• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH INFUSA DAUN TEMPUYUNG (Sonchus arvensis Linn) TERHADAP PENURUNAN KADAR ASAM URAT DARAH PADA MENCIT ( Mus musculus Linn) JANTAN HIPERURISEMIA SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH INFUSA DAUN TEMPUYUNG (Sonchus arvensis Linn) TERHADAP PENURUNAN KADAR ASAM URAT DARAH PADA MENCIT ( Mus musculus Linn) JANTAN HIPERURISEMIA SKRIPSI"

Copied!
157
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGARUH INFUSA DAUN TEMPUYUNG (

Sonchus arvensis

Linn) TERHADAP PENURUNAN KADAR ASAM URAT

DARAH PADA MENCIT (

Mus musculus

Linn) JANTAN

HIPERURISEMIA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh : Anggi Chikitta NIM : 101434032

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2014

(2)

ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

SKRIPSI

PENGARUH INFUSA DAUN TEMPUYUNG (

Sonchus arvensis

Linn) TERHADAP PENURUNAN KADAR ASAM URAT

DARAH PADA MENCIT (

Mus musculus

Linn) JANTAN

HIPERURISEMIA

Oleh : Anggi Chikitta NIM : 101434032

Telah disetujui oleh

Dosen Pembimbing

(3)

iii

SKRIPSI

PENGARUH INFUSA DAUN TEMPUYUNG (

Sonchus arvensis

Linn) TERHADAP PENURUNAN KADAR ASAM URAT

DARAH PADA MENCIT (

Mus musculus

Linn) JANTAN

HIPERURISEMIA

Dipersiapkan dan ditulis oleh : Anggi Chikitta

NIM : 101434032

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Skripsi pada tanggal : 13 Agustus 2014

dan telah dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji

Nama Lengkap Tanda Tangan

Ketua : Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd ……… Sekretaris : Drs. Antonius Tri Priantoro, M. For. Sc ……… Anggota : Luisa Diana Handoyo, M.Si ... Anggota : Drs. Antonius Tri Priantoro, M. For. Sc ……… Anggota : Ika Yuli Listyarini, M.Pd ………

Yogyakarta, 13 Agustus 2014

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

Dekan,

(4)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Sian rohamuna ma ula hamu nasa

sibahenonmuna, songon na tu Tuan i, ndada tu

jolma! Ingot hamu ma Sian Tuhan i do

jaloonmuna siteanon i, balos ni i Tuhan Kristus i

ma oloi hamu!

(Kolosse 3 : 23-24)

Penuh syukur kupersembahkan karya kecil ini pada

Tuhan Yesus Kristus atas karuniaNya

Bapak dan Mama tersayang

atas cinta, doa, dan bimbingannya

Abang Niko Leo Patra Simatupang dan

Peter Andrian Simatupang atas

kepercayaan, semangat, dan kasihnya

(5)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 13 Agustus 2014 Penulis

(6)

vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta :

Nama : Anggi Chikitta NIM : 101434032

Demi kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya berjudul :

PENGARUH INFUSA DAUN TEMPUYUNG (Sonchus arvensis Linn) TERHADAP PENURUNAN KADAR ASAM URAT DARAH PADA MENCIT (Mus musculus Linn) JANTAN HIPERURISEMIA.

Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di : Yogyakarta

Pada tanggal : 13 Agustus 2014 Yang menyatakan,

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan karunia-Nya lah, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Pengaruh Infusa Daun Tempuyung (Sonchus arvensis Linn) terhadap Penurunan Kadar Asam Urat Darah pada Mencit (Mus musculus Linn) Jantan

Hiperurisemia” ini.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak yang membantu, sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan sebagaimana mestinya. Khususnya kepada:

1. Luisa Diana Handoyo S.Si., M.Si selaku dosen pembimbing 2. Segenap dosen Program Studi Pendidikan Biologi.

3. Mama dan Bapak tercinta beserta keluarga.

4. Teman seperjuangan dalam penelitian Tiva Dyah Novitasari yang selalu mendukung dan memberikan motivasi.

5. Bapak Suwayah yang telah membantu dalam setiap proses penelitian di LPPT UGM.

6. Teman-temanku terkasih Kakak Juni, Kakak Gail Manik, Abang Iwan Nainggolan, Abang Hendra Sitinjak, Paskah Simbolon dan Reiner Rogate Sinaga yang selalu memberi semangat, doa dan menemani dalam proses penyusunan skripsi ini.

7. Sahabat-sahabatku di kos kinasih (Tiva, Gebi, Esther, dan Teteh Ocha). Kakak-kakakku tercinta.

8. Sahabat-sahabatku “THE GEMBEL” (Gebi, Neysa, Hugo, Daus, Ardy, Feri) serta sahabatku Citra dan Uly yang telah memberikan semangat setiap proses penelitian skripsi.

9. Sahabatku “Conscientia girls” Virda Mutiara dan Yanti Nainggololan yang setia mendengar dan menemani setiap proses penyusunan skripsi.

10.Teman-temanku NHKBP Yogyakarta yang selalu mendukung dan mendoakan setiap proses penyusunan skripsi.

11.Teman-teman Program Studi Pendidikan Biologi angkatan 2010 Universitas Sanata Dharma.

(8)

viii

12. Semua pihak yang turut membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik, saran yang dapat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya.

Yogyakarta, 13 Agustus 2014

(9)

ix

ABSTRAK

Anggi Chikitta.2014.Pengaruh Infusa Daun Tempuyung (Sonchus arvensis

Linn) terhadap Penurunan Kadar Asam Urat Darah pada Mencit (Mus musculus Linn) Jantan Hiperurisemia

Gout merupakan penyakit metabolik yang ditandai dengan kadar asam urat yang tinggi dalam darah akibat gangguan metabolisme zat nitrogen purin. Tempuyung adalah salah satu tanaman yang sudah secara tradisional dikenal sebagai tanaman obat yang biasa digunakan oleh masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pemberian infusa daun tempuyung (S. arvensis) dapat menurunkan kadar asam urat serta dosis berapa yang efektif untuk menurunkan kadar asam urat dalam darah mencit (Mus musculus L.) jantan hiperurisemia.

Penelitian termasuk jenis penelitian eksperimental acak lengkap pola searah. Subjek uji adalah mencit jantan, jenis DDY, umur 2,5 bulan, sebanyak 25 ekor mencit dibagi dalam 5 kelompok. Kelompok I terinduksi pakan tinggi purin dan diberi aquadest (kontrol negatif), kelompok II terinduksi pakan tinggi purin dan diberi obat allopurinol 2 mg/kgBB (kontrol positif), dan kelompok III-V terinduksi pakan tinggi purin dan diberikan infusa daun tempuyung dengan dosis 812,60 mg/kgBB, 1425,31 mg/kgBB dan 2500 mg/kgBB (kelompok perlakuan) yang diberikan secara peroral. Sampel darah diambil sebelum perlakuan hiperurisemia yaitu pada hari ke-8, setelah perlakuan hiperurisemia yaitu pada hari ke-22 dan 7 hari setelah pemberian perlakuan yaitu pada hari ke-29 melalui vena orbitalis. Pengukuran kadar asam urat dilakukan dengan metode Photometrics THBA dengan reagent asam urat DyaSis 6mg/dl menggunakan spektrofotometri vitalab mikro pada panjang gelombang 540 nm. Data kadar asam urat yang diperoleh diuji statistika dengan Analysis of Variance (Anava) dengan derajat kepercayaan 95% (p<0.05) dan dilanjutkan uji Kruskal-Wallis.

Hasil penelitian menunjukan bahwa infusa daun tempuyung berkhasiat sebagai antihiperurisemia. Dosis infusa daun tempuyung dosis I 812,60 mg/kgBB dapat menurunkan kadar asam urat sebesar 2,22 mg/dl, dosis II 1425,31 mg/kgBB menurunkan kadar asam urat sebesar 1,14 mg/dl dan dosis III 2500 mg/kgBB menurunkan kadar asam urat sebesar 1,80 mg/dl. Belum ditemukannya dosis yang efektif untuk menurunkan kadar asam urat dikarenakan kurangnya variasi dosis.

Kata kunci : Mencit (Mus musculus Linn), Tempuyung (Sonchus arvensis Linn), Hiperurisemia, dan Gout

(10)

x ABSTRACT

Anggi Chikitta.2014.THE EFFECT OF TEMPUYUNG (Sonchus arvensis

Linn) LEAF INFUSION TO DECREASE URIC ACID LEVEL IN THE BLOOD OF HYPERURICEMIA MALE MICE (Mus musculus Linn)

Gout is a metabolic disease characterized by high levels of uric acid in the blood due to metabolic disorders of purine nitrogen substances. Tempuyung is one of plants that has been traditionally known as a medicinal plant. The purpose of this study is to determine whether the administration of infusion of leaves tempuyung (S. arvensis) can lower uric acid levels and the effective dose to decrease uric acid levels in the blood of hyperuricemia male mice (Mus musculus L.) induced high feed purines and tempuyung leaf infusion is given at a dose of 812 , 60 mg / kgBW, 1425.31 mg / kg and 2500 mg / kgBW (treatment group) were given orally. Blood samples were taken before treatment of hyperuricemia is on 8th day, after treatment of hyperuricemia is on 22nd day and 7 days after treatment on 29th day through the orbital vein. Measurement of uric acid levels is conducted using Photometrics THBA with uric acid reagent DyaSis 6mg / dl using micro vitalab spectrophotometry at a wavelength of 540 nm. Data uric acid levels obtained is tested statistically by Analysis of Variance (Anova) with 95% confidence level (p <0.05), and Kruskal-Wallis test followed.

