• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Dan Persepsi Nelayan Pada Program Peningkatan Pendapatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Dan Persepsi Nelayan Pada Program Peningkatan Pendapatan"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)

Lampiran 3. Total Nilai Jawaban Nelayan Sampel yang tidak Mendapat Program PUMP

No Pernyataan Positif Pernyataan Negatif Total

1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7

1 5 2 2 2 4 2 2 4 2 2 2 1 2 2 34

2 4 2 2 2 4 2 2 4 2 2 2 1 3 2 34

3 4 2 2 2 4 2 2 4 2 1 2 2 2 2 33

4 4 2 2 2 4 2 2 4 2 2 2 2 2 2 34

5 4 2 2 2 4 2 2 4 2 2 2 1 2 2 33

6 5 3 3 2 4 2 2 4 2 2 3 2 2 2 38

7 4 2 2 2 4 2 2 4 2 2 2 2 2 2 34

8 4 2 2 2 4 2 3 4 2 2 2 1 2 2 34

9 5 2 2 2 4 2 2 4 2 1 2 2 2 2 34

10 4 2 2 2 4 2 2 4 2 2 2 2 2 2 34

11 4 2 2 2 4 2 2 4 2 2 2 2 2 2 34

12 4 2 2 2 4 2 2 4 2 1 2 2 2 2 33

13 4 2 2 2 4 2 2 4 2 2 2 2 2 2 34

14 4 2 2 2 4 2 2 4 2 2 2 2 2 2 34

15 4 2 2 2 4 2 3 4 2 1 2 2 2 2 34

16 5 2 2 2 4 2 2 4 2 2 2 1 2 2 34

17 4 2 2 2 4 2 2 4 2 2 2 1 3 2 34

18 4 2 2 2 4 2 2 4 2 1 2 2 2 2 33

19 4 2 2 2 4 2 2 4 2 2 2 2 2 2 34

(6)

Lampiran 3. Lanjutan

No Pernyataan Positif Pernyataan Negatif Total

1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7

21 5 3 3 2 4 2 2 4 2 2 3 2 2 2 38

22 4 2 2 2 4 2 2 4 2 2 2 2 2 2 34

23 4 2 2 2 4 2 3 4 2 2 2 1 2 2 34

24 5 2 2 2 4 2 2 4 2 1 2 2 2 2 34

25 4 2 2 2 4 2 2 4 2 2 2 2 2 2 34

26 4 2 2 2 4 2 2 4 2 2 2 2 2 2 34

27 4 2 2 2 4 2 2 4 2 1 2 2 2 2 33

28 4 2 2 2 4 2 2 4 2 2 2 2 2 2 34

29 4 2 2 2 4 2 2 4 2 2 2 2 2 2 34

(7)

Lampiran 4. Total Nilai Jawaban Nelayan Sampel yang Mendapat Program PUMP

No

Pernyataan Positif Pernyataan negatif

Total

1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7

1 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 58

2 5 3 3 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 5 58

3 4 2 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 52

4 4 2 4 4 4 4 4 4 3 4 3 2 4 4 50

5 5 3 4 4 4 3 4 4 4 5 4 4 4 4 56

6 4 3 4 4 4 3 5 4 4 4 4 4 4 5 56

7 4 3 2 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 55

8 5 4 5 4 5 2 4 4 5 4 4 4 4 4 58

9 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 55

10 5 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 55

11 5 2 4 4 4 4 4 4 2 4 3 3 4 4 51

12 4 3 4 4 4 5 4 4 4 4 4 3 4 4 55

13 4 2 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 52

14 4 3 3 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 55

15 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 5 4 4 4 55

16 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 58

17 5 3 3 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 5 58

18 4 2 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 52

19 4 2 4 4 4 4 4 4 3 4 3 2 4 4 50

(8)

Lampiran 4. Lanjutan

No

Pernyataan Positif Pernyataan negatif

Total

1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7

21 4 3 4 4 4 3 5 4 4 4 4 4 4 5 56

22 4 3 2 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 55

23 5 4 5 4 5 2 4 4 5 4 4 4 4 4 58

24 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 55

25 5 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 55

26 5 2 4 4 4 4 4 4 2 4 3 3 4 4 51

27 4 3 4 4 4 5 4 4 4 4 4 3 4 4 55

28 4 2 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 52

29 4 3 3 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 55

(9)

Daftar Pustaka

Arsyad, Lincolin. 2003. Ekonomi Manajerial. Edisi Kelima. Balai Pustaka. Yogyakarta

Basri, Yuswar Zainul. 2007. Bunga Rampai Pengembangan Ekonomi Pesisir. Universitas Trisakti. Jakarta.

BPS. 2012. Indonesia dalam Angka. Badan Pusat Statistik Pusat, Jakarta

Case, Karl E dan Ray C Fair. 2007. Prinsip-Prinsip Ekonomi (edisi kedelapan). Terjemahan olehY. Andri Zaimur. Jakarta: Erlangga.

Darmayuanita, 2012.Pengertian perilaku.darmayuanita.blogspot.com.diakses pada 13 Agustus 2014

Dinawan, 2010.Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian. Tesis dipublikasikan.semarang.MagisterManajemen .Univer-sitas Diponegoro.

http.sergaikab.go.id. Serdang Bedagai Dalam Angka. Diakses pada 13 Agustus 2014

Ghozali, Imam. 2007. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Dipenogoro. Semarang

Imron, Masyuri. 2003. Pemberdayaan Masyarakat Nelayan. Media Pressindo: Yogyakarta

Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2009

Kementerian Kelautan dan Perikanan,. 2012. Data Statistik Kelautan dan Perikanan.

Kiranasari, 2010.Pengaruh Upah Per Bulan, Umur, Jenis Kelamin, Dan Jumlah Tanggungan Keluarga Terhadap Curahan Jam Kerja Sektor Informal di Kabupaten Tegal.

Mulyadi, Subri. 2005. Ekonomi Kelautan.Raja Grafindo Persada.Jakarta

Rofi, 2012.Pengaruh Disiplin Kerja Dan Pengalaman Kerja Terhadap Prestasi Kerja Karyawan Pada Departemen Produksi Pt. Leo Agung Raya Semarang. Sekolah tinggi ilmu ekonomi. Totalwin. Semarang.

(10)

Samuelson, Paul A. & William D. Nordhauss, 2002. Makro Ekonomi. Erlangga. Jakarta

Sastrawidjaya, dkk, 2002, Nelayan Nusantara,Pusat Pengolahan Produk Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, Jakarta.

Singgih, Santoso. 2002. Statistik Multivariat. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta

Soekartawi.2002.Agribsnis Teori dan Aplikasinya. Raja Grafindo Persada, Jakarta Suara Pembaruan, 18 November 2005

Sukirno, Sadono. 2004. Makro Ekonomi Teori Pengantar. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta

(11)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penentuan daerah penelitian menggunakan metode Cluster Sampling. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Serdang Bedagai khususnya di Desa Kuala lama Kecamatan Pantai Cermin dan Desa Pekan Tanjung Beringin Kecamatan Tanjung Beringin.

Tabel 3.1. Jumlah Nelayan di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2013

No. Kecamatan Waktu Penuh Sambilan Jumlah

1.

Sumber : Serdang Bedagai Dalam Angka 2013

Kecamatan Pantai Cermin dan Kecamatan Tanjung Beringin dipilih karena nelayan di Kecamatan Tanjung Beringin adalah nelayan dengan populasi terbanyak di Kabupaten Serdang Bedagai, sedangkan Kecamatan Pantai Cermin dipilih sebagai perbandingan.

(12)

Metode pengambilan sampel dilakukan secara Purposive Stratified Random Sampling.

Tabel 3.2. Jumlah Sampel di Desa Kuala Lama dan Desa Pekan Tanjung Beringin yang mendapatkan Program Bantuan Pemerintah

No. Jenis Kapal Sampel

1. Perahu non GT 15

2. Perahu Motor (4 GT) 15

Jumlah 30

Tabel 3.3. Jumlah Sampel di Desa Kuala Lama dan Desa Pekan Tanjung Beringin yang Tidak Mendapatkan Program Bantuan Pemerintah

No. Jenis Kapal Sampel

1. Perahu Tanpa Motor 15

2. Perahu Motor (4 GT) 15

Jumlah 30

Roscoe (1975) yang dikutip Uma Sekaran (2006) memberikan acuan umum untuk menentukan ukuran sampel :

1. Ukuran sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500 adalah tepat untuk kebanyakan penelitian.

2. Jika sampel dipecah ke dalam subsampel (pria/wanita, junior/senior, dan sebagainya), ukuran sampel minimum 30 untuk tiap kategori adalah tepat. 3. Dalam penelitian mutivariate (termasuk analisis regresi berganda), ukuran

sampel sebaiknya 10 kali lebih besar dari jumlah variabel dalam penelitian. 4. Untuk penelitian eksperimental sederhana dengan kontrol eskperimen yang

ketat, penelitian yang sukses adalah mungkin dengan ukuran sampel kecil antara 10 sampai dengan 20.

(13)

besardari jumlah variabel maka, dalam penelitian ini ditentukan bahwa masing-masing variabel diwakilkan oleh 15 sampel.

3.3Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung dari hasil wawancara langsung kepada nelayan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner). Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi-instansi terkait di daerah penelitian seperti, Dinas Perikanan dan Kelautan (KKP) dan Badan Pusat Statistik (BPS).

3.4Metode Analisis Data

Hipotesis 1 dianalisis dengan regresi linier berganda. Dalam peneltian ini akan dianalisis pengaruh modal kerja, pengalaman, jam kerja dan teknologi terhadap pendapatan nelayan di Desa Pekan Tanjung Beringin, Kecamatan Tanjung Beringin dan Desa Kuala Lama, Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai yang dirumuskan sebagai berikut

Y = + + + + +

Dimana:

Y = Pendapatan nelayan (Rp) = Konstanta

, , = Koefisen x1 = modal kerja (Rp) x2 = Pengalaman (Tahun) x3 = Jam Kerja

(14)

Pengujian Hipotesis I

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini meliputi pengujian serempak (uji-f), pengujian individu (uji-t), dan pengujian ketetapan perkiraan (R2), uji asumsi klasik yang meliputi multikolinearitas, heteroskedasitas, autokorelasi dan normalitas.

Uji Statistik

1. Pengujian Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi merujuk kepada kemampuan dari variabel independen (X) dalam menerangkan variabel dependen (Y). Koefisien determinasi digunakan untuk menghitung seberapa besar varian dan variabel dependen dapat dijelaskan oleh variasi variabel-variabel independen. Nilai R2 paling besar 1 dan paling kecil 0 (0 < R2< 1). Bila R2sama dengan 0 maka garis regresi tidak dapat digunakan untuk membuat ramalan variabel dependen, sebab variabel-variabel yang dimasukkan ke dalam persamaan regresi tidak mempunyai pengaruh varian variabel dependen adalah 0.

2. Pengujian Signifikan Simultan (Uji f-test statistik)

(15)

independen (modal kerja, tenaga kerja, pengalaman kerja, teknologi, dan harga jual) terhadap variabel dependen (pendapatan nelayan).

3. Pengujian Signifansi Parameter Individual (Uji t-test statistik)

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel independen secara sendiri-sendiri mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Dengan kata lain, untuk mengetahui apakah masing-masing variabel independen dapat menjelaskan perubahan yang terjadi pada variabel dependen secara nyata.

Untuk mengkaji pengaruh variabel independen terhadap dependen secara individu dapat dilihat hipotesis berikut: H1 : β1 = 0 → tidak berpengaruh, H1 : β1 > 0 → berpengaruh positif, H1 : β1 < 0 → berpengaruh negative. Dimana β 1 adalah koefisien variabel independen ke-1 yaitu nilai parameter hipotesis. Biasanya nilai β dianggap nol, artinya tidak ada pengaruh variabel X1 terhadap Y. bila thitung<

ttabel maka H0 diterima (tidak signifikan). Uji t digunakan untuk membuat keputusan apakah hipotesis terbukti atau tidak, dimana tingkat signifikan yang digunakan yaitu 5%.

Uji Asumsi Klasik

Dalam suatu model regresi berganda ada beberapa permasalahan yang bisa terjadi yang secara statistik dapat mengganggu model yang ditentukan, bahkan dapat menyesatkan kesimpulan yang diambil dari persamaan yang dibentuk. Untuk itu perlu dilakukan uji penyimpangan asumsi klasik.

Multikolinieritas

(16)

merupakan kombinasi linier yang pasti (sempurna) atau mendekati pasti dari variabel penjelas lainnya. Jika terdapat multikolinieritas sempurna, koefisien regresi dari variabel penjelas tersebut tidak dapat ditentukan dan variansnya bernilai tak terhingga. Jika multikonilinieritas kurang sempurna, koefisien regresi dapat ditentukan, namun variansnya sangat besar, sehingga tidak dapat menaksir koefisien secara akurat. Dalam model regresi linier diasumsikan tidak terdapat multikolinieritas di antara variabel-variabel penjelas, untuk itu perlu dideteksi dengan mengamati besaran-besaran regresi yang didapat, yaitu :

1. Interval tingkat kepercayaan lebar (karena varians besar maka standar error besar, sehingga interval kepercayaan lebar).

2. Koefisien determinasi tinggi dan signifikasi nitai t statistik rendah. 3. Koefisien korelasi antar variable bebas tinggi.

4. Nilai koefisien korelasi parsial tinggi.

(17)

Heteroskedastisitas

Menurut Santoso (2002) tujuan uji heterokedastitas adalah sebagai berikut “Uji Heterokedastisitas bertujuan untuk melihat apakah terdapat ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Dalam regresi linier diasumsikan bahwa varians bersyarat dari E(εi2) = Var(εi) = σ2 (homokedastisitas), apabila varians bersyarat εi = σi2 untuk setiap 1, ini berarti variansnya homogen atau homokedastisitas.”

Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dalam model regresi bisa dilihat dari pola yang terbentuk pada titik-titik yang terdapat pada grafik scaterplot.Dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:

a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik (point-point) yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit) maka telah terjadi heteroskedastisitas.

b. Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

Uji Normalitas

(18)

Uji statistik yang digunakan untuk uji normalitas data dalam penelitian ini adalah uji normalitas atau sampel Kolmogorov-Smirnov. Hasil analisis ini kemudian dibandingkan dengan nilai kritisnya.

a. Menurut Singgih Santoso (2007), menjelaskan output test of normality, 1. Ada pedoman pengambilan keputusan :Angka signifikansi (Sig) > α = 0,05

maka data berdistribusi normal

2. Angka signifikansi (Sig) < α = 0,05 maka data tidak berdistribusi normal Adapun cara lain untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik .

b. Menurut Singgih Santoso (2002) metode yang digunakan adalah pengujian secara visual dengan metode gambar normal Probability Plots dalam program SPSS yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Dasar pengambilan keputusan:

1. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal menunjukkan pola distribusi normal, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas.

2. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

3.4.2 Skala Likert

(19)

dari nilai seperangkat variabel yang bersangkutan berupa pernyataan positif dan pernyataan negatif. Adapun skor untuk pernyataan positif adalah SS = 5, S = 4, R = 3, TS = 2, dan STS = 1, sedangkan untuk pernyataan negatif adalah SS = 1, S = 2, R = 3, TS = 4, dan STS = 5 Pengelompokan variabel dapat dilhat pada berkut ini.

Tabel 3.4 Pengelompokan Variabel Pernyataan Positif dan Negatif

No.

Pernyataan Positif Pernyataan Negatif 1 Saya mengetahui dengan baik

program pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan nelayan.

Saya merasa program bantuan yang diberikan pemerintah tidak terlalu berpengaruh terhadap pendapatan saudara

2 Program pemerintah bagi nelayan mampu mengembangkan sektor perikanan di Desa Kuala Lama / Desa Pekan Tanjung Beringin

Ketentuan untuk mendapatkan bantuan menyulitkan saudara

3 Program pemerintah yang

dilakukan mampu memberikan dorongan dan semangat bagi saudara untuk meningkatkan hasil produksi.

Tidak semua nelayan menyukai adanya program bantuan yang diberikan pemerintah.

4 Program pemerintah dapat menjadi alternatif bagi saudara untuk menyelesaikan permasalahan untuk melaut.

Program Dinas Perikanan dan Kelautan yang berjalan tidak sesuai dengan harapan nelayan

5 Saya berharap program

pemerintah terus berlanjut

Saya merasa kesulitan menyampaikan aspirasi kepada pemerintah

6 Saya merasa bantuan dari pemerintah bersifat merata bagi setiap nelayan yang dinyatakan tepat mendapatkan program bantuan

(20)

7 Pemerintah transparan dengan berapa besar jumlah hak yang seharusnya diterima nelayan dari program bantuan yang dicanangkan

Pemerintah tidak mengawasi proses pemberian bantuan hingga sampai ke tangan nelayan

Menurut Azwar (2007), dalam analisis ini responden akan diminta untuk memilih salah satu dari sejumlah kategori yang tersedia dari variabel yang bersangkutan yaitu, Saangat Setuju (SS), Setuju (S), Ragu-Ragu (R), Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS), kemudian diukur dengan skala pengukuran persepsi skala Likert dengan rumus :

T

Keterangan : T = skor standar

X = skor responden pada skala persepsi yang hendak diubah menjadi skor T = mean skor kelompok

S = deviasi standar kelompok Kriteria Uji

• Jika T ≥ 50, maka persepsi positif

• Jika T ≤ 50, maka persepsi negatif

Metode Deskriptif

(21)

nelayan terhadap program-program yang telah dijalankan oleh pemerintah tersebut.

3.5Definisi dan Batasan Operasional. 3.5.1 Definisi Operasioanal

Definisi operasional dalam penelitian ini dibuat dengan tujuan agar tidak terjadi kekeliruan dan kesalahpahaman atas penafsiaran dan pengertian dari beberapa istilah dalam penelitian ini.

1. Nelayan adalah orang yang mata pencahariannya menangkap ikan di laut dengan menggunakan sampan dayung atau biasa nelayan tradisional, perahu motor dan kapal motor.

2. Jam kerja adalah lama waktu nelayan berada di laut (dalam satuan jam).

3. Pendapatan nelayan adalah pendapatan bersih yang dibawa pulang oleh nelayan yang diperoleh dari hasil penjualan tangkapan/produksi ikan setelah dikurangi modal kerja selama sebulan (satuan Rp.)

4. Harga jual adalah nilai yang diberikan kepada komoditas yang diproduksi oleh nelayan. Nilai yang dimaksudkan adalah dalam satuan rupiah.

5. Modal kerja adalah biaya-biaya yang dikeluarkan oleh nelayan dalam proses produksi. Biaya-biaya itu terdiri dari : makan, rokok, minyak solar, minyak bensin, peralatan menangkap ikan (umpan) selama sekali proses produksi atau per trip (satuan Rp.).

6. Tenaga kerja adalah banyaknya orang yang ikut melaut dalam 1 perahu atau kapal motor (satuan jiwa).

(22)

8. Teknologi adalah penggunaan alat – alat tangkap modern misalnya perahu motor, troli, jala, dan alat tangkap yang canggih atau alat tradisional seperti perahu layar / dayung, kail sederhana dan alat tangkap yang masih sangat sederhana. Teknologi dibagi 2 jenis ditinjau dari kapasitas kapalnya yaitu kapasitas 4 GT dan 0 GT. Perbedaan kapasitas kapal ini secara keseluruhan membedakan jenis alat tangkap, jumlah modal dan tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi.

9. Persepsi adalah pengalaman tentang objek (dalam hal ini program bantuan pemerintah), atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.

10. Program bantuan pemerintah difokuskan kepada Program Pengembangan Usaha Mina Pedesaaan (PUMP).

3.6.2 Batasan Operasional

1. Penelitian dilakukan di Desa Kuala Lama Kecamatan Pantai Cermin dan Desa Pekan Tanjung Beringin Kecamatan Tanjung Beringin, Kabupaten Serdang Bedagai.

(23)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

4.1 Luas dan Letak Geografis Desa Pekan Tanjung Beringin dan Desa Kuala Lama

Kabupaten Serdang Bedagai merupakan pemekaran dari Kabupaten Deli Serdang dimana efektif pemerintahannya berjalan sejak Januari 2004. Kabupaten Serdang Bedagai mempunyai Luas Wilayah ± 1.900,22 km² dengan ketinggian 0-500 m di atas permukaan Laut yang terdiri dari 17 Kecamatan, 243 Kelurahan/Desa dengan kepadatan Penduduk ± 332 jiwa/ km² (data tahun 2009) dan jumlah penduduk Kabupaten Serdang Bedagai 630.728 jiwa dengan komposisi laki-laki 316.745, perempuan 313.983 jiwa dengan 149.702 RT.

4.1.1 Desa Pekan Tanjung Beringin

(24)

Luas Desa Pekan Tanjung Beringin 330 ha, dimana keadaan alam Desa Pekan Tanjung Beringin adalah dataran tinggi dengan ketingian 5 meter diatas permukaan laut. Adapun batas-batas wilayah desa Pekan Tanjung Beringin adalah:

- sebelah utara : Sungai Bedagai - sebelah selatan : Pematang Cermai - sebelah timur: Tebing Tinggi

- sebelah barat : Kecamatan Sei Rampah

4.1.2 Desa Kuala Lama

(25)

Desa Kuala Lama memiliki luas 522,5 Ha dengan jumlah penduduk 5595 jiwa, dengan batas wilayah sebagai berikut :

- Utara berbatasan dengan Selat Malaka - Selatan berbatasan dengan Desa Sementara - Barat berbatasan dengan Desa Pantai Cermin Kiri - Timur berbatasan dengan Desa Arapayung

4.2 Keadaan Penduduk

4.2.1 Desa Pekan Tanjung Beringin

Jumlah penduduk desa ini adalah 13.272 jiwa, terdiri dari 6.633 jiwa laki-laki dan 6.639 jiwa perempuan yang mendiami 2.744 rumah tangga. Adapun agama yang di anut di desa ini adalah agama Islam, Kristen Protestan, Kristen, Katolik dan Budha.

Seperti wilayah pesisir lainnya di Indonesia, mata pencaharian utama penduduk Desa Pekan Tanjung Beringin adalah sektor pertanian, sub sektor perikanan laut atau nelayan. Komposisi penduduk menurut mata pencaharian dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1. Komposisi Penduduk Desa Pekan Tanjung Beringin

No. Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentasi (%)

1 Nelayan 1.331 56,13

Sumber : Kantor Kepala Desa Pekan Tanjung Beringin tahun 2014

(26)

483 jiwa atau 20.37%, dagang sebanyak 273 jiwa atau 11.51%, buruh sebanyak 132 jiwa atau 5,56% PNS sebanyak 121 jiwa atau 5,10% dan pengrajin sebanyak 31 jiwa atau 1,30%.

Untuk sarana penghubung atau transportasi yang tersedia di daerah penelitian adalah angkutan umum roda empat, becak motor (bentor) dan angkutan sepeda motor (RBT). Sarana jalan menuju desa sebagian sudah di aspal dan sebagian lagi masih jalan berbatu.

4.2.2 Desa Kuala Lama

Jumlah penduduk desa ini adalah 5.595 jiwa, terdiri dari 2.780 jiwa laki-laki dan 2.815 jiwa perempuan. Adapun agama yang di anut di desa ini adalah agama Islam, Kristen Protestan, Kristen, Katolik dan Budha.

Seperti wilayah pesisir lainnya di Indonesia, mata pencaharian utama penduduk Desa Kuala Lama adalah sektor pertanian, sub sektor perikanan laut atau nelayan. Komposisi penduduk menurut mata pencaharian dapat dilihat pada tabel 4.2. Tabel 4.2. Komposisi Penduduk Desa Pekan Tanjung Beringin

No. Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa)

(27)

Untuk sarana penghubung atau transportasi yang tersedia di daerah penelitian adalah becak motor (bentor) dan angkutan sepeda motor (RBT). Sarana jalan menuju desa sebagian sudah di aspal dan sebagian lagi masih jalan berbatu.

4.3 Karakteristik Nelayan Sampel

Karakteristik sampel yang dimaksud adalah karakteristik nelayan yang dijadikan sebagai responden pada penelitian ini. Karakteristik tersebut meliputi pendapatan, pengalaman melaut, tingkat pendidikan, modal melaut, jumlah tenaga kerja dalam perahu/kapal, hasil tangkapan, pendidikan, dan umur nelayan.

4.3.1 Karakteristik Sosial Nelayan Sampel

Karakteristik sosial nelayan sampel dijelaskan dengan membagi sampel menjadi 2 golongan yaitu nelayan yang mendapat program bantuan PUMP dan dan yang tidak mendapat program bantuan.

Tabel 4.3. Karakteristik Nelayan yang Mendapat Program PUMP

No. Karakteristik Sampel Satuan Rentang Rataan

1 Modal Rp 45.000-55.500 50.291

8 Jumlah Pendapatan Rp 76.785-105.000 93.060 Sumber : Data lampiran 1 diolah

(28)

memiliki rentang 13-32 dengan rataan 23,133. Harga jual memiliki rentang Rp.23.000 hingga Rp.71.250,- dengan rataan Rp.45.441,-. Jumlah pendapatan sekali melaut memiliki rentang Rp.76.785,- hingga Rp.105.000,- dengan rataan Rp. 93.060. Karakteristik nelayan yang dapat program PUMP dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Tabel 4.4. Karakteristik Sosial Nelayan yang Tidak Mendapat Program PUMP

No. Karakteristik Sampel Satuan Rentang Rataan

1 Modal Rp 43.000-65.500 49.032

8 Jumlah Pendapatan Rp 75.000-120.000 88.531 Sumber : Data lampiran 2

Dari tabel 4.4 dilihat bahwa nelayan yang tidak mendapatkan program PUMP yang menjadi sampel memiliki rentang modal Rp.43.000,- hingga Rp.65.500,- dengan rataanRp.49.032,-. Tenaga kerja memiliki rentang 1-6 dengan rataan 3,3. Pendidikan memiliki rentang 6-12 tahun dengan rataan 6,8 tahun. Umur memiliki rentang antara 21-47 tahun dengan rataan 34,1 tahun. Pengalaman melaut memiliki rentang 7-32 dengan rataan 19,3. Harga jual memiliki rentang Rp.21.333 hingga Rp.75.000,- dengan rataan Rp.43.047,-. Jumlah pendapatan sekali melaut memiliki rentang Rp.75.000,- hingga Rp.120.000,- dengan rataan Rp. 88.531,-

4.3.2 Kepemilikan Perahu atau Kapal Motor

(29)

melaut yaitu sebesar 75% kemudian diikuti oleh nelayan yang mengkredit perahunya sebesar 15% dan yang memiliki perahu sendiri sebesar 10%.

Tabel 4.5.Status Kepemilikan Perahu atau Kapal Motor

Status Kepemilikan Perahu atau Kapal Motor Jumlah Persen (%)

Milik Sendiri 6 10

Sewa 45 75

Kredit 9 15

Jumlah 60 100

Sumber : Data Kuisioner

4.3.3 Sitem Bagi Hasil Nelayan Sampel a. Nelayan dengan Kapasitas Kapal 4 GT

Nelayan dengan kapal berkapasitas 4 GT hampir secara keseluruhan belum memiliki kapal sendiri. Nelayan dengan kapal 4 GT membawa 6 orang awak (tenaga kerja) dengan komposisi 5 orang nelayan dan 1 orang tekong (nahkoda atau pawang yang memiliki pengetahuan tentang keadaan laut). Pembagian hasil tangkapan di daerah penelitian memiliki tahapan sebagai berikut :

1. Sebelum berangkat, nelayan terlebih dahulu menumpulkan uang untuk membeli bahan bakar diesel (solar) di SPBN atau kepada pedagangan minyak eceran di sekitar tangkahan (dermaga). Bila nelayan belum memiliki uang yang cukup untuk membeli bahan bakar, mereka biasanya berhutang kepada pedagang minyak eceran dan setelah selesai melaut, barulah nelayan membayarkan hutangnya.

2. Setelah selesai melaut, hasil tangkapan nelayan dijualkan kepada toke (pemilik kapal) dengan harga yang ditentukan oleh toke.

(30)

4. Hasil penjualan kemudian dibagi rata kepada nelayan, namun tekong mendapatkan hasil 2 kali lebih banyak dibandingkan nelayan lain yang berada di kapal. Bila nelayan berhutang bahan bakar kepada pedagang minyak eceran maka uang hasil penjualan sebelum dibagikan kepada nelayan harus dipotong lagi sebesar hutang untuk membeli bahan bakar kepada pedagang minyak eceran.

b. Nelayan dengan Kapasitas Kapal 0 GT

(31)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Deskripsi Variabel Penelitian

Deskripsi variabel dari hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 5.1 Tabel 5.1 Deskripsi Variabel Penelitian

Sumber : Lampiran 1 dan 2 diolah

Dari Tabel 5.1, diketahui rentang pendapatan rentang pendapatan adalah Rp.75.000,- sampai Rp. 120.000,- dengan rata-rata Rp.62.468,68 dalam sekali melaut. Modal kerja terdiri dari makanan, rokok, harga sewa kapal atau kredit kapal dan peralatan atau penyusutan kapal dan peralatan penangkap ikan, dan bahan bakar yang digunakan dalam sekali proses produksi. Modal kerja berada di rentang Rp.43.000,- hingga Rp.65.500,- dengan rataan Rp.90.799,-.

Jumlah tenaga kerja dalam satu perahu berada pada rentang 1 hingga 6 orang. Kapal dengan kapasitas 4 GT mampu menampung 6 orang nelayan sedangkan kapal dengan kapasitas 0 GT hanya mampu memuat 1 orang nelayan. Jumlah tanga kerja dalam 1 kapal memiliki rataan 3,4.

Variabel Satuan Rentang (per trip) Rataan Pendapatan Rupiah 75.000 - 120.000 64.468,68

Modal Kerja Rupiah 43.000 – 65.500 90.799

Pengalaman Tahun 6-38 20,21

Jam Kerja Jam 6-9 7,65

(32)

Jam kerja nelayan berada direntang 6 hingga 9 jam, dengan rataan 7,65 jam sehari. Teknologi yang digunakan nelayan berdasarkan kapasitas perahu, yaitu perahu 0 GT dan 4 GT.

5.2 Hasil Analisis Pengaruh Variabel Modal Kerja, Jumlah Tenaga Kerja, Jam Kerja dan Teknologi Terhadap Pendapatan Nelayan

ŶHasil regresi variabel modal kerja, tenaga kerja, jarak tempuh dan teknologi, dapat dilihat pada tabel 5.2.

Tabel 5.2 Hasil Regresi Variabel

Penelitian

Koefisen Regresi t-hitung Sig

Constanta 43.812,361 2,934 0,005

Modal 1,233 5,102 0,000

Adjusted R-Squared 0,496

Dari Tabel 5.2 dapat dibuat persamaan sebagai berikut:

Ŷ= 43.812,361 + 1,233 - 1.441,949 -11,238 - 5.969,4751 Dimana :

Y = Pendapatan nelayan = Modal melaut = Jam kerja

(33)

5.2.1 Uji asumsi klasik 5.2.1.1 Uji normalitas

Uji asumsi normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi , variabel pengganggu atau residual berdistribusi normal. Dari hasil perhitungan OSKS diperoleh signifikansi sebesar 0.344. Nilai signifikansi lebih besar dari nilai toleransi yaitu 0,05. Hal ini menjelaskan tidak ada perbedaan antara distribusi residual dengan distribusi normal, data residual model berdistribusi normal.

5.2.1.2 Multikolinearitas

(34)

5.2.1.3 Uji Heterokedasitas

Untuk mengindentifikasi herokedasitas dapat dilihat scatterplot pada gambar 4.

Gambar 4. Pola Scatterplot

Scatterplot diatas tidak menunjukkan pola sistematis. Jadi dapat disimpulkan tidak terjadi heterokedastis.

5.2.2 Uji Hipotesis

5.2.2.1 Koefisien Determinasi (R2)

(35)

persen dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang belum dimasukkan dalam model.

5.2.2.2 Pengujian Signifikan Simultan (Uji-F)

Dari hasil regresi pengaruh variabel modal kerja, tenaga kerja, pengalaman kerja, teknologi, harga jual terhadap pendapatan diperoleh tingkat signifikansi F adalah sebesar 0,000 (0,000≤0,001). Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima,yang berarti variabel bebas modal ,tenaga kerja, pengalaman, teknologi, harga jual secara serempak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat Pendapatan nelayan.

5.2.2.3Pengujian Signifikan parsial (Uji-t)

Dari hasil regresi pengaruh variabel modal melaut, pengalaman kerja, jam kerja dan teknologi terhadap pendapatan :

- Variabel modal memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,000 (0,000≤0,05); dan teknologi sebesar 0,006 (0,006≤0,05) Hal ini menunjukkan bahwa variabel modal dan teknologi secara parsial berpengaruh nyata terhadap pendapatan nelayan.

- Variabel jam kerja sebesar 0,310 (0,310 ≥0,05) dan pengalaman melaut sebesar 0,934 (0,934≥0,05 ). Hal ini menunjukkan bahwa masing-masing variabel jam kerja dan pengalaman melaut secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan nelayan

5.2.2.3.1 Pengaruh Modal kerja terhadap pendapatan

(36)

pendapatan nelayan. Besarnya koefisien regresi adalah 1,233. Hal ini menunjukkan bahwa setiap adanya kenaikan modal Rp.1.000, maka akan terjadi kenaikan pendapatan sebesar Rp.1.233,- dengan asumsi variabel lain tetap. Sehingga untuk mendapatkan penambahan pendapatan yang besar harus diikuti dengan penambahan modal yang lebih besar lagi.

Hal ini sesuai dengan pernyataan oleh Mubyarto bahwa modal mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan berhasil tidaknya suatu usaha produksi yang didirikan. Sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Sujarno, 2008 yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Nelayan di Kabupaten Langkat”. Sama halnya dengan nelayan di Kabupaten Sergai, bahwa modal merupakan faktor yang dapat mempengaruhi pendapatan nelayan. Nelayan di lokasi penelitian khususnya nelayan dengan kapasitas perahu 4GT sering terkendala dalam ketersediaan modal. Mereka lebih sering membeli bahan bakar ke pedagang bahan bakar eceran daripada ke SPBN (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan). Hal ini disebabkan ketidakadaan modal untuk membeli bahan bakar di SPBN. Para pedagang bahan bakar eceran membolehkan para nelayan untuk berhutang, sedangkan untuk mendapatkan bahan bakar di SPBN, nelayan harus membayar secara kontan terlebih dahulu.

5.2.2.3.2 Pengaruh Jam Kerja terhadap pendapatan

(37)

Hal ini bertentangan dengan hasil penelitian Muhammad Arliman yang berjudul “Pengaruh Modal, Jam Kerja, Pengalaman dan Teknologi Terhadap Pendapatan Nelayan Tangkap di Kabupaten Takalar.” Adanya Indikasi over fishing di wilayah laut Kabupaten Sergai menyebabkan lamanya waktu melaut belum tentu bisa meningkatkan hasil tangkapan. Nelayan yang berasal dari wilayah lain di luar Kabupaten Serdang Bedagai yang menggunakan pukat trawl tak henti mengeksploitasi wilayah tangkap nelayan tradisional Kabupaten Serdang Bedagai, bahkan hingga ke bibir pantai. Keberadaan nelayan pengguna pukat trawl yang tidak terkendali inilah yang diduga menjadi alasan terjadinya over fishing di wilayah tangkap nelayan Kabupaten Serdang Bedagai sehingga selama apapun waktu yang digunakan untuk proses produksi tidak bisa meningkatkan hasil tangkapan ikan.

5.1.1.3.3 Pengaruh Pengalaman Melaut terhadap pendapatan

(38)

5.1.1.3.4 Pengaruh Teknologi terhadap pendapatan

Dari penelitian ini diketahui bahwa teknologi berpengaruh signifikan terhadap pendapatan nelayan dengan nilai signifikansi sebesar 0,006 (0,006≤0,05).

Teknologi mempunyai pengaruh negatif terhadap pendapatan. Hal ini terjadi karena teknologi ditinjau dari kapasitas kapal yang digunakan oleh nelayan. Perbedaan jenis kapal menyebabkan perbedaan jenis komoditas yang dihasilkan oleh nelayan. Berbeda pula jumlah tenaga kerja, modal dan kemampuan jarak yang ditempuh oleh kapal. Komoditas yang dihasilkan oleh nelayan dengan kapal 0 GT adalah udang dan kepiting. Harga udang berkisar antara Rp. 30.000,- hingga Rp. 100.000,- per kilogram di tingkat nelayan. Sedangkan nelayan dengan kapasitas kapal 4 GT memproduksi Ikan Gembung, dengan kisaran harga Rp. 18.000,- sampai Rp. 26.000,- per kilogram di tingkat nelayan. Kapal berkapsitas besar secara keseluruhan disewa oleh nelayan dan harga jualnya juga ditentukan oleh pemilik kapal, maka dari itu teknologi memiliki pengaruh negatif terhadap pendapatan nelayan. Ditinjau dari pengaruhnya maka hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Muhammad Arliman yang berjudul “Pengaruh Modal, Jam Kerja, Pengalaman dan Teknologi Terhadap Pendapatan Nelayan Tangkap di Kabupaten Takalar”, bahwa teknologi berpengaruh terhadap pendapatan nelayan.

5.3 Program Pemerintah yang ada di Desa Pekan Tanjung Beringin dan Desa Kuala Lama

(39)

Pengembangan Usaha Mina Perdesaan (PUMP) Perikanan Tangkap merupakan bagian dari pelaksanaan PNPM Mandiri yang betujuan untuk penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja di perdesaan (Perpres 15/2010: Klaster II). Melalui kegiatan PUMP Perikanan Tangkap diharapkan berkembangnya usaha penangkapan ikan, berkembangnya kewirausahaan nelayan, dan menjadikan Kelompok Usaha Bersama (KUB) sebagai lembaga ekonomi di pedesaan.

5.4 Persepsi Nelayan Terhadap Program Pengembangan Usaha Mina Pedesaan Perikanan Tangkap (PUMP)

Untuk mengetahui persepsi nelayan yang mendapat program dan yang tidak dapat program diambil sampel masing-masing 30 orang. Nilai standar deviasi yang diperoleh untuk nelayan yang tidak mendapatkan program PUMP adalah sebesar 1,162919. Nilai standar deviasi untuk nelayan yang mendapat program PUMP adalah sebesar 2,491892. Persepsi nelayan terhadap program dapat dilihat pada Tabel 5.3.

Tabel 5.3 Persepsi Nelayan Terhadap Program BLM PUMP

No Uraian Positif Negatif Jumlah

1 Dapat program 22 (73,33%) 8 (26,67%) 30 (100%) 2 Tidak dapat program 2 (6,67%) 28 (93,33%) 30 (100%) Sumber : data diolah dari lampiran 4 dan lampiran 6

(40)

program PUMP, 22 nelayan (73,33%) memiliki persepsi positif terhadap program PUMP, dan 8 sampel (26,67%) memiliki persepsi negatif terhadap program PUMP. Mayoritas dari nelayan memiliki persepsi yang positif, sehingga dapat dikatakan bahwa nelayan yang pernah mendapat program PUMP memiliki persepsi positif terhadap program PUMP.

Dari 60 nelayan sampel yang diambil, yaitu 30 nelayan yang dapat program, dan 30 nelayan yang tidak dapat program, mayoritas memiliki persepsi negatif terhadap program PUMP.

Dari hasil wawancara kepada nelayan bisa diketahui bahwa ada beberapa alasan mengapa persepsi nelayan negatif terhadap Program PUMP yaitu sebagai berikut 1. Untuk mendapatkan program bantuan dari pemerintah, nelayan atau

kelompok nelayan harus memberikan “pelancar” kepada pihak-pihak tertentu di dinas-dinas pemerintahan terkait agar segala urusan dan hasil pengajuan proposal permohonan bantuan bisa terjamin hasilnya.

2. Nelayan sulit membuat persyaratan berupa proposal yang harus menggunakan komputer dalam proses pembuatannya.

3. Penyaluran dana PUMP yang dinilai nelayan belum tepat sasaran, dan masih banyak nelayan yang belum pernah sama sekali mendapat program atau mendapat bantuan dari pemerintah semenjak berprofesi sebagai nelayan 4. Kurangnya interaksi yang baik antara nelayan dengan dinas perikanan dan

(41)

5. Nelayan telah berpandangan pesimis terhadap program-program pemerintah, karena telah berulang kali mengirim proposal kepada dinas perikanan dan kelautan tetapi sekalipun tidak ada direspon. Hal ini mengakibatkan banyak nelayan tidak lagi bergabung/membentuk kelompok nelayan.

6. Sulitnya nelayan menyampaikan aspirasi kepada pemerintah

7. Kurangnya sosialisasi dalam kegiatan pendampingan pada kelompok nelayan dari dinas perikanan dan kelautan terhadap para nelayan.

Adapun pandangan positif dari nelayan terhadap program bantuan pemerintah dikarenakan alasan sebagai berikut :

a. Nelayan sadar bahwa program bantuan yang diberikan pemerintah bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan.

b. Ada harapan lagi dari nelayan untuk bisa kembali mendapatkan bantuan pada periode berikutnya.

(42)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan : 1. Modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan nelayan.

Teknologi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pendapatan nelayan. Jam kerja dan pengalaman melaut tidak berpengaruh terhadap pendapatan nelayan di Desa Kuala Lama dan Desa Pekan Tanjung Beringin, Kabupaten Serdang Bedagai

2. Program pemerintah yang ada di Desa Kuala Lama dan Desa Pekan Tanjung Beringin untuk meningkatkan pendapatan nelayan adalah Program Pengembangan Usaha Mina Pedesaan Perikanan Tangkap (PUMP).

3. Dari keseluruhan sampel nelayan yang tidak mendapatkan program PUMP, 93,33% memliki persepsi negatif terhadap program PUMP. Sedangkan nelayan yang mendapat program PUMP, 73,33% dari keseluruhan sampel memiliki persepsi positif terhadap program PUMP. Maka secara keseluruhan, nelayan di Desa Pekan Tanjung Beringin dan Desa Kuala Lama, memiliki persepsi negatif terhadap Program PUMP.

6.2 Saran

Kepada Nelayan

(43)

diberikan oleh pemerintah kepada nelayan, nelayan tidak perlu terburu-buru lagi membentuk kelompok.

2. Nelayan sebaiknya membentuk lembaga atau koperasi untuk mendukung permodalan bagi nelayan.

3. Nelayan sebaiknya mengajukan permohonan pembinaan dan bantuan dalam bentuk teknologi dan penggunaannya.

Kepada Pemerintah dan Dinas perikanan dan Kelautan

1. Pemerintah hendaknya membentuk lembaga-lembaga permodalan bagi nelayan dengan syarat yang ringan namun tetap menjamin keamanan.

2. Pemerintah hendaknya juga memberikan penyuluhan kepada nelayan mengenai teknologi atau alat penangkapan ikan yang baru kepada nelayan untuk mendukung peningkatan produksi ikan nelayan.

3. Pemerintah dalam membuat program atau memberikan bantuan hendaknya memperhatikan kondisi nelayan agar sesuai dengan yang mereka harapkan dan butuhkan, serta mengawasi dalam pelaksanaan program/ pemberian bantuan agar bantuan tepat sasaran.

Kepada Peneliti selanjutnya

1. Kepada peneliti selanjutnya agar meneliti tentang dampak program pemerintah terhadap pendapatan nelayan.

(44)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Nelayan

Nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya tergantung langsung pada hasil laut, baik dengan cara melakukan penangkapan ataupun budi daya. Mereka pada umumnya tinggal di pinggir pantai, sebuah lingkungan pemukiman yang dekat dengan lokasi kegiatannya (Imron, 2003)

Sesungguhnya nelayan bukanlah suatu entitas tunggal, mereka terdiri dari beberapa kelompok. Dilihat dari segi pemilikan alat tangkap, nelayan dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu nelayan buruh, nelayan juragan, dan nelayan perorangan. Nelayan buruh adalah nelayan yang bekerja dengan alat tangkap milik orang lain. Sebaliknya, nelayan juragan adalah nelayan nelayan yang memiliki alat tangkap yang dioperasionalkan oleh orang lain. Adapun nelayan perorangan adalah nelayan yang memiliki peralatan tangkap sendiri, dan dalam pengoperasiannya tidak melibatkan orang lain (Mulyadi, 2005).

2.2Landasan Teori 2.2.1 Teori Produksi

(45)

dilakukannya produksi itu sendiri. Faktor-faktor produksi itu terdiri atas: a) tanah atau sumber daya alam; b) tenaga kerja manusia atau sumber daya manusia; c) modal, dan; d) kecakapan tata laksana atau skill. Sekalipun tidak ada yang tidak penting dari keempat faktor produksi tersebut, namun yang keempat itulah yang terpenting, sebab fungsinya adalah mengorganisasikan ketiga faktor produksi yang lain.

Teori produksi yang sederhana menggambarkan tentang hubungan di antara tingkat produksi suatu barang dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan berbagai tingkat produksi barang tersebut. Dalam analisis tersebut dimisalkan bahwa faktor-faktor produksi lainnya adalah tetap jumlahnya, yaitu modal dan tanah jumlahnya dianggap tidak mengalami perubahan. Juga teknologi dianggap tidak mengalami perubahan. Satu-satunya faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya adalah tenaga kerja (Sukirno, 2004).

2.2.2 Fungsi Produksi

Fungsi produksi menghubungkan input dengan output dan menentukan tingkat output optimum yang bisa diproduksi dengan sejumlah input tertentu, atau

(46)

Menurut Samuelson (2002) fungsi produksi adalah kaitan antara jumlah output maksimum yang bisa dilakukan masing-masing dan tiap perangkat input (faktor produksi). Fungsi ini tetap untuk tiap tingkatan teknologi yang digunakan. Fungsi produksi ditetapkan oleh teknologi yang tersedia, yaitu hubungan masukan/keluaran untuk setiap sistem produksi adalah fungsi dari karakteristik teknologi pabrik, peralatan, tenaga kerja, bahan dan sebagainya yang dipergunakan perusahaan.

Masing-masing faktor mempunyai fungsi yang berbeda dan saling terkait satu sama lain. Kalau salah satu faktor tidak tersedia maka proses produksi tidak akan berjalan , terutama tiga faktor yaitu tanah, modal dan manajemen saja, tentu proses produksi atau usaha tani tidak akan jalan karena tidak ada tenaga kerja. Tanpa tenaga kerja, apa yang dapat dilakukan, begitu juga dengan faktor lainnya seperti modal.

Hubungan antara jumlah output (Q) dengan jumlah input yang digunakan dalam proses produksi (X1, X2, X3, …, Xn) secara matematika dapat dituliskan sebagai berikut :

dimana :

Q = output Xi = input

Input produksi sangat banyak dan yang perlu dicatat disini bahwa input produksi hanyalah input yang tidak mengalami proses nilai tambah. Jadi didalam fungsi produksi diatas tidak bisa dimasukkan material sebab dalam fungsi produksi ada substitusi antara faktor produksi. Hubungan antara input dan output ini dalam dunia nyata sangat sering kita jumpai. Hubungan antara input dan output dari

(47)

yang paling sederhana sampai yang paling kompleks, sekalipun ada disekitar kita, belum banyak yang memahami berbagai model yang dapat diterapkan untuk mempelajari pola hubungan antara input dan output.

2.2.3 Pendapatan

Suatu kegiatan perekonomian yang bergerak dalam sektor apapun dalam penentuan tingkat produksi akan memperhitungkan tingkat pendapatan yang akan dihasilkan dalam suatu produksi. Dengan efisiensi biaya produksi maka akan mencapai profit/keuntungan yang maksimum karena profit merupakan salah satu tujuan penting dalam berusaha.

Pendapatan adalah selisih antara penerimaan (TR) dan semua biaya (TC). Jadi Pd = TR – TC. Penerimaan nelayan (TR) adalah perkalian antara produksi yang diperoleh (Y) dengan harga jual (Py). Biaya nelayan biasanya diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap (FC) adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Biaya variabel (VC) adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh, contohnya biaya untuk tenaga kerja. Total biaya (TC) adalah jumlah dari biaya tetap (FC) dan biaya variabel (VC), maka TC = FC + VC (Soekartawi, 2002).

2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Nelayan

(48)

selama satu periode yang berasal dari penyerahan atau pembuatan barang, penyerahan jasa, atau dari kegiatan lain yang merupakan kegiatan utama badan usaha”. Pendapatan nelayan bersumber dari pendapatan bersih hasil melaut. Artinya pendapatan yang sudah tidak di potong oleh biaya untuk melaut. Berikut ini disajikan hal-hal yang dinilai mampu mempengaruhi pendapatan nelayan :

2.3.1 Pengaruh Modal Terhadap Pendapatan Nelayan

Modal adalah produk atau kekayaan yang digunakan untuk memproduksi hasil selanjutnya. Modal kerja pada hakikatnya merupakan jumlah yang terus menerus ada dalam menopang usaha yang menjembatani antara saat pengeluaran untuk memperoleh barang atau jasa dengan waktu penerimaan penjualan.

Modal kerja mempunyai 2 fungsi yaitu : 1. Menopang kegiatan produksi.

2. Menutup dana atau pengeluaran tetap dan dana yang tidak berhubungan secara langsung dengan produksi dan penjualan.

Modal kerja yang tepat merupakan syarat keberhasilan suatu usaha terlebih lagi usaha kecil. Modal kerja sangat erat hubungannya dalam rangka menghitung kebutuhan modal kerja (Ahmad,1997).

(49)

ikan nelayan digunakan untuk membayar hutang dan tingkat harga ikan ditentukan oleh pemilik modal.

2.3.2 Pengaruh Pengalaman Kerja Terhadap Pendapatan Nelayan

Menurut Notoadmojo (2003) dalam Darmayunita (2012) Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Tanpa pengetahuan seseorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi..Dari uraian tersebut pengalaman kerja dapat memberikan keuntungan bagi seseorang dalam melaksanakan kegiatan kerja sehingga seseorang tersebut tidak merasa kesulitan dalam berkerja.Hal ini sesuai dengan pendapat Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam Rofi (2012), pengalaman kerja didefinisikan sebagai suatu kegiatan atau proses yang pernah dialami oleh seseorang ketika mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Balai Pustaka Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,1991). Pengalaman bekerja merupakan modalutama seseorang untuk terjun dalam bidang tertentu (Sastrohadiwiryo, 2005).

(50)

2.3.3 Pengaruh Jam Kerja Terhadap Nelayan

Dari berbagai faktor produksi yang dikenal, capital dan labor merupakan dua faktor produksi yang terpenting. Capital adalah seperangkat peralatan yang digunakan oleh pekerja. Labor adalah waktu yang dihabiskan untuk bekerja. Fungsi produksi mencerminkan teknologi yang ada karena secara implisit menunjukkan cara mengubah capital dan labor menjadi output. Jika ditemukan cara produksi yang lebih baik, akan diperoleh lebih banyak output dari penggunaan capital dan labor yang jumlahnya sama. Dengan berubahnya waktu terjadi perubahan dalam supply faktor produksi maupun teknologi, output yang dihasilkan juga akan berubah.Semakin meningkat kuantitas labor dan capital akan semakin banyak output yang dihasilkan. Perusahaan menghasilkan lebih banyak output jika memiliki lebih banyak mesin atau jika pekerjanya bekerja lebih lama (Herlambang dkk, 2002).

Menurut Masyhuri (1999), Pada umumnya penangkapan ikan lepas pantai yang dilakukan dalam waktu yang lebih lama dan lebih jauh dari daerah sasaran tangkapan ikan mempunyai banyak kemungkinan memperoleh hasil tangkapan (produksi) yang lebih banyak dan tentu memberikan pendapatan lebih besar dibandingkan dengan penangkapan ikan dekat pantai.

(51)

menggunakan teknologi yang canggih menyebabkan nelayan semakin terpuruk dalam kemiskinan.

2.3.4 Pengaruh Teknologi Terhadap Pendapatan Nelayan

Teknologi terkait dengan peralatan yang digunakan oleh nelayan dalam penangkapan ikan adalah perahu tanpa mesin atau perahu dengan mesin, jarring dan pancing. Peralatan atau biaya nelayan adalah nilai dari peralatan yang digunakan seperti harga perahu, harga peralatan penangkapan ikan, dan bahan makanan yang dibawa melaut dan yang ditinggalkan dirumah. Ini merupakan input bagi nelayan dalam melaut (menangkap ikan). Selain itu jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam melaut.

Nelayan dikategorikan sebagai seseorang yang pekerjaannya menangkap ikan dengan mengunakan alat tangkap yang sederhana, mulai dari pancing, jala, jaring, pukat, dan lain sebagainya. Namun dalam perkembangannya dikategorikan sebagai seorang yang berprofesi menangkap ikan dengan alat yang lebih modern ialah kapal ikan dengan alat tangkap modern. Semakin canggih teknolgi yang digunakan nelayan maka akan semakin meningkatkan produktivitas hasilnya lebih meningkatkan produksi, yang didalamnya tersirat kesimpulan bahwa masyarakat akan memperoleh penghasilan yang lebih tinggi.

(52)

lebih maju, seperti motor tempel atau kapal motor; commercial fisher atau nelayan yang telah berorientasi pada peningkatan keuntungan, dan industrial fisher yang memiliki beberapa ciri, seperti terorganisasi, padat modal, pendapatan lebih tinggi, dan berorientasi ekspor.

2.4 Teori Pemberdayaan

Konsep pemberdayaan pada dasarnya adalah upaya menjadikan suasana kemanusiaan yang adil dan beradab menjadi semakin efektif secara struktural, baik dalam kehidupan keluarga, masyarakat, negara, regional, internasional, maupun dalam bidang ekonomi, politik dan lain-lain. Memberdayakan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. (Kartasasmita, 1996)

2.5 Teori Persepsi

Menurut Stanton persepsi dapat didefinisikan sebagai makna yang kita pertalikan berdasarkan pengalaman masa lalu, stimuli (rangsangan-rangsangan) yang kita terima melalui panca indera. Menurut Horovitz persepsi dipengaruhi oleh 3 faktor, yakni :

1. Faktor Psikologis

(53)

2. Faktor Fisik

Faktor ini akan mengubah persepsi nelayan melalui apa yang nelayan tersebut lihat dan rasakan. Faktor fisik dapat memperkuat atau malah menghancurkan persepsi nelayan terhadap kualitas layanan yang diberikan oleh pemerintah.

3. Image yang terbentuk

Image yang terbentuk disini adalah image nelayan terhadap pemerintah ataupun program bantuan yang diberikan oleh pemerintah. Menurut Lovelock harapan dan persepsi pada akhirnya akan menentukan tingkat kepuasan nelayan terhadap bantuan pemerintah. Setelah menikmati bantuan yang diberikan, nelayan akan membandingkan antara harapan dan persepsi mereka tentang bantuan tersebut. Ada beberapa kemungkinan yang terjadi :

a. Jika persepsi (perception) lebih kecil dari harapan (expectation), (P<H) nelayan akan memberikan suatu anggapan negatif terhadap bantuan pemerintah yang telah diterimanya tersebut. Hal ini akan menimbulkan ketidakpuasan dan kekecewaan nelayan.

b. Jika persepsi (perception) sama dengan harapan (expectation), (P=H), nelayan akan memberikan suatu tanggapan yang netral, sesuai dengan bantuan yang telah diterimanya tersebut.Hal ini akan membuat nelayan cukup puas dengan bantuan pemerintah tersebut.

(54)

Untuk mengukur persepsi digunakan Model Likert, yaitu metode penskalaan pernyataan persepsi yang menggunakan distribusi respon sebagai dasar penentuan nilai skalanya. Untuk melakukan penskalaan dengan metode ini, sejumlah pernyataan telah ditulis berdasarkan kaidah penulisan pernyataan dan didasarkan pada rancangan skala yang ditetapkan. Responden akan diminta untuk menyatakan kesetujuan atau ketidaksetujuannya terhadap isi pernyataan dalam lima macam kategori jawaban yaitu, “sangat tidak setuju” (STS), “tidak setuju” (TS), “tidak dapat menentukan” atau “ragu-ragu” (R), “Setuju”(S) dan “sangat setuju” (SS). Salah satu skor standar yang biasanya digunakan dalam skala Model Likert adalah skor T, yaitu :

T

Keterangan : T = skor standar

X = skor responden pada skala persepsi yang hendak diubah menjadi skor T = mean skor kelompok

S = deviasi standar kelompok Kriteria Uji

• Jika T ≥ 50, maka persepsi positif

• Jika T ≤ 50, maka persepsi negatif (Azwar,2007)

(55)

Kebijakan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir dimulai sejak tahun 2001 yang dirancang untuk mengatasi persoalan kemiskinan pada masyarakat pesisir melalui pengembangan kultur kewirausahaan, penguatan Lembaga Keuangan Mikro (LKM), penggalangan partisipasi masyarakat dan kegiatan usaha ekonomi produktif lainnya yang berbasis sumberdaya lokal dan berkelanjutan. Program PEMP 2001-2003 dilancarkan dengan pemberian dana hibah langsung kepada Koperasi Nelayan atau Lembaga Keuangan Mikro yang dibentuk untuk mengelola kebutuhan permodalan nelayan. Kebijakan tahun 2006 mengalami perubahan yaitu berupa pemberian dana hibah tidak langsung lagi kepada koperasi nelayan atau Lembaga Keuangan Mikro nelayan, tetapi dana hibah tersebut dijadikan agunan kredit koperasi pada lembaga perbankan untuk memperoleh fasilitas kredit yang diberi nama Dana Ekonomi Produktif ( DEP ). Dan pada tahun 2008 koperasi nelayan sudah diarahkan agar berhubungan sendiri dengan lembaga perbankan untuk mendapatkan Kredit Usaha Rakyat (disingkat KUR) dengan suku bunga kredit umum dari lembaga perbankan dan harus disertai dengan jaminan kebendaan (KKP).

2.6.2 Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP) Sesuai dengan misi Kementerian Kelautan dan Perikanan Tahun 2010-2014, yaitu “Mensejahterakan Masyarakat Kelautan dan Perikanan”, maka salah satu strategi untuk mencapai misi tersebut dilaksankan melalui kegiatan Pengembangan Usaha Mina Perdesaan (PUMP). PUMP merupakan pendekatan pengembangan usaha nelayan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan nelayan.

(56)

tergabung dalam Kelompok Usaha Bersama (KUB), Kelompok Penerima Program PNPM Mandiri Perikanan Tangkap dan Kelompok Nelayan.

Pelaksanaan PUMP diselaraskan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kelautan dan Perikanan Tahun 2010-2014. Oleh karena itu mulai tahun 2011 kegiatan pemberdayaan nelayan dikoordinasikan oleh Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap sebagai kelanjutan pembinaan nelayan penerima BLM pada kegiatan PNPM Mandiri Kelautan Perikanan tahun 2009-2010 yang dalam hal ini dilaksanakan Direktorat Pengembangan Usaha Penangkapan Ikan.

Pelaksanaan PUMP Perikanan Tangkap kedepan menjadi kerangka kebijakan dan acuan pelaksanaan berbagai kegiatan penanggulangan kemiskinan khususnya pemberdayaan usaha nelayan skala kecil berbasis desa nelayan.

a. Tujuan PUMP

PUMP Perikanan Tangkap bertujuan untuk :

1. Meningkatkan kemampuan dan pendapatan nelayan melalui pengembangan kegiatan usaha nelayan skala kecil di perdesaan sesuai dengan potensi sumberdaya ikan.

2. Menumbuhkan kewirausahaan nelayan di perdesaan.

3. Meningkatkan fungsi kelembagaan ekonomi nelayan menjadi jejaring atau mitra lembaga keuangan dalam rangka akses ke permodalan.

b. Sasaran PUMP

(57)

1.Berkembangnya usaha 1.000 KUB Perikanan Tangkap.

2.Meningkatnya pendapatan nelayan anggota KUB penerima BLM.

2.6.3 Pengembangan Usaha Mina Pedesaan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan(PUMP P2HP )

Pengembangan Usaha Mina Pedesaan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan(PUMP P2HP ) merupakan kegiatan pemberdayaan masyarakat dimana salah satunya melalui fasilitasi bantuan pengembangan usaha bagi pengolah dan pemasar hasil perikanan dalam wadah Kelompok Pengolah dan Pemasar (Poklahsar). Program PUMP P2HP dilaksanakan atas dasar amanat Menteri Kelautan dan Perikanan yang tertuang dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER. 21/MEN/2010 tentang Pedoman Pelaksanaan PNPM Mandiri Kelautan dan Perikanan. (KKP)

2.6.4. Peningkatan Kehidupan Nelayan (PKN)

(58)

untuk tahun 2012, 200 PPI untuk tahun 2013 dan 116 PPI untuk tahun 2014. Pelaksanaan kegiatan PKN dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kelompok kegiatan, yaitu individu nelayan, kelompok nelayan dan sarana dan prasarana di PPI dengan kegiatan dengan kegiatan antara lain : Pembuatan Rumah Sangat Murah, Pekerjaan Alternatif dan Tambahan Bagi Keluarga Nelayan, Skema UMK dan KUR, Pembangunan SPBU Solar, Pembangunan Cold Storage, Angkutan Umum Murah, Fasilitas Sekolah dan Puskesmas, Fasilitas Bank “Rakyat”.(KKP)

2.7 Penelitian Terdahulu

Sujarno (2008) hasil penelitiannya tentang analisis faktor yang mempengaruhi pendapatan nelayan di Kabupaten Langkat. Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa modal kerja, jumlah tenaga kerja, pengalaman dan jarak tempuh melaut secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap pendapatan nelayan. Modal kerja merupakan faktor yang memberikan pengaruh besar dibanding 3 faktor lain terhadap pendapatan nelayan. Modal kerja mempunyai pengaruh positif terhadap pendapatan nelayan.

(59)

dari jumlah sampel berpersepsi positif, selebihnya 56,67% dari jumlah sampel berpersepsi negatif terhadap program pengembangan perikanan tangkap. Karakteristik sosial ekonomi nelayan tidak memiliki hubungan yang nyata dengan persepsi nelayan. Secara serempak dan secara parsial, karakteristik sosial ekonomi nelayan tidak berpengaruh nyata terhadap persepsi nelayan. Hambatan yang dihadapi pelaksana program adalah kurangnya kesadaran nelayan akan pentingnya kelompok nelayan, kurangnya kepedulian dan rasa ingin tahu nelayan serta banyaknya kelompok-kelompok baru ketika ada bantuan.

Muhammad Arliman (2013) hasil penelitiannya tentang Pengaruh Modal, Jam Kerja, Pengalaman dan Teknologi Terhadap Pendapatan Nelayan di Desa Tamasaju Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar. Dari hasil penelitiannya ditemukan bahwa variabel modal, jam kerja, pengalaman, dan teknologi secara keseluruhan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel pendapatan nelayan.

2.8 Kerangka Pemikiran

Dalam hal penyusunan kerangka penelitian, maka peneliti terlebih dahulu menentukan variabel terikat (dependent variable) dan variabel bebas (independent variable).Variabel terikat adalah pendapatan nelayan, sedangkan variabel

bebasnya adalah modal kerja, pengalaman, jam kerja dan teknologi.

(60)

untuk melaut, misalnya: bahan bakar minyak, makanan, rokok, upah tenaga kerja, peralatan menangkap ikan (umpan).

Faktor pengalaman, faktor ini secara teoritis dalam buku, tidak ada yang membahas pengalaman merupakan fungsi dari pendapatan atau keuntungan. Namun, dalam prakteknya, nelayan yang semakin berpengalaman dalam melaut bisa meningkatan pendapatannya. Faktor teknologi, bila ditinjau dari sisi tujuannya, teknologi diciptakan untuk mempermudah tugas manusia. Dalam proses produksinya, bila nelayan menggunakan bantuan teknologi pastinya akan lebih mempermudah proses produksinya. Semakin canggih teknologi yang digunakan maka semakin mudah proses produksi yang dilakukan. Namun semakin canggih teknologi juga semakin besar modal yang diperlukan untuk mendapatkan teknologi tersebut, dan diperlukan pelatihan tersendiri dalam penggunaannya.

Dengan berubahnya waktu terjadi perubahan dalam supply faktor produksi maupun teknologi, output yang dihasilkan juga akan berubah.Semakin meningkat kuantitas labor dan capital akan semakin banyak output yang dihasilkan. (Herlambang dkk, 2002). Semakin lama waktu yang digunakan dalam proses produksi maka semakin banyak output yang dihasilkan .

(61)

memperoleh penghasilan yang lebih tinggi.

Secara mutlak pemerintah wajib mensejahterakan kehidupan rakyatnya tanpa kecuali para nelayan. Pemerintah sejauh ini membantu para nelayan melalui program-program tertentu dengan tujuan mensejahterakan kehidupan nelayan. Bila ditinjau dari sisi pemerintah maka program bantuan untuk nelayan pastilah bertujuan positif, namun perlu ditinjau juga dari sisi nelayan. Apakah bantuan yang diberikan pemerintah dan disalurkan melalu dinas dan oknum tertentu sudah benar dan dirasakan manfaatnya bagi nelayan atau belum.

(62)

Keterangan :

: menyatakan pengaruh : menyatakan dampak Gambar 1. Kerangka Pemikiran

2.9 Hipotesis Penelitian.

Adapun hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Terdapat pengaruh positif antara modal kerja, jam kerja, pengalaman dan teknologi terhadap pendapatan nelayan di Desa Pekan Tanjung Beringin Kecamatan Tanjung Beringin dan Desa Kuala Lama Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai, ceteris paribus.

Program Pemerintah Modal Kerja

Pengalaman

Teknologi

Jam Kerja

Pendapatan Nelayan

Persepsi Nelayan

(63)
(64)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki garis pantai yang sangat panjang. Panjang garis pantai Indonesia yang awalnya sekitar 81.000 km2 telah dikoreksi oleh PBB pada tahun 2008 menjadi 95.181 km2. Dari angka hasil pengukuran tersebut, Indonesia ditetapkan sebagai negara dengan garis pantai terpanjang keempat di dunia setelah Amerika, Kanada dan Rusia. Tak hanya itu, Indonesia juga memiliki laut yang luas hingga 3.250.000 km2 (KKP, 2009).

Kondisi geografis pantai Indonesia yang sangat potensial tentu saja pada bagian pesisir pantainya banyak dihuni oleh kelompok masyarakat dan bermukim di desa-desa atau kelurahan. Menurut BPS, desa/kelurahan termasuk nagari dan atau lainnya yang memiliki wilayah berbatasan langsung dengan garis pantai/laut (atau merupakan desa pulau) dengan corak kehidupan rakyatnya, baik tergantung maupun tidak tergantung pada potensi laut disebut sebagai desa pesisir. Jumlah desa pesisir di Indonesia mencapai 11.884 desa yang berada di 318 kabupaten/kota dari total sekitar 497 kabupaten/kota se-Indonesia (KKP, 2012).

(65)

Tabel 1.1. Data Jumlah Nelayan di Indonesia

Rincian Tahun

2007 2008 2009 2010 2011

Perikanan Tangkap di

Laut 2.231.967 2.240.067 2.169.279 2.162.442 2.237.640 Perikanan Tangkap di

Perairan Umum 523.827 496.499 472.688 457.835 492.870 Jumlah 2.755.794 2.736.566 2.641.967 2.620.277 2.730.510 Sumber : Data Statistik Kelautan dan Perikanan 2012

Ironisnya kondisi pantai Indonesia yang sangat potensial, belum mampu memberikan kesejahteraan bagi para nelayan. Sungguh suatu ironi bila negara maritim seperti Indonesia, masyarakat nelayannya merupakan golongan masyarakat paling miskin di Asia bahkan di dunia (Suara Pembaruan, 18 November 2005).

(66)

Kemiskinan dapat dirubah dengan meningkatkan produktivitas. Menurut Mankiw (2001), produktivitas merupakan faktor penting. Banyak faktor yang menentukan produktivitas dalam menangkap ikan. Masing-masing faktor yang menentukan produktivitas ini kita sebut modal fisik, modal manusia, sumber daya alam, dan pengetahuan teknologis, dapat diaplikasikan terhadap perekonomian yang lebih kompleks dan realistis. Sehingga dengan peningkatan faktor produktivitas tersebut akan mendorong peningkatan pendapatan yang tinggi sehingga kesejahteraan juga akan meningkat serta kebutuhan sehari-hari dapat terpenuhi bahkan sisa pendapatan yang tidak habis dibelanjakan dapat menjadi tabungan yang dapat digunakan untuk membiayai kebutuhan dimasa yang akan datang.

Rendahnya produktivitas nelayan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi rendahnya pendapatan nelayan. Jika tidak bekerja nelayan tidak akan mendapatkan penghasilan untuk membiayai kebutuhan hidup sehari-hari dan akan mengakibatkan tingkat kesejahteraan masyarakat nelayan semakin menurun.

(67)

masyarakat nelayan menjadi rendah yang akan mengakibatkan tingkat kesejahteraan yang semakin rendah (Jhingan, 1983).

Kurangnya pengetahuan tentang teknologi modern juga merupakan salah satu hal yang menghambat peningkatan pendapatan nelayan. Dengan terbatasnya waktu dan tenaga yang dimiliki oleh para nelayan maka dibutuhkan teknologi untuk membantu meningkatkan produksi karena dengan adanya teknologi, maka proses produksi menjadi lebih efektif dan efisien sehingga output yang diperoleh lebih berkualitas. Namun tanpa menggunakan teknologi yang canggih, hal tersebut akan mustahil tercapai (Satria, 2002).

Pengetahuan tentang teknik penangkapan hasil laut umumnya diperoleh secara turun temurun dari orang tua atau pendahulu mereka berdasarkan pengalaman. Dengan pertambahan usia, selalu akan diikuti oleh meningkatnya pengalaman kerja yang ditekuni. Menurut Gitosudarmo (1999), akibat bertambahnya pengalaman di dalam mengerjakan suatu pekerjaan atau memproduksikan suatu barang, dapat menurunkan rata-rata ongkos per satuan barang. Sehingga semakin tinggi pengalaman seorang nelayan diasumsikan bahwa semakin efisien dan efektif dalam proses penangkapan hasil laut sehingga dapat meningkatkan pendapatan nelayan.

Gambar

Tabel 3.1. No. Jumlah Nelayan di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2013 Kecamatan Waktu Penuh Sambilan Jumlah
Tabel 3.3. Jumlah Sampel di Desa Kuala Lama dan Desa Pekan Tanjung Beringin yang Tidak Mendapatkan Program Bantuan Pemerintah No
Tabel 3.4 Pengelompokan Variabel Pernyataan Positif dan Negatif
Gambar 2. Peta Desa Pekan Tanjung Beringin
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis tingkat pendapatan dan distribusi pendapatan nelayan dan petani di Desa Pekan Tanjung Beringin Kecamatan Tanjung Beringin

Teknologi terkait dengan peralatan yang digunakan oleh nelayan dalam penangkapan ikan adalah perahu tanpa mesin atau perahu dengan mesin, jaring dan pancing. Semakin

Sastrawidjaya, dkk, 2002, Nelayan Nusantara,Pusat Pengolahan Produk Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, Jakarta. Elex

ESRON LUBIS (100304025) dengan judul skripsi “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN DAN PERSEPSI NELAYAN TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN PENDAPATAN ( Kasus : Desa

Hasil Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Nelayan Menggunakan SPSS 16.. Model

Berdasarkan hal-hal di atas maka akan diteliti bagaimana peran ganda istri nelayan dan kontribusinya terhadap pendapatan keluarga di Desa Pekan Tanjung Beringin,

Adapun judul skripsi ini adalah “ Analisis Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi Terhadap Pendapatan Nelayan Ikan Tangkap (Studi Kasus : Desa Pekan Tanjung Beringin,

MUHAMMAD IRFAN (130304018/AGRIBISNIS) dengan judul ANALISIS PENGARUH FAKTOR SOSIAL EKONOMI TERHADAP PENDAPATAN NELAYAN IKAN TANGKAP (Studi Kasus : Desa Pekan