Kota Padangsidimpuan dalam prinsip-prinsip higiene sanitasi makanan secara keseluruhan tidak memenuhi syarat kesehatan sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1096/MENKES/PER/VI/2011.

Pemilihan bahan makanan oleh 10 pedagang nasi rakyat di Kota Padangsidimpuan diketahui bahwa semua pedagang (100%) menggunakan bahan makanan dalam keadaan segar dan tidak busuk, bahan dalam keadaan baik dan utuh, tidak cacat dan tidak rusak. Hal ini disebabkan semua pedagang belanja rutin setiap harinya dan sesuai kebutuhan sehingga tidak ada bahan yang busuk. Bahan baku yang busuk, tidak segar dan utuh, kemungkinana mengalami kontaminasi dan pembusukan sehingga tidak layak dikonsumsi (Amrin, 2007).

Lain halnya seperti masa kadaluarsa makanan tidak terlalu diperhatikan dan tidak tersedia stok yang cukup untuk pengolahan yang akan datang. Masa kadaluarsa terkadang tidak diingat oleh pedagang untuk diperiksa dahulu. Pedagang nasi rakyat umumnya mengolah bahan makanan sekaligus habis, karena pedagang berpendapat bahwa bahan yang barusan dibeli langsung dari pasar akan lebih segar dibanding dengan bahan yang akan di stok terlebih dahulu. Untuk memelihara kesehatan masyarakat perlu sekali pengawasan terhadap pembuatan dan penyediaan bahan-

bahan makanan dan minuman agar tidak membahayakan kesehatan masyarakat. Hal- hal yang dapat membahayakan antara lain zat-zat kimia yang bersifat racun, bakteri- bakteri patogen dan bibit penyakit lainnya, parasit-parasit yang berasal dari hewan, serta tumbuh-tumbuhan yang beracun (Entjang, 2000).

Penyimpanan bahan makanan oleh semua pedagang nasi rakyat sudah memisahkan tempat penyimpanan bahan mentah dengan bahan yang sudah masak, namun cara penyimpanannya masih ada yang belum benar. Bahan mentah disimpan di tempat terbuka dan dibiarkan terletak begitu saja di lantai dan terkadang hanya beralaskan koran, plastik atau tampi yang terbuka. Hal ini tentunya tidak sesuai dengan prinsip higiene sanitasi makanan yang benar, dimana seharusnya tempat penyimpanan bahan makanan harus terlindung dari debu, bahan kimia berbahaya, serangga dan hewan lainnnya. Makanan yang cepat membusuk dan akan digunakan lama (lebih dari 6 jam) disimpan dalam suhu -5°C sampai -1°C. bila bahan makanan disimpan dalam gudang, jarak makanan dari lantai sejauh 15 cm, dari dinding sejauh 5 cm, dan dari langit-langit sejauh 60 cm (Arisman, 2009). Lokasi penyimpanan yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan memudahkan terjadinya kontaminasi oleh mikroorganisme seperti jamur, bakteri, virus, parasit serta bahan-bahan kimia yang dapat menimbulkan risiko terhadap kesehatan (Prabu,2009).

Menyimpan bahan makanan tidak sesuai dengan persyaratan jenis makanan seperti bumbu masak satu penyimpanan dengan sayuran, tidak mendahulukan pengolahan makanan yang terlebih dahulu disimpan, kondisi tempat penyimpanan tidak bebas dari serangga seperti kecoa/lipas. Hal ini disebabkan oleh banyaknya

tumpukan barang di sekitar penyimpanan bahan makanan sehingga menjadikan tempat bersarangnya serangga.

Hal tersebut tidak sesuai dengan Depkes RI (2003) yang menyatakan bahwa dalam penyimpanan bahan makanan harus diperhatikan hal-hal berikut:

a. Penyimpanan harus dilakukan dalam suatu tempat khusus yang bersih dan memenuhisyarat.

b. Barang-barang harus diatur dan disusun dengan baik sehingga mudah untuk mengambilnya, tidak menjadi tempat bersarang atau bersembunyi serangga dan tikus, tidak mudah membusuk dan rusak, dan untuk bahan- bahan yang mudah membusuk harus disediakan tempat penyimpanan dingin.

Penyimpanan bahan makanan bertujuan untuk mencegah bahan makanan agar tidak mudah rusak. Untuk rempah-rempah dan kacang-kacangan lebih baik disimpan di tempat yang kering dan dalam wadah yang telah diatur kelembabannya agar tidak mudah tumbuh spora (Marlia Tarigan, 2005).