The research results show that the infusion of tempuyung leaf efficacious as antihiperurisemia. The first infusion dose of Tempuyung leaf I 812.60 mg / kgBW lowering uric acid levels by 2.22 mg / dl, the second dose 1425.31 mg / kgBW lowering uric acid levels by 1.14 mg / dl and the third dose of 2500 mg / kgBW lowering uric acid levels by 1.80 mg / dl. From the three doses which effective in lowering uric acid levels is the first dose of 812.60 mg / kg. Has not found an effective dose of the infusion of leaves tempuyung in lowering uric acid levels.

(11)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii A. Latar Belakang Permasalahan ... 1

B. Rumusan Masalah... 3

1. Morfologi tumbuhan tempuyung (Sonchus arvensis L) ... 5

2. Sistematika ... 6

3. Kandungan ... 7

B. Infusa ... 9

C. Asam Urat ... 10

1. Sumber asam urat ... 12

2. Mekanisme pembentukan asam urat ... 13

(12)

xii

1. Alat ... 28

2. Bahan ... 29

G. Cara Kerja ... 31

1. Pengumpulan bahan ... 31

2. Identifikasi tanaman tempuyung ... 31

3. Pemberian pakan mencit ... 31

4. Pembuatan larutan kontrol positif allopurinol ... 31

5. Pembuatan infusa daun tempuyung 10%... 32

6. Penetapan dosis infusa daun tempuyung ... 32

7. Pengelompokan dan perlakuan hewan uji ... 34

8. Pengambilan darah mencit... 35

9. Pengukuran kadar asam urat darah mencit ... 35

H. Analisis Data ... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 40

A. Hasil dan Pembahasan ... 40

1. Determinasi tanaman temuyung ... 41

2. Berat badan mencit (Mus musculus) ... 41

3. Kadar asam urat ... 43

1) Peningkatan kadar asam urat darah hewan uji ... 43

2) Pengaruh pemberian infusa daun tempuyung ... 46

B. Implementasi Hasil Penelitian dalam Proses Pembelajaran ... 56

BAB V PENUTUP ... 58

A. Kesimpulan ... 58

B. Saran ... 58

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar II. 1. Morfologi Tumbuhan Tempuyung (Sonchus arvensis L .) ... 6

Gambar II.2. Sintesis purin ... 15

Gambar II. 3. Pemecahan purin ... 17

Gambar II.4 Diagram alir kerangka berpikir ... 20

Gambar III.1. Reaksi umum pengukuran kadar asam urat dalam pembentukan Warna ... 36

Gambar IV.1. Diagram perbandingan antara kadar asam urat mencit normal dan hiperurisemia sebelum perlakuan ... 44

(14)

xiv

DAFTARTABEL

Tabel III.1. Denah percobaan ... 25 Tabel III.2. Pengelompokan hewan uji farmakologi ... 28 Tabel III.3. Volume sempel, standart, blanko, dan reagen untuk pengukuran

asam urat darah ... 36 Tabel IV.1. Berat badan mencit awal ... 41 Tabel IV.2. Berat badan mencit pra-perlakuan hiperurisemia ... 41 Tabel IV.3. Kadar asam urat dalam darah mencit normal dan hiperurisemia sebelum perlakuan ... 43 Tabel IV.4 Kadar asam urat serum darah mencit hiperurisemia dan

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Ijin Melakukan Penelitian ... 62

Lampiran 2. Surat ijin peminjaman alat-alat laboratorium ... 63

Lampiran 3. Surat Ijin Melakukan Identifikasi Tanaman ... 64

Lampiran 4.Surat Identifikasi Tumbuhan Tempuyung ... 65

Lampiran 5. Surat keterangan telah melakukan penelitian ... 66

Lampiran 6. Hasil uji darah mencit sebelum perlakuan hiperurisemia ... 67

Lampiran 6. Hasil uji darah mencit setelah perlakuan hiperurisemia ... 68

Lampiran 6. Hasil uji darah mencit setelah perlakuan ... 69

Lampiran 7. Metode pengujian kadar asam urat dalam darah... 70

Lampiran 8. Uji t Kadar asam urat dalam darah mencit normal dan hiperurisemia (Kontrol Negatif) ... 71

Lampiran 8. Uji t Kadar asam urat dalam darah mencit normal dan hiperurisemia (Kontrol Positif) ... 72

Lampiran 8. Uji t Kadar asam urat dalam darah mencit normal dan hiperurisemia (Dosis I) ... 73

Lampiran 8. Uji t Kadar asam urat dalam darah mencit normal dan hiperurisemia (Dosis II) ... 74

Lampiran 8. Uji t Kadar asam urat dalam darah mencit normal dan hiperurisemia (Dosis III) ... 75

Lampiran 9. Uji T Perlakuan Hiperurisemia dan Setelah Perlakuan pada Kontrol Negatif ... 76

Lampiran 9. Uji T Perlakuan Hiperurisemia dan Setelah Perlakuan pada Kontrol Positif ... 77

Lampiran 9. Uji T Perlakuan Hiperurisemia dan Setelah Perlakuan pada Dosis I ... 78

Lampiran 9. Uji T Perlakuan Hiperurisemia dan Setelah Perlakuan pada Dosis II ... 79

Lampiran 9. Uji T Perlakuan Hiperurisemia dan Setelah Perlakuan pada Dosis III ... 80

Lampiran 10. Uji Normalitas Hiperurisemia ... 81

Lampiran 10. Uji Normalitas Setelah Perlakuan ... 82

Lampiran 10. Uji Normalitas Selisih Hiperurisemia dan Setelah Perlakuan ... 83

Lampiran 11. Uji Homogenitas Hiperurisemia ... 84

Lampiran 12. Uji Anava Setelah Perlakuan ... 85

Lampiran 13.Uji Kadar Asam Urat ... 86

Lampiran 14. Uji Anova Selisih antara hiperurisemia dengan setelah perlakuan . 87 Lampiran 15. Silabus ... 88

Lampiran 16. RPP ... 92

(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gout atau penyakit asam urat telah merajalela di kalangan masyarakat. Gout merupakan penyakit metabolik yang ditandai dengan kadar asam urat yang tinggi dalam darah akibat gangguan metabolisme zat nitrogen purin. Ketidakseimbangan antara sintesis asam urat dan ekskresi melalui ginjal dapat menimbulkan gangguan asam urat. Peningkatan kadar asam urat dalam darah dikarenakan tingginya sintesis asam urat atau eksreksinya yang menurun atau kombinasi keduanya. Kadar asam urat yang tinggi di dalam darah melebihi batas normal menyebabkan penumpukan asam urat di dalam persendian dan organ tubuh lainnya. Penumpukan asam urat inilah yang membuat sendi sakit, nyeri, dan meradang.

Gout jarang ditemukan pada wanita, sekitar 95% penderitanya adalah pria. Kejadian gout sekitar 3 – 4 per 1.000 orang, cenderung dialami oleh orang dengan tingkat sosial ekonomi kelas atas, peminum alkohol, menyerang pria pasca pubertas, dan wanita pasca menopause karena estrogen meningkatkan ekskresi asam urat melalui ginjal. Gout berhubungan erat dengan gangguan metabolisme purin yang menimbulkan peningkatan kadar asam urat darah (hiperurisemia), yaitu jika kadar asam urat dalam darah lebih dari 7,5 mg/dl. Kadar normal pada pria 8 mg% dan pada wanita 7,5 mg% (Junaidi, 2006).

(17)

2

gout dan hiperurisemia di Indonesia adalah pada pria adalah masing-masing 1,7 dan 24,3%. Dimana rasio perbandingan laki-laki dan perempuan adalah 34 : 1 untuk gout ; 2 : 1 untuk huperurisemia.

Dahulu penyakit ini dikenal sebagai penyakit orang – orang elit. Banyaknya serangan asam urat pada kaum elit berbanding lurus dengan pola makan mereka yang umumnya berlebihan, terutama pada jenis makanan yang mengandung banyak protein, alkohol, dan kopi. Padahal, jenis makanan dan minuman ini merupakan jenis makanan dan minuman pencetus asam urat tinggi.

(18)

B. Rumusan Masalah

1. Apakah infusa daun tempuyung dapat menurunkan kadar asam urat dalam darah mencit jantan hiperurisemia ?

2. Berapakah dosis yang paling efektif dalam menurunkan kadar asam urat dalam darah mencit jantan hiperurisemia ?

C. Batas Masalah

Agar ruang lingkup penelitian tidak terlalu luas maka dibatasi dengan permasalahan sebagai berikut :

1. Infusa Daun

Infusa yang digunakan dalam penelitian ini adalah tempuyung yang digunakan pada bagian daun yang berombak memeluk batang

2. Hewan Uji

Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini ialah mencit (Mus musculus

L.) jantan galur DDY yang berusia 2,5 bulan 3. Kadar Asam Urat

Penurunan kadar asam urat yang diukur dalam penelitian ini adalah kadar asam urat dalam darah mencit jantan

D. Tujuan

(19)

4

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan data ilmiah dan menjawab permasalahan yang ada melalui data data penelitian.

2. Bagi guru

Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai sumber pembelajaran khususnya dijadikan materi sumbangan dalam pembuatan LKS pada pembelajaran Biologi di SMA.

3. Bagi siswa

Melalui kegiatan pratikum siswa dapat langsung mempratekkan penelitian yang telah dirancang oleh guru sehingga siswa dapat lebih mudah memahami materi karena telah mengalami secara langsung.

4. Bagi masyarakat

(20)

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Tempuyung (Sonchus arvensis Linn)

1. Morfologi Tumbuhan Tempuyung (Sonchus arvensis Linn)

(21)

6

A B

(Efrizal, 2009)

C

(Rini, 2010) Gambar II.1. Morfologi Tumbuhan Tempuyung (Sonchus arvensis L.)

A. Daun B. Batang C. Habitus tempuyung

2. Sistematika

Kedudukan tanaman tempuyung dalam sistematika tumbuhan adalah sebagai berikut :

Difisi : Spermatophyta

(22)

Subdifisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Asterales Suku/Family : Compositae Marga : Sonchus

Spesies : Sonchus arvensis Linn Nama umum : Tempuyung

(Sumber : Sutanto, 2013)

3. Kandungan

Kandungan kimia yang terdapat dalam daun tempuyung berupa ion-ion mineral, seperti silika, alfalaktuserol, beta-laktuserol, manitol, kalium, magnesium, natrium, dan senyawa organik, seperti flavonoid (kaempferol, lutcolin-7-O-gukosida, dan apigenin-7-o-glukosida), kumarin, taraksasterol, inositol, serta asam fenolat (sinamat, kumarat, dan vanilat). Kandungan flavonoid total dalam daun tempuyung sekitar 0,1044%. Sementara itu, kandungan senyawa flavonoid total dalam akar sekitar 0,5%. Flavonoid terbesar yang terkandung dalam akar adalah apigenin-7-O-glukosida (Ningsih, 2013).

(23)

8

yang bekerja untuk mengurangi pembentukan asam urat dalam tubuh (Sutanto, 2013) .

Menurut Paul Cos dan kawan-kawan dari Department of Pharmaceutical Sciences, University of Antwerp, Belgia, dalam Dr. Chairul (1999) beberapa senyawa flavonoida bersifat antioksidan yang dapat menghambat kerja enzim xantin oksidase dan reaksi superoksida, sehingga pembentukan asam urat jadi terhambat atau berkurang. Dalam proses pengobatan atau pencegahan kelebihan asam urat yang digunakan pada tanaman tempuyung, pemeran utamanya adalah senyawa-senyawa glikosida flavonoid dan flavonoid bebas yang terdapat di dalam tumbuhan tempuyung. Flavonoid dapat menghambat kerja enzim xantin oksidase sehingga asam urat tidak terbentuk di dalam tubuh dan senyawa flavonoid akan berikatan dengan kalsium dari batu ginjal

membentuk senyawa komplek khelat (dari kata Yunani ”chele” yang berarti cakar, hal ini dikarenakan dalam membentuk senyawa kompleks, ligand tersebut mencekram atom logam dengan sangat kuat, senyawanya disebut kompleks khelat) yang mudah larut.

Selain mengandung senyawa flavonoid tumbuhan tempuyung juga kaya akan kandungan ion-ion natrium dan kalium yang berfungsi menjaga keseimbangan elektrolit pada ginjal. Ion-ion tersebut juga akan berikatan dengan asam urat membentuk senyawa garam yang mudah larut dalam air, sehingga asam urat yang telah mengkristal di dalam darah dan ginjal akan terlarut menimbulkan efek diuretik (melancarkan urine) pada penderita (Chairul, 1999).

(24)

Kalium pada daun tempuyung dapat menguraikan endapan CaC2O4 penyebab penyakit batu ginjal. Hal ini disebabkan kalium akan menyingkirkan kalsium dan bergabung dengan senyawa kalsium oksalat. Reaksi kimia sebagai berikut :

2K+ + CaC2O4  K2C2O4 + Ca2+ (endapan CaC2O4/batu oksalat) larut larut

Daya melarutkan kalium terhadap endapan kalsium oksalat disebabkan oleh letak kalium di dalam deret Volta sebelum letak kalsium, sehingga kalium akan menyingkirkan kalsium untuk bergabung dengan senyawa karbonat, oksalat, atau urat dan senyawa kalsium menjadi larut (Intisari, 1999).

B. Infusa

Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara mengekstraksi simplasia (bahan alami yang digunakan sebagai obat) nabati dengan air pada suhu 90 0C selama 15 menit. Pembuatan infusa merupakan cara yang paling sederhana untuk membuat sediaan herbal dari bahan lunak. Dapat diminum panas atau dingin. Sediaan herbal yang mengandung minyak atsiri akan berkurang khasiatnya apabila tidak menggunakan penutup pada pembuatan infusa.

(25)

sekali-10

kali diaduk-aduk. Saring selagi panas melalui kain flannel, tambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infusa yang dikehendaki. Infusa simplisia yang mengandung minyak atsiri disaring setelah dingin. Infusa simplisia yang mengandung lendir tidak boleh diperas. Infusa simplisia yang mengandung glikosida antarkinon, ditambahkan larutan natrium karbonat P 10% dari bobot simplisia. Kecuali dinyatakan lain. Infusa yang mengandung bukan bahan berkhasiat keras, dibuat dengan menggunakan 10% simplisia (Badan Pengawasan Obat dan Makanan RI, 2010).

Menggunakan herbal segar yang telah bersih untuk pengobatan begitu juga untuk tanaman tempuyung. Jika bahannya besar atau tebal, sebaiknya potong-potong tipis agar saat pembuatan infusa zat-zat yang terkandung didalamnya mudah keluar dan meresap dalam air infusa. Pada saat merebus bahan, gunakan wadah yang terbuat dari keramik, panci enamel, atau panci beling. Jangan menggunakan wadah dari logam karena logam mengandung zat iron trichloride dan potassium ferrycianide (Damayanti, 2013).

C. Asam Urat

(26)

Penyebabnya tidak diketahui dengan jelas, tapi diperkirakan akibat kelainan proses metabolisme dalam tubuh, tapi yang pasti ada hubungannya dengan obesitas, hipertensi, hiperlipidemia, dan diabetes mellitus. Umumnya dialami oleh laki-laki lebih dari 30 tahun. Sedangkan gout sekunder (10% kasus) dialami oleh wanita pada umumnya setelah menopause, hal ini disebabkan karena gangguan hormon (Sustrani, dkk., 2007)

Nama medis untuk penyakit asam urat tergantung fase penyakitnya. Jika kadar asam urat tinggi di dalam darah, tetapi belum pernah mempunyai keluhan maka disebut hiperurisemia asimtomatis. Jika terjadi serangan akut pada sendi maka disebut penyakit gout akut atau penyakit pirai akut. Jika sesudah serangan akut kemudian untuk sementara tidak ada keluhan lagi maka disebut penyakit gout interkritikal atau penyakit pirai interkritikal. Jika penyakit gout interkritikal atau penyakit pirai interkritikal menjadi kronis maka disebut penyakit gout kronis atau penyakit pirai kronis. Jika penyakit gout kronis atau penyakit pirai kronis menyebabkan timbulnya batu pada saluran kencing atau ginjal maka disebut penyakit batu urat. Jika asam urat penyakit batu urat merusak ginjal secara langsung maka disebut penyakit nefropati urat. Benjolan-benjolan yang mengandung kristal natrium urat berwarna putih seperti kapur biasanya timbul di sekitar sendi pada gout kronis. Benjolan-benjolan ini disebut tofus (Kartia, 2009).

(27)

12

gangguan metabolisme purin yang menimbulkan peningkatan kadar asam urat darah (hiperurisemia), yaitu jika kadar asam urat dalam darah lebih dari 7,5 mg/dl. Penderita gout menghasilkan asam urat secara berlebih sehingga yang tersimpan dalam tubuh meningkat menjadi 3 sampai 15 kali dari keadaan normal (Junaidi, 2006).

Kadar asam urat yang berlebih dalam darah dapat menyebabkan penimbunan kristal asam urat. Apabila penimbunan kristal itu terbentuk pada cairan sendi, terjadilah penyakit pirai. Jika penimbunan itu terjadi pada ginjal, akan muncul penyakit batu asam urat pada ginjal. Untuk mengurangi pembentukan asam urat, konsumsi makanan tinggi purin harus dibatasi atau bahkan dikurangi. Pola diet ini juga sekaligus bermanfaat untuk memelihara berat badan tetap ideal (Handita, 2004).

1. Sumber asam urat

Asam urat dalam tubuh berasal dari berbagai macam keadaan :

a. Asam urat endogen sebagai hasil metabolisme nukleoprotein jaringan. Seperti kita ketahui, nukleoprotein terdiri dari protein asam nukleat, dan asam nukleat merupakan kumpulan nukleotida yang terdiri dari basa purin dan pirimidin, karbohidrat, serta fosfat.

b. Asam urat eksogen yang berasal dari makanan yang mengandung nukleoprotein

(28)

penyakit tertentu karena penghancuran ginjal untuk membuang asam urat (Junaidi, 2006).

Hati ayam tergolong makanan yang mengandung kadar purin tinggi (150-1000 mg purin/100g bahan makanan) (Anonim, 2013). Asupan makanan berkadar purin tinggi dapat meningkatkan kadar asam urat. Hiperurisemia dapat menyebabkan timbulnya penyakit gout yaitu penyakit yang menimbulkan peradangan dan rasa nyeri pada sendi terutama sendi-sendi jari tengah dan kaki. Rasa sakit dan nyeri pada gout diakibatkan adanya kristal garam urat dalam sendi. (Lumentn, 2003).

2. Mekanisme pembentukan dan pemecahan asam urat

a. Sintesis purin

Basa purin disintesis pada bagian ribose. Dalam tahap ini 5’

(29)

14

(IMP) yang mengandung basa hipoxantin dihasilkan. IMP dapat diubah dalam hati menjadi basa bebas, hipoxantin atau nukleosida oleh defosforilasi. Hipoxantin atau inosin berjalan ke berbagai jaringan dimana ia diubah ke nukleotida. IMP adalah precursor terhadap AMP dan GMP. Pada pembentukan GMP, IMP diubah pertama ke xantosin monofosfat oleh enzim IMP dehidrogenase dan akhirnya ke GMP oleh kerja dari GMP sintase. Pada pembentukan AMP, IMP diubah pertama – tama menjadi adenilsuksinat oleh enzim adenilosuksinat sintetase yang akhirnya menjadi AMP melalui kerja adenilosuksinase. Dengan hambatan umpan balik, setiap produk mengatur sintesisnya sendiri dari titik cabang IMP dan juga menghambat tahap awal dalam jalur. AMP dan GMP dapat mengalami fosforilasi sampai tingkat trifosfat. ATP dan guanosin trifosfat (GTP) dapat digunakan untuk proses – proses yang memerlukan energi atau untuk sintesis RNA. Reduksi dari bagian ribose menjadi deoksiribosa terjadi pada tahap difosfat dan dikatalisis oleh ribonukleotida reduktase, yang memerlukan protein tioredoksin. Setelah difosfat mengalami fosforilasi, deoksiadenosin trifosfat (dATP) dan deoksiguanosin trifosfat (dGTP) dapat digunakan untuk sintesis DNA. Basa purin dapat dihemat melalui reaksi dengan PRPP membentuk nukleotida. Enzim penghemat purin adalah hipoxantin-guanin fosforibosil transferase (HGPRT) dan adenine fosforibosil transferase (APRT) (Swanson, Todd A, et all, 2012).

(30)
(31)

16

b. Pemecahan purin

Pembentukan asam urat dimulai dengan metabolisme dari DNA dan RNA menjadi Adenosine dan Guanosin. Proses ini berlangsung di dalam tubuh secara terus menerus. Diproduksi dan digantikan pada sel tubuh, terutama dalam darah. Adenosine mula-mula diubah menjadi inosin oleh adenosine deaminase. Adenosine yang terbentuk kemudian dimetabolisme menjadi hipoksantin. Hipoksantin kemudian dimetabolisme menjadi xanthine. Sedangkan Guanosin dimetabolisme menjadi xantin ( Kurniyati, 2013).

Kemudian xanthine dari hasil metabolisme hiposantin dan Guanosin dimetabolisme dengan bantuan enzim xanthine oxidase menjadi asam urat. Keberadaan enzim xanthine oxidase menjadi sangat penting dalam metabolisme purin, karena mengubah hipoksantin menjadi xanthine, dan kemudian xanthine menjadi asam urat.

(32)

tiga asam urat yang sudah terbentuk di dalam tubuh secara alami akan dikeluarkan bersama urin melalui ginjal ( Kurniyati, 2013).

Gambar II.3. Pembentukan asam urat (diambil dari Kurniyanti, 2013)

D. Gout dan Hiperurisemia

(33)

18

eliminasi/pengeluaran asam urat oleh ginjal, atau keduanya. Gout merupakan diagnosis klinis sedangkan hiperurisemia adalah kondisi biokimia. Gout ditandai dengan episode arthritis akut yang berulang, disebabkan oleh timbunan monosodium urat pada persendian dan kartilago, dan pembentukan batu asam urat pada ginjal (nefrolitiasis). Hiperurisemia yang berlangsung dalam periode lama merupakan kondisi yang diperlukan tetapi tidak cukup untuk menyebabkan terjadinya gout (Lyrawati, 2008).

Hiperurisemia didefinisikan sebagai kadar asam urat jenuh. Dari definisi ini, kadar asam urat lebih dari 7,0 mg/dl termasuk tidak normal dan dapat meningkatkan risiko terjadinya gout. Menurut Hawki dan Rahn (dalam Alisata, 2003), dari hasil penelitian dalam suatu populasi menunjukkan bahwa kadar asam urat dan konsekuensi terhadap risiko gout berkorelasi dengan umur, kreatinin serum, nitrogen urea darah, jenis kelamin (pria), tekanan darah, berat badan, dan asupan alkohol (Alisata, 2003).

E. Allopurinol

Obat hipourisemik pilihan untuk gout kronik adalah allopurinol. Selain mengontrol gejala, obat ini juga melindungi fungsi ginjal. Allopurinol menurunkan produksi asam urat dengan cara menghambat enzim xantin oksidase. Allopurinol tidak aktif tetapi 60‐70% obat ini mengalami konversi di hati menjadi metabolit aktif oksipurinol. Waktu paruh allopurinol berkisar antara 2 jam dan oksipurinol 12‐30 jam pada pasien dengan fungsi ginjal normal. Oksipurinol diekskresikan melalui ginjal bersama dengan allopurinol dan ribosida allopurinol, metabolit utama ke dua.

(34)

Pada pasien dengan fungsi ginjal normal dosis awal allopurinol tidak boleh melebihi 300 mg/24 jam. Pada praktisnya, kebanyakan pasien mulai dengan dosis 100 mg/hari dan dosis dititrasi sesuai kebutuhan. Dosis pemeliharaan umumnya 100 - 600 mg/hari dan dosis 300 mg/hari menurunkan urat serum menjadi normal pada 85% pasien. Respon terhadap allopurinol dapat dilihat sebagai penurunan kadar urat dalam serum pada 2 hari setelah terapi dimulai dan maksimum setelah 7‐10 hari. Kadar urat dalam serum harus dicek setelah 2‐3 minggu penggunaan allopurinol untuk meyakinkan turunnya kadar urat. Allopurinol dapat memperpanjang durasi serangan akut atau mengakibatkan serangan lain sehingga allopurinol hanya diberikan jika serangan akut telah mereda terlebih dahulu. Resiko induksi serangan akut dapat dikurangi dengan pemberian bersama NSAID atau kolkisin (1,5 mg/hari) untuk 3 bulan pertama sebagai terapi kronik (Lyrawati, 2008).

Kebanyakan obat diubah di dalam hati, kadang-kadang dalam ginjal. Kalau fungsi hati tidak baik maka obat yang biasanya diubah dalam hati tidak mengalami perubahan atau hanya sebagian yang diubah. Hal tersebut mnyebabkan efek obat berlangsung lebih lama dan obat menjadi tosik. Respon obat terhadap dosis obat yang rendah biasanya meningkat sebanding langsung dengan dosis. Namun dengan meningkatnya dosis peningkatan repon menurun. Pada akhirnya tercapailah dosis yang tidak dapat meningkatkan respon lagi (lamidi, 1995).

Menurut Malole dalam Puti (2013), efek farmakologi suatu obat dapat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor antara lain:

(35)

20

kemudian masuk saluran intestinal (lambung) dan penyerapan obat melalui membran mukosa pada lambung dan usus. Pemberian peroral akan memberikan onset paling lambat karena melalui saluran cerna dan perlu proses metabolisme sehingga lambat diadsorbsi oleh tubuh. Selain itu pemberian secara oral membutuhkan dosis yang paling besar diantara rute pemberiannya karena melalui metabolisme di hati.

b. Bobot tubuh dan luas permukaan tubuh berpengaruh dalam hasil percobaan. Bobot dan luas permukaan tubuh yang besar akan lebih membutuhkan lebih banyak dosis dibandingkan dengan yang memiliki bobot dan luas permukaan yang kecil untuk mendapatkan data kuantitatif yang akurat pada efek farmakologis yang terjadi.

c. Status kesehatan dan nutrisi berpengaruh terhadap hasil percobaan karena efek yang dihasilkan dalam dosis akan cepat diserap oleh tubuh dan berlangsung cepat efek yang dihasilkan.

d. Usia hewan memiliki pengaruh yang nyata terhadap kerja obat. Hewan yang berusia lebih muda tentu saja membutuhkan dosis yang lebih sedikit dibanding yang lebih tua.

e. Tingkat resistensi dari hewan percobaan yang berbeda-beda. Hewan percobaan yang lebih resisten tentu mengakibatkan onset dan durasi obat menjadi lebih cepat dari pada seharusnya atau tidak timbul efek pada hewan percobaan walaupun diberikan injeksi sesuai dosis yang telah ditentukan

(36)

kondisi lingkungan yang jelek di mana hewan itu tinggal. Maka dengan meningkatnya penyakit infeksi dan disertai dengan keadaan nutrisi yang jelek pula akan berakibat resistensi tubuh menurun sehingga berpengaruh terhadap hasil suatu percobaan. Jadi untuk menghasilkan hasil percobaan yang baik faktor eksternal tersebut harus disesuaikan dengan karateristik hewan percobaan agar hewan tersebut tidak stress. Karena kalau stress akan menghambat percobaan.

.

F. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dalam penelitian ini adalah:

1. Handoyo, Luisa Diana (2005) melakukan penelitian dengan judul Kadar Asam Urat Darah Ayam Jantan Hiperurisemia dengan Pemberian Ekstrak Herba Sidaguri (Sida rhombifolia L.) Per Oral. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh ekstrak herba sidaguri (S. rhombifolia) serta dosis berapa yang efektif terhadap kadar asam urat darah ayam jantan hiperurikemia serta untuk mendapatkan arahan menuju senyawa apakah yang diduga berperan dalam menurunkan kadar asam urat tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadinya penurunan kadar asam urat darah ayam jantan hiperurikemia dengan menggunakan ekstrak herba sidaguri (S. rhombifolia). Senyawa yang dapat menurunkan kadar asam urat darah ayam jantan hiperurisemai adalah flavonoid. Kandungan senyawa flavonoid tersebut berada dalam daun sidaguri (Sida rhombifolia L.).

(37)

22

Asam Urat Serum Darah Ayam Jantan Hiperurisemia Terinduksi Pakan Tinggi Purin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa infusa daging makuto dewo berkhasiat sebagai antihiperurisemia dengan persentase efek berturut-turut 18,17; 38,94; 52,50; 55,80; dan 63,31% dan dosis efektif tengah ditemukan sebesar 23,92 (14,96-40,79) g/kgBB. Mekanisme yang berperan dalam penurunan kadar asam uarat serum darah ayam yang terinduksi pakan tinggi purin diduga berkaitan dengan senyawa yang terkandung dalam buah makuto dewo yaitu senyawa flavonoid.

G. Kerangka Berpikir

Gambar II. 4. Diagram alir kerangka berpikir

Asam urat (hiperurisemia) Infusa daun tempuyung 10%

Faktor penyebab penyakit gout, hiperurisemia, pirai, dan batu

ginjal

Flavonoid yang dapat menghambat xantin oksidase

Uji pengaruh infusa daun tempuyung terhadap asam

urat (hiperurisemia)

Obat penurun asam urat (hiperurisemia)

Asam urat (hiperurisemia) Infusa daun tempuyung 10%

Faktor penyebab penyakit gout, hiperurisemia, pirai, dan batu

ginjal

Flavonoid yang dapat menghambat xantin oksidase

Uji pengaruh infusa daun tempuyung terhadap asam

urat (hiperurisemia)

Obat penurun asam urat (hiperurisemia)

(38)

H. Hipotesis

(39)

24

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan model rancangan penelitian eksperimental. Penelitian eksperimen merupakan salah satu jenis penelitian kuantitatif yang sangat kuat mengukur sebab akibat yaitu membandingkan efek variansi variabel bebas terhadap variabel tergantung melalui manipulasi atau pengendalian variabel bebas tersebut (Taniredja dan Mustafidah, 2011).

B. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah infusa daun tempuyung. Dosis infusa daun tempuyung adalah jumlah miligram infusa daun tempuyung tiap kg berat badan subjek uji yang bersangkutan dengan 3 tingkatan dosis. 2. Variabel terikat

Kadar asam urat total pada mencit (Mus musculus L.) jantan galur DDY. 3. Variabel kontrol

Umur mencit (2,5 bulan), spesies mencit (spesies DDY), jenis kelamin (jantan).

C. Desain Penelitian

(40)

Lengkap (RAL) digunakan untuk percobaan yang mempunyai media atau tempat percobaan yang seragam atau homogen (Sastrosupadi, 2000).

Penerapan perlakuan terhadap unit percobaan dilakukan secara acak terhadap seluruh unit percobaan. Ada tiga tingkatan dosis, yaitu dosis I 812,60 mg/kgBB, dosis II 1425,31 mg/kgBB dan dosis III 2500 mg/kgBB (A, B, dan C) dan kontrol (D) yang akan diuji dengan masing-masing pengulangan sebanyak lima kali. Unit percobaan 5 kandang, maka denah percobaan sebagai berikut :

D. Waktu dan Tempat

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal 17 Maret 2014 – 3 April 2014

2. Tempat Penelitian

Pemeliharaan hewan uji selama masa pengujian dilakukan di LPPT (Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu) Universitas Gajah Mada Yogyakarta.

Pembuatan infusa daun tempuyung dilakukan di Laboratorium Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dan Unit Percobaan

(41)

26

pengukuran kadar asam urat dalam darah mencit dilakukan di Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT Unit I) Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

E. Rancangan Penelitian

1. Penelitian ini menggunakan sampel mencit jantan galur DDY 25 ekor. 2. Tahap pertama yang akan dilakukan dalam pra-penelitian ini adalah

dilakukannya tahap aklimatisasi pada mencit selama 7 hari dengan pemberian pakan standar dan air agar mencit jantan dapat membiasakan diri terhadap lingkungan sekitar. Namun tahap aklimatisasi tidak dilakukan dalam penelitian ini disebabkan mencit-mencit yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari tempat yang akan digunakan untuk penelitian dengan demikian mencit-mencit sudah terbiasa dengan lingkungan sekitarnya yaitu laboratorium yang akan digunakan.

3. Dikarenakan tidak dilakukannya tahap aklimatisasi, maka selanjutnya akan dilakukan tahap hiperurisemia dimana mencit diberikan jus hati ayam 100% sebanyak 2 ml/ kgBB dua kali sehari (pagi dan siang) yang diberikan berturut-turut dari hari pertama sampai hari ke-21 agar mencit memperoleh kondisi hiperurisemia. Hasil pengukuran kadar asam urat pada hari ke-22 digunakan sebagai data kadar asam urat darah mencit hiperurisemia.

4. Sempel dibagi menjadi 5 kelompok pra-perlakuan : a. Kelompok A (kontrol Negatif)

(42)

baseline sehingga perubahan pada variabel terikat dapat terlihat pada kelompok ini 5 ekor mencit jantan diberi aquadest

b. Kelompok B (kontrol Positif)

Kontrol Positif adalah kelompok perlakuan yang besar kemungkinannya menghasilkan efek atau perubahan pada variabel terikat. Kelompok kontrol positif bertujuan untuk membuktikan bahwa eksperimen yang digunakan sudah tepat dan dapat menghasilkan perubahan positif pada variabel terikat. Pada kelompok ini, 5 ekor mencit jantan diberi allopurinol dengan dosis 1 mg/KgBB c. Kelompok C

5 ekor mencit jantan diperlakukan dengan infusa daun tempuyung konsentrasi 10% dengan dosis 812,60 mg/KgBB

d. Kelompok D

5 ekor mencit jantan diperlakukan dengan infusa daun tempuyung konsentrasi 10% dengan dosis 1425,31 mg/KgBB

e. Kelompok E

5 ekor mencit jantan diperlakukan dengan infusa daun tempuyung konsentrasi 10% dengan dosis 2500 mg/KgBB

(43)

28

Tabel III.2.

Pengelompokan hewan uji farmakologi

Kelompok Perlakuan Jumlah hewan

A Mencit hiperurisemia +

aquadest (Kontrol negatif) 5

B

Mencit hiperurisemia + allopurinol 2 mg/kgBB

(Kontrol positif)

5

C

Mencit hiperurisemia + infusa daun tempuyung dosis 812,60

mg/kgBB/hari

5

D

Mencit hiperurisemia + infusa daun tempuyung dosis 1425,31 mg/kgBB/hari

5

E

Mencit hiperurisemia + infusa daun tempuyung dosis 2500

mg/kgBB/hari

5

F. Alat dan Bahan Penelitian

1. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini anatara lain :

a. Kandang pemeliharaan hewan uji, dilengkapi dengan tempat pakan dan minum.

b. Alat untuk menimbang mencit yaitu neraca analik.

c. Alat untuk membuat makanan tinggi asam urat seperti blender, saringan, kain flannel, pengaduk dan gelas ukur.

(44)

d. Alat yang digunakan untuk membuat infusa terdiri dari panci infusa, kompor listrik, saringan, timbangan, pisau, pengaduk, kain flannel, gelas ukur, jarum suntik yang pada ujungnya tumpul.

e. Alat yang digunakan dalam pembuatan larutan allopurinol terdiri dari gelas ukur, erlenmeyer, mortal, tabung Reaksi, dan timbangan.

f. Alat untuk pengambilan sempel darah yaitu Eppendorf dan

mikrohematokrit 1ml.

g. Alat yang digunakan dalam pengukuran kadar asam urat seperti pipet mikro dengan merk merck, kuven, merk SCC 1ml, sentrifuga merk Heraeus Sepatec dengan seri Biofuge 15 buatan Jerman, dan spektrofotometer merk Hach seri DR/2000 buatan USA.

2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu :

a. Hewan uji

Dalam penelitian ini hewan yang digunakan adalah mencit (Mus musculus

L. ) jantan galur DDY, berumur 2,5 bulan sebanyak 25 ekor. Tikus diperoleh dari LPPT Unit IV Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

b. Bahan tumbuhan

(45)

30

c. Pakan

Pakan yang digunakan dalam penelitian secara umum adalah pakan (pelet) standar yang bisa diberikan ke seluruh hewan percobaan.

d. Bahan peningkatan kadar asam urat darah

Untuk meningkatkan kadar asam urat darah (pembuatan hiperurik) digunakan pemberian jus hati ayam 100%. Hati ayam mentah diperoleh dari pasar Tajem Yogyakarta selama 21 hari

e. Bahan kimia

Bahan kimia yang digunakan dalam penelitian yaitu aquadest, allopurinol, kit pereaksi pengukur kadar asam urat darah produksi DiaSys Jerman, yang terdiri dari :

a). Reagen I, terdiri dari :

Buffer phosphate pH 7,0 100 mmol/lt TBHBA (asam 2,4,6 tribromo-3-hidroksibenzoat) 1mmol/lt b). Reagen II, terdiri dari :

Buffer phosphate pH 7,0 100 mmol/lt

4 aminoantipyrin 0,3 mmol/lt

K4(Fe(CN)6) 10

µmol/lt

Peroksidase (POD) > 2 kU/lt

Urikase > 30 U/lt

c). Larutan asam urat standar yang mengandung asam urat 6 mg/lt (357 µmol/lt)

(Handoyo, 2005)

(46)

G. Cara Kerja

1. Pengumpulan bahan

Bahan tanaman yang digunakan berupa daun tempuyung yang diperoleh dari kebun biologi Universitas Sanata Dharma. Daun tempuyung yang digunakan adalah daun tempuyung yang berombak memeluk batang. Daun dikumpulkan dan dicuci bersih dengan air mengalir.

2. Identifikasi tanaman tempuyung

Identifikasi tanaman tempuyung dilakukan di Laboratorium Sistematik Tumbuhan Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada untuk mencocokkan keadaan tanaman yang akan diteliti dengan kunci identifikasi.

3. Pemberian pakan mencit

Untuk meningkatkan kadar asam urat dalam darah mencit maka diberikan asupan pakan mencit dengan cara memberikan jus hati ayam mentah 100% secara cekok selama 21 hari. Jumlah jus hati ayam mentah 100% diberikan setiap hari sebanyak 2 mililiter per ekor mencit.

4. Pembuatan larutan kontrol positif allopurinol

(47)

32

5. Pembuatan infusa daun tempuyung 10%

Konsentrasi infusa yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10%. Daun tempuyung yang telah diambil secara acak dilakukan dengan menimbang 10 g serbuk daun lalu dimasukkan dalam panci infus dan dicampurkan dengan aquadest 120 ml kemudian dipanaskan sampai suhu 900C. Sekali-sekali diaduk setelah mencapai suhu 900Cselama 15 menit (diusahakan suhu infus tetap 900C). Setelah 15 menit infusa diangkat dari pemanas kemudian disaring. Penyaringan infusa menggunakan kain flanel putih sampai diperoleh volume keseluruhan 100 ml.

6. Penetapan dosis infusa daun tempuyung

Penentuan dosis menggunakan infusa daun tempuyung 10% dan volume maksimum pemberian peroral pada mencit adalah 2 ml. Pemakaian sehari-hari di masyarakat digunakan 6,25 gram daun tempuyung (Manganti, 2011). Dosis tersebut digunakan untuk manusia. Apabila akan diperlakukan untuk Mencit (Mus musculus L.) jantan, dosis tersebut dikonversikan untuk digunakan pada mencit. Perhitungan dosis untuk mencit sebagai berikut:

Dosis ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

D (g/gBB) x BB (g)=(mL) x C (g/mL)

Konversi berat daun tempuyung dari dosis unutk manusia ke dosis untuk mencit adalah sebagai berikut :

 dosis masyarakat : 6,25 gram

 konversi :

(48)

= 0,8125

gr/kgBB

 Volume maksimal : 2 ml

(Volume ini adalah volume maksimal untuk penggunaan peroral pada mencit).

 Dosis maksimal

Perhitungan dosis maksimal menggunakan rumus sebagai berikut:

D (g/gBB) x BB (g)=V(mL) x C (g/ml)

Keterangan: D = dosis

BB = berat badan mencit

V = volume C = konsentrasi

 Faktor ketetapan =√

=1,754

Setelah mengetahui dosis maksimal dan faktor kelipatan, maka dicari rentang dosis bawahnya. Sehingga didapat tiga peringkat dosis yang digunakan. Berikut penentuan dosis yang dilakukan dalam penelitian ini :

(49)

34

7. Pengelompokan dan perlakuan hewan uji

Mencit dibagi menjadi 5 kelompok, pada setiap masing-masing kelompok diberikan secara cekok sebanyak 1 mg/kgBB/hari infusa daun tempuyung. Untuk pada setiap masing – masing kelompok diberikan perlakuan sebagai berikut :

 Kelompok I diberikan aquadest sebagai kontrol negatif,

 kelompok II diberikan allopurinol 1 mg/kgBB sebagai kontrol positif,

 kelompok III diberikan infusa daun tempuyung 10% dengan dosis 812,60 mg/kgBB/hari,

 kelompok IV diberikan infusa daun tempuyung 10% dengan dosis 1425,31 mg/kgBB/hari, dan

 kelompok V diberikan infusa daun tempuyung 10% dengan dosis 2500 mg/kgBB/hari.

Kadar asam urat dalam darah mencit diukur setelah 7 hari pemberian infusa. Contoh perhitungan volume infusa daun tempuyung 10% yang diberikan

1. Misal berat badan mencit 27 gram 2. Dosis infusa 10%

3. Konsentrasi infusa 10%

4. volume yang diberikan

(50)

8. Pengambilan darah mencit

Darah masing-masing tikus diambil sebelum perlakuan hipererukemia yaitu pada hari ke-8, setelah perlakuan hipererukemia yaitu pada hari ke-22 dan 7 hari setelah pemberian infusa daun tempuyung atau pada hari ke-29. Darah diambil melalui vena orbitalis sebanyak 2 ml dengan menggunakan kapiler mikrohematokrit.

Pengambilan darah tikus dilakukan melalui mata. Langkah langkah yang dilakukan sebagai berikut:

a. mencit dipegang dan dijepit bagian tengkuk dengan jari tangan.

b. mencit dikondisikan senyaman mungkin, kemudian Mikrohematokrit

digoreskan pada medial canthus mata di bawah bola mata ke arah

foramen opticus.

c. Mikrohematokrit diputar sampai melukai plexus, jika diputar 5 kali maka harus dikembalikan 5 kali.

d. Darah ditampung pada eppendorf, kemudian diletakkan miring 45º dan dibiarkan mengendap pada suhu kamar, selanjutnya dilakukan sentrifugasi untuk mendapatkan serum yang dimaksud.

9. Pengukuran kadar asam urat dalam darah mencit (Mus musculus L.)

(51)

36

penetapan kadar asam urat dengan metode ini adalah Reaksi oksidasi asam urat oleh enzim urikase menjadi allantoin, karbon dioksida (CO2), dan hydrogen peroksida (H2O2). Hydrogen peroksida yang dihasilkan dalam Reaksi tersebut menjadi quinonimene yang berwarna biru yang dapat memberikan serapan pada panjan gelombang 546 nm. Reaksi diatas dapat ditulis sebagai berikut.

Asam urat + H2O + O2 urikase Allantoin + CO2 + H2O2

2 H2O2 + 4-aminoantipyrin + 2 H2O2 POD Quinonimine + 3 H2 ( Biru )

Gambar III.1. Reaksi umum pengukuran kadar asam urat dalam pembentukan warna

Prosedur pengukuran

Panjang gelombang spektrofotometer : 540 nm

Diameter kuvet : 1 cm

Suhu : 20 – 25 oC / 37 oC

Pengukuran : dibandingkan

dengan blanko Berikut prosedur yang dilakukan dalam pengukuran kadar asam urat serum darah menggunakan reagen diatas.

Tabel III.3. Volume sempel, standart, blanko, dan reagen untuk pengukuran kadar asam urat darah

Blanko Sampel atau

standart

Blanko Sampel atau

standart Campurkan, kemudian inkubasikan selama 30 menit, lalu tambahkan

Reagen 2 250 µl 250 µl

(52)

Campurkan dan inkubasikan selama 10 menit pada 25 – 27 oC. Baca kadar asam urat dengan spektrofotometer vitalab mikro pada panjang gelombang 540 nm. Mulai pembacaan dengan blangko dan standar.

Pembacaan dilakukan pada toleransi 60 menit.

Kadar asam urat darah yang diperoleh selanjutnya dibuat kurva kadar asam urat dengan mengeplotkan nilai kadar asam urat lawan waktu sampling darah. Dari kurva tersebut dihitung luas daerah di bawah kurva dari jam ke-0 sampai jam ke-24 (LDDK0-24) dengan metoda trapezoid.

Metode trapezoid :

x (

)

Keterangan :

T = waktu (jam atau menit ) C = konsentrasi zat (mg/jam)

= luas daerah di bawah kurva dari jam ke-0 sampai ke-n

H. Analisis Data

Hasil analisis kimia masing-masing parameter untuk 5 kelompok perlakuan diuji statistika dengan Analysis of Variance (Anova), dengan derajat kepercayaan 95% (p < 0,05). Apabila data dengan skala pengukuran numerik tetapi tidak memenuhi untuk uji parametik (misalnya distribusi data tidak normal), maka dilakukan uji nonparametik yang merupakan alternatif dari uji parametik. Alternatif uji one way anova adalah uji Kruskal-Wallis.

(53)

38

adalah untuk mengetahui faktor variabel berdistribusi normal atau tidak. Fungsi uji homogenitas adalah untuk mengetahui variabel identik atau tidak identik.

(54)

39

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil dan Pembahasan

Penelitian Pengaruh infusa daun tempuyung (Sonchus arvensis. L) terhadap penurunan kadar asam urat darah mencit (Mus musculus L.) hiperurisemia dilakukan dalam dua tahapan kerja, yaitu pra-perlakuan dan perlakuan, dengan tiga kali pengambilan sempel uji. Tahap pra-perlakuan dilakukan selama 21 hari dengan pemberian jus hati ayam mentah 100% sebanyak 2ml/kgBB sebanyak 2 kali dalam sehari (pagi dan sore).

Pemberian makan jus hati ayam diberikan secara oral. Pra perlakuan ini untuk meningkatkan kadar asam urat darah mencit (kondisi hiperurisemia). Kondisi hiperurisemia diketahui dari pengukuran kadar asam urat dalam serum darah mencit (Mus musculus L.) Tahap perlakuan dengan pemberian infusa daun tempuyung (Sonchus arvensis. L). Pada tahap terakhir ini dilakukan pengambilan sempel darah yaitu pada hari ke 29.

(55)

40

dikeluarkan melalui kencing dan resikonya adalah kadar asam urat bisa menjadi tinggi (hiperurisemia).

Pengujian dilakukan terhadap hasil infusa daun tempuyung. Didasarkan pada potensinya pada penurunan kadar asam urat dalam darah mencit. Dosis yang diuji didasarkan pada pendekatan dosis yang sering digunakan oleh masyarakat sekitar. Pada penelitian ini digunakan tiga tingkatan dosis dengan konsentrasi 10%, yaitu dosis I sebanyak 812,60 mg/kgBB, dosis II sebanyak 1425,31 mg/kgBB, dan dosis III sebanyak 2500 mg/kgBB. Pengambilan sampel darah mencit dilakukan dalam 3 pengambilan sampel darah yaitu hari ke-0 (sebelum dilakukannya pra perlakuan yaitu sebelum pemberian hiperurisemia), pada saat sebelum dilakukan tahap perlakuan yaitu pada hari ke-22, dan setelah dilakukannya tahap perlakuan (setelah pemberian dosis) pada hari ke-29. Penelitian ini menggunakan allopurinol sebagai kontrol positif yang digunakan sebagai pertimbangan karena obat allopurinol yang digunakan untuk penderita asam urat yang berperan sebagai inhibitor xantin oksidase yang mempengaruhi perubahan hipoxantin dioksidasi menjadi xantin oleh xantin oksidase, dan xantin dioksidasi berubah manjadi asam urat oleh xantin oksidase.

Uji farmakologi dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar kebermaknaan efek yang ditimbulkan perlakuan infusa daun tempuyung terhadap penurunan kadar asam urat dalam darah mencit. Dalam penelitian ini yang perlu dicermati ialah variasi dosis dari infusa yang diberikan dan besarnya efek yang ditimbulkan setelah perlakuan.

Pertama-tama dilakukan uji untuk mengetahui normalitas distribusi data yang diperoleh, sehingga dapat dilanjutkan analisis selanjutnya. Analisis yang

(56)

digunakan yaitu metode statistik deskriptif frequencies melalui analisi data varian dengan uji kolmogorov-smirnov. Dari hasil pengujian yang dilakukan dapat diketahui bahwa hasil uji farmakologi dari perlakuan infusa daun tempuyung berdistribusi normal dengan varians sama. Karena varians data sama meskipun distribusinya normal, maka sebagai uji lanjutan untuk mengetahui signifikan dari efek masing-masing perlakuan dilakukan uji ANOVA One Way.

1. Determinasi Tanaman Tempuyung

Tujuan dari determinasi tanaman tempuyung yang dilakukan pada penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa tanaman tempuyung yang digunakan sebagai bahan uji benar berasal dari tanaman tempuyung. Determinasi tanaman dilakukan di Laboratorium Sistematik Tumbuhan Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada oleh Dr. Purnomo, M.S. Determinasi dilakukan dengan mencocokkan ciri-ciri tanaman dengan menggunakan kunci dertiminasi yang ada. Kunci dertiminasi tanaman Tempuyung sebagai berikut :

1b-2b-3b-4b-6b-7b-9b-10b-11b-12b-13b-14a-15a (109. tanaman golongan 8)-109b-120a-121a-122a (121. Famili Compositae)-11b-12b-23b (24. Sonchus)

Berdasarkan hasil identifikasi di atas dapat dipastikan bahwa daun yang digunakan berasal dari tanaman Sonchus arvensis L. surat keterangan identifikasi dapat dilihat pada lampiran 4.

2. Berat Badan Mencit (Mus Musculus L.)

(57)

42

tetap. Tetapi ketika konsumsi kalori berlebih dibandingkan yang diperlukan tubuh, maka tubuh akan menyimpan tambahan kalori tersebut sehingga menyebabkan berat badan bertambah.

Berikut merupakan hasil pengukuran berat badan mencit awal dan setelah pra-perlakuan pemberian hiperurisemia. Untuk berat mencit awal dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini.

Tabel 4.1.

Berat badan mencit awal Kode Kandang Berat Mencit

(gram)

Berat badan mencit pra-perlakuan hiperurisemia Kode Kandang Berat Mencit

(gram)

Dari pengukuran berat badan mencit dapat kita ketahui adanya kenaikan berat badan mencit selama percobaan, yaitu pada saat awal dan setelah perlakuan pemberian hiperurisemia (tabel 4.1 dan tabel 4.2). Dapat dilihat terjadi kenaikan dari hasil penimbangan berat badan mencit. Penambahan berat badan mencit tersebut dapat dikatakan normal karena mencit masih dalam masa pertumbuhan. Berat badan mencit ditentukan oleh keseimbangan energi (dalam bentuk makanan) yang masuk dengan energi yang keluar dari tubuh.

(58)

3. Kadar asam urat

1. Peningkatan kadar asam urat darah hewan uji

Kadar asam urat yang berlebih dalam darah dapat menyebabkan penimbunan kristal asam urat. Apabila penimbunan kristal itu terbentuk pada cairan sendi, terjadilah penyakit pirai. Jika penimbunan itu terjadi pada ginjal, akan muncul penyakit batu asam urat pada ginjal. Untuk mengurangi pembentukan asam urat, konsumsi makanan tinggi purin harus dibatasi atau bahkan dikurangi. Karena itu diet rendah purin harus dilakukan oleh para penderita pirai dan batu asam urat di ginjal. Pola diet ini juga sekaligus bermanfaat untuk memelihara berat badan tetap ideal (Handita, 2004).

Pada uji ini dilakukan keadaan hiperurisemia dibuat dengan cara memberikan jus hati ayam mentah 100% sebanyak 2 ml/kgBB 2 kali sehari selama 21 hari berturut – turut. Hasil yang teramati dapat dilihat pada tabel 4.3. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa dengan pemberian jus hati ayam mentah 100% sebanyak 2 kali selama 21 hari dapat menyebabkan peningkatan kadar asam urat dalam darah mencit. Hasil data ini menunjukan bahawa hewan uji Telah mengalami hiperurisemia yang kemudian dipergunakan untuk dasar dalam pengujian berikutnya.

Pada tabel 4.3 disajikan perbandingan antara kadar asam urat mencit (Mus musculus L.) normal dan hiperurisemia sebelum perlakuan.

Tabel 4.3.

Kadar asam urat dalam darah mencit normal dan hiperurisemia sebelum perlakuan

Kelompok Kadar asam urat (mg/dL) ± SD Normal Hiperurisemia

(59)

44

Pada tabel 4.3 tampak bahwa rata-rata kadar asam urat darah mencit dalam pra perlakuan (kondisi hiperurisemia) menunjukan kadar asam urat lebih tinggi dibandingkan dengan kadar asam urat dalam kondisi normal. Hal ini dapat dilihat dalam pengujian T test (Lampiran 8). Dalam uji T tersebut didapat perbedaan yang nyata antara kadar asam urat sebelum dan sesudah pemberian jus hati ayam mentah yaitu Phitung>Ptabel N. Perbandingan kadar asam urat mencit (Mus musculus L.) dalam darah mencit normal dan hiperurisemia dapat ditampilkan dalam bentuk histogram sebagai berikut.

Gambar 4.1 Diagram perbandingan antara kadar asam urat mencit (Mus musculus

L.) normal dan hiperurisemia (mg/dL) sebelum perlakuan.

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3

Kontrol Negatif

Kontrol Positif

Dosis I Dosis II Dosis III

Kadar Asam Urat pada Mencit Normal

Kadar Asam Urat pada Mencit Hiperurikemia

Kelompok Kadar asam urat (mg/dL) ± SD Normal Hiperurisemia

Kontrol Positif 1.29 ± 0.77 2.17 ± 0.90

Dosis I 1.26 ± 0.89 2.52 ± 1.32

(60)

Dari gambar 4.1 dapat dilihat terjadinya kenaikan yang cukup tinggi antara kadar asam urat dalam darah mencit dalam keadaan normal dan hiperurisemia. Kadar asam urat normal dan hiperurisemia selama 21 hari terdapat perbedaan nyata. Kadar asam urat setelah hari 21 tampak lebih tinggi daripada sebelum pemberian jus hati ayam mentah 100%. Untuk membuktikan secara akurat maka dilakukannya uji T (lampiran 8). Setelah diuji secara statistika dengan uji T (lampiran 8) kadar asam urat kelompok kontrol, dosis 1, dosis 2, dan dosis 3 berbeda nyata dengan kadar asam urat sebelum perlakuan jus hati ayam mentah 100%. Hal tersebut menunjukan tercapainya keadaan hiperurisemia.

(61)

46

2. Pengaruh pemberian infusa daun tempuyung (Sonchus arvensis. L)

Setelah tercapai kondisi hiperurisemia, hewan uji diberikan perlakuan infusa daun tempuyung selama 7 hari.

Tabel 4.4.

Kadar asam urat serum darah mencit hiperurisemia dan setelah perlakuan

Kontrol negatif : mencit dengan perlakuan aquadest Kontrol positif : mencit dengan perlakuan allopurinol 1

mg/kgBB)

Dosis I : infusa daun tempuyung dengan dosis 812,60 mg/kgBB

Dosis II : infusa daun tempuyung dengan dosis 1425,31 mg/kgBB

Dosis III : infusa daun tempuyung dengan dosis 2500 mg/kgBB

Berdasarkan tabel 4.4 menunjukan terdapat perbedaan rata-rata kadar asam urat darah mencit hiperurisemia dan setelah perlakuan antar tiap kelompok. Setelah pemberian infusa daun tempuyung tampak adanya perbedaan yang nyata antar kadar asam urat pada tiap kelompok. Asupan makanan kadar purin tinggi setiap hari dan pada akhir penelitian dapat membuat kadar asam urat meningkat. Kadar asam urat yang paling rendah setelah perlakuan hiperurisemia ialah pada dosis I (812,60 mg/kgBB) sebesar 0,30 mg/dL dan selisih penurunannya sebesar 2,22 mg/dL sehingga dosis I (812,60 mg/kgBB) dapat menurunkan kadar asam urat yang paling efektif dari kelompok lainnya. Allopurinol dan aquadest yang digunakan untuk penurunan kadar asam urat sebagai pertimbangan juga mampu

(62)

menurunkan kadar asam urat. Allopurinol diperlakukan dengan obat yang biasa digunakan oleh masyarakat sedangkan aquadest digunakan tanpa perlakuan. Dari hasil analisis kontrol positif dan kontrol negatif (pada tabel 4.4) kedua kontrol tersebut dapat menurunkan kadar asam urat. Perbandingan kadar asam urat mencit (Mus musculus L.) dalam darah mencit hiperurisemia dan setelah perlakuan dapat ditampilkan dalam bentuk histogram sebagai berikut. Dilakukannya Uji T agar mendapatkan hasil yang lebih akurat dan dapat dilihat pada lampiran 9.

Gambar 4.2 Diagram perbandingan kadar asam urat serum darah mencit Hiperurisemia dan setelah perlakuan

Gambar 4.2 menunjukkan bahwa terjadi perubahan kadar asam urat hiperurisemia dan setelah mendapat perlakuan pada masing-masing kelompok. Untuk mengetahui apakah terjadi perbedaan bermakna atau tidak terhadap perubahan kadar asam urat pada masing-masing kelompok setelah 8 hari perlakuan dilakukan juga uji statitistik. Uji statistik yang dilakukan adalah Uji T (lampiran 9). Hasil uji T terlihat pada tabel 4.5.

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3

K(-) K(+) Dosis I Dosis II Dosis III

(63)

48

Tabel 4.5.

Hasil Uji T (Paired-Sampel T Tast) Kadar Asam Urat pada Mencit

Kelompok Kontrol Negatif

Kontrol

Positif Dosis I Dosis II Dosis III Kontrol

Negatif 0,277 Kontrol

Positif 0,100

Dosis I 0,039s

Dosis II 0,123

Dosis III 0,033s

Keterangan :

Nilai sig=<0.05, rata-rata kadar asam urat darah mencit hiperurisemia dan setelah perlakuan (berbeda nyata)

s

= Signifikan

Hasil uji Paired-sampels T test pada dosis I nilai sig. 0,039 (p=<0,05) yang berarti dosis I adalah tidak identik atau signifikan. Perlakuan aquadest pada kelompok kontrol negative dapat menurunkan kadar asam urat, namun tidak signifikan dalam penurunan kadar asam urat darah mencit. Pada kelompok kontrol posistif yang diberi allopurinol menunjukkan bahwa allopurinol tidak memiliki pengaruh yang signifikan dalam menurunkan kadar asam urat mencit. Hal ini ditunjukkan (lampiran 9) dengan nilai signifikan 0,000 (p<0,05). Pada dosis III nilai sig. 0,033 (p=<0,05) yang berarti dosis III adalah tidak identik atau signifikan. Pada dosis II nilai sig. 0,123 (p=>0,05) yang berarti dosis II adalah identik atau tidak signifikan, begitu juga pada kontrol negatif dan positif dapat dilihat nilai sig (p=>0,05) sehingga hasil dikatakan identik atau tidak signifikan. Pada dosis I dan dosis III memiliki hasil yang signifikan yang berarti dosis tersebut dapat menurunkan kadar asam urat, namun semua perlakuan yang diberikan dapat menurunkan kadar asam urat.

Gambar

Gambar II. 1. Morfologi Tumbuhan Tempuyung (Sonchus arvensis L .) .......  6
Tabel III.1. Denah percobaan ..................................................................................
Gambar II.1. Morfologi Tumbuhan Tempuyung (Sonchus arvensis L.)
Gambar II.2. Sintesis Purin (diambil dari Swanson, T.A, et all, 2012)
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Pembahasan tersebut dimulai dari penjelasan mengenai sejarah MIDI, pengertian dari MIDI sampai cara memainkan file MIDI dengan menjelaskan fungsi-fungsi yang ada pada driver MIDI

Hasil: Terdapat kadar timbal dalam rambut akibat paparan kronis pada sopir kendaraan umum di Kota Mataram dengan kadar rata – rata adalah 8,4085 μg/g dengan persentase 28,3% di

Dengan materi pembelajaran adalah pengenalan novel, unsur-unsur ekstrinsik yang mengandung interaksi subordinasi, hubungan seksual (prostitusi), pertukaran sosial, konflik, dan

Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui tumbuhan dan penggunaan apa saja yang digunakan Di Kelurahan Kutawaru Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap.. Jenis

Franklin dan Snow (1985) serta Brander et al ., (1991) mengatakan bahwa mekanisme resistensi bakteri terhadap antibiotik terjadi dengan cara penginaktifan obat,

berbahasa lisan adalah salah satu alat komunikasi yang paling efektif atau.. suatu bentuk bahasa dimana kata-kata atau suara digunakan untuk. menyampaikan maksud kepada

PENUKAL ABAB