• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II DASAR TEORI

H. Hipotesis

Hipotesis yang dapat diungkapkan pada penelitian ini berdasarkan pada tinjauan diatas adalah infusa daun tempuyung (Sonchus arvensis L.) dapat menurunkan kadar asam urat darah pada mencit (Mus musculus L.) jantan hiperurisemia dengan dosis yang efektif ialah pada dosis 812,60 mg/kgB

24

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan model rancangan penelitian eksperimental. Penelitian eksperimen merupakan salah satu jenis penelitian kuantitatif yang sangat kuat mengukur sebab akibat yaitu membandingkan efek variansi variabel bebas terhadap variabel tergantung melalui manipulasi atau pengendalian variabel bebas tersebut (Taniredja dan Mustafidah, 2011).

B. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah infusa daun tempuyung. Dosis infusa daun tempuyung adalah jumlah miligram infusa daun tempuyung tiap kg berat badan subjek uji yang bersangkutan dengan 3 tingkatan dosis. 2. Variabel terikat

Kadar asam urat total pada mencit (Mus musculus L.) jantan galur DDY. 3. Variabel kontrol

Umur mencit (2,5 bulan), spesies mencit (spesies DDY), jenis kelamin (jantan).

C. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) atau Completely Randomized Design (CRD). Rancangan Acak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lengkap (RAL) digunakan untuk percobaan yang mempunyai media atau tempat percobaan yang seragam atau homogen (Sastrosupadi, 2000).

Penerapan perlakuan terhadap unit percobaan dilakukan secara acak terhadap seluruh unit percobaan. Ada tiga tingkatan dosis, yaitu dosis I 812,60 mg/kgBB, dosis II 1425,31 mg/kgBB dan dosis III 2500 mg/kgBB (A, B, dan C) dan kontrol (D) yang akan diuji dengan masing-masing pengulangan sebanyak lima kali. Unit percobaan 5 kandang, maka denah percobaan sebagai berikut :

Tabel III.1. Denah Percobaan

E (1) E (2) E (3) E (4) E (5) D (1) D (2) D (3) D (4) D (5) C (1) C (2) C (3) C (4) C (5) B (1) B (2) B (3) B (4) B (5) A (1) A (2) A (3) A (4) A (5)

D. Waktu dan Tempat

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal 17 Maret 2014 – 3 April 2014

2. Tempat Penelitian

Pemeliharaan hewan uji selama masa pengujian dilakukan di LPPT (Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu) Universitas Gajah Mada Yogyakarta.

Pembuatan infusa daun tempuyung dilakukan di Laboratorium Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dan Unit Percobaan

Nomer urut kandang

26

pengukuran kadar asam urat dalam darah mencit dilakukan di Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT Unit I) Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

E. Rancangan Penelitian

1. Penelitian ini menggunakan sampel mencit jantan galur DDY 25 ekor. 2. Tahap pertama yang akan dilakukan dalam pra-penelitian ini adalah

dilakukannya tahap aklimatisasi pada mencit selama 7 hari dengan pemberian pakan standar dan air agar mencit jantan dapat membiasakan diri terhadap lingkungan sekitar. Namun tahap aklimatisasi tidak dilakukan dalam penelitian ini disebabkan mencit-mencit yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari tempat yang akan digunakan untuk penelitian dengan demikian mencit-mencit sudah terbiasa dengan lingkungan sekitarnya yaitu laboratorium yang akan digunakan.

3. Dikarenakan tidak dilakukannya tahap aklimatisasi, maka selanjutnya akan dilakukan tahap hiperurisemia dimana mencit diberikan jus hati ayam 100% sebanyak 2 ml/ kgBB dua kali sehari (pagi dan siang) yang diberikan berturut-turut dari hari pertama sampai hari ke-21 agar mencit memperoleh kondisi hiperurisemia. Hasil pengukuran kadar asam urat pada hari ke-22 digunakan sebagai data kadar asam urat darah mencit hiperurisemia.

4. Sempel dibagi menjadi 5 kelompok pra-perlakuan : a. Kelompok A (kontrol Negatif)

Kontrol negatif seringkali dimaksudkan sebagai kelompok kontrol tanpa perlakuan. Dari kelompok kontrol negatif dapat dihasilkan suatu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

baseline sehingga perubahan pada variabel terikat dapat terlihat pada kelompok ini 5 ekor mencit jantan diberi aquadest

b. Kelompok B (kontrol Positif)

Kontrol Positif adalah kelompok perlakuan yang besar kemungkinannya menghasilkan efek atau perubahan pada variabel terikat. Kelompok kontrol positif bertujuan untuk membuktikan bahwa eksperimen yang digunakan sudah tepat dan dapat menghasilkan perubahan positif pada variabel terikat. Pada kelompok ini, 5 ekor mencit jantan diberi allopurinol dengan dosis 1 mg/KgBB c. Kelompok C

5 ekor mencit jantan diperlakukan dengan infusa daun tempuyung konsentrasi 10% dengan dosis 812,60 mg/KgBB

d. Kelompok D

5 ekor mencit jantan diperlakukan dengan infusa daun tempuyung konsentrasi 10% dengan dosis 1425,31 mg/KgBB

e. Kelompok E

5 ekor mencit jantan diperlakukan dengan infusa daun tempuyung konsentrasi 10% dengan dosis 2500 mg/KgBB

5. Kemudian dilakukan penelitian dengan perlakuan seperti ditampilkan pada tabel III.2. Selama perlakuan, allopurinol, aquadest dan infusa daun tempuyung diberikan berturut-turut selama 7 hari, yaitu pada hari ke-22 sampai ke-28. Pada hari ke-8 setelah perlakuan atau hari ke-29 dilakukan pengukuran kadar asam urat mencit.

28

Tabel III.2.

Pengelompokan hewan uji farmakologi

Kelompok Perlakuan Jumlah hewan

A Mencit hiperurisemia +

aquadest (Kontrol negatif) 5

B Mencit hiperurisemia + allopurinol 2 mg/kgBB (Kontrol positif) 5 C

Mencit hiperurisemia + infusa daun tempuyung dosis 812,60

mg/kgBB/hari

5

D

Mencit hiperurisemia + infusa daun tempuyung dosis 1425,31 mg/kgBB/hari

5

E

Mencit hiperurisemia + infusa daun tempuyung dosis 2500

mg/kgBB/hari

5

F. Alat dan Bahan Penelitian

1. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini anatara lain :

a. Kandang pemeliharaan hewan uji, dilengkapi dengan tempat pakan dan minum.

b. Alat untuk menimbang mencit yaitu neraca analik.

c. Alat untuk membuat makanan tinggi asam urat seperti blender, saringan, kain flannel, pengaduk dan gelas ukur.

d. Alat yang digunakan untuk membuat infusa terdiri dari panci infusa, kompor listrik, saringan, timbangan, pisau, pengaduk, kain flannel, gelas ukur, jarum suntik yang pada ujungnya tumpul.

e. Alat yang digunakan dalam pembuatan larutan allopurinol terdiri dari gelas ukur, erlenmeyer, mortal, tabung Reaksi, dan timbangan.

f. Alat untuk pengambilan sempel darah yaitu Eppendorf dan

mikrohematokrit 1ml.

g. Alat yang digunakan dalam pengukuran kadar asam urat seperti pipet mikro dengan merk merck, kuven, merk SCC 1ml, sentrifuga merk Heraeus Sepatec dengan seri Biofuge 15 buatan Jerman, dan spektrofotometer merk Hach seri DR/2000 buatan USA.

2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu :

a. Hewan uji

Dalam penelitian ini hewan yang digunakan adalah mencit (Mus musculus

L. ) jantan galur DDY, berumur 2,5 bulan sebanyak 25 ekor. Tikus diperoleh dari LPPT Unit IV Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

b. Bahan tumbuhan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini berupa daun tempuyung (Sonchus arvensis L.) yang diperoleh dari kebun biologi Universitas Sanata Dharma. Pembuatan infusa daun tempuyung dengan cara infusa di Laboratorium Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma.

30

c. Pakan

Pakan yang digunakan dalam penelitian secara umum adalah pakan (pelet) standar yang bisa diberikan ke seluruh hewan percobaan.

d. Bahan peningkatan kadar asam urat darah

Untuk meningkatkan kadar asam urat darah (pembuatan hiperurik) digunakan pemberian jus hati ayam 100%. Hati ayam mentah diperoleh dari pasar Tajem Yogyakarta selama 21 hari

e. Bahan kimia

Bahan kimia yang digunakan dalam penelitian yaitu aquadest, allopurinol, kit pereaksi pengukur kadar asam urat darah produksi DiaSys Jerman, yang terdiri dari :

a). Reagen I, terdiri dari :

Buffer phosphate pH 7,0 100 mmol/lt TBHBA (asam 2,4,6 tribromo-3-hidroksibenzoat) 1mmol/lt b). Reagen II, terdiri dari :

Buffer phosphate pH 7,0 100 mmol/lt

4 aminoantipyrin 0,3 mmol/lt

K4(Fe(CN)6) 10

µmol/lt

Peroksidase (POD) > 2 kU/lt

Urikase > 30 U/lt

c). Larutan asam urat standar yang mengandung asam urat 6 mg/lt (357 µmol/lt)

(Handoyo, 2005)

G. Cara Kerja

1. Pengumpulan bahan

Bahan tanaman yang digunakan berupa daun tempuyung yang diperoleh dari kebun biologi Universitas Sanata Dharma. Daun tempuyung yang digunakan adalah daun tempuyung yang berombak memeluk batang. Daun dikumpulkan dan dicuci bersih dengan air mengalir.

2. Identifikasi tanaman tempuyung

Identifikasi tanaman tempuyung dilakukan di Laboratorium Sistematik Tumbuhan Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada untuk mencocokkan keadaan tanaman yang akan diteliti dengan kunci identifikasi.

3. Pemberian pakan mencit

Untuk meningkatkan kadar asam urat dalam darah mencit maka diberikan asupan pakan mencit dengan cara memberikan jus hati ayam mentah 100% secara cekok selama 21 hari. Jumlah jus hati ayam mentah 100% diberikan setiap hari sebanyak 2 mililiter per ekor mencit.

4. Pembuatan larutan kontrol positif allopurinol

Sepuluh tablet allopurinol diserbuk, ditimbang dan dirata – rata beratnya. Tiap tablet beratnya 0,30333 g dengan kandungan allopurinol 0,1 g (sesuai brosur). Untuk membuat larutan allopurinol dengan dosis 10 mg/kg/BB maka ditimbang sebanyak 0,60666 g allopurinol dan dilarutkan dalam larutan CMC Na 100 ml. volume pemberian pada hewan uji ini adalah 5 ml/kg/BB (Handoyo, 2005).

32

5. Pembuatan infusa daun tempuyung 10%

Konsentrasi infusa yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10%. Daun tempuyung yang telah diambil secara acak dilakukan dengan menimbang 10 g serbuk daun lalu dimasukkan dalam panci infus dan dicampurkan dengan aquadest 120 ml kemudian dipanaskan sampai suhu 900C. Sekali-sekali diaduk setelah mencapai suhu 900Cselama 15 menit (diusahakan suhu infus tetap 900C). Setelah 15 menit infusa diangkat dari pemanas kemudian disaring. Penyaringan infusa menggunakan kain flanel putih sampai diperoleh volume keseluruhan 100 ml.

6. Penetapan dosis infusa daun tempuyung

Penentuan dosis menggunakan infusa daun tempuyung 10% dan volume maksimum pemberian peroral pada mencit adalah 2 ml. Pemakaian sehari-hari di masyarakat digunakan 6,25 gram daun tempuyung (Manganti, 2011). Dosis tersebut digunakan untuk manusia. Apabila akan diperlakukan untuk Mencit (Mus musculus L.) jantan, dosis tersebut dikonversikan untuk digunakan pada mencit. Perhitungan dosis untuk mencit sebagai berikut:

Dosis ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

D (g/gBB) x BB (g)=(mL) x C (g/mL)

Konversi berat daun tempuyung dari dosis unutk manusia ke dosis untuk mencit adalah sebagai berikut :

 dosis masyarakat : 6,25 gram

 konversi :

= 0,8125 gr/kgBB

 Volume maksimal : 2 ml

(Volume ini adalah volume maksimal untuk penggunaan peroral pada mencit).

 Dosis maksimal

Perhitungan dosis maksimal menggunakan rumus sebagai berikut:

D (g/gBB) x BB (g)=V(mL) x C (g/ml) Keterangan: D = dosis

BB = berat badan mencit

V = volume C = konsentrasi

 Faktor ketetapan =√ =1,754

Setelah mengetahui dosis maksimal dan faktor kelipatan, maka dicari rentang dosis bawahnya. Sehingga didapat tiga peringkat dosis yang digunakan. Berikut penentuan dosis yang dilakukan dalam penelitian ini :

Dosis I = 1425,32 mg/kgBB : 1,754 = 812,60 mg/kgBB Dosis II = 2500 mg/kgBB : 1,754 = 1425,31 mg/kgBB Dosis III = 2500 mg/kgBB

34

7. Pengelompokan dan perlakuan hewan uji

Mencit dibagi menjadi 5 kelompok, pada setiap masing-masing kelompok diberikan secara cekok sebanyak 1 mg/kgBB/hari infusa daun tempuyung. Untuk pada setiap masing – masing kelompok diberikan perlakuan sebagai berikut :

 Kelompok I diberikan aquadest sebagai kontrol negatif,

 kelompok II diberikan allopurinol 1 mg/kgBB sebagai kontrol positif,

 kelompok III diberikan infusa daun tempuyung 10% dengan dosis 812,60 mg/kgBB/hari,

 kelompok IV diberikan infusa daun tempuyung 10% dengan dosis 1425,31 mg/kgBB/hari, dan

 kelompok V diberikan infusa daun tempuyung 10% dengan dosis 2500 mg/kgBB/hari.

Kadar asam urat dalam darah mencit diukur setelah 7 hari pemberian infusa. Contoh perhitungan volume infusa daun tempuyung 10% yang diberikan

1. Misal berat badan mencit 27 gram 2. Dosis infusa 10% 3. Konsentrasi infusa 10%

4. volume yang diberikan

8. Pengambilan darah mencit

Darah masing-masing tikus diambil sebelum perlakuan hipererukemia yaitu pada hari ke-8, setelah perlakuan hipererukemia yaitu pada hari ke-22 dan 7 hari setelah pemberian infusa daun tempuyung atau pada hari ke-29. Darah diambil melalui vena orbitalis sebanyak 2 ml dengan menggunakan kapiler mikrohematokrit.

Pengambilan darah tikus dilakukan melalui mata. Langkah langkah yang dilakukan sebagai berikut:

a. mencit dipegang dan dijepit bagian tengkuk dengan jari tangan.

b. mencit dikondisikan senyaman mungkin, kemudian Mikrohematokrit

digoreskan pada medial canthus mata di bawah bola mata ke arah

foramen opticus.

c. Mikrohematokrit diputar sampai melukai plexus, jika diputar 5 kali maka harus dikembalikan 5 kali.

d. Darah ditampung pada eppendorf, kemudian diletakkan miring 45º dan dibiarkan mengendap pada suhu kamar, selanjutnya dilakukan sentrifugasi untuk mendapatkan serum yang dimaksud.

9. Pengukuran kadar asam urat dalam darah mencit (Mus musculus L.)

Metode pengukuran kadar asam urat dalam darah menggunakan Photometrics THBA. Sempel pengukuran ini ialah serum dan plasma (heparin, EDTA). Pengukuran ini didasarkan pada perubahan intensitas warna yang dihasilkan dari Reaksi asam urat dengan reagen Uric acid FS TBHBA (2,4,6-tribromo-3-asam hidroksi benzoate) dari Diasys 6 mg/dl. Prinsip dari

36

penetapan kadar asam urat dengan metode ini adalah Reaksi oksidasi asam urat oleh enzim urikase menjadi allantoin, karbon dioksida (CO2), dan hydrogen peroksida (H2O2). Hydrogen peroksida yang dihasilkan dalam Reaksi tersebut menjadi quinonimene yang berwarna biru yang dapat memberikan serapan pada panjan gelombang 546 nm. Reaksi diatas dapat ditulis sebagai berikut.

Asam urat + H2O + O2 urikase Allantoin + CO2 + H2O2

2 H2O2 + 4-aminoantipyrin + 2 H2O2 POD Quinonimine + 3 H2 ( Biru )

Gambar III.1. Reaksi umum pengukuran kadar asam urat dalam pembentukan warna

Prosedur pengukuran

Panjang gelombang spektrofotometer : 540 nm

Diameter kuvet : 1 cm

Suhu : 20 – 25 oC / 37 oC

Pengukuran : dibandingkan

dengan blanko Berikut prosedur yang dilakukan dalam pengukuran kadar asam urat serum darah menggunakan reagen diatas.

Tabel III.3. Volume sempel, standart, blanko, dan reagen untuk pengukuran kadar asam urat darah

Blanko Sampel atau

standart Standar (6mg/dl, 5,17mmol/l) Blank aguades Reagen I - 20 µl 1000 µl 20 µl - 1000 µl

Blanko Sampel atau

standart Campurkan, kemudian inkubasikan selama 30 menit, lalu tambahkan

Reagen 2 250 µl 250 µl

Campurkan dan inkubasikan selama 10 menit pada 25 – 27 oC. Baca kadar asam urat dengan spektrofotometer vitalab mikro pada panjang gelombang 540 nm. Mulai pembacaan dengan blangko dan standar.

Pembacaan dilakukan pada toleransi 60 menit.

Kadar asam urat darah yang diperoleh selanjutnya dibuat kurva kadar asam urat dengan mengeplotkan nilai kadar asam urat lawan waktu sampling darah. Dari kurva tersebut dihitung luas daerah di bawah kurva dari jam ke-0 sampai jam ke-24 (LDDK0-24) dengan metoda trapezoid.

Metode trapezoid :

x ( )

Keterangan :

T = waktu (jam atau menit ) C = konsentrasi zat (mg/jam)

= luas daerah di bawah kurva dari jam ke-0 sampai ke-n

H. Analisis Data

Hasil analisis kimia masing-masing parameter untuk 5 kelompok perlakuan diuji statistika dengan Analysis of Variance (Anova), dengan derajat kepercayaan 95% (p < 0,05). Apabila data dengan skala pengukuran numerik tetapi tidak memenuhi untuk uji parametik (misalnya distribusi data tidak normal), maka dilakukan uji nonparametik yang merupakan alternatif dari uji parametik. Alternatif uji one way anova adalah uji Kruskal-Wallis.

Fungsi uji Anova ialah untuk mengetahui apakah terjadi perbedaan bermakna atau tidak terhadap kadar asam urat mencit setelah perlakuan. Fungsi uji T adalah untuk mengetahui apakah sudah signifikan penurunan hiperurisemia setelah pemberian dosis daun tempuyung. Fungsi uji normalitas

38

adalah untuk mengetahui faktor variabel berdistribusi normal atau tidak. Fungsi uji homogenitas adalah untuk mengetahui variabel identik atau tidak identik.

39

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil dan Pembahasan

Penelitian Pengaruh infusa daun tempuyung (Sonchus arvensis. L) terhadap penurunan kadar asam urat darah mencit (Mus musculus L.) hiperurisemia dilakukan dalam dua tahapan kerja, yaitu pra-perlakuan dan perlakuan, dengan tiga kali pengambilan sempel uji. Tahap pra-perlakuan dilakukan selama 21 hari dengan pemberian jus hati ayam mentah 100% sebanyak 2ml/kgBB sebanyak 2 kali dalam sehari (pagi dan sore).

Pemberian makan jus hati ayam diberikan secara oral. Pra perlakuan ini untuk meningkatkan kadar asam urat darah mencit (kondisi hiperurisemia). Kondisi hiperurisemia diketahui dari pengukuran kadar asam urat dalam serum darah mencit (Mus musculus L.) Tahap perlakuan dengan pemberian infusa daun tempuyung (Sonchus arvensis. L). Pada tahap terakhir ini dilakukan pengambilan sempel darah yaitu pada hari ke 29.

Dalam penelitian ini digunakan mencit (Mus musculus L.) jantan galur DDY umur 2,5 bulan berjenis kelamin jantan karena pada mencit putih betina terdapat siklus hormonal yang dikenal dengan siklus eterus. Siklus etrus dikendalikan oleh hormon estrogen dan progesteron yang dapat berpengaruh pada metabolisme protein sehingga dapat menyebabkan penurunan kadar asam urat (Ganong, 1983). Hormon ini membantu mengeluarkan asam urat darah melalui kencing. Mencit jantan tidak memiliki hormon estrogen yang tinggi, sehingga asam urat sulit

40

dikeluarkan melalui kencing dan resikonya adalah kadar asam urat bisa menjadi tinggi (hiperurisemia).

Pengujian dilakukan terhadap hasil infusa daun tempuyung. Didasarkan pada potensinya pada penurunan kadar asam urat dalam darah mencit. Dosis yang diuji didasarkan pada pendekatan dosis yang sering digunakan oleh masyarakat sekitar. Pada penelitian ini digunakan tiga tingkatan dosis dengan konsentrasi 10%, yaitu dosis I sebanyak 812,60 mg/kgBB, dosis II sebanyak 1425,31 mg/kgBB, dan dosis III sebanyak 2500 mg/kgBB. Pengambilan sampel darah mencit dilakukan dalam 3 pengambilan sampel darah yaitu hari ke-0 (sebelum dilakukannya pra perlakuan yaitu sebelum pemberian hiperurisemia), pada saat sebelum dilakukan tahap perlakuan yaitu pada hari ke-22, dan setelah dilakukannya tahap perlakuan (setelah pemberian dosis) pada hari ke-29. Penelitian ini menggunakan allopurinol sebagai kontrol positif yang digunakan sebagai pertimbangan karena obat allopurinol yang digunakan untuk penderita asam urat yang berperan sebagai inhibitor xantin oksidase yang mempengaruhi perubahan hipoxantin dioksidasi menjadi xantin oleh xantin oksidase, dan xantin dioksidasi berubah manjadi asam urat oleh xantin oksidase.

Uji farmakologi dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar kebermaknaan efek yang ditimbulkan perlakuan infusa daun tempuyung terhadap penurunan kadar asam urat dalam darah mencit. Dalam penelitian ini yang perlu dicermati ialah variasi dosis dari infusa yang diberikan dan besarnya efek yang ditimbulkan setelah perlakuan.

Pertama-tama dilakukan uji untuk mengetahui normalitas distribusi data yang diperoleh, sehingga dapat dilanjutkan analisis selanjutnya. Analisis yang

digunakan yaitu metode statistik deskriptif frequencies melalui analisi data varian dengan uji kolmogorov-smirnov. Dari hasil pengujian yang dilakukan dapat diketahui bahwa hasil uji farmakologi dari perlakuan infusa daun tempuyung berdistribusi normal dengan varians sama. Karena varians data sama meskipun distribusinya normal, maka sebagai uji lanjutan untuk mengetahui signifikan dari efek masing-masing perlakuan dilakukan uji ANOVA One Way.

1. Determinasi Tanaman Tempuyung

Tujuan dari determinasi tanaman tempuyung yang dilakukan pada penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa tanaman tempuyung yang digunakan sebagai bahan uji benar berasal dari tanaman tempuyung. Determinasi tanaman dilakukan di Laboratorium Sistematik Tumbuhan Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada oleh Dr. Purnomo, M.S. Determinasi dilakukan dengan mencocokkan ciri-ciri tanaman dengan menggunakan kunci dertiminasi yang ada. Kunci dertiminasi tanaman Tempuyung sebagai berikut :

1b-2b-3b-4b-6b-7b-9b-10b-11b-12b-13b-14a-15a (109. tanaman golongan 8)-109b-120a-121a-122a (121. Famili Compositae)-11b-12b-23b (24. Sonchus)

Berdasarkan hasil identifikasi di atas dapat dipastikan bahwa daun yang digunakan berasal dari tanaman Sonchus arvensis L. surat keterangan identifikasi dapat dilihat pada lampiran 4.

2. Berat Badan Mencit (Mus Musculus L.)

Kalori merupakan unit energi yang terkandung dalam makanan dan energi yang digunakan oleh badan untuk memelihara fungsi normal. Ketika kalori dari masukan makanan sama dengan kalori yang digunakan badan, berat badan akan

42

tetap. Tetapi ketika konsumsi kalori berlebih dibandingkan yang diperlukan tubuh, maka tubuh akan menyimpan tambahan kalori tersebut sehingga menyebabkan berat badan bertambah.

Berikut merupakan hasil pengukuran berat badan mencit awal dan setelah pra-perlakuan pemberian hiperurisemia. Untuk berat mencit awal dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini.

Tabel 4.1.

Berat badan mencit awal Kode Kandang Berat Mencit

(gram) Rata-rata (gram) K(-) Mati 30.9 27.3 26.2 27.1 27.88 K(+) 28.3 33.4 32.3 Mati 29.7 30.93 D1 Mati 28.0 23.0 23.1 27.0 25.28 D2 26.1 28.5 23.7 28.5 26.6 26.68 D3 23.5 26.7 24.9 23.3 22.7 24.22 Tabel 4.2.

Berat badan mencit pra-perlakuan hiperurisemia Kode Kandang Berat Mencit

(gram) Rata-rata (gram) K(-) Mati 37.1 29.2 29.2 31.9 31.85 K(+) 31.1 32.7 28.3 Mati 33.6 31.43 D1 Mati 27.0 30.0 15.8 31.2 26 D2 29.9 29.8 27.9 29.9 24.9 28.48 D3 27.3 32.5 23.9 29.6 26.7 28

Dari pengukuran berat badan mencit dapat kita ketahui adanya kenaikan berat badan mencit selama percobaan, yaitu pada saat awal dan setelah perlakuan pemberian hiperurisemia (tabel 4.1 dan tabel 4.2). Dapat dilihat terjadi kenaikan dari hasil penimbangan berat badan mencit. Penambahan berat badan mencit tersebut dapat dikatakan normal karena mencit masih dalam masa pertumbuhan. Berat badan mencit ditentukan oleh keseimbangan energi (dalam bentuk makanan) yang masuk dengan energi yang keluar dari tubuh.

3. Kadar asam urat

1. Peningkatan kadar asam urat darah hewan uji

Kadar asam urat yang berlebih dalam darah dapat menyebabkan penimbunan kristal asam urat. Apabila penimbunan kristal itu terbentuk pada cairan sendi, terjadilah penyakit pirai. Jika penimbunan itu terjadi pada ginjal, akan muncul penyakit batu asam urat pada ginjal. Untuk mengurangi pembentukan asam urat, konsumsi makanan tinggi purin harus dibatasi atau bahkan dikurangi. Karena itu diet rendah purin harus dilakukan oleh para penderita pirai dan batu asam urat di ginjal. Pola diet ini juga sekaligus bermanfaat untuk memelihara berat badan tetap ideal (Handita, 2004).

Pada uji ini dilakukan keadaan hiperurisemia dibuat dengan cara memberikan jus hati ayam mentah 100% sebanyak 2 ml/kgBB 2 kali sehari selama 21 hari berturut – turut. Hasil yang teramati dapat dilihat pada tabel 4.3. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa dengan pemberian jus hati ayam mentah 100% sebanyak 2 kali selama 21 hari dapat menyebabkan peningkatan kadar asam urat dalam darah mencit. Hasil data ini menunjukan bahawa hewan uji Telah mengalami hiperurisemia yang kemudian dipergunakan untuk dasar dalam pengujian berikutnya.

Pada tabel 4.3 disajikan perbandingan antara kadar asam urat mencit (Mus musculus L.) normal dan hiperurisemia sebelum perlakuan.

Tabel 4.3.

Kadar asam urat dalam darah mencit normal dan hiperurisemia sebelum perlakuan

Kelompok Kadar asam urat (mg/dL) ± SD Normal Hiperurisemia

44

Pada tabel 4.3 tampak bahwa rata-rata kadar asam urat darah mencit dalam pra perlakuan (kondisi hiperurisemia) menunjukan kadar asam urat lebih tinggi dibandingkan dengan kadar asam urat dalam kondisi normal. Hal ini dapat dilihat dalam pengujian T test (Lampiran 8). Dalam uji T tersebut didapat perbedaan yang nyata antara kadar asam urat sebelum dan sesudah pemberian jus hati ayam mentah yaitu Phitung>Ptabel N. Perbandingan kadar asam urat mencit (Mus musculus

L.) dalam darah mencit normal dan hiperurisemia dapat ditampilkan dalam bentuk histogram sebagai berikut.

Gambar 4.1 Diagram perbandingan antara kadar asam urat mencit (Mus musculus

L.) normal dan hiperurisemia (mg/dL) sebelum perlakuan.

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 Kontrol Negatif

Dokumen terkait