• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Konsep Hipertensi

2.2.1 Pengertian hipertensi

Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah arteri yang persisten (Nanda, 2015).

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah secara menetap > 140 / 90 mmHg. Hipertensi yang tidak terkontrol atau tidak diobati, dapat menimbulkan komplikasi dan kematian prematur (BPJS Kesehatan, 2014).

2.2.2 Etiologi hipertensi

Berdasarkan penyebabnya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan:

1. Hipertensi primer (esensial)

Disebut juga Hipertensi idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya. Faktor yang mempengaruhinya yaitu genetik, lingkungan, hiperaktivitas saraf simpatis sistem renin. Angiotensin dan peningkatan Na + Ca intraseluler. Faktor-faktor yang meningkatkan resiko obesitas, merokok, alkohol dan polisitemia.

2. Hipertensi sekunder

Penyebab yaitu penggunaan estrogen, penyakit ginjal, sindrom cushing dan Hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan. (Nanda, 2015)

2.2.3 Manifestasi klinis hipertensi

14

1. Tidak ada gejala

Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh Dokter yang memeriksa. Hal ini berarti Hipertensi tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak teratur.

2. Gejala yang lazim

Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai Hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelemahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala lazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.

Beberapa pasien yang menderita Hipertensi yaitu:mengeluh sakit kepala atau pusing, lemas kelelahan, sesak nafas, gelisah, mual muntah, epistaksis, dan kesadaran menurun.

(Nanda, 2015) 2.2.4 Klasifikasi hipertensi

Diagnosis Hipertensi ditegakkan bila tekanan darah > 140/90 mmHg. Tingkatan Hipertensi ditentukan berdasarkan ukuran tekanan darah sistolik dan diastolik.

Kategori TD Sistolik TD Diastolik

Optimal <120 < 80

Normal 120-129 80-84

Normal tinggi 130-139 85-89

Hipertensi tingkat I 140-159 90-99

Hipertensi tingkat II 160-179 100-109

Hipertensi tingkat III >180 >110

Hipertensi isolated systolic > 140 < 90

15

2.2.5 Patofisiologi hipertensi

Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya. Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang terjadi pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah

menebal dan kaku karena arteriosklerosis. Dengan cara yang sama, tekanan darah

juga meningkat pada saat terjadi vasokonstriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola)

untuk sementara waktu mengkerut karena perangsangan saraf atau hormon di dalam darah. Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat (Wirawan, 2013).

2.2.6 Komplikasi hipertensi

Komplikasi yang terjadi pada kasus Hipertensi:

1. Penyakit serebrovaskuler: stroke, gangguan kognetif

2. Penyakit jantung koroner, IMA, dan gagal jantung

3. Penyakit ginjal kronis dan gagal ginjal

4. Retinopati (kerusakan retina) hingga kebutaan

5. Penyakit pembunuh darah perifer termasuk impotensi

16 2.2.7 Masalah yang lazim muncul

1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan,

ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen

2. Nyeri akut (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan

vaskuler serebral dan iskemia

3. Resiko tinggi terhadap cedera yang berhubungan dengan defisit

lapang pandang, motorik atau persepsi

4. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya

informasi (Nanda, 2015)

2.2.8 Discharge planning

1. Jelaskan klien agar berhenti merokok, kandungan nikotin memicu

terjadinya aterosklerosis

2. Ajarkan klien untuk mempertahankan gaya hidup sehat

3. Belajar untuk mengendalikan stres dan rileks

4. Batasi konsumsi alkohol bagi yang mengkonsumsi

5. Jika sudah menggunakan obat Hipertensi teruskan penggunaannya

secara rutin

6. Batasi diet dan pengendalian berat badan

7. Diet garam

8. Periksa tekanan darah secara rutin

(Nanda, 2015)

2.2.9 Terapi farmakologik dan non farmakologik

17

a. Stop merokok

Edukasi pasien agar tidak merokok, berhenti merokok dan menghindari asap rokok.

b. Gaya hidup aktif

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa gaya hidup aktif yaitu melakukan latihan fisik sederhana minimal 30 menit setiap hari dapat menurunkan resiko terjadinya Hipertensi sebanyak 30-50%. Tahap latihan fisik dapat dilakukan dengan melakukan pemanasan10-15 menit, dengan anti kegiatan aerobik daya tahan tubuh dan kelenturan serta melakukan pendinginan dengan peregangan otot 10-15 menit.

c. Mempertahankan berat badan dan lingkar pinggang ideal

Sebanyak 30-65% penderita Hipertensi tergolong obesitas, mengurangi berat badan dapat menurunkan TD. Menghitung Indeks Masa Tubuh (IMT) dapat dilakukan dengan:

IMT = Berat Badan (Kg)

Tinggi Badan (m)2 Klasifikasi IMT (Kg/M2) BB Kurang < 18,5 BB Normal 18,5-22,9 BB lebih 23 Beresiko 23-24,9 Obesitas I 25-29,9 Obesitas II >30

Tabel 2.2 Indeks Masa Tubuh (IMT)

d. Makan gizi seimbang

Modifikasi diet terbukti dapat menurunkan TD pada pasien Hipertensi, prinsip diet yang dianjurkan adalah gizi seimbang,

18

magnesium. Pedoman umum gizi seimbang, yaitu mengkonsumsi beragam jenis bahan makanan, meliputi sumber karbohidrat 3-8 porsi

per hari, sayuran 2-3 porsi per hari, buah 3–5 porsi perhari, protein

nabati dan hewani masing-masing 2-3 porsi perhari, serta sedikit garam dan gula.

e. Menurunkan asupan garam

Asupan natrium untuk mencegah Hipertensi dan pada pre Hipertensi yang dianjurkan adalah < 100 mmol (2,4g) perhari setara dengan 6g (satu sendok teh) garam dapur (natrium klorida). Bagi pasien dengan Hipertensi, asupan nutrisi dibatasi lebih rendah lagi menjadi 1,5g per hari atau 3,5g per hari.

f. Membatasi konsumsi akohol

Jangan mulai mengkonsumsi alkohol. Satu mata analisis menunjukkan bahwa alkohol seberapapun akan meningkatkan Hipertensi mengurangi alkohol pada penderita Hipertensi yang bisa minum alkohol akan menurunkan TD setara 2,8 mmHg.

2. Terapi farmakologik

a. Golongan diuretik

b. Golongan β-Blockers (BB)

c. Golongan Angiotensin Convertng Enzime Inhibitor (ACEI) dan

Angiotensin Receptor Blocker (ARB)

d. Golongan Calsium Channel Blocker (CCB)

e. Golongan anti Hipertensi lain

19

2.2.10 Monitoring dan evaluasi pelayanan kesehatan pasien hipertensi

1. Monitoring dan evaluasi pelayanan kesehatan pasien Hipertensi

dilakukan oleh fasilitas kesehatan tingkat pertama

a. Pada pasien Hipertensi tanpa komplikasi lakukan kontrol

tekanan darah dan tanda vital setiap bulan

b. Pada pasien Hipertensi agar setiap tahun dilakukan pemeriksaan

untuk mendeteksi kemungkinan komplikasi

c. Pada pasien Hipertensi dengan komplikasi harus dilakukan

pemeriksaan lanjutan

d. FKTP harus melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang

tepat

2. Monitoring dan evaluasi pelayanan kesehatan oleh BPJS Kesehatan

a. Data hasil pemeriksaan di FKTP per peserta PROLANIS

b. Data disimpulkan hasil pemeriksaan dan kondisi kesehatan per

individu

c. Laporan pemanfaatan obat kronis sesuai terapi

d. Format pelaporan dari kantor cabang

(BPJS Kesehatan, 2014)

Dokumen terkait