Pengolahan yang dilakukan pedagang nasi rakyat tidak menerapkan prinsip higiene yang benar saat mengolah makanan, dimana semua penjamah tidak menggunakan celemek saat mengolah makanan, tidak memakai tutup kepala, mengunyah saat mengolah makanan dan terdapat pedagang yang masih merokok saat mengolah makanan. Celemek digunakan untuk mencegah supaya pakaian tidak kotor dan kotoran yang menempel di baju tidak mencemari makanan selama proses pengolahan makanan. Pedagang nasi rakyat yang merokok dapat menyebabkan

penularan penyakit karena asap dari rokok tersebut dapat mencemari bahan makanan yang akan diolah dan apabila pedagang nasi rakyat tersebut mengalami penyakit yang dapat dirularkan melalui air liur. Pemakaian penutup kepala perlu dilakukan agar kutu, ketombe dan kotoran yang ada di kepala tidak mencemarimakanan.

Hal ini tentunya akan berisiko pada kesehatan konsumen karena pengolah makanan ini berpeluang untuk menularkan kuman penyakit seperi antara lain

Staphylococcus aureus ditularkan melalui hidung dan tenggorokan, Clostridium perferingens, Streptococcus, dan Salmonella dapat ditularkan melalui kulit. Oleh sebab itu, pengolah makanan harus selalu dalam keadaan sehat dan terampil serta menerapkan prinsip higiene yang benar saat menangani makanan yang dibuatnya (Purawidjaja, 1995).

Pada tahap pengolahan bahan makanan yang perlu diperhatikan adalah pengawasan perilaku sehat para pekerja dan pakaian pekerja, pengolahan makanan, pencucian alat dan pembersihan ruangan (Chenliyana, 2007). Agar menghasilkan makanan yang bersih, sehat, aman dan bermanfaat bagi tubuh maka diperlukan pengolahan yang baik dan benar. Penjamah makanan harus menggunakan APD seperti celemek, tutup kepala, sarung tangan dan penutup mulut unutk menghindari kontaminasi terhadap makanan. Sebab hidung, mulut, telinga, isi perut serta kulit merupakan sumber pencemaran dari tubuh manusia (Depkes,2004).

Penyimpanan makanan jadi/masak pada pedagang nasi rakyat diketahui bahwa sebagian tempat penyimpanan tidak tertutup dengan baik sehingga masih memungkinkantercemarbakteriataupundebu,tidaktersediatempatkhususuntuk

menyimpan makanan yang telah matang karena hanya diletakkan di atas meja yang terbuka. Semua pedagang mempunyai tempat penyimpanan terpisah dengan penyimpanan bahan makanan serta cara penyimpanan makanan dari beberapa pedagang nasi rakyat yang tidak selalu dalam keadaan tertutup. Menurut Chandra (2006) semua makanan dan minuman yang sudah jadi harus memilki tempat/wadah yang mempunyai tutup supaya terhindar dari mikroba dari luar serta serangga yang membawa bibit penyakit sehingga makanan menjadi terkontaminasi dan berpotensi menyebabkan penyakit khususnya penyakit yang berhubungan dengan pencernaan (gastroenteritis).

Pengangkutan nasi rakyat yang dilakukan pedagang sudah memenuhi syarat kesehatan yaitu makanan yang akan diangkut diletakkan pada wadahnya masing- masing dan disusun, ditempatkan dalam wadah yang bersih dan tertutup, tersedia tempat pengangkutan makanan yang sudah masak, wadah yang digunakan tidak bertumpuk-tumpuk. Makanan yang berasal dari tempat pengolahan makanan memerlukan pengangkutan untuk disimpan dan disajikan. Kemungkinan terkontaminasinya makanan terjadi selama pengangkutan apabila cara pengangkutannya kurang tepat dan alat angkutnya kurang baik dari segi kualitasnya (Mukono, 2004).

Makanan yang telah diolah dan disimpan dengan cara higienis akan menjadi tercemar kalau cara pengangkutannya tidak baik. Makanan perlu diperhatikan dalam cara pengangkutannya, yaitu makanan jadi tidak diangkut bersama dengan bahan makanan mentah, makanan diangkut dalam wadah tertutup sendiri-sendiri, dan alat

pengangkut yang tertutup khusus dan permukaan dalamnya mudah dibersihkan (Depkes RI, 2000).

