• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Deskripsi Variabel Penelitian

5.2 Hasil Analisis Pengaruh Variabel Modal Kerja, Jumlah Tenaga Kerja, Jam Kerja dan Teknologi Terhadap Pendapatan Nelayan

5.2.2 Uji Hipotesis

5.2.2.1 Koefisien Determinasi (R2)

Dari hasil regresi pengaruh variabel modal kerja, tenaga kerja, pengalaman kerja, teknologi, harga jual terhadap pendapatan diperoleh nilai R2 sebesar 0.530. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 53% dari variasi variabel pendapatan telah dijelaskan secara serempak oleh variabel modal kerja (X1), pengalaman kerja (X2), jam kerja (X3), dan teknologi (X4). Sedangkan sisanya yaitu sebesar 47%

persen dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang belum dimasukkan dalam model.

5.2.2.2 Pengujian Signifikan Simultan (Uji-F)

Dari hasil regresi pengaruh variabel modal kerja, tenaga kerja, pengalaman kerja, teknologi, harga jual terhadap pendapatan diperoleh tingkat signifikansi F adalah sebesar 0,000 (0,000≤0,001). Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima,yang berarti variabel bebas modal ,tenaga kerja, pengalaman, teknologi, harga jual secara serempak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat Pendapatan nelayan.

5.2.2.3Pengujian Signifikan parsial (Uji-t)

Dari hasil regresi pengaruh variabel modal melaut, pengalaman kerja, jam kerja dan teknologi terhadap pendapatan :

- Variabel modal memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,000 (0,000≤0,05); dan teknologi sebesar 0,006 (0,006≤0,05) Hal ini menunjukkan bahwa variabel modal dan teknologi secara parsial berpengaruh nyata terhadap pendapatan nelayan.

- Variabel jam kerja sebesar 0,310 (0,310 ≥0,05) dan pengalaman melaut sebesar 0,934 (0,934≥0,05 ). Hal ini menunjukkan bahwa masing-masing variabel jam kerja dan pengalaman melaut secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan nelayan

5.2.2.3.1 Pengaruh Modal kerja terhadap pendapatan

Dari penelitian ini diketahui bahwa modal berpengaruh signifikan terhadap pendapatan nelayan artinya modal secara parsial berpengaruh nyata terhadap

pendapatan nelayan. Besarnya koefisien regresi adalah 1,233. Hal ini menunjukkan bahwa setiap adanya kenaikan modal Rp.1.000, maka akan terjadi kenaikan pendapatan sebesar Rp.1.233,- dengan asumsi variabel lain tetap. Sehingga untuk mendapatkan penambahan pendapatan yang besar harus diikuti dengan penambahan modal yang lebih besar lagi.

Hal ini sesuai dengan pernyataan oleh Mubyarto bahwa modal mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan berhasil tidaknya suatu usaha produksi yang didirikan. Sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Sujarno, 2008 yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Nelayan di Kabupaten Langkat”. Sama halnya dengan nelayan di Kabupaten Sergai, bahwa modal merupakan faktor yang dapat mempengaruhi pendapatan nelayan. Nelayan di lokasi penelitian khususnya nelayan dengan kapasitas perahu 4GT sering terkendala dalam ketersediaan modal. Mereka lebih sering membeli bahan bakar ke pedagang bahan bakar eceran daripada ke SPBN (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan). Hal ini disebabkan ketidakadaan modal untuk membeli bahan bakar di SPBN. Para pedagang bahan bakar eceran membolehkan para nelayan untuk berhutang, sedangkan untuk mendapatkan bahan bakar di SPBN, nelayan harus membayar secara kontan terlebih dahulu.

5.2.2.3.2 Pengaruh Jam Kerja terhadap pendapatan

Dari penelitian ini diketahui bahwa jam kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan nelayan (0,310≥0,05) artinya jarak tempuh secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan nelayan.

Hal ini bertentangan dengan hasil penelitian Muhammad Arliman yang berjudul “Pengaruh Modal, Jam Kerja, Pengalaman dan Teknologi Terhadap Pendapatan Nelayan Tangkap di Kabupaten Takalar.” Adanya Indikasi over fishing di wilayah laut Kabupaten Sergai menyebabkan lamanya waktu melaut belum tentu bisa meningkatkan hasil tangkapan. Nelayan yang berasal dari wilayah lain di luar Kabupaten Serdang Bedagai yang menggunakan pukat trawl tak henti mengeksploitasi wilayah tangkap nelayan tradisional Kabupaten Serdang Bedagai, bahkan hingga ke bibir pantai. Keberadaan nelayan pengguna pukat trawl yang tidak terkendali inilah yang diduga menjadi alasan terjadinya over fishing di wilayah tangkap nelayan Kabupaten Serdang Bedagai sehingga selama apapun waktu yang digunakan untuk proses produksi tidak bisa meningkatkan hasil tangkapan ikan.

5.1.1.3.3 Pengaruh Pengalaman Melaut terhadap pendapatan

Dari penelitian ini diketahui bahwa pengalaman tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan nelayan dengan besar signifikansi yaitu 0,934 (0,934≥0,05) artinya pengalaman secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan nelayan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Sujarno (2008) dengan judul “Analisis Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Nelayan di Kabupaten Langkat”. Lamanya pengalaman seorang nelayan tidak menentukan besarnya hasil tangkapan, hal ini dikarenakan setiap nelayan masih bergantung kepada kondisi alam dan habitat ikan di laut.

5.1.1.3.4 Pengaruh Teknologi terhadap pendapatan

Dari penelitian ini diketahui bahwa teknologi berpengaruh signifikan terhadap pendapatan nelayan dengan nilai signifikansi sebesar 0,006 (0,006≤0,05).

Teknologi mempunyai pengaruh negatif terhadap pendapatan. Hal ini terjadi karena teknologi ditinjau dari kapasitas kapal yang digunakan oleh nelayan. Perbedaan jenis kapal menyebabkan perbedaan jenis komoditas yang dihasilkan oleh nelayan. Berbeda pula jumlah tenaga kerja, modal dan kemampuan jarak yang ditempuh oleh kapal. Komoditas yang dihasilkan oleh nelayan dengan kapal 0 GT adalah udang dan kepiting. Harga udang berkisar antara Rp. 30.000,- hingga Rp. 100.000,- per kilogram di tingkat nelayan. Sedangkan nelayan dengan kapasitas kapal 4 GT memproduksi Ikan Gembung, dengan kisaran harga Rp. 18.000,- sampai Rp. 26.000,- per kilogram di tingkat nelayan. Kapal berkapsitas besar secara keseluruhan disewa oleh nelayan dan harga jualnya juga ditentukan oleh pemilik kapal, maka dari itu teknologi memiliki pengaruh negatif terhadap pendapatan nelayan. Ditinjau dari pengaruhnya maka hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Muhammad Arliman yang berjudul “Pengaruh Modal, Jam Kerja, Pengalaman dan Teknologi Terhadap Pendapatan Nelayan Tangkap di Kabupaten Takalar”, bahwa teknologi berpengaruh terhadap pendapatan nelayan. 5.3 Program Pemerintah yang ada di Desa Pekan Tanjung Beringin dan

Desa Kuala Lama

Dari informasi dan hasil wawancara dengan nelayan di Desa Pekan Tanjung Beringin dan Desa Kuala Lama, program pemerintah untuk meningkatkan pendapatan nelayan yang ada di desa-desa tersebut adalah Program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP).

Pengembangan Usaha Mina Perdesaan (PUMP) Perikanan Tangkap merupakan bagian dari pelaksanaan PNPM Mandiri yang betujuan untuk penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja di perdesaan (Perpres 15/2010: Klaster II). Melalui kegiatan PUMP Perikanan Tangkap diharapkan berkembangnya usaha penangkapan ikan, berkembangnya kewirausahaan nelayan, dan menjadikan Kelompok Usaha Bersama (KUB) sebagai lembaga ekonomi di pedesaan.

5.4 Persepsi Nelayan Terhadap Program Pengembangan Usaha Mina

Dokumen terkait