Lampiran 2. Karakteristik Nelayan Yang Mendapat program BLM PUMP
Lampiran 3. Total Nilai Jawaban Nelayan Sampel Yang Tidak Mendapatkan Program PUMP
No Pernyataan Positif Pernyataan negatif Total
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 5 2 2 2 4 4 2 2 2 1 26
2 4 2 2 2 4 4 2 2 2 1 25
3 4 2 2 2 4 4 2 2 2 2 26
4 4 2 2 2 4 4 2 2 2 2 26
5 4 2 2 2 4 4 2 2 2 1 25
6 5 3 3 2 4 4 2 2 3 2 30
7 4 2 2 2 4 4 2 2 2 2 26
8 4 2 2 2 4 4 2 2 2 1 25
9 5 2 2 2 4 4 2 1 2 2 26
10 4 2 2 2 4 4 2 2 2 2 26
11 4 2 2 2 4 4 2 2 2 2 26
12 4 2 2 2 4 4 2 2 2 2 26
13 4 2 2 2 4 4 2 2 2 2 26
14 4 2 2 2 4 4 2 2 2 2 26
Lampiran 4. Skor sikap nelayan yang tidak Mendapat Program PUMP
No Total �� S T INTERPRETASI
1 26 676 1,162919 49,94267 Negatif
2 25 625 1,162919 49,08277 Negatif
3 26 676 1,162919 49,94267 Negatif
4 26 676 1,162919 49,94267 Negatif
5 25 625 1,162919 49,08277 Negatif
6 30 900 1,162919 53,38229 Positif
7 26 676 1,162919 49,94267 Negatif
8 25 625 1,162919 49,08277 Negatif
9 26 676 1,162919 49,94267 Negatif
10 26 676 1,162919 49,94267 Negatif 11 26 676 1,162919 49,94267 Negatif 12 26 676 1,162919 49,94267 Negatif 13 26 676 1,162919 49,94267 Negatif 14 26 676 1,162919 49,94267 Negatif 15 26 676 1,162919 49,94267 Negatif Total 391 10211 17,44379 750
Rataan 26,06667 680,7333 1,162919 50
T= 50 + ( �−�
� ) S=�
� ∑ ���−(∑ ��)�
Lampiran 5. Total Nilai Jawaban Nelayan Sampel Yang Tidak Mendapatkan Program PUMP
No
Pernyataan Positif Pernyataan negatif
Total
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 42
2 5 3 3 4 5 4 4 4 4 4 40
3 4 2 4 3 4 4 4 4 3 2 34
4 4 2 4 4 4 4 3 4 3 2 34
5 5 3 4 4 4 4 4 5 4 4 41
6 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 39
7 4 3 2 4 4 4 5 4 3 3 36
8 5 4 5 4 5 4 5 4 4 4 44
9 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 38
10 5 3 3 4 4 4 4 4 3 4 38
11 5 2 4 4 4 4 2 4 3 2 34
12 4 3 4 4 4 4 4 4 3 2 36
13 4 2 4 3 4 4 4 4 3 2 34
14 4 3 2 4 4 4 4 5 3 3 36
Lampian 6. Skor sikap Nelayan Yang Mendapatkan Program PUMP Rataan 37,53333 1418,067 3,159256 50,90633 Positif
T= 50 + ( �−�
� ) S=�
� ∑ ���−(∑ ��)�
Lampiran 7. Hasil Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan
a. Predictors: (Constant), Harga_jual_kan, Tekhnologi_utk_melaut, Pengalaman_melaut, Modal_sekali_melaut b. Dependent Variable: Pendapatan_sekali_melaut
Modal_sekali_melaut .446 .020 .945 22.384 .000 Pengalaman_melaut 113.565 70.038 .066 1.621 .114 Tekhnologi_utk_melaut 631.338 761.011 .034 .830 .412
Harga_jual_kan .041 .058 .028 .711 .482
Lanjutan lampiran 7
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 40
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation 1.99763493E3 Most Extreme Differences Absolute .095
Positive .063
Negative -.095
Kolmogorov-Smirnov Z .601
Asymp. Sig. (2-tailed) .863
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Syaiffudin.2007. Sikap manusia Teori dan Pengukurannya. Pustaka pelajar. Yogyakarta
Adisasmita, R. 2006. Pembangunan Pedesaan dan Perkotaan. Graha lmu. Yogyakarta
BPS. 2011. Indonesia dalam angka.Badan Pusat Statistik Pusat.Jakarta
BPS.2012. Batu Bara Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Sumatera Utara,Medan.
Danuri, Rokhim, 2009. Reorientasi Pembangunan Berbasis Kelautan. Bening Jakarta
Dinas perikanan dan kelautan kebupaten batu bara 2012
Fauzi, Akhmad. 2010. Ekonomi Perikanan. Teori, Kebijakan, dan Pengelolaan. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Gitosudarmo, Indriyo. (1999). Manajemen Operasi Edisi Pertama. BP-FE Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Yogyakarta
Jhinggan, M.L. (1994). The Economic Of Development and Planning. PT. Raja Grafindo. Jakarta. (D. Guritno).
Joesran, Fathorrozi, 2003. Teori Ekonomi Mikro. Salemba Empat, Jakarta. Kementrian Perikanan dan Kelautan Indonesia (KKP) 2014
Kusnadi, 2003. Akar Kemiskinan Nelayan. LKiS, Yogyakarta Mulyadi.2005.Ekonomi Kelautan.Raja Grafindo Persada.Jakarta
Miller, R. L., R. E. Meiners, 1999. Teori Ekonomi Mikro Intermediate. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Salim Agus,1999,Analisis tingkat pendapatan nelayan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya di kecamatan syiah kuala kotamadya banda aceh,tesis S2 PPS USU,Medan
Saptorini, 1989. Persepsi Siswa SMA se-Kotamadya Semarang Mengenai Narkotika.Laporan Penelitian IKIP, Semarang.
Sasmita, 2006. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Usaha Nelayan di Kabupaten Asahan, Tesis S2. PPS USU, Medan.
Sastrawidjaya, dkk, 2002, Nelayan Nusantara,Pusat Pengolahan Produk Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, Jakarta.
Serdati, Novalina, 2002. Identifikasi potensi area, kualitas air dan karakteristik oseanografi perairan zona I Sulawesi tengah untuk pengembangan budidaya laut. Jurnal agroland volume 14 nomor 4
Soekartawi.1999.Agribisnis Teori dan Aplikasinya. Raja Grafindo Persada, Jakarta
Suharto, Edi, Kebijakan Sosial sebagai kebijakan public, Alfabeta, Bandung, 2007
Sujarno. 2008. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Trend Nelayan di Kabupaten Langkat. Tesis. Sekolah Pascasarjana USU. Medan
Sukirno, S., 2004. Pengantar Teori MikroEkonomi. Raja Grafindo persada, Jakarta.
Sukirno, S., 2006. Makroekonomi,Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Tim pemberdayaan Masyarakat Pesisir PSKP Jember. 2007. Strategi Hidup Masyarakat Nelayan. LKIS. Yogyakarta
Zulfikar, 2002. Analisis Sistem bagi Hasil Terhadap Pendapatan Buruh Nelayan di Kabupaten Deli Serdang, Sumut, skripsi S1, EP USU, Medan.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan secara purposive yaitu di Desa Bogak kecamatan Tanjung Tiram kabupaten Batu Bara, Provinsi Sumatera Utara. Penentuan daerah penelitian berdasarkan pertimbangan bahwa di kecamatan Tanjung Tiram kabupaten Batu Bara paling banyak berprofesi sebagai nelayan yaitu 9931 orang (tabel 1.4) dibandingkan dengan kecamatan lainnya di kabupaten Batu Bara. Menurut data kependudukan desa bogak jumlah yang berprofesi sebagai nelayan ada sebanyak 1731 orang (tabel 4.2). Di desa bogak ada 1 kelompok yang mendapat program pemerintah yaitu Program Usaha Mina Pedesaan Perikanan Tangkap (PUMP)
3.2 Metode Penentuan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh nelayan di desa Bogak, kecamatan Tanjung Tiram, kabupaten Batu Bara yaitu sebanyak 1731 orang. Penarikan sampel dilakukan dilakukan dengan cara simple random sampling, artinya keseluruhan populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel .
Dari 40 sampel, diambil nelayan yang mendapat program BLM PUMP yaitu sebanyak dan 25 nelayan yang tidak mendapat program program BLM PUMP
3.3 Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan nelayan tradisonal mempergunakan pertanyaan atau kuesioner yang telah dpersiapkan terlebh dahulu. Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi –instansi terkait yang berhubungan dengan penelitian ini seperti Badan Pusat Statistik (BPS),Dinas perikanan dan kelautan sumatera utara dan kabupaten batu bara, dan literatur yang mendukung penelitian.
3.4Metode Analisis Data
Hipotesis 1 dianalisis dengan regresi linier berganda. Dalam peneltian ini
akan dianalisis pengaruh modal kerja, pengalaman, teknologi, pengalaman, dan harga jual terhadap pendapatan nelayan di desa Bogak, kecamatan Tanjung Tiram, kabupaten Batu Bara yang dirumuskan sebagai berikut
x5
Pengujian Hipotesis I
= Harga Jual (Rp / Kg)
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini meliputi pengujian serempak (uji-f), pengujian individu (uji-t), dan pengujian ketetapan perkiraan (R2
Uji Statistik
), uji asumsi klasik yang meliputi multikolinearitas, heteroskedasitas, autokorelasi dan normalitas.
1. Pengujian Koefisien Determinasi (R2
Koefisien determinasi merujuk kepada kemampuan dari variabel independen (X) dalam menerangkan variabel dependen (Y). Koefisien determinasi digunakan untuk menghitung seberapa besar varian dan variabel dependen dapat dijelaskan oleh variasi variabel-variabel independen. Nilai R
)
2
paling besar 1 dan paling kecil 0 (0 < R2< 1). Bila R2
2. Pengujian Signifikan Simultan (Uji f-test statistik)
sama dengan 0 maka garis regresi tidak dapat digunakan untuk membuat ramalan variabel dependen, sebab variabel-variabel yang dimasukkan ke dalam persamaan regresi tidak mempunyai pengaruh varian variabel dependen adalah 0.
Uji ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara signifikan terhadap variabel dependen. Dimana jika fhitung< ftabel, maka H0
variabel independen (modal kerja, tenaga kerja, pengalaman kerja, teknologi, dan harga jual) terhadap variabel dependen (pendapatan nelayan).
3. Pengujian Signifansi Parameter Individual (Uji t-test statistik)
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel independen secara sendiri-sendiri mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Dengan kata lain, untuk mengetahui apakah masing-masing variabel independen dapat menjelaskan perubahan yang terjadi pada variabel dependen secara nyata.
Untuk mengkaji pengaruh variabel independen terhadap dependen secara individu dapat dilihat hipotesis berikut: H1 : β1 = 0 → tidak berpengaruh, H1 : β1 >
0 → berpengaruh positif, H1 : β1 < 0 → berpengaruh negative. Dimana β1 adalah
koefisien variabel independen ke-1 yaitu nilai parameter hipotesis. Biasanya nilai
β dianggap nol, artinya tidak ada pengaruh variabel X1 terhadap Y. bila thitung<
ttabel maka H0
Uji Asumsi Klasik
diterima (tidak signifikan). Uji t digunakan untuk membuat keputusan apakah hipotesis terbukti atau tidak, dimana tingkat signifikan yang digunakan yaitu 5%.
1. Uji Normalitas
2. Uji Multikolinearitas
Multikolinieritas adalah suatu kondisi dimana terjadi korelasi yang kuat diantara variabel-variabel bebas (X) yang diikutsertakan dalam pembentukan model regresi linear (Gujarati, 1991). Uji Multikolinearitas digunakan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi yang kuat di antara variabel-variabel independen yang diikutsertakan dalam pembentukan model. Untuk mendeteksi apakah model regresi linier mengalami multikolinearitas dapat diperiksa menggunakan Variance Inflation Factor (VIF) untuk masing-masing Variabel Independen, yaitu jika suatu Variabel Independen mempunyai nilai VIF > 10 berarti telah terjadi multikolinearitas.
3. Uji Heteroskedasitas
Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Keteroskedasitas terjadi apabila variabel gangguan tidak mempunyai varian yang sama untuk semua observasi. Akibat adanya heteroskedasitas, penaksir OLS tidak bias tetapi tidak efisien (Gujarati dan Porter, 2003).
masalah 2 dianalisis dengan metode analisis deskriptif, yaitu dengan
mengumpulkan informasi tentang program yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan pendapatan nelayan di desa Bogak, Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten Batu Bara.
Hipotesis 3 dianalisis dengan metode analisis skala likert, yaitu
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan secara purposive yaitu di Desa Bogak
kecamatan Tanjung Tiram kabupaten Batu Bara, Provinsi Sumatera Utara.
Penentuan daerah penelitian berdasarkan pertimbangan bahwa di kecamatan
Tanjung Tiram kabupaten Batu Bara paling banyak berprofesi sebagai nelayan
yaitu 9931 orang (tabel 1.4) dibandingkan dengan kecamatan lainnya di
kabupaten Batu Bara. Menurut data kependudukan desa bogak jumlah yang
berprofesi sebagai nelayan ada sebanyak 1731 orang (tabel 4.2). Di desa bogak
ada 1 kelompok yang mendapat program pemerintah yaitu Program Usaha Mina
Pedesaan Perikanan Tangkap (PUMP)
3.2 Metode Penentuan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh nelayan di desa Bogak,
kecamatan Tanjung Tiram, kabupaten Batu Bara yaitu sebanyak 1731 orang.
Penarikan sampel dilakukan dilakukan dengan cara simple random sampling,
artinya keseluruhan populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih
sebagai sampel .
Ukuran sampel ditentukan secara purposive atau ditentukan dengan sengaja.
Jumlah sampel yang diambil sebanyak 40 nelayan sampel dengan pertimbangan
bahwa populasi nelayan bersifat homogen yaitu hanya menggunakan kapal ≤ 1
GT. Roescoe dalam buku Research Methods For Business memberikan saran
tentang penelitian salah satunya adalah ukuran sampel yang layak dalam peneltian
Dari 40 sampel, diambil nelayan yang mendapat program BLM PUMP yaitu
sebanyak dan 25 nelayan yang tidak mendapat program program BLM PUMP
3.3 Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan nelayan
tradisonal mempergunakan pertanyaan atau kuesioner yang telah dpersiapkan
terlebh dahulu. Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi –instansi terkait
yang berhubungan dengan penelitian ini seperti Badan Pusat Statistik (BPS),Dinas
perikanan dan kelautan sumatera utara dan kabupaten batu bara, dan literatur yang
mendukung penelitian.
3.4Metode Analisis Data
Hipotesis 1dianalisis dengan regresi linier berganda. Dalam peneltian ini
akan dianalisis pengaruh modal kerja, pengalaman, teknologi, pengalaman, dan
harga jual terhadap pendapatan nelayan di desa Bogak, kecamatan Tanjung Tiram,
kabupaten Batu Bara yang dirumuskan sebagai berikut
x5
Pengujian Hipotesis I
= Harga Jual (Rp / Kg)
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini meliputi pengujian serempak (uji-f),
pengujian individu (uji-t), dan pengujian ketetapan perkiraan (R2
Uji Statistik
), uji asumsi
klasik yang meliputi multikolinearitas, heteroskedasitas, autokorelasi dan
normalitas.
1. Pengujian Koefisien Determinasi (R2
Koefisien determinasi merujuk kepada kemampuan dari variabel
independen (X) dalam menerangkan variabel dependen (Y). Koefisien determinasi
digunakan untuk menghitung seberapa besar varian dan variabel dependen dapat
dijelaskan oleh variasi variabel-variabel independen. Nilai R
)
2
paling besar 1 dan
paling kecil 0 (0 < R2< 1). Bila R2
2. Pengujian Signifikan Simultan (Uji f-test statistik)
sama dengan 0 maka garis regresi tidak dapat
digunakan untuk membuat ramalan variabel dependen, sebab variabel-variabel
yang dimasukkan ke dalam persamaan regresi tidak mempunyai pengaruh varian
variabel dependen adalah 0.
Uji ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara
signifikan terhadap variabel dependen. Dimana jika fhitung< ftabel, maka H0
diterima atau variabel independen secara bersama-sama tidak memiliki pengaruh
terhadap variabel dependen (tidak signifikan) dengan kata lain perubahan yang
terjadi pada variabel terikat tidak dapat dijelaskan oleh perubahan variabel
independen, dimana tingkat signifikansi yang digunakan yaitu 5%. Analisis
variabel independen (modal kerja, tenaga kerja, pengalaman kerja, teknologi, dan
harga jual) terhadap variabel dependen (pendapatan nelayan).
3. Pengujian Signifansi Parameter Individual (Uji t-test statistik)
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel
independen secara sendiri-sendiri mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap
variabel dependen. Dengan kata lain, untuk mengetahui apakah masing-masing
variabel independen dapat menjelaskan perubahan yang terjadi pada variabel
dependen secara nyata.
Untuk mengkaji pengaruh variabel independen terhadap dependen secara
individu dapat dilihat hipotesis berikut: H1 : β1 = 0 → tidak berpengaruh, H1 : β1 >
0 → berpengaruh positif, H1 : β1 < 0 → berpengaruh negative. Dimana β1 adalah
koefisien variabel independen ke-1 yaitu nilai parameter hipotesis. Biasanya nilai
β dianggap nol, artinya tidak ada pengaruh variabel X1 terhadap Y. bila thitung<
ttabel maka H0
Uji Asumsi Klasik
diterima (tidak signifikan). Uji t digunakan untuk membuat
keputusan apakah hipotesis terbukti atau tidak, dimana tingkat signifikan yang
digunakan yaitu 5%.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah untuk melihat apakah nilai residual terdistribusi
normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki nilai residual yang
terdistribusi normal. Jadi uji normalitas bukan dilakukan pada masing-masing
variabel tetapi pada nilai residualnya. Sering terjadi kesalahan yang jamak yaitu
2. Uji Multikolinearitas
Multikolinieritas adalah suatu kondisi dimana terjadi korelasi yang kuat
diantara variabel-variabel bebas (X) yang diikutsertakan dalam pembentukan
model regresi linear (Gujarati, 1991). Uji Multikolinearitas digunakan untuk
mengetahui apakah terjadi korelasi yang kuat di antara variabel-variabel
independen yang diikutsertakan dalam pembentukan model. Untuk mendeteksi
apakah model regresi linier mengalami multikolinearitas dapat diperiksa
menggunakan Variance Inflation Factor (VIF) untuk masing-masing Variabel
Independen, yaitu jika suatu Variabel Independen mempunyai nilai VIF > 10
berarti telah terjadi multikolinearitas.
3. Uji Heteroskedasitas
Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan varian dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain.
Keteroskedasitas terjadi apabila variabel gangguan tidak mempunyai varian
yang sama untuk semua observasi. Akibat adanya heteroskedasitas, penaksir
OLS tidak bias tetapi tidak efisien (Gujarati dan Porter, 2003).
masalah 2 dianalisis dengan metode analisis deskriptif, yaitu dengan
mengumpulkan informasi tentang program yang dilakukan pemerintah untuk
meningkatkan pendapatan nelayan di desa Bogak, Kecamatan Tanjung Tiram,
Kabupaten Batu Bara.
Hipotesis 3 dianalisis dengan metode analisis skala likert, yaitu
mengelompokkan variabel dengan menjumlahkan skor dari nilai seperangkat
Adapun skor untuk pernyataan positif adalah SS = 5, S = 4, R = 3, TS = 2, dan
STS = 1, sedangkan untuk pernyataan negatif adalah SS = 1, S = 2, R = 3, TS = 4,
dan STS = 5 Pengelompokan variabel dapat dilhat pada berkut ini.
Tabel 3.1 Pengelompokan Variabel Pernyataan Positif dan Negatif No. Pernyataan Positif Pernyataan Negatif 1 Saya mengetahui dengan baik
program pemerintah yang
2 Program pemerintah bagi nelayan mampu mengembangkan sektor perikanan di desa Bogak Kecamatan Tanjung Tiram
Ketentuan untuk mendapatkan bantuan menyulitkan saudara
3 Program pemerintah yang dilakukan mampu memberikan
4 Program pemerintah dapat menjadi alternatif bagi saudara
untuk menyelesaikan permasalahan untuk melaut.
Program Dinas Perikanan dan Kelautan yang berjalan tidak sesuai dengan harapan nelayan
5 Saudara berharap program pemerintah terus berlanjut
Saudara merasa kesulitan menyampaikan aspirasi kepada pemerintah
Menurut Azwar (2007), dalam analisis ini responden akan diminta untuk
memilih salah satu dari sejumlah kategori yang tersedia dari variabel yang
bersangkutan yaitu, Saangat Setuju (SS), Setuju (S), Ragu-Ragu (R), Tidak Setuju
(TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS), kemudian diukur dengan skala pengukuran
sikap skala Likert dengan rumus :
T= 50−[ X− Xrataan
� ] Keterangan :
T = skor standar
Xrataan = mean skor kelompok
S = deviasi standar kelompok
Kriteria Uji
• Jika T ≥ 50, maka sikap positif
• Jika T ≤ 50, maka sikap negatif
3.5 Defenisi dan Batasan Operasional 3.5.1 Defenisi
a. Pendapatan nelayan adalah pendapatan bersih nelayan yang diperoleh dari
hasil penjualan tangkapan/produksi ikan setelah dikurangi modal kerja sekali
melaut. (Rp)
b. Modal kerja adalah biaya-biaya yang dikeluarkan oleh nelayan dalam
memperoleh hasilnya. Biaya-biaya itu terdiri dari : bahan bakar (solar), bahan
pengawet ikan (es balok), dll selama sebulan (Rp)
c. Pengalaman kerja adalah lama kerja nelayan yang dihitung setelah berumur
15 tahun
d. Teknologi adalah penggunaan alat – alat tangkap modern misalnya perahu
motor, troli, jaring, dan alat tangkap yang canggih atau alat tradisional seperti
perahu layar / dayung, kail sederhana dan alat tangkap yang masih sangat
sederhana .
e. Harga Jual adalah sejumlah uang yang dibebankan atas suatu produk atau
jasa, atau jumlah dari nilai yang ditukar konsumen atas manfaat-manfaat
f. Program pemerintah adalah program yang dilakukan pemerintah untuk
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan nelayan yaitu Peningkatan
Kehidupan Nelayan (PKN), Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir
(PEMP), Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap
(PUMP), P
g. Persepsi ialah Suatu proses mental yang rumit dan melibatkan berbagai
kegiatan untuk menggolongkan stimulus yang masuk sehingga menghasilkan
tanggapan untuk memahami stimulus tersebut
engembangan Usaha Mina Pedesaan Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perikanan (PUMP P2HP ).
3.5.2 Batasan Operasional
1. Lokasi penelitian dilakukan di desa Bogak kecamatan Tanjung Tiram
kabupaten Batu bara, Sumatera utara,
2. Penelitian dilaksanakan pada tahun 2014
3. Nelayan sampel adalah nelayan yang bertempat tinggal di desa Bogak
BAB IV
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN
4.1 Luas dan Letak Geografis Desa Bogak
Desa Bogak adalah salah satu desa di kecamatan Tanjung Tiram,
Kabupaten Batu Bara. Desa Bogak terletak pada daerah pantai dengan ketinggian
3-5 meter di atas permukaan laut. Secara umum Desa Bogak memiliki curah hujan
rata-rata per tahun 2678,4 mm/tahun dengan suhu udara minimum 240 dan
maksimum 360.
Desa Bogak memiliki luas wilayah 325 Ha dengan jumlah penduduk
10.453 jiwa. Desa Bogak berjarak 1 Km dari ibu kota kecamatan, 31 Km dari
ibukota Kabupaten,dan 157km dari ibukota Provinsi
Batas-batas wlayah desa Bogak sebagai daerah penelitian adalah sebagai
berikut:
Sebelah utara berbatasan dengan selat malaka
Sebelah Timur berbatasan dengan desa masjd lama kecamatan talawi
Sebelah Selatan berbatasan dengan kelurahan tanjung tiram
Sebelah Barat berbatasan dengan desa masjid lama kecamatan talawi
4.2 Keadaan Penduduk
Penduduk Desa Bogak berjumlah 10.453 jiwa dengan jumlah rumah
tangga sebanyak 2.262 kepala keluarga. Berdasarka jenis kelamin pria/wanita
penduduk desa bogak terdiri dari 5470 jiwa laki-laki dan 4983 jiwa perempuan.
Dengan distribusi penduduk menurut kelompok umur di desa Bogak tahun 2012
Tabel 4.1 Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Bogak Tahun 2012
No. Kelompok Umur( tahun) Jumlah(orang) Persentase(%)
1 0 – 6 1685 16,12
2 7 – 17 3284 31,42
3 18 5484 52,46
Total 10453 100
Sumber: Kantor Desa Bogak,2012
Dari Tabel 4.1 dilihat bahwa penduduk Desa Bogak yang paling banyak adalah
kelompok umur >18 tahun yaitu 5488(52,46%) dan penduduk paling sedkit
jumlahya adalah kelompok umur 0 – 6 tahun yaitu 1689 orang(16,12%).
Sebagai daerah pesisir, penduduk desa bogak pada umumya memiliki
sumber mata pencaharian dari sub sektor perikanan yaitu sebagai nelayan. Selain
itu, sebagian penduduk memiliki mata pencaharian sebagai Pegawai Negeri Sipil,
pedagang keliling, peternak, montir dan lain-lain. Pada tabel 4.2 dapat dilihat
distribusi penduduk desa bogak berdasarkan mata pencaharian
Tabel 4.2 Distribusi Penduduk Desa Bogak Berdasarkan Jenis Mata Pencaharian Tahun 2012
No Jenis Mata Pencaharian Jumlah (orang) Persentase (%) 1 Pegawai Negeri Sipil 26 1,46
Komposisi penduduk berdasarkan agama dan kepercayaan yang dianut
Tabel 4.3 Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama yang Dianut
No. Agama Jumlah(orang) Persentase
1 Islam 10.290 99,35082
2 Kristen protestan 67 0,64
3 Hindu 4 0,00038
4 Budha 92 0,0088
Total 10453 100
Sumber : Kantor desa Bogak 2012
Dari Tabel 4.3 dapat dilihah bahwa penduduk desa Bogak lebih banyak
menganut agama Islam yaitu 10.298 jiwa (99,35082%),sisanya kristen Protestan
67 jiwa (0,64%), Hindu 4 jiwa (0,00038%), Budha 92 jiwa (0,0088).
4.3 Penggunaan Lahan
Luas desa bogak 325 ha, yang terbagi fungsinya menjadi areal
pemukiman, kolam/perikanan, perkantoran/sarana sosial dan lain-lain
Tabel 4.4 Luas dan Jenis Penggunaan Lahan Desa Bogak
No. Peruntukan Lahan Luas (Ha) Persentase
1 Perumahan/Pemukiman 233 71,69
2 Kolam/Perkanan 14 4,31
5 Rawa-rawa 29,15 8,97
4 Jalan,bangunan,dan lain-lain 48,85 15,03
5 Total 325 100
Sumber: Kantor Desa Bogak 2012
Berdasarkan tabel diatas dapat diihat bahwa penggunaan lahan untuk pemukiman
sebanyak 233 ha(71,69%), kolam/perikanan 14 ha (4,31%), jalan,bangunan dan
lan-lain 48,85 (15,03%), sedangkan sisanya adalah rawa-rawa.
4.4 Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana di desa Bogak akan mempengaruhi perkembangan
dan kemajuan pembangunan di desa tersebut. Semakin baik sarana dan prasarana
Tabel 4.5 Sarana dan Prasarana Desa Bogak tahun 2012
No. Uraian Jumlah
1 Kantor/ balai Desa 1
2 Sekolah Dasar(SD) 5
3 Sekolah menengah Pertama(SMP) 1
4 Mesjid 1
5 Musholla 8
6 Lapangan Olahraga 1
7 Pustu (Puskesmas Pembantu) 1
8 Jembatan 5
9 Tempat Pendaratan Ikan(TPI) 1 Sumber:Kantor Desa Bogak 2012
Berdasarkan tabel ketersediaan sarana dan prasarana di desa Bogak maka dapat
disimpulkan bahwa kebutuhan masyarakat sudah dapat terpenuhi dibidang
pendidikan khususnya SD dan SMP, keagamaan, kesehatan, transportasi,
perekonomian dan sosial budaya.
4.5 Karakteristik Nelayan Sampel
Karakteristik sampel yang dimaksud adalah karakteristik nelayan yang
dijadikan sebagai responden pada penelitian ini. Karakteristik tersebut meliputi
pendapatan, pengalaman melaut, tingkat pendidikan, modal melaut, jumlah tenaga
kerja dalam perahu/kapal, hasil tangkapan, pendidikan, dan umur nelayan. Secara
lebih jelas, karakteristik nelayan sampel dapat dlihat pada Tabel 4.6
Tabel 4.6 Karakteristik Nelayan yang Tidak Mendapat Program BLM PUMP
No. Karakteristik Sampel Satuan Rentang Rataan
1 Modal Rp 74000-136000 104120
Dari tabel 4.6 dlihat bahwa nelayan yang tidak mendapatkan program BLM
PUMP yang menjadi sampel memiliki rentang modal 74000-136000 dengan
rataan 104120. Tenaga kerja memiliki rentang 1-3 dengan rataan 1,88. Pendidikan
memiliki rentang 6-12 tahun dengan rataan 7,08 tahun. Umur memiliki rentang
antara 29-47 tahun dengan rataan 37,36 tahun. Pengalaman melaut memiliki
rentang 13-32 dengan rataan 22,32. Teknologi memiliki rentang 13-14 dengan
rataan 13,68. Jumlah tangkapan memiliki rentang 6-17 dengan rataan 9,52. Harga
jual memiliki rentang 16.750-33.333dengan rataan 21866. Jumlah pendapatan
sekali melaut memiliki rentang 51000-82222 dengan rataan 65934
Karakteristik nelayan yang dapat program PUMP dapat dilihat pada tabel
4.7
Tabel 4.7 Karakteristik Nelayan yang Mendapat Program BLM PUMP
Sumber : Data lampiran 2
Dari tabel 4.7 dapat dlihat bahwa nelayan yang dapat program PUMP yang
menjadi sampel memiliki rentang modal 74000-115000 dengan rataan 87933,33.
Tenaga kerja memiliki rentang 1-2 dengan rataan 1,33. Umur memliki rentang
30-45 tahun dengan rataan 36,53 tahun. Pendidikan memiliki rentang 6-12 tahun
dengan rataan 7,2 tahun. Pengalaman melaut memiliki rentang 15-30 dengan
rataan 21,53. Teknologi memliki rentang 13-14 dengan rataan 13,53. Hasil
tangkapan memiliki rentang 6-11 dengan rataan 8,066. Harga jual memiliki No. Karakteristik Sampel Satuan Rentang Rataan
1 Modal Rp 74000-115000 87933,33
rentang 15750-33.333dengan rataan 21.560,15. Jumlah pendapatan sekali melaut
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Deskripsi Variabel
Deskripsi variabel dari hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 5.1
Tabel 5.1 Deskripsi Variabel Penelitian
Sumber : Lampiran 1 dan 2 diolah
Dari tabel 5.1, diketahui rentang pendapatan adalah 51000-83333,33
dengan rata-rata 62626,59. Modal memliki rentang 74.000-136.000 dengan rataan
98050. Modal memiliki rentang 13-32 tahun dengan rataan 22,025. Teknologi
memiliki rentang 13-14 unit/buah dengan rataan 13,625. Harga jual memiliki
rentang 15750-33333,33 per kilogram dengan rataan 21144,6903
5.2 Hasil Analisis Pengaruh Variabel Modal Kerja, Pengalaman, Teknologi, dan Harga Jual terhadap Pendapatan Nelayan
Hasil analisis variabel modal kerja, pengalaman, teknologi, harga jual
terhadap pendapatan nelayan dapat dilihat pada tabel 5.1
Tabel 5.2 Tabel Hasil Analisis pengaruh variabel Modal Kerja, Pengalaman, Teknologi, dan Harga Jual terhadap Pendapatan Nelayan
Variabel Penelitian
Koefisen Regresi t-hitung Sig
Constanta 6935,580 0,679 0,502
Modal 0,446 22,384 0,000
Pengalaman 113,565 1,621 0,114
Teknologi 631,338 0,830 0,412
Harga jual 0,041 0,711 0,482
F-hitung 152,698 Sig. F-hitung 0,000
R 0,973 Standar Eror 2211,79548
R-Square 0,946 N 40
Adjusted R-Squared 0,940
Variabel Satuan Rentang Rataan
Pendapatan Rupiah 51000 – 83333,33 62626,59 Modal Kerja Rupiah 74000 - 136000 98050
Pengalaman Tahun 13-32 22,025
Teknologi Unit/buah 13-14 13,625
Dari tabel 5.2 dapat dibuat persamaan sebagai berikut:
Y = 6935,580 + 0,446�� + 113,565�� + 631,338 �� + 0,041�� Dimana :
Y = Pendapatan nelayan
��= Modal melaut
�� = Pengalaman
�� = Teknologi
�� = Harga jual
�� = Harga jual
5.2.1 Uji asumsi klasik 5.2.1.1 Uji normalitas
Uji asumsi normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi , variabel pengganggu atau residual berdistribusi normal. Dari hasil
perhitungan OSKS diperoleh signifikansi sebesar 0.863 ≥ (0,05). Hal ini
menjelaskan tidak ada perbedaan antara distribusi residual dengan distribusi
normal, data residua l model berdistribusi normal.
5.2.1.2 Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas dgunakan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi
yang kuat di antara variabel-variabel independen yang diikutsertakan dalam
pembentukan model. Untuk mendeteksi apakah model regresi linier mengalami
untuk masing-masing Variabel Independen, yaitu jika suatu Variabel Independen
mempunyai nilai VIF > 10 berarti telah terjadi multikolinearitas.
Dari hasil analisis dengan SPSS 16, diperoleh VIF untuk variabel modal
melaut, pengalaman, teknologi, dan harga jual masing-masing adalah 1.152 ≤ 10
, 1,060 ≤ 10 , 1,110 ≤ 10, 1,026 ≤ 10 dan tolerance untuk masing-masing
variabel adalah 0,868 ≥ 0,10, 0,944 ≥ 0,10, 0,901 ≥ 0,10, 0,974 ≥ 0,10. Hal ini
mengidentifikasi tidak terjadinya multikolinearitas karena nilai VIF semua
variabel berada di bawah 10 dan nilai Tolerance di atas 0,10.
5.2.1.3 Uji Heterokedasitas
Untuk mengindentifikasi herokedasitas dapat dilihat scatterplot dibawah ini
Scatterplot diatas tidak menunjukkan pola sistematis. Jadi dapat disimpulkan tidak
terjadi heterokedastis
5.2.2 Uji Hipotesis
Dari hasil regresi pengaruh variabel modal kerja, tenaga kerja, pengalaman
kerja, teknologi, harga jual terhadap pendapatan diperoleh nilai R2 sebesar 0.946.
Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 94,6 persen dari variasi variabel pendapatan
telah dijelaskan secara serempak oleh variabel modal kerja (X1), tenaga kerja
(X2), pengalaman kerja (X3), teknologi (X4) dan harga jual (X5
5.2.2.2 Pengujian Signifikan Simultan (Uji-f)
). Sedangkan
sisanya yaitu sebesar 5,4 persen dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang belum
dimasukkan dalam model
Dari hasil regresi pengaruh variabel modal kerja, tenaga kerja, pengalaman
kerja, teknologi, harga jual terhadap pendapatan diperoleh tingkat signifikansi F
adalah sebesar 0,000 (≤ 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1
diterima,yang berarti variabel bebas modal ,tenaga kerja, pengalaman, teknologi,
harga jual secara serempak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat
Pendapatan nelayan.
