• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Dan Persepsi Nelayan Pada Program Peningkatan Pendapatan ( Kasus : Desa Bogak, Kec.Tanjung Tiram, Kab.Batu Bara)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Dan Persepsi Nelayan Pada Program Peningkatan Pendapatan ( Kasus : Desa Bogak, Kec.Tanjung Tiram, Kab.Batu Bara)"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Lampiran 2. Karakteristik Nelayan Yang Mendapat program BLM PUMP

(3)

Lampiran 3. Total Nilai Jawaban Nelayan Sampel Yang Tidak Mendapatkan Program PUMP

No Pernyataan Positif Pernyataan negatif Total

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

1 5 2 2 2 4 4 2 2 2 1 26

2 4 2 2 2 4 4 2 2 2 1 25

3 4 2 2 2 4 4 2 2 2 2 26

4 4 2 2 2 4 4 2 2 2 2 26

5 4 2 2 2 4 4 2 2 2 1 25

6 5 3 3 2 4 4 2 2 3 2 30

7 4 2 2 2 4 4 2 2 2 2 26

8 4 2 2 2 4 4 2 2 2 1 25

9 5 2 2 2 4 4 2 1 2 2 26

10 4 2 2 2 4 4 2 2 2 2 26

11 4 2 2 2 4 4 2 2 2 2 26

12 4 2 2 2 4 4 2 2 2 2 26

13 4 2 2 2 4 4 2 2 2 2 26

14 4 2 2 2 4 4 2 2 2 2 26

(4)

Lampiran 4. Skor sikap nelayan yang tidak Mendapat Program PUMP

No Total �� S T INTERPRETASI

1 26 676 1,162919 49,94267 Negatif

2 25 625 1,162919 49,08277 Negatif

3 26 676 1,162919 49,94267 Negatif

4 26 676 1,162919 49,94267 Negatif

5 25 625 1,162919 49,08277 Negatif

6 30 900 1,162919 53,38229 Positif

7 26 676 1,162919 49,94267 Negatif

8 25 625 1,162919 49,08277 Negatif

9 26 676 1,162919 49,94267 Negatif

10 26 676 1,162919 49,94267 Negatif 11 26 676 1,162919 49,94267 Negatif 12 26 676 1,162919 49,94267 Negatif 13 26 676 1,162919 49,94267 Negatif 14 26 676 1,162919 49,94267 Negatif 15 26 676 1,162919 49,94267 Negatif Total 391 10211 17,44379 750

Rataan 26,06667 680,7333 1,162919 50

T= 50 + ( �−�

� ) S=

� ∑ ��−(∑ ��)�

(5)

Lampiran 5. Total Nilai Jawaban Nelayan Sampel Yang Tidak Mendapatkan Program PUMP

No

Pernyataan Positif Pernyataan negatif

Total

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

1 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 42

2 5 3 3 4 5 4 4 4 4 4 40

3 4 2 4 3 4 4 4 4 3 2 34

4 4 2 4 4 4 4 3 4 3 2 34

5 5 3 4 4 4 4 4 5 4 4 41

6 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 39

7 4 3 2 4 4 4 5 4 3 3 36

8 5 4 5 4 5 4 5 4 4 4 44

9 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 38

10 5 3 3 4 4 4 4 4 3 4 38

11 5 2 4 4 4 4 2 4 3 2 34

12 4 3 4 4 4 4 4 4 3 2 36

13 4 2 4 3 4 4 4 4 3 2 34

14 4 3 2 4 4 4 4 5 3 3 36

(6)

Lampian 6. Skor sikap Nelayan Yang Mendapatkan Program PUMP Rataan 37,53333 1418,067 3,159256 50,90633 Positif

T= 50 + ( �−�

� ) S=

� ∑ ��−(∑ ��)�

(7)

Lampiran 7. Hasil Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan

a. Predictors: (Constant), Harga_jual_kan, Tekhnologi_utk_melaut, Pengalaman_melaut, Modal_sekali_melaut b. Dependent Variable: Pendapatan_sekali_melaut

Modal_sekali_melaut .446 .020 .945 22.384 .000 Pengalaman_melaut 113.565 70.038 .066 1.621 .114 Tekhnologi_utk_melaut 631.338 761.011 .034 .830 .412

Harga_jual_kan .041 .058 .028 .711 .482

(8)

Lanjutan lampiran 7

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 40

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation 1.99763493E3 Most Extreme Differences Absolute .095

Positive .063

Negative -.095

Kolmogorov-Smirnov Z .601

Asymp. Sig. (2-tailed) .863

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Syaiffudin.2007. Sikap manusia Teori dan Pengukurannya. Pustaka pelajar. Yogyakarta

Adisasmita, R. 2006. Pembangunan Pedesaan dan Perkotaan. Graha lmu. Yogyakarta

BPS. 2011. Indonesia dalam angka.Badan Pusat Statistik Pusat.Jakarta

BPS.2012. Batu Bara Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Sumatera Utara,Medan.

Danuri, Rokhim, 2009. Reorientasi Pembangunan Berbasis Kelautan. Bening Jakarta

Dinas perikanan dan kelautan kebupaten batu bara 2012

Fauzi, Akhmad. 2010. Ekonomi Perikanan. Teori, Kebijakan, dan Pengelolaan. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama

Gitosudarmo, Indriyo. (1999). Manajemen Operasi Edisi Pertama. BP-FE Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Yogyakarta

Jhinggan, M.L. (1994). The Economic Of Development and Planning. PT. Raja Grafindo. Jakarta. (D. Guritno).

Joesran, Fathorrozi, 2003. Teori Ekonomi Mikro. Salemba Empat, Jakarta. Kementrian Perikanan dan Kelautan Indonesia (KKP) 2014

Kusnadi, 2003. Akar Kemiskinan Nelayan. LKiS, Yogyakarta Mulyadi.2005.Ekonomi Kelautan.Raja Grafindo Persada.Jakarta

Miller, R. L., R. E. Meiners, 1999. Teori Ekonomi Mikro Intermediate. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

(10)

Salim Agus,1999,Analisis tingkat pendapatan nelayan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya di kecamatan syiah kuala kotamadya banda aceh,tesis S2 PPS USU,Medan

Saptorini, 1989. Persepsi Siswa SMA se-Kotamadya Semarang Mengenai Narkotika.Laporan Penelitian IKIP, Semarang.

Sasmita, 2006. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Usaha Nelayan di Kabupaten Asahan, Tesis S2. PPS USU, Medan.

Sastrawidjaya, dkk, 2002, Nelayan Nusantara,Pusat Pengolahan Produk Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, Jakarta.

Serdati, Novalina, 2002. Identifikasi potensi area, kualitas air dan karakteristik oