1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Permasalahan
Otonomi daerah bertujuan mengembangkan daerah
berdasarkan potensi dan aspirasi daerah secara demokratis dengan
mengikutsertakan partisipasi masyarakat setempat. Undang-undang
No.32 tahun 2004 yang telah diubah dengan UU No. 12 Tahun 2008
dan diubah kembali dengan UU No.23 Tahun 2015 tentang
Pemerintahan Daerah memberi kewenangan yang besar kepada
pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.
Pemberian otonomi luas kepada daerah diarahkan untuk peningkatan
pelayanan umum dalam rangka mewujudkan kesejahteraan
masyarakat, dan meningkatan daya saing daerah.
Berdasarkan pengalaman penyelenggaraan pemerintahan di
banyak negara, satu faktor penting yang memengaruhi keberhasilan
otonomi daerah adalah kapasitas atau kemampuan daerah dalam
berbagai bidang yang relevan. Dengan demikian, dalam rangka
penyelenggaraan pelayanan kepada masyarakat dan peningkatan
daya saing daerah diperlukan kemampuan atau kapasitas pemerintah
2
Untuk mewujudkan hal tersebut, pemerataan tata kelola
penyelenggaraan pemerintah daerah yang baik merupakan kebutuhan
yang wajib dilaksanakan oleh suatu daerah. Hal tersebut harus
dilaksanakan agar kemajuan dan kesejahteraan masyarakat sebagai
tujuan utama pembangunan daerah dapat terwujud, yaitu di bidang
penyelenggaraan pengelolaan keuangan termasuk di dalamnya
pengelolaan aset.
Sumber daya penting bagi pemerintah daerah adalah aset
daerah sebagai penopang utama Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Maka, penting bagi pemerintah daerah untuk dapat mengelola aset
secara memadai. Manajemen aset sebetulnya merupakan bagian yang
tidak terpisah dari manajemen keuangan dan secara umum terkait
dengan administrasi pembangunan daerah khususnya yang berkaitan
dengan nilai aset, pemanfaatan aset, pencatatan nilai aset dalam
neraca, maupun dalam penyusunan prioritas dalam pembangunan.
Sedangkan manajemen aset ke depan lebih ditujukan untuk
menjamin pengembangan kapasitas yang berkelanjutan dari
pemerintah daerah, maka dituntut agar dapat mengembangkan atau
mengoptimalkan pemanfaatan aset daerah guna meningkatkan atau
mendongkrak Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang akan digunakan
untuk membiayai kegiatan guna mencapai pemenuhan persyaratan
optimal bagi pelayanan tugas dan fungsi instansinya terhadap
masyarakat.
Menurut Siregar (2004:157) bahwa “Manajemen Aset
3
berkembang dan popular di lingkungan pemerintahan maupun di
satuan kerja atau instansi”.
Aset (barang milik negara) merupakan sumber daya yang
mutlak diperlukan dalam penyelenggaraan pemerintahan. Aset
merupakan sumber daya ekonomi yang dimiliki atau dikuasai oleh
pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari manfaat
ekonomi atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik
oleh pemerintahan maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam
satuan uang, termasuk sumber daya non-keuangan yang diperlukan
untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber
daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.
Manajemen aset daerah merupakan unsur keberhasilan
pengelolaan ekonomi daerah. Pentingnya pengelolaan aset secara
tepat dan berdaya guna, dengan didasari prinsip manajemen yang
efektif diharapkan akan memberi kekuatan terhadap kemampuan
Pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam membiayai pembangunan
daerahnya yang tercermin dalam Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Satu unsur penting agar pengelolaan keuangan pemerintah
daerah berjalan secara efektif dan efisien adalah manajemen aset
daerah. Aset yang berada dalam pengelolaan pemerintah daerah tidak
hanya yang dimiliki oleh pemerintah daerah saja, tetapi juga
termasuk aset pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah daerah dalam
rangka pelayanan ataupun pelaksanaan tugas dan fungsi pemerintah
4
Manajemen aset daerah yang ditangani dengan baik akan
dapat menjadi modal awal bagi pemerintah daerah untuk melakukan
pengembangan kemampuan keuangannya. Namun jika tidak dikelola
secara optimal, aset tersebut justru menjadi beban biaya karena
sebagian dari aset membutuhkan perawatan atau pemeliharaan dan
juga turun nilainya (terdepresiasi) seiring waktu. Tantangan bagi
pengelolaan setiap jenis aset akan berbeda, bergantung kepada
karakter dari aset tersebut. Sistem manajemen yang diterapkan
merupakan prosedur yang disepakati bersama antar pemerintah pusat
dan pemerintah daerah, serta pihak-pihak yang terkait lainnya.
Oleh karena itu manajemen aset daerah dilandasi oleh
kebijakan dan regulasi yang secara lengkap mencakup aspek penting
dari manajemen keuangan yang bijaksana, namun tetap memberikan
peluang bagi daerah untuk berkreasi menemukan pola yang paling
sesuai dengan kondisi dan budaya lokal sehingga memberikan
kesejahteraan bagi masyarakat.
Pada saat ini fungsi pengelolaan barang milik daerah
dilaksanakan oleh organisasi yang terpisah dengan organisasi
pengelolaan keuangan daerah. Di pemerintah Provinsi Jawa Barat,
fungsi pengelolaan barang milik daerah dilaksanakan oleh Biro
Pengelolaan Barang Daerah Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat.
Seperti tertuang dalam UU Nomor 1 Tahun 2004 jo PP Nomor 6
Tahun 2006 dijelaskan beberapa manajemen aset meliputi
perencanaan kebutuhan dan penganggaran barang daerah,
5
pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan, penghapusan serta
pembinaan, pengendalian dan pengawasan dalam pengelolaan barang
daerah.
Pada Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Aset
(barang milik negara) terdiri dari Aset Lancar, Aset Tetap dan Aset
lain-lain:
1) Aset lancar meliputi kas yaitu kas di kas daerah, kas di
bendahara pengeluaran ataupun penerimaan, investasi jangka
pendek, (Deposito), piutang (pajak, retribusi, dan lainnya),
beban dibayar dimuka, dan persediaan.
2) Aset tetap meliputi tanah, peralatan dan mesin, gedung dan
bangunan, Jalan, Irigasi dan Jaringan (JIJ), Aset tetap lainnya,
dan Konstruksi Dalam Pengerjaan (KDP).
3) Aset lain-lain meliputi aset tidak berwujud, kerjasama pihak
ketiga, dan aset yang tidak digunakan.
Seperti diketahui, aset (barang milik negara) banyak
macamnya namun pada kesempatan ini yang menjadi fokus
penelitian adalah manajemen aset tanah di lingkungan pemerintah
Provinsi Jawa Barat, karena beberapa alasan sebagai berikut:
1. Dibandingkan aset lain seperti aset peralatan dan mesin, aset
tanah Pemerintah Provinsi Jawa Barat memiliki potensi daerah
yang jika dimanfaatkan secara optimal akan jauh lebih
meningkatkan pendapatan asli daerah, meningkatkan peluang
6
2. Di samping itu, aset tanah masih sering dijumpai kesulitan dalam
mencari lokasi aset beserta batas-batasnya secara tepat, berbeda
dengan aset lain seperti aset peralatan dan mesin.
3. Belum ada basis data aset tanah yang lengkap dan akurat yang
mendukung pengelolaan aset dan menjadi bahan pertimbangan
dalam pengambilan keputusan.
4. Berbeda dengan aset lain, aset tanah yang tersebar di seluruh
wilayah Provinsi Jawa Barat ini, pemerintah mengalami
kesulitan untuk mengetahui secara pasti aset tanah mana saja
yang telah dikuasai atau berpotensi memiliki investasi tinggi.
5. Hanya aset tetap tanah yang nilainya tidak disusutkan karena
nilai tanah selalu naik dan tidak pernah turun.
6. Nilai aset tanah paling tinggi dibandingkan dengan nilai aset
yang lainnya. Berikut data aset tetap audited dari tahun 2010
7
TABEL 1 ASET TETAP AUDITED PEMPROV JABAR PERIODE 2010-2014
Sumber: Data Aset TanahTahun 2015 (data diolah)
Aset daerah sebagai suatu unsur penting dalam rangka
penyelenggaraan pemerintah dan pelayanan kepada masyarakat.
Oleh karena itu, harus dikelola dengan baik dan benar sehingga akan
terwujud pengelolaan barang daerah yang transparan, efisien,
akuntabel, dan adanya kepastian nilai yang dapat berfungsi sesuai
dengan tugas pokok dan fungsi dari pemerintah daerah (Yusuf, 2009:
11).
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa banyak
permasalahan yang sebenarnya dimulai dari salah kelola, salah urus
aset, dan administrasi yang tidak tertata dengan rapi sehingga
berdampak kerugian. Misalnya, optimalisasi sumber daya tidak dapat
dilakukan secara maksimal karena tidak teridentifikasi dengan jelas,
seperti sengketa lahan milik pemerintah. Berikut ini tabel data aset
tanah bermasalah:
NO URAIAN 2010 2011 2012 2013 2014
1 Tanah 5.782.633.100.666,50 6.669.946.595.007,50 6.435.803.282.501,50 6.957.295.449.651,50 7.526.033.539.502,50
2 Peralatan dan Mesin 991.942.850.531,61 1.140.553.788.579,55 1.338.056.685.815,08 1.622.927.007.615,68 1.902.384.969.393,46
3 Gedung dan Bangunan 962.208.268.373,23 1.168.216.217.226,10 1.312.373.054.350,08 1.780.795.799.472,12 2.012.114.650.160,21
4 Jalan,Irigasi, dan Jaringan 5.480.307.863.467,45 5.718.521.189.377,23 6.192.709.127.270,20 6.520.612.954.189,61 6.790.702.576.991,79
5 Aset Tetap Lainnya 21.374.286.079,00 23.334.764.388,60 31.531.578.877,60 38.800.016.527,60 43.147.680.771,34
6 Konstruksi Dalam Pengerjaan 54.542.934.930,46 96.294.664.916,04 189.884.943.464,00 70.463.631.556,02 206.678.646.522,00
8
TABEL 2 ASET LAHAN MILIK/DIKUASAI PEMPROV JABAR YANG MASIH BERPOTENSI SENGKETA
Sumber: Data Aset TanahTahun 2015 (data diolah)
No Bukti Kepemilikan Luas
Tanah Alamat Status Kondisi Existing
1a
Sertipikat Hak Milik No. 62 Tahun 1989 tanggal 5 September 1989
8115 m2 Karanganyar Kabupaten Subang Dikuasai oleh masyarakat
Semula tanah milik masyarakat,dibeli oleh Dinas Perikanan Provinsi Jawa Barat ditanami sawah dengan plang nama kepemilikan Pemprov Jabar dicuri oleh masyarakat,lalu tanah tersebut dikelola masyarakat dengan menanam padi sehingga tidak disalahgunakan oleh pihak lain, yang dikemudian hari akan menimbulkan sengketa lahan.
1b
Sertipikat Hak Milik No. AE290532/10.20.03.01.4. 00010 Tahun 1945 tanggal 21 Februari 1994
8210 m2 Kelurahan Kedawung Kabupaten Cirebon Dikuasai oleh perorangan bernama 'Sukardin'
Dipergunakan untuk sawah oleh masyarakat atas nama pribadi 'Sukardin', Kedawung B (kanan) hasil sawah untuk pribadi dan sertifikat atas nama Dinas PU Pengairan Provinsi Jawa Barat.
1c
Sertipikat Hak Milik No. AD970590/10.20.02.10.4. 00001 Tahun 1945 tanggal 3 Mei 1993
4160 m2
Kelurahan Cirebon Girang Kabupaten Cirebon
Dikuasai oleh perorangan bernama 'Sahropi'
Dipergunakan untuk sawah oleh atas nama pribadi 'Mardiono', hasil sawah untuk pribadi dan sertifikat atas nama Dinas PU Pengairan Provinsi Jawa Barat.
1d
Sertipikat Hak Milik No. AE290532/10.20.03.01.4. 00010 Tahun 1945 tanggal 21 Februari 1994
8210 m2 Kelurahan Kedawung
Kabupaten Cirebon
Dikuasai oleh perorangan bernama 'Sukardin'
Dipergunakan untuk sawah oleh atas nama pribadi 'Sahropi', dan sertifikat atas nama Dinas PU Pengairan Provinsi Jawa Barat.
2
Sertipikat Hak Pengelolaan (HPL) No. 1 Tahun 1985 Tangal 28 November 1985.
10.305 m2Jl. Banceuy No. 8 Kota
Bandung
Pada tanggal 17 April 1984 dilaksanakan perjanjian kerjasama antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan PT Interna Permai nomor 011/3700/HUK dengan jangka waktu 30 (tiga puluh) tahun dan berakhir pada tanggal 17 April 2014.
Aset lahan dan bangunan masih menjadi objek sengketa antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan penghuni lama, dan gugatan sudah masuk di PTUN dan Pengadilan Negeri.
3a
Sertipikat dalam proses permohonan hak ke Kantor Pertanahan Kab. Bandung
31.000 m²
Jl. Ciganitri II Desa Lengkong Kec. Bojongsoang Kab. Bandung
Dikerjasamakan dengan pihak ketiga & tidak memiliki perikatan yang jelas
Belum jelas tentang status sewa lahan tersebut
3b
Sertipikat Hak Pakai Nomor 91 tanggal 05 Februari 2009
1.233 m² Jalan PHH Mustofa No.54 Kota Bandung
Dikerjasamakan dengan pihak ketiga & tidak memiliki perikatan yang jelas
Sudah dilaksanakan eksekusi
4
Sertipikat Hak Pakai Nomor 05 tanggal 14 Mei 2007
24.425 m²
Jalan Saparua No.1 Kel.Citarum,Kec.Bandun g Wetan Kota Bandung
Dikerjasamakan dengan pihak ketiga & tidak memiliki perikatan yang jelas
9
1. Empat bidang lokasi aset tanah bersertifikat Hak Milik yang
luas semuanya jika dijumlahkan sangat tinggi yaitu sekitar
28.600 m2 dikuasai oleh masyarakat yang suatu hari akan
menjadi sengketa.
2. Aset Tanah seluas 10.305 m2, Sertifikat Hak Pengelolaan (HPL)
No.1 Tahun 1985 tanggal 28 November 1985 yang beralamat di
Jl. Banceuy Nomor 8 Bandung, namun Aset tanah dan
bangunan tersebut masih menjadi objek sengketa antara
Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan penghuni lama, dan
gugatan sudah masuk di PTUN dan Pengadilan Negeri.
Kerjasama Perjanjian pada tanggal 17 April 1984 antara
Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan PT. Interna Permai
Nomor 011/3700/HUK dengan jangka waktu 30 (tiga puluh)
tahun dan berakhir pada tanggal 17 April 2015.
3. Kerjasama pemanfaatan aset tanah dengan pihak ketiga tidak
memiliki perikatan yang jelas dan tidak memberikan kontribusi
kepada penerimaan negara, yaitu:
a. Aset Tanah seluas 31.000 m2 yang beralamatdi Jl. Ciganitri
II Desa Lengkong Kecamatan Bojongsoang Kabupaten
Bandung dengan status Sertifikat masih dalam proses.
b. Aset Tanah seluas 1.233 m2 yang beralamat di Jalan PHH
Mustofa Nomor 54 Bandung dengan Sertifikat Hak Pakai
10
4. Pemanfaatan aset tanah seluas 24.425 milik pemerintah kota
Bandung yang beralamat di Jl. Saparua No. 1 Kel. Citarum,
Kec. Bandung Wetan berpotensi terjadi sengketa.
Kondisi di atas menggambarkan bagaimana manajemen aset
tanah di lingkungan pemerintah Provinsi Jawa Barat belum optimal
dan dimanfaatkan secara efektif. Aset tanah tersebut merupakan aset
yang cukup potensial namun belum dikelola dengan baik. Jika dalam
pengelolaan aset tanah tersebut kurang efektif, maka tentunya akan
berdampak terhadap investasi dan akan berpengaruh terhadap
pengembangan Provinsi Jawa Barat maupun daerah yang berada di
wilayah Provinsi Jawa Barat di masa yang akan datang.
Proses manajemen aset tanah di Provinsi Jawa Barat sudah
memanfaatkan teknologi yaitu program excel yang merupakan
program dari Microsoft Office. Seiring perkembangan waktu dengan
menggunakan program ini Biro Pengelolaan Barang Daerah SETDA
Provinsi Jawa Barat merasakan adanya kelemahan dari aplikasi
tersebut seperti:
1. Sulitnya mengambil data dari Organisasi Perangkat Daerah
(OPD) di Lingkungan Provinsi Jawa Barat yang kurang lebih
berjumlah 50 OPD sehingga data sangat sulit untuk up to date.
2. Tidak dapat memuat gambar, baik bentuk aset maupun wujud
11
3. Khususnya aset tanah, pada program excel hanya nilai aset saja
yang ditampilkan tidak bisa menampilkan denah lokasi, ataupun
titik ordinat keberadaan tanah tersebut dengan jelas.
4. Tidak adanya klasifikasi aset dalam kondisi baik maupun kurang
baik dalam hal ini apakah aset tersebut masih layak digunakan
ataupun sudah harus dihapuskan.
Merasakan kelemahan tersebut, Provinsi Jawa Barat
menyadari bahwa harus ada sistem berbasis jaringan (web), seiring
kemajuan zaman dan kebutuhan yang tidak bisa ditunda maka
keputusan akan pilihan-pilihan dalam pengelolaan aset hanya bisa
terjawab dengan tepat bila dimemiliki informasi yang jelas tentang
aset tersebut.
Pemerintah Provinsi Jawa Barat membuat laporan keuangan
sejak tahun 2003 dan setiap pemeriksaan BPK aset selalu menjadi
temuan yang utama. Sehingga Pemerintah Provinsi Jawa Barat
dituntut untuk menata kembali pemerintahan dalam segala bidang,
baik administrasi dan lainnya terutama penataan aset. Maka tahun
2009 diputuskanlah untuk menggunakan sistem dalam membantu
pengelolaan aset di Provinsi Jawa Barat.
Sampai dengan akhir tahun 2010 pengelolaan barang milik
daerah di lingkungan pemerintah Provinsi Jawa Barat belum dapat
diwujudkan sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 6
Tahun 2006 dan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 yaitu
menjamin terlaksananya tertib administrasi dan tertib pengelolaan
12
Pengelolaan Barang Daerah SETDA Provinsi Jawa Barat memilih
sistem manajemen aset yang digunakan di lingkungannya yaitu
Aplikasi Teknologi Informasi Siklus Barang Daerah
(ATISISBADA).
ATISISBADA dirancang dan dibangun berdasarkan
Permendagri Nomor 17 tahun 2007 tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Barang Milik Daerah dan Peraturan Gubernur Jawa
Barat Nomor 64 tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan
Gubernur Jawa Barat Nomor 14 Tahun 2010 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 6 Tahun
2008, sebagai acuan dalam pengelolaan barang milik daerah di
lingkungan Provinsi Jawa Barat.
ATISISBADA adalah sebuah sistem informasi manajemen
yang berfungsi dalam pengelolaan data dan informasi barang milik
daerah secara on line berdasarkan 13 siklus yang diterapkan dalam
pengadministrasian data, terdiri dari : 1) Siklus Perencanaan, 2)
Siklus Pengadaan, 3) Siklus Penerimaan dan Pengeluaran, 4) Siklus
Penetapan, 5) Siklus Penatausahaan, 6) Siklus Pemanfaatan, 7)
Siklus Pengamanan dan Pemeliharaan, 8) Siklus Penilaian, 9) Siklus
Penghapusan, 10) Siklus Pemindahtanganan, 11) Siklus Pembiayaan,
12) Siklus Ganti Rugi, dan 13) Siklus Pembinaan, Pengawasan, dan
Pengendalian.
ATISISBADA sudah digunakan pemerintah Provinsi Jawa
Barat sejak tahun 2011, namun hingga sekarang masih dalam proses
13
seperti penyelesaian batas-batas tanah baik dengan Kab/Kota
ataupun perorangan sebagai imbas dari Otonomi Daerah masih
belum selesai. Hasil Penelusuran ke lapangan dalam rangka
memperoleh keabsahan data, ditemukan bahwa tanah milik Dinas
PSDA (Pengelolaan Sumber Daya Air) terkena kikisan air (proses
alamiah) sehingga batas tanah bisa berubah menjadi berkurang
ataupun bertambah. Selain itu, penelusuran dilakukan untuk
memverifikasi kebenaran kepemilikan aset tanah apakah milik
pemerintah ataukah milik pihak lain dan kejelasan pencatatannya
sehingga tidak menjadi sengketa, hilang ataupun tercatat ganda
(double entry) yaitu tercatat di Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan
di Pemerintah Kabupaten / Kota.
Kartu Inventaris Barang (KIB) A disusun sebagai suatu upaya
yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi masalah di
atas. Di dalam Kartu Inventaris Barang (KIB) A terdapat penjelasan
mengenai luas tanah, tahun perolehan, letak tanah, status tanah,
penggunaan, dan nilai aset tanah. Berikut keterangannya dalam tabel
14
TABEL 3 KARTU INVENTARIS BARANG (KIB A) TANAH PEMPROV JAWA BARAT
Sumber: Kartu Inventaris Barang Tahun 2015 (data diolah)
Dari Kartu Inventaris Barang (KIB A) diketahui jumlah aset
tanah Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang dikategorikan sebagai
tanah kosong sebanyak 443 bidang tanah kurang lebih seluas
6.936.236,44 m2 dan tahun perolehan yang bervariasi yang tersebar
di beberapa wilayah.
Beberapa permasalahan yang terjadi berkaitan dengan
penggunaan aset tanah Pemerintah Provinsi Jawa Barat, antara lain:
terdapat beberapa aset tanah yang tidak lagi dipergunakan sesuai
peruntukkan awalnya, data aset tanah tidak lengkap, terdapat aset
Tanggal Nomor
1 01.01.11.05.01 1 Tanah kosong yang tidak diusahakan
2.040,00 2003 Komp Gunung Sari Dalam Kel. Pekiringan Kec. Gunung Sari Kota Cirebon
- - - Eks Disnakertrans Pembelian
/Inventaris
289.680.000,00 Koreksi BPK TA 2010 Penyerahan dari Disnakertrans - 1952
2 01.01.11.05.01 2 Tanah kosong yang tidak diusahakan
7.369,00 2003 Komp Gunung Sari Dalam Kel. Pekiringan Kec. Gunung Sari Kota Cirebon
- - - Eks Disnakertrans Pembelian
/Inventaris
1.046.398.000,00 Koreksi BPK TA 2010 Penyerahan dari Disnakertrans - 1952
3 01.01.11.05.01 3 Tanah kosong yang tidak diusahakan
36.140,00 2003 Komp Gunung Sari Dalam Kel. Pekiringan Kec. Gunung Sari Kota Cirebon
- - - Eks Disnakertrans Pembelian
/Inventaris
5.131.880.000,00 Koreksi BPK TA 2010 Penyerahan dari Disnakertrans - 1952
4 01.01.11.05.01 4 Tanah kosong yang tidak diusahakan
4.272,00 2003 Jl Muararajen Kel. Cihaurgeulis Kota Bandung
- - - Eks Disnakertrans Pembelian
/Inventaris
1.217.520.000,00 Koreksi BPK TA 2010 Penyerahan dari Disnakertrans - 1952
5 01.01.11.05.07 1 Tanah Kosong Lain-lain 480,00 1952 Jl. Kalijaga Kel. Penggambiran Timur Kec. Cirebon Timur Kabupaten Cirebon
Pakai 12/2/2002 27 Tanah Kosong Pembelian /Inventaris
257.760.000,00 Ex Dinas Tenaga Kerja Prov Jabar
Harga Keterangan
Kode Barang Reg Hak Sertifikat
No. N o m o r
Nama Barang Luas (M2) Tahun Perolehan Letak / Alamat
Status Tanah
15
tanah yang belum memiliki bukti penguasaan hak atas tanah yang
sah (sertifikat), aset tanah yang dipergunakan oleh masyarakat
sekitar tidak memiliki perjanjian dengan Pengelola Aset, terdapat
aset tanah yang telah mengalami proses pembebasan lahan untuk
bangunan rumah warga, kurangnya pengurus aset daerah yang
memadai, dan terbatasnya dana yang dimiliki oleh pemerintah daerah
dalam kegiatan pemeliharaan, pengamanan maupun pengelolaan
tanah aset daerah menyebabkan sebagian besar aset daerah tidak
tertangani semestinya.
Proses pengendalian dan pemanfaatan aset belum
dilaksanakan secara optimal. Beberapa aset tanah yang belum
dimanfaatkan dengan baik karena tidak masuk dalam daftar
inventaris yang statusnya masih dalam sengketa maupun karena
belum bersertifikat. Pengelolaan aset daerah ini bukanlah hal yang
mudah, maka dari itu keputusan diambil pemerintah dengan pilihan
sistem ATISISBADA dalam pengelolaan aset.
Selama menerapkan sistem ATISISBADA, Biro Pengelolaan
Barang Daerah SETDA Provinsi Jawa Barat belum mengetahui
tingkat efektivitas dari aplikasi ini, sehingga instansi tidak
mengetahui sistem ATISISBADA ini sudah lebih efektif atau belum
16
Berdasarkan argumen yang telah dikemukakan di atas, maka
hal ini menjadi pertimbangan dilakukan penelitian terhadap
“Efektivitas Sistem Aplikasi Teknologi Informasi Siklus Barang
Daerah (ATISISBADA) Dalam Manajemen Aset Tanah Pada
Biro Pengelolaan Barang Daerah SETDA Provinsi Jawa Barat”.
B. Fokus Penelitian
Dari fenomena yang ada, ditemukan bahwa pengelolaan aset
tanah di lingkungan Provinsi Jawa Barat belum optimal, maka
dipilihlah suatu sistem ATISISBADA, sebagai suatu alternatif untuk
mengelola aset daerah. Mengingat luasnya kajian permasalahan pada
penulisan ini, maka penulis memfokuskan penelitian ini pada
menguji efektivitas penggunaan sistem ATISISBADA dalam
manajemen aset tanah yang meliputi inventarisasi, legalitas,
penilaian, optimalisasi, serta pengawasan dan pengendalian terhadap
aset tanah di lingkungan Provinsi Jawa Barat.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menganalisis efektivitas sistem ATISISBADA yang diterapkan pada
17
mengelola aset tanah, karena dengan mengetahui efektivitas sistem
tersebut, organisasi juga dapat mengukur keberhasilan sistem
tersebut sehingga SETDA Provinsi Jawa Barat dapat menilai apakah
sistem ATISISBADA sudah sesuai harapan atau tidak.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademik
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan
pemikiran bagi pengembangan keilmuan administrasi pada sektor
publik terutama dalam memberikan sebuah kasus terhadap penerapan
konsep dan teori manajemen aset pada sektor pemerintahan.
b. Manfaat Praktis
1. Bagi pemerintah, penelitian ini sebagai rekomendasi
penyempurnaan kebijakan operasional organisasi manajemen
aset tanah di Provinsi Jawa Barat.
2. Bagi mahasiswa, dapat memberikan informasi mengenai