5.2.2.3Pengujian Signifikan Parsial (Uji-t)
Dari hasil regresi pengaruh variabel modal melaut, tenaga kerja,
pengalaman kerja, teknologi, harga jual terhadap pendapatan,
• variabel modal memiliki tingkat signifikansi tadalah sebesar 0,000 (≤
0,05). Hal ini menunjukkan bahwa variabel modal secara parsial
berpengaruh nyata terhadap pendapatan nelayan.
• Variabel pengalaman melaut, teknologi, dan harga jual memiliki tingkat
signifikansi masing-masing 0,114(≤ 0,05), 0,412(≤0,05), 0,482(≤ 0,05).
teknologi, dan harga jual secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap
pendapatan nelayan.
5.2.2.3.1 Pengaruh Modal Kerja terhadap Pendapatan
Dari penelitian ini diketahui bahwa modal berpengaruh signifikan terhadap
pendapatan nelayan artinya modal secara parsial berpengaruh nyata terhadap
pendapatan nelayan. Besarnya koefisien regresi adalah 0,446. Hal ini
menunjukkan bahwa setiap adanya kenaikan modal Rp.1000, maka akan terjadi
kenaikan pendapatan sebesar Rp.446 dengan asumsi variabel lain tetap. Sehingga
untuk mendapatkan penambahan pendapatan yang besar harus diikuti dengan
penambahan modal yang lebih besar lagi. Hal ini sesuai dengan pernyataan oleh
Mubyarto bahwa modal mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan berhasil
tidaknya suatu usaha produksi yang didirikan.
5.2.2.3.2 Pengaruh Pengalaman terhadap Pendapatan
Dari penelitian ini diketahui bahwa pengalaman tidak berpengaruh
signifikan terhadap pendapatan nelayan artinya pengalaman secara parsial tidak
berpengaruh nyata terhadap pendapatan nelayan. Hal ini sesuai dengan penelitian
sebelumnya yang menyatakan variabel pengalaman tidak berpengaruh signifikan
terhadap pendapatan nelayan di kabubaten langkat (Sujarno, 2008).
5.1.1.3.3 Pengaruh Teknologi terhadap Pendapatan
Dari penelitian ini diketahui bahwa teknologi tidak berpengaruh
signifikan terhadap pendapatan nelayan artinya teknologi secara parsial tidak
berpengaruh nyata terhadap pendapatan nelayan. Hal ini tidak sesuai dengan
nelayan tradisional yang menggunakan kapal/perahu tempel ≤1GT. Selain itu
nelayan menggunakan teknologi/ peralatan sederhana dalam melaut. Sehingga
Teknologi tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan nelayan di desa
Bogak.
5.2.2.3.4 Pengaruh Harga Jual terhadap Pendapatan
Dari hasil penelitian diketahui bahwa harga jual tidak berpengaruh signifikan
terhadap pendapatan nelayan artinya Harga jual secara parsial tidak berpengaruh
nyata terhadap pendapatan nelayan. Hal ini disebabkan karena jika pada musim
ikan, hasil tangkapan meningkat,namun harga jual ikan akan turun. Sedangkan
pada musim paceklik, hasil tangkapan sangat sedikit, namun harga jual tinggi.
5.3 Program Pemerintah yang ada di desa Bogak, Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten Batu Bara
Dari informasi dan hasil wawancara dengan nelayan di desa Bogak, program
pemerintah untuk meningkatkan pendapatan nelayan yang ada di desa Bogak
adalah Bantuan Langsung Masyarakat Program
Pengembangan Usaha Mina Perdesaan (PUMP) Perikanan Tangkap
merupakan bagian dari pelaksanaan PNPM Mandiri yang betujuan untuk
penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja di perdesaan (Perpres
15/2010: Klaster II). Melalui kegiatan PUMP Perikanan Tangkap diharapkan
nelayan, dan menjadikan Kelompok Usaha Bersama (KUB) sebagai lembaga
ekonomi di pedesaan.
5.1 Persepsi Nelayan Terhadap BLM Program Pengembangan Usaha Mina Pedesaan Perikanan Tangkap (PUMP)
Persepsi nelayan terhadap program Pengembangan Mina Pedesaan
Perikanan Tangkap diperlihatkan oleh jawaban nelayan terhadap
pernyataan-pernyataan yang diberikan, baik berupa pernyataan-pernyataan positif maupun negatif.
Interpretasi terhadap skor masing-masing responden dilakukan dengan mengubah
skor tersebut ke dalam skor standar dengan menggunakan model skala likert (
skor T). Nila S ( Standar deviasi ) berbeda untuk masing-masing kelompok
sampel yang diteliti. Perhitungan dilakukan dengan rumus :
T= 50 + [ X− X�rataan ]
Jka diperoleh nilai skor standar (T) ≥50, maka sikap dinyatakan positif.
Sementara jika nilai skor standar (T) < 50, maka sikap dinyatakan negatif.
a. Persepsi Nelayan yang Tidak Mendapat Bantuan Program BLM PUMP Untuk mengetahui persepsi nelayan yang tidak dapat program diambil 15
sampel. Nilai standar deviasi yang diperoleh untuk nelayan yang tidak
mendapatkan program PUMP adalah sebesar 1,162919. Sikap nelayan yang tidak
mendapatkan program PUMP dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 5.1 Persepsi Nelayan yang Tidak Mendapat Program BLM PUMP Terhadap Program PUMP
No Kategori Jumlah (jiwa) Persentase (%)
1 Positif 1 6,67
2 Negatif 14 93,33
Jumlah 15 100
Dari tabel dapat dilihat bahwa dari 15 sampel yang diambil,1 sampel
(6,67%) memiliki sikap positif terhadap program BLM PUMP, dan 14 sampel
(93,33%) memiliki sikap negatif terhadap program BLM PUMP. Mayoritas dari
sampel memiliki sikap yang negatif, sehingga dapat dikatakan bahwa sampel
nelayan yg tidak dapat program memiliki sikap negatif terhadap program BLM
PUMP
b. Persepsi Nelayan yang Mendapat Program BLM PUMP
Nilai standar deviasi untuk nelayan yang mendapat program BLM PUMP
adalah sebesar 3,159265. Sikap nelayan yang mendapat program BLM PUMP
dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 5.2 Persepsi Nelayan yang Mendapat Program BLM PUMP Terhadap Program PUMP
No Kategori Jumlah (jiwa) Persentase (%)
1 Positif 11 73,33
2 Negatif 4 26,67
Jumlah 15 100
Sumber : Data diolah dari lampiran 6
Dari tabel 5.2, dapat dilihat bahwa dari 15 nelayan yang mendapat
program BLM PUMP, 11 nelayan (73,33%) memiliki sikap positif terhadap
program BLM PUMP, dan 4 sampel (26,67%) memiliki sikap negatif terhadap
program BLM PUMP. Mayoritas dari nelayan memliki sikap yang postif,
sehingga dapat dikatakan bahwa nelayan yang pernah mendapat program BLM
PUMP memiliki sikap positif terhadap program BLM PUMP.
Ada beberapa alasan mengapa sikap nelayan negatif terhadap Program
PUMP yaitu sebagai berikut
1. Penyaluran dana BLM PUMP yang dinilai nelayan belum tepat sasaran, dan
atau mendapat bantuan dari pemerintah semenjak berprofesi sebagai
nelayan
2. Kurangnya interaksi yang baik antara nelayan dengan dinas perikanan dan
kelautan serta pemerintah karena nelayan tidak mengetahui bagaimana
caranya untuk menyampaikan aspirasi kepada Pemerintah dan dinas
perikanan dan kelautan.
3. Nelayan telah berpandangan pesimis terhadap program-program
pemerintah, karena telah berulang kali mengirim proposal kepada dinas
perikanan dan kelautan tetapi sekalipun tidak ada direspon. Hal ini
mengakibatkan banyak nelayan tidak lagi bergabung/membentuk kelompok
nelayan.
4. Kurangnya sosialisasi dalam kegiatan pendampingan pada kelompok
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan :
1. Modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan pendapatan
nelayan di Desa Bogak, Kecamatan Tanjung Tiram kabupaten Batu Bara.
Pengalaman kerja, teknologi, harga jual berpengaruh positif tetapi tidak
signifikan terhadap pendapatan nelayan.
2. Program pemerintah yang ada di desa Bogak untuk meningkatkan pendapatan
nelayan adalah Program Pengembangan Usaha Mina Pedesaan Perikanan
Tangkap (PUMP).
3. Dari 15 sampel nelayan yang tidak mendapatkan program PUMP, 14 nelayan
atau 93,33% memliki persepsi negatif terhadap program PUMP. Sedangkan
15 nelayan yang mendapat program PUMP, 11 nelayan (73,33%) memiliki
persepsi positif terhadap program PUMP, dan 4 nelayan (26,67%) memiliki
persepsi negatif terhadap program PUMP. Secara keseluruhan, nelayan di
desa Bogak kecamatan Tanjung Tiram, memiliki persepsi negatif terhadap
6.2 Saran
Kepada Nelayan
Nelayan sebaiknya membentuk kelompok nelayan ataupun koperasi yang dapat
membantu dalam memperoleh pinjaman modal, membantu pemasaran ikan hasil
tangkapan, pengolahan hasil tangkapan dan tukar ilmu serta informasi antar
nelayan dan dinas perikanan dan kelautan .
Kepada Pemerintah dan Dinas Perikanan dan Kelautan
1. Pemerintah hendaknya memperhatikan kehidupan nelayan-nelayan tradisonal
yang belum pernah sama sekali dapat program/ bantuan dari pemerintah
2. Dinas perikanan dan kelautan sebaiknya aktif mendampingi kelompok
nelayan dan musyawarah secara rutin dengan kelompok nelayan.
3. Pemerintah dalam membuat program atau memberikan bantuan hendaknya
memperhatikan kondisi nelayan agar sesuai dengan yang mereka harapkan
dan butuhkan, serta mengawasi dalam pelaksanaan program/ pemberian
bantuan agar bantuan tepat sasaran.
Kepada Peneliti Selanjutnya
Kepada peneliti selanjutnya agar meneliti tentang dampak program
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Nelayan
Nelayan adalah orang yang hidup dari mata pencaharian hasil laut. Di
Indonesia para nelayan biasanya bermukim di daerah pinggir pantai atau pesisir
laut. Komunitas nelayan adalah kelompok yang bermata pencaharian hasil laut
dan tinggal di desa-desa pantai atau pesisir (Sastrawidjaya, 2002). Ciri komunitas
nelayan dapat dilihat dari berbagai segi, yaitu:
a. Pertama, dari segi mata pencaharian, nelayan adalah mereka yang
aktivitasnya berkaitan dengan lingkungan laut atau pesisir, atau mereka yang
menjadikan perikanan sebagai mata pencaharian utama.
b. Kedua, dari cara segi hidup, komunitas nelayan adalah komunitas gotong
royong. Kebutuhan gotong royong dan tolong menolong terasa sangat penting
pada saat untuk mengatasi keadaan yang menuntut pengeluaran biaya besar
dan pengerahan tenaga kerja yang banyak.
c. Ketiga, dari segi keterampilan, meskipun pekerjaan nelayan adalah pekerjaan
berat namun pada umumnya mereka hanya memilik keterampilan sederhana.
Kebanyakan dari mereka bekerja sebagai nelayan adalah profesi yang
diturunkan oleh orang tua, bukan yang dipelajari secara professional.
Penangkapan ikan dan pengumpulan hasil laut lainnya merupakan mata
pencaharian pokok usaha nelayan. Pada dasarnya usaha penangkapan ikan yang
dilakukan usaha nelayan secara teknis ekonomis merupakan suatu proses produksi
yang bersifaf ekstraktif, yakni mengambil hasil alam tanpa mengembalikan
Namun demikian tidak mesti berarti bahwa usaha perikanan rakyat merupakan
usaha yang bersifat subsistem.
Pada umumnya dalam pengusahaan perikanan laut terdapat tiga jenis
nelayan, yaitu; nelayan pengusaha, nelayan campuran dan nelayan penuh.
Nelayan pengusaha yaitu pemilik modal yang memusatkan penanaman modalnya dalam operasi penangkapan ikan. Nelayan campuran yaitu seseorang
nelayan yang juga melakukan pekerjaan yang lain di samping pekejaan pokoknya
sebagai nelayan. Sedangkan nelayan penuh ialah golongan nelayan yang hidup
sebagai penangkap ikan di laut dan dengan memakai peralatan sederhana atau
tradisional.Namun demikian apabila sebagian besar pendapatan seseorang berasal
dari perikanan (darat dan laut) ia disebut sebagai nelayan. (Mubyarto, 2002).
Tingkat pendapatan rumah tangga tergantung kepada jenis-jenis kegiatan yang
dilakukan. Jenis kegiatan yang mengikut serta kan modal atau keterampilan
mempunyai produktivitas tenaga kerja lebih tinggi, yang pada akhirnya mampu
memberikan pendapatan yang lebih besar (Winardi, 1988).
2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Nelayan
Ada tiga faktor yang mempengaruhi peningkatan pendapatan usaha nelayan
dan diuraikan sebagai berikut:
1. Teknologi
Peralatan yang digunakan oleh nelayan dalam penangkapan ikan (produksi)
adalah alat penerangan (lampu) dan jaring. Peralatan atau modal usaha nelayan
adalah nilai dari pada peralatan yang digunakan seperti:
• Harga perahu, apakah mempergunakan mesin besar atau kecil yang dimiliki
• Harga dari peralatan penangkapan ikan, misalnya jaring dan lain-lain.
2. Sosial Ekonomi
Umur. Seseorang yang telah berumur 15 tahun ke atas baru disebut sebagai
nelayan, dibawah umur tersebut walaupun ia melaut tidak disebut sebagai
nelayan. Umur juga mempunyai pengaruh terhadap pendapatan walaupun
pengaruhnya tdk terlalu besar.
Musim. Musim sangat berpengaruh kepada keadaan kehidupan nelayan yaitu musim barat dan musim timur. Dalam satu tahun ada dua musim yaitu musim
timur dari bulan Maret sampai Agustus, umumnya gelombang besar, pasang
tinggi,arus deras, curah hujan selalu terjadi, keadaan demikian ini pada umumnya
nelayan sangat jarang ke laut karena takut bahaya, jadi produksi sedikit dan harga
ikan akan tinggi. Pada musim barat biasanya dari September sampai Februari
keadaan pasang tidak terlalu tinggi, arus tidak terlampau deras, gelombang tidak
terlampau besar. Pada musim inilah nelayan banyak mendapat ikan. Disamping
kedua musim tersebut dalam setahun, ada lagi pengaruh musim bulanan yaitu
pada bulan purnama. Pada bulan purnama atau terang arus akan deras dan pasang
akan tinggi. Sebaliknya pada bulan gelap, gelombang akan kecil, arus tidak
bergerak yang disebut dengan istilah pasang mati. Pada kedua keadaan ini nelayan
akan kurang mendapatkan ikan dan harga ikan akan tinggi apalagi pada musim
timur keadaan ini umumnya nelayan tidak akan turun melaut, kalaupun turun
melaut hanya dipinggir saja. Kegiatan spekulatif dalam penangkapan ikan
semakin meningkat ketika kondisi tangkap melanda. Dalam keadaan yang
demikian, sulit membedakan antara masa musim ikan dan masa paceklik.
Ikan adalah komoditi yang mudah rusak dan busuk, jadi penyampaiannya
dari produsen (nelayan) kepada konsumen harus cepat agar kualitas atau
kondisinya tidak rusak atau busuk kalau ikan itu diolah. Kondisi atau keadaan
ikan ini sangat berpengaruh kepada harga ikan, demikian juga nilai gizinya. Jadi
dalam hal ini dilihat nilai efisiensi dari penggunaan tata niaga perikanan tersebut,
dari produsen ke konsumen berarti semakin baik dan semakin efisien tata
niaganya dan kriterianya adalah sebagai berikut :
Panjang atau pendeknya saluran distribusi yang dilalui oleh hasil produksi dalam
hal ini ikan dari nelayan sampai kepada konsumen. Banyak atau sedikitnya dari
jumlah pos-pos yang terdapat pada saluran distribusi tersebut. Apabila banyak
mengakibatkan panjang (jauhnya) jarak antara produsen dan konsumen akhir yang
artinya makin tidak efisien. Menambah keuntungan atau tidak yaitu setiap pos
saluran distribusi tersebut apakah menambah keuntungan atau tidak bagi nelayan.
Dalam hal ini kita bandingkan dari kemungkinan-kemungkinan yang ada dan
meneliti apakah ada korelasi antara hal-hal diatas tadi akan menambah atau
memperbesar pendapatan nelayan. Meningkatnya tangkapan nelayan berarti
meningkatkan kesejahtraan nelayan tersebut. Demikian juga hal tersebut
menunjang program pemerintah yaitu pengentasan kemiskinan.
Saluran distribusi
Hasil tangkapan (produksi) nelayan itu selanjutnya kita lihat cara pemasarannya,
khususnya saluran distribusi dari produsen (nelayan) kepada pemakai akhir atau
konsumen. Saluran distribusi dari hasil laut ini dapat dibagi sebagai berikut :
• Saluran distribusi untuk konsumen akhir
• Saluran distribusi untuk pengawetan
• Saluran distribusi untuk coldstorage (eksportir)
Rendahnya kualitas sumber daya manusia masyarakat nelayan yang
terefleksi dalam bentuk kemiskinan sangat erat kaitannya dengan faktor internal
dan eksternal masyarakat. Faktor internal misalnya pertumbuhan penduduk yang
cepat,kurang berani mengambil resiko,cepat puas dan kebiasaan lainnya yang
tidak mengandung modernisasi. Selain itu kelemahan modal usaha dari nelayan
sangat dipengaruhi oleh pola pikir nelayan itu sendiri. Faktor eksternal yang
mengakibatkan kemiskinan rumah tangga nelayan lapisan bawah antara lain
proses produksi didominasi oleh toke pemilik perahu atau modal dan sifat
pemasaran produksi hanya dikuasai kelompok tertentu dalam bentuk pasar
monopsoni ( Kusnadi,2003)
2.2.1 Pengaruh Modal terhadap Pendapatan Nelayan
Menurut Mubyarto (1973) modal adalah barang atau uang yang secara
bersama – sama faktor produksi, tanah dan tenaga kerja menghasilkan barang
yang baru. Pentingnya peranan modal karena dapat membantu menghasilkan
produktivitas, bertambahnya keterampilan dan kecakapan pekerja juga menaikkan
produktivitas produksi.
Modal mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan berhasil tidaknya suatu
usaha produksi yang didirikan. Modal dapat dibagi sebagai berikut : Modal Tetap
adalah modal yang dapat dipakai untuk proses produksi dalam jangka waktu yang
relatif lama dan tidak terpengaruh oleh besar kecilnya jumlah produksi, misalnya
bahan-bahan baku dan kebutuhan lain sebagai penunjang usaha tersebut misalnya
makanan, solar, rokok dan lain sebagainya.
Modal dalam kegiatan nelayan sangat mutlak dibutuhkan, karena tanpa
modal seperti sampan/perahu/kapal, jaring dan peralatan menangkap ikan lainnya
nelayan tidak akan mendapatkan ikan/ memproduksi ikan. Dengan kata lain
nelayan tidak memiliki Pendapatan. Produksi ikan nelayan di tentukan oleh
seberapa besar modal yang di gunakan dalam melaut. Dengan modal yang besar
para nelayan akan mampu memproduksi hasil ikan tangkapnya dan
pendapatannya semakin besar
2.2.2 Pengaruh Pengalaman terhadap Pendapatan
Pengalaman kerja adalah sesuatu atau kemampuan yang dimiliki oleh para
karyawan dalam menjalankan tugas–tugas yang dibebankan. Artinya kemudahan
dan kesulitan yang dimiliki seseorang dalam suatu pekerjaan akan dipengaruhi
oleh seberapa seseorang tersebut memiliki pengalaman kerja. (Nitisemito,2000 )
Faktor pengalaman, faktor ini secara teoritis dalam buku, tidak ada yang
membahas bahwa pengalaman merupakan fungsi dari pendapatan atau
keuntungan. Namun, dalam aktivitas nelayan dengan semakin berpengalaman
dalam menangkap ikan bisa meningkatkan pendapatan atau keuntungan.
Pengalaman sebagai nelayan secara langsung maupun tidak, memberikan
pengaruh kepada hasil penangkapan ikan. Semakin lama seseorang mempunyai
pengalaman sebagai nelayan, semakin besar hasil dari penangkapan ikan dan
2.2.3 Pengaruh Teknologi terhadap Pendapatan
Teknologi terkait dengan peralatan yang digunakan oleh nelayan dalam
penangkapan ikan adalah perahu tanpa mesin atau perahu dengan mesin, jarring
dan pancing. Peralatan atau biaya nelayan adalah nilai dari peralatan yang
digunakan seperti harga perahu, harga peralatan penangkapan ikan, dan bahan
makanan yang dibawa melaut dan yang ditinggalkan dirumah. Ini merupakan
input bagi nelayan dalam melaut (menangkap ikan). Selain itu jumlah tenaga kerja
yang digunakan dalam melaut.
Nelayan dikategorikan sebagai seseorang yang pekerjaannya menangkap
ikan dengan mengunakan alat tangkap yang sederhana, mulai dari pancing, jala,
jaring, pukat, dan lain sebagainya. Namun dalam perkembangannya dikategorikan
sebagai seorang yang berprofesi menangkap ikan dengan alat yang lebih modern
ialah kapal ikan dengan alat tangkap modern. Semakin canggih teknolgi yang
digunakan nelayan maka akan semakin meningkatkan produktivitas hasilnya lebih
meningkatkan produksi, yang didalamnya tersirat kesimpulan bahwa masyarakat
akan memperoleh penghasilan yang lebih tinggi.
Menurut Satria (2002), keberadaan nelayan digolongkan menjadi 4
tingkatan dilihat dari kapasitas teknologi (alat tangkap dan armada), orientasi
pasar dan karakteristik pasar. Keempat kelompok tersebut, antara lain nelayan
tradisional (peasant-fisher) yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan sendiri;
post peasant-fisher atau nelayan yang menggunakan teknologi penangkapan ikan
yang lebih maju, seperti motor tempel atau kapal motor; commercial fisher atau
fisher yang memiliki beberapa ciri, seperti terorganisasi, padat modal, pendapatan
lebih tinggi, dan berorientasi ekspor.
2.2.4.Pengaruh Harga Jual terhadap Pendapatan
menurut Kotler (2001 : 439) harga adalah sejumlah uang yang dibebankan
atas suatu produk atau jasa, atau jumlah dari nilai yang ditukar konsumen atas
manfaat-manfaat karena memiliki atau menggunakan produk atau jasa tersebut.
Dalam kehidupan nelayan harga ikan laut tidak selalu tetap, sehingga
pendapatan nelayan tidak selalu stabil, contohnya yaitu ketika musim ikan, jumlah
tangkapan relatif banyak, namun harga jual ikan cenderung rendah. Pada musim
paceklik hasil tangkapan sangat sedikit namun harga jual ikan tinggi. Tinggi
rendahnya harga jual ikan, berpengaruh terhadap pendapatan nelayan.
2.3 Program Pemerintah Dalam Peningkatan Pendapatan Nelayan 2.3.1 Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP)
Kebijakan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir dimulai sejak
tahun 2001 yang dirancang untuk mengatasi persoalan kemiskinan pada
masyarakat pesisir melalui pengembangan kultur kewirausahaan, penguatan
Lembaga Keuangan Mikro (LKM), penggalangan partisipasi masyarakat dan
kegiatan usaha ekonomi produktif lainnya yang berbasis sumberdaya lokal dan
berkelanjutan. Program PEMP 2001-2003 dilancarkan dengan pemberian dana
hibah langsung kepada Koperasi Nelayan atau Lembaga Keuangan Mikro yang
dibentuk untuk mengelola kebutuhan permodalan nelayan. Kebijakan tahun 2006
mengalami perubahan yaitu berupa pemberian dana hibah tidak langsung lagi
kepada koperasi nelayan atau Lembaga Keuangan Mikro nelayan, tetapi dana
memperoleh fasilitas kredit yang diberi nama Dana Ekonomi Produktif ( DEP ).
Dan pada tahun 2008 koperasi nelayan sudah diarahkan agar berhubungan sendiri
dengan lembaga perbankan untuk mendapatkan Kredit Usaha Rakyat (disingkat
KUR) dengan suku bunga kredit umum dari lembaga perbankan dan harus disertai
dengan jaminan kebendaan (KKP)
2.3.2
Pengembangan Usaha Mina Perdesaan (PUMP) Perikanan Tangkap
merupakan bagian dari pelaksanaan PNPM Mandiri yang betujuan untuk
penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja di perdesaan (Perpres
15/2010: Klaster II). Melalui kegiatan PUMP Perikanan Tangkap diharapkan
berkembangnya usaha penangkapan ikan, berkembangnya kewirausahaan
nelayan, dan menjadikan KUB sebagai lembaga ekonomi di pedesaan. Program
PUMP ini pun sudah mulai berjalan pada tahun 2011, karena maanfaat Program
PUMP ini sangat membantu sekali bagi para nelayan yang berada di daerah
pesisir maka sampai tahun 2014 ini PUMP masih di pertahankan sampai dengan
sekarang. Sejak tahun 2011 telah disalurkan bantuan modal sebesar Rp.780,6
Miliar kepada nelayan skala kecil yang tergabung dalam 7.806 Kelompok Usaha
Bersama (KUB) yang tersebar di seluruh kabupaten/kota yang memiliki potensi
perikanan tangkap.
Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP)
2.3.3 Pengembangan Usaha Mina Pedesaan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan(PUMP P2HP )
Pengembangan Usaha Mina Pedesaan Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Perikanan(PUMP P2HP ) merupakan kegiatan pemberdayaan masyarakat dimana
pemasar hasil perikanan dalam wadah Kelompok Pengolah dan Pemasar
(Poklahsar). Program PUMP P2HP dilaksanakan atas dasar amanat Menteri
Kelautan dan Perikanan yang tertuang dalam Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan Nomor PER. 21/MEN/2010 tentang Pedoman Pelaksanaan PNPM
Mandiri Kelautan dan Perikanan. (KKP)
2.3.4. Peningkatan Kehidupan Nelayan (PKN)
Program PKN merupakan bagian dari percepatan perluasan program
Pro-Rakyat (Klaster 4) berupa intervensi pemerintah secara langsung untuk
mempercepat pengentasan kemiskinan sesuai dengan Direktif Presiden pada
Sidang Kabinet Terbatas pada tanggal 13 Februari 2011 di Bogor. Melalui
Keputusan Presiden Nomor 10 Tahun 2011, Menteri Kelautan dan Perikanan
ditetapkan sebagai Ketua Kelompok Kerja Program PKN yang beranggotakan 12
kementerian/lembaga. Kriteria lokasi program peningkatan kehidupan nelayan
adalah berbasis pangkalan pendaratan ikan (PPI) dengan target Rumah Tangga
Sasaran (RTS) Nelayan miskin (sangat miskin, miskin, dan hampir miskin).
Penetapan lokasi dilakukan berdasarkan overlay data nelayan miskin di pesisir
dan lokasi 816 Pelabuhan Perikanan/Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) dengan
pelaksanaan program dilaksanakan secara bertahap dengan rincian 100 PPI pada
tahun 2011, 400 PPI untuk tahun 2012, 200 PPI untuk tahun 2013 dan 116 PPI
untuk tahun 2014. Pelaksanaan kegiatan PKN dikelompokkan menjadi 3 (tiga)
kelompok kegiatan, yaitu individu nelayan, kelompok nelayan dan sarana dan
prasarana di PPI dengan kegiatan dengan kegiatan antara lain : Pembuatan Rumah
Sangat Murah, Pekerjaan Alternatif dan Tambahan Bagi Keluarga
Cold Storage, Angkutan Umum Murah, Fasilitas Sekolah dan
Puskesmas, Fasilitas Bank “Rakyat”.(KKP)
2.4 Landasan Teori 2.4.1 Teori Pendapatan
Pendapatan nelayan adalah selisih antara peneriamaan (TR) dan semua biaya
(TC). Jadi Pd = TR – TC. Penerimaan usaha nelayan (TR) adalah perkalian antara
produksi yang diperoleh (Y) dengan harga jual (Py). Biaya usaha nelayan
biasanya diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya
tidak tetap (variable cos). Biaya tetap (FC) adalah biaya yang relatif tetap
jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau
sedikit. Biaya variabel (VC) adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh
produksi yang diperoleh, contoh biaya untuk tenaga kerja. Total biaya (TC)
adalah jumlah dari biaya tetap (FC) dan biaya variabel (VC), maka TC = FC + VC
(soekartawi, 2002).
Mayers dalam terjemahan Sitohang (1996), memandang pendapatan dari
sisi efektifitas penggunaannya untuk memenuhi kebutuhan adalah “Pendapatan
adalah nilai barang atau jasa tertentu pada akhir jangka tertentu yang mempunyai
indikasi bahwa makna pendapatan bisa saja bergeser seiring dengan tingkat
pengeluaran konsumsi masyarakat”.
Menurut Sukirno (2006) pendapatan adalah jumlah penghasilan yang
diterima oleh penduduk atas prestasi kerjanya selama satu periode tertentu, baik
harian, minggua n, bulanan atau tahunan. Dan ada beberapa klasifikasi pendapatan
a. Pertama, pendapatan pribadi yaitu semua jenis pendapatan yang diperoleh
tanpa memberikan sesuatu kegiatan apapun yang diterima penduduk suatu
negara.
b. Kedua, pendapatan disposibel yaitu pendapatan pribadi dikurangi pajak yang
harus dibayarkan oleh para penerima pendapatan, sisa pendapatan yang siap
dibelanjakan inilah yang dinamakan pendapatan disposibel.
c. Ketiga, pendapatan nasional yaitu nilai seluruh barang-barang jadi dan
jasa-jasa yang diproduksi oleh suatu negara dalam satu tahun.
Menurut Sobri (1999) pendapatan disposibel adalah suatu jenis penghasilan
yang diperoleh seseorang yang siap untuk dibelanjakan atau dikonsumsikan.
Besarnya pendapatan disposibel yaitu pendapatan yang diterima dikurangi dengan
pajak langsung (pajak perseorangan) seperti pajak penghasilan.
Menurut teori Milton Friedman bahwa pendapatan masyarakat dapat
digolongkan menjadi dua, yaitu pendapatan permanen dan pendapatan sementara.
Pendapatan permanen dapat diartikan yaitu:
a. Pertama, pendapatan yang selalu diterima pada periode tertentu dan dapat
diperkirakan sebelumnya, sebagai contoh adalah pendapatan, upah, dan gaji.
b. Kedua, pendapatan yang diperoleh dan hasil semua faktor yang menentukan
kekayaan seseorang.
Pendapatan menekan pada perwujudan balas jasa dari partisipasi seseorang
dalam satu kegiatan produksi dimana tergambar pada sumbangan faktor-faktor
produksi atas nilai tambah (value added) pada tingkat out put tertentu. Nilai
disebut pendapatan. Pendapatan tersebut dipilih menurut jangka waktu tertentu
sehingga arti praktisnya nampak, misalnya satu bulan, dan lain sebagainya.
2.4.2 Teori Produksi
Teori produksi yang sederhana menggambarkan tentang hubungan di antara
tingkat produksi suatu barang dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk
menghasilkan berbagai tingkat produksi barang tersebut. Dalam analisis tersebut
dimisalkan bahwa faktor-faktor produksi lainnya adalah tetap jumlahnya, yaitu
modal dan tanah jumlah dianggap tidak mengalami perubahan. Juga teknologi
dianggap tidak mengalami perubahan. Satu-satunya faktor produksi yang dapat
diubah jumlahnya adalah tenaga kerja, (Sukirno, 2004).
Produksi merupakan hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan
memanfaatkan beberapa masukan atau input. Produksi atau memproduksi
menambah kegunaan suatu barang. Kegunaan suatu barang akan bertambah bila
memberikan manfaat baru atau lebih dari bentuk semula. Lebih spesifik lagi
produksi adalah kegiatan perusahaan dengan mengkombinasikan berbagai input
untuk menghasilkan output dengan biaya yang minimum, (Joesron dan Fathorrosi,
2003).
Produksi merupakan konsep arus. Apa yang dimaksudkan dengan konsep
arus disini adalah produksi merupakan kegiatan yang diukur sebagai
tingkat-tingkat output per unit priode/waktu. Sedangkan outputnya sendiri senantiasa
diasumsikan konstan kualitasnya. Jadi bila kita berbicara mengenai peningkatan
produksi, itu berarti peningkatan output dengan mengasumsikan faktor-faktor lain
yang sekiranya berpengaruh tidak berubah sama sekali (konstan). Pemakaian
dihitung sebagai sediaan jasa, katakanlah mesin per jam, jadi bukan dihitung
sebagai jumlah mesinnya secara fisik, (Miller dan Miners, 1999).
Hubungan antara Produksi Total(TP), produks rata-rata (AP) dan Produk
Marginal (MP) dalam jangka pendek untuk satu input (input lain dianggap
konstan) dapat dilihat pada gambar berikut ini
Gambar 2.1 Hubungan Total Produksi, Marginal Produksi dan Rata-rata Produksi
Gambar 2.1 di atas memperlihatkan bahwa antara titik A dan C adalah
pertambahan produksi yang semakin berkurang (Law of deminishing marginal
productivity). Titik C adalah total produksi mencapai maksimun artinya tambahan input tidak lagi menyebabkan tambahan output atau produksi marginal (MP)
adalah nol. Sedangkan Produksi Rata-rata (AP) mencapai maksimun adalah pada
produksi rata-rata sama dengan tambahan output akibat tambahan unit input
produksi, dengan asumsi faktor produksi lain dianggap konstan (Nicholson, 1998)
Menurut Joesron dan Suhartati (2003) produksi merupakan hasil akhir dari
proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau
input. Dengan pengertian ini dapat dipahami bahwa kegiatan produksi adalah
mengkombinasikan berbagai input atau masukan untuk menghasilkan output.
Hubungan teknis antara input dan output tersebut dalam bentuk persamaan, tabel
atau grafik merupakan fungsi produksi. Jadi, fungsi produksi adalah suatu
persamaan yang menunjukkan jumlah maksimum output yang dihasilkan dengan
kombinasi input tertentu.
2.4.3 Persepsi
Menurut Saptorini (1989), Persepsi adalah suatu proses mental yang rumit
dan melibatkan berbagai kegiatan untuk menggolongkan stimulus yang masuk
sehingga menghasilkan tanggapan untuk memahami stimulus tersebut. Persepsi
dapat terbentuk setelah melalui berbagai kegiatan, yakni proses fisik
(penginderaan), fisiologis (pengiriman hasil penginderaan ke otak melalui saraf
sensoris) dan psikologis (ingatan, perhatian, pemrosesan informasi di otak).
Beberapa hal yang mempengaruhi persepsi : 1. pelaku persepsi, bila
seorang individu memandang pada suatu target dan mencoba menafsirkan apa
yang dilihatnya, penafsiran itu sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi dari
pelaku persepsi, antara lain sikap, motif/kebutuhan individu, suasana hati,
pengalaman masa lalu, prestasi belajar sebelumnya dan pengharapan; 2. target