Penyajian makanan yang dilakukan pedagang nasi rakyat tidak memenuhi syarat kesehatan. Semua pedagang tidak menyajikan makanan dengan cara ditutup, tidak menggunakan pakaian kerja dan celemek saat menyajikan makanan. Terdapat beberapa pedagang yang masih merokok dan mengunyah atau makan pada saat menyajikan makanan, serta ada sebanyak 4 pedagang tidak memperhatikan kebersihan tangan, rambut, kuku dan pakaian setiap kali menyajikan makanan. Semua pedagang (100%) meletakkan makanan jadi pada tempat bersih dan tersedia air yang cukup untuk mencuci peralatan. Penyajian makanan merupakan rangkaian akhir dalam tahap pengelolaan makanan. Makanan yang disajikan disusun dalam piring dan siap untuk diberikan padapembeli.

Menurut Depkes RI bahwa penyajian makanan yang tidak baik bukan saja dapat mengurangi selera makan seseorang tetapi dapat juga menjadi penyebab kontaminasi terhadap bakteri. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penyajian makanan sesuai dengan prinsip higiene sanitasi makanan adalah (Putraprabu, 2008): a. Prinsip wadah artinya setiap jenis makanan ditempatkan dalam wadah terpisah

dan diusahakan tertutup. Tujuannyaadalah: 1. Makanan tidak terkontaminasisilang

2. Bila satu tercemar yang lain dapatdiamankan

3. Memperpanjang masa saji makanan sesuai dengan tingkat kerawanan makanan

b. Prinsip kadar air artinya penempatan makanan yang mengandung kadar air tinggi (kuah,susu) baru dicampur pada saat menjelang dihidangkan untuk mencegah makanan cepat rusak. Makanan akan disiapkan dalam kadar air tinggi (dalam kuah) lebih mudah menjadi rusak(basi).

c. Prinsip edible part artinya setiap bahan yang disajikan dalam penyajian adalah merupakan bahan makanan yang dapat dimakan. Hindari pemakaian bahan yang membahayakan kesehatan seperti steples besi atau tusukgigi.

d. Prinsip pemisahan artinya makanan yang tidak ditempatkan dalam wadah seperti makanan dalam kotak (dus) atau rantang harus dipisahkan setiap jenis makanan agar tidak saling bercampur. Tujuannya agar tidak terjadi kontaminasisilang. e. Prinsip panas yaitu setiap penyajian yang disajikan panas, diusahakan tetap dalam

keadaan panas seperti soup, gulai, dsb. Untuk mengatur suhu perlu diperhatikan suhu makanan sebelum ditempatkan dalam food warmer harus masih berada diatas 60°C. alat terbaik untuk mempertahankan suhu penyajian adalah dengan

bean merry (bak penyajipanas).

f. Prinsip alat bersih artinya setiap peralatan yang digunakan seperti wadah dan tutupnya, dus, piring, gelas, mangkuk harus bersih dan dalam kondisi baik. Bersih artinya sudah dicuci dengan cara yang tepat. Baik artinya utuh, tidak rusak atau cacat dan bekas pakai. Tujuannya mencegah penularan penyakit dan memberikan penampilan yangestetik.

g. Prinsip handling artinya setiap penanganan makanan maupun alat makan tidak kontak langsung dengan anggota tubuh terutama tangan dan bibir. Tujuannya adalah:

1) Mencegah pencemaran daritubuh

2) Memberi penampilan yang sopan, baik danrapi

Dapat disimpulkan bahwa masih banyak pedagang nasi rakyat yang tidak mengetahui cara pengelolaan makanan dengan baik dan sesuai dengan syarat kesehatan sehingga perlu diadakannya pembinaan berupa penyuluhan tentang higiene dan sanitasi makanan. Akibat dari pengelolaan makanan yang tidak memenuhi syarat maka hal ini dapat merugikan konsumen.

Penggunaan peralatan makan nasi rakyat ada sebagaian pedagang yang masih menggunakan talenan dari kayu. Dimana talenan dari kayu lebih lembab dan sulit kering sehingga ideal bagi kehidupan bakteri dan kayu memiliki banyak pori yang bisa dijadikan sarang bakteri. Perlengkapan pengolahan dari beberapa pedagang nasi rakyat seperti kompor, tabung gas masih ada yang berdebu. Hal ini dapat memudahkan dalam hal pencemaran pada makanan. Pada pencucian bahan makanan yang dimakan secara mentah seperti selada tidak ada pedagang yang mencuci dengan larutan kaporit, kalium permanganat ataupun mencelupkannya ke dalam air mendidih. Hal ini disebabkan oleh karena ketidaktahuan dari para pedagang nasi rakyat. Dalam hal peralatan makanan pedagang nasi rakyat tidak memenuhi syarat kesehatan berdasarkan Permenkes RI No. 1096/MENKES/PER/VI/2011 tentang Higiene Sanitasi Jasaboga.

Peralatan yang digunakan berupa sendok besar untuk mengambil lauk pauk tidak dalam keadaan bersih. Memang sebelumnya sudah dibersihkan dalam rumah sebelum diangkut namun setelah tiba di tempat penjualan, sendok tersebut digunakan secara berulang-ulang dan diletakkan begitu saja pada wadah lauk sehingga kemungkinannya lauk pauk tersebut dapat terkontaminasi dari debu atau kotoran yang melekat pada sendoktersebut.

Selain itu, peralatan makan berupa piring, gelas dan sendok yang dipakai pembeli untuk memakan nasi rakyat juga perlu diperhatikan. Karena pedagang membawa peralatan makan dalam jumlah yang sedikit maka ada baiknya pedagang langsung mencuci peralatan makan tersebut. Didapat hanya 5 pedagang yang langsung mencuci peralatan makannya sedangkan 5 pedagang lainnya membiarkan piring tersebut menumpuk dulu. Apabila dibiarkan menumpuk maka sisa makanan tersebut akan lengket dan susah untuk dibersihkan. Hal ini apabila dibiarkan begitu saja menyebabkan mikroorganisme yang terdapat dalam sisa makanan berkembang sangat cepat karena didukung faktor lain seperti kondisi tempat dan air yang digunakan.

Tempat untuk mencuci peralatan makan tersebut dekat dengan jalanan dan sumber air bersih yang digunakan berasal dari derigen yang tertutup kemudian dituang ke dalam ember besar. Air yang terdapat dalam ember dibiarkan terbuka dan digunakan untuk mencuci piring yang kemudian akan digunakan secara berulang- ulang hingga keruh lalu dibuang ke parit didekat trotoar tepi jalan. Air yang digunakan secara berulang-ulang sudah tidak layak lagi digunakan karenasudah

tercemar dari pencucian sebelumnya. Meskipun pada pencucain pertama belum tampak jorok namun kandungan air tersebut sudah tercemar baik dari sisa makanan atau detergen yang digunakan sehingga tidak layak untuk digunakan lagi.

Peralatan makan yang sudah dicuci oleh pedagang nasi rakyat diletakkan begitu saja dalam gerobak dan ada juga yang meletakkan di rak kecil di sisi gerobak. Sebagian pedagang setelah dicuci kemudian di lap dimana kebersihan dari lap ini tidak diperhatikan oleh pedagangnya sendiri. Karena dekat dengan jalan, maka peralatan makan tersebut bisa saja terkontaminasi debu dan mikroorganisme apabila tidak disimpan di tempat terpisah dengan makanan lain dan tidak memiliki penutup. 5.2 Pemeriksaan Bakteri Pada PeralatanMakan

Berdasarkan pengambilan sampel usapan peralatan makan (piring, gelas, sendok) di 10 pedagang nasi rakyat yang ada di Jl.M.H.Thamrin Kota Padangsidimpuan dengan cara observasi pada proses pembersihan peralatan makan, mulai dari proses pencuciannya hingga proses pengeringan peralatan makan tidak memenuhi syarat kesehatan. Hal ini dapat dilihat dengan hasil laboratorium yang membuktikan bahwa jumlah koloni peralatan makan lebih dari 100 koloni/cm² pada hampir semua penjualan nasi rakyat yang diteliti.

Peralatan makan (piring, gelas dan sendok) dari setiap pedagang nasi rakyat ada yang langsung diletakkan di rak ataupun di gerobak dan ada juga sebagian pedagang setelah peralatan dicuci kemudian di lap dengan kain lap. Dapat dilihat bahwa pada proses pencucian peralatan makan, air yang digunakan oleh pedagang memang air PAM yang sudah bersih. Namun, pedagang nasi rakyat inimenggunakan

spons dan rendaman air sabun yang kotor dimana hal tersebut dapat membuat kuman menempel ke permukaan peralatan makan. Lamanya peralatan makan dicuci, dimana sisa makanan di peralatan makan terlalu lama menempel pada peralatan serta proses pencucian yang terlalu singkat dalam menggosok seluruh permukaan peralatan makan.

Pada proses pengeringan peralatan makan oleh sebagian pedagang nasi rakyat menggunakan kain lap (serbet), peralatan makan lebih banyak jumlah koloni bakteri dikarenakan kain lap tersebut menjadi sumber pencemar sekunder dalam peralatan makan. Hal tersebut terjadi karena pada kain lap yang digunakan pedagang bukan hanya untuk membersihkan peralatan makan, akan tetapi kain lap juga digunakan untuk membersihkan meja stelling pedagang. Karena hal tersebut jumlah kuman makin bertambah >300 koloni/cm², karena perhitungan jumlah bakteri hanya dapat dilakukan pengukuran pada plate dengan jumlah koloni berkisar 25-250 atau 30-300 (Pratiwi, 2008).

Pedagang nasi rakyat umumnya telah menggunakan sabun cair antibacterial yang berkomposisi jeruk nipis. Daya antibakteri minyak atsiri jeruk nipis (Citrus aurantifolia) disebabkan oleh adanya senyawa fenol dan turunannya serta kandungan asam sebesar 7-7,6 % yang dapat mendenaturasikan protein sel bakteri (Anna, 2012). Fenol merupakan bahan antibakteri yang cukup kuat dalam konsentrasi 1-2% dalam air, umumnya dikenal dengan lisol dan kreolin. Mekanisme kerja senyawa ini adalah dengan penghancuran dinding sel dan presipitasi (pengendapan) protein sel dari

mikroorganisme sehingga terjadi koagulasi protein sel dan kerusakan/kegagalan fungsi pada mikroorganisme tersebut (Rahardja, 2002).

Senyawa turunan fenol yang dikenal sebagai senyawa fenolik mengandung molekul fenol yang secara kimiawi telah diubah untuk mengurangi kemampuannya dalam mengiritasi kulit dan meningkatkan aktivitas antibakterinya. Senyawa fenolik sering kali digunakan dalam campuran sabun dan detergen. Aktivitas antimikroba senyawa fenolik adalah dengan merusak lipid pada membran plasma mikroorganisme, sehingga menyebabkan isi sel keluar (Pratiwi,2008).

Akan tetapi, titik kebiasaan dari pedagang makanan yang membuat jumlah koloni bakteri bertambah pada peralatan makan, yaitu tidak mencuci tangan sebelum mencuci peralatan makan, tidak merendam peralatan makan terlebih dahulu, air rendaman sabun dan spons yang kotor dan sumber pencemar sekunder pada kain lap yang mengakibatkan jumlah koloni bakteri bertambah lebih dari 100 koloni/cm² sehingga tidak memenuhi syarat kesehatan.

Hal ini menunjukkan bahwa keadaan sanitasi peralatan makan yang digunakan oleh pedagang nasi rakyat Jl.M.H.Thamrin Kota Padangsidimpuan tidak memenuhi syarat kesehatan yang tercantum dalam Permenkes RI No. 1096/MENKES/PER/VI/2011 tentang higiene sanitasi jasaboga. Jenis bakteri yang telah ditemukan pada proses pencucian peralatan makan nasi rakyat di Jl.M.H.Thamrin Kota Padangsidimpuan adalah jenis bakteri Enterobacteriaceae yaitu

Escherichia coli, Salmonella parathypi, Klebsiella pneumonia, Klebsiella ornithinolityca, Staphylococcus aureus dan Bacillussubtilis.

Escherichia coli merupakan bakteri yang paling banyak digunakan sebagai indikator sanitasi karena bakteri ini adalah bakteri komensial pada usus manusia, umumnya bukan patogen penyebab penyakit sehingga pengujiannya tidak membahayakan dan relatif tahan hidup di air sehingga dapat dianalisis keberadaannya di dalam air yang merupakan medium paling ideal untuk pertumbuhan bakteri. Keberadaan E.coli dalam air atau makanan juga dianggap memiliki korelasi tinggi dengan ditemukannya patogen pada pangan (Badan POM RI, 2008).

Kebiasaan pedagang nasi rakyat menempatkan air pada wadah penampungan ember, kemudian air yang digunakan berulang-ulang sehingga kontaminasi bakteri sangat mudah menempel pada peralatan yang akan dicuci. Kondisi seperti ini tidak memenuhi syarat kesehatan bahwa peralatan hendaknya langsung dicuci dibawah kran dengan air yang mengalir untuk menghindarkan adanya bakteri. Hal inilah yang memungkinkan terdapatnya E.coli pada peralatan makan (piring, gelas dansendok).

Salmonella parathypi merupakan bakteri penyebab salmonellosis yang merupakan salah satu penyakit endemis dan menimbulkan kerugian yang serius terutama di Negara berkembang termasuk Indonesia. Bakteri salmonella ditularkan melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi kotoran atau tinja dari seorang penderita tifoid. Bakteri masuk melalui mulut bersama makanan dan minuman, kemudian berlanjut ke saluran pencernaan. Jika bakteri yang masuk dengan jumlah yang banyak maka bakteri akan masuk ke dalam usus halus selanjutnya masuk ke dalam system peredaran darah sehingga menyebabkan bakterimia, demam tifoid dan komplikasi organ lain (Wagner, 2014).

Klebsiella pneumonia telah dikenal sebagai penyebab penyakit nosokomial pada komunitas. Klebsiella pneumonia menyebabkan infeksi pada paru-paru misalnya pneumonia, infeksi saluran kemih dan sepsis pada penderita dengan daya tahan tubuh rendah (Brooks, 2005). Klebsiella termasuk bakteri family

Enterobacteriaceae, terdiri dari Klebsiella pneumonia, Klebsiella ozaenae, Klebsiella rhinoschieromati. Klebsiella pneumonia bersifat gram negatif, berbentuk batang pendek, fakultatif aerob, tidak mampu membuat spora, tidak bergerak dan mempunyai kapsul (Edwards dan Ewing, 1972). Klebsiella merupakan bakteri patogen yang banyak ditemukan di mulut, kulit dan usus, namun habitat alami dari

Klebsiella pneumonia adalah di tanah. Penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri ini antara lain penyakit infeksi seperti saluran kencing, septicemia dan infeksi jaringan bronkopneumoniae dan dapat dibunuh dengan pemanasan yang merata (diatas70°C).

Proses pencucian peralatan makan pada penjualan nasi rakyat Jl.M.H.Thamrin Kota Padangsidimpuan ditemukan bakteri Klebsiella pneumonia pada sampel piring nasi rakyat 04. Hal tersebut dapat terjadi karena bakteri dapat ditemukan di kulit pada pedagang nasi rakyat yang tidak mencuci tangan terlebih dahulu sehingga dapat menularkan bakteri tersebut pada peralatan makan.

Pencegahan yang dilakukan agar bakteri Klebsiella pneumonia ini tidak menempel pada peralatan makan adalah dengan cara mencuci tangan terlebih dahulu dengan menggunakan sabun antibakteria dan menggunakan air panas untuk mencuci peralatan makan agar bakteri tersebut tidak menempel pada peralatan makan. Pencegahan dengan mencuci tangan penting untuk mencegah kontaminasi silangdari

semua tipe bakteri penyebab keracunan pangan dari bahan mentah ke bahan yang sudah diolah. Mencuci tangan dengan menggunakan sabun dalam dispenser lebih higiene daripada sabun batangan, karena menjamin peluang yang lebih kecil terjadi kontaminasi dari orang yang satu dengan orang lain. Penggunaan krim tangan dan antiseptik membantu membuat tangan halus dan bebas dari bakteri, karena retakan dan celah-celah yang mungkin terdapat di kulit dapat menjadi tempat bagi bakteri yang berbahaya (Sherrington,1992).

Staphylococcus merupakan suatu kuman berbentuk sferis yang tumbuh bergerombol seperti buah anggur. Staphylococcus aureus memiliki warna keemasan ketika dibiakkan pada media solid, sesuai dengan namanya ”aureus” yang berasal dari bahasa Latin. Merupakan salah satu kuman flora normal yang ditemukan pada kulit dan hidung manusia. Sama seperti species Staphylococcus yang lain, Staphylococcus aureus bersifat non motil, non spora, anerob fakultatif yang tumbuh melalui respirasi aerob atau fermentasi, dan termasuk bakteri kokus gram positif. Kuman ini juga dapat menghemolisis agar darah.

Bacillus subtilis merupakan bakteri yang berperan dalam pembusukan daging dengan karakteristik bentuk batang (tebal maupun tipis), rantai maupun tunggal, merupakan bakteri gram positif yang bersumber dari tanah, air, udara dan materi tumbuh-tumbuhan yang terdekomposisi. Bacillus subtilis juga ditemukan pada produk makanan seperti produk susu, daging, nasi, dan pasta. Bakteri ini dapat tumbuh pada produk makanan karena produk-produk makanan tersebut menyediakan nutrisi yang baik untuk pertumbuhan bakteri tersebut (Graumann, 2007).Bacillus

Dokumen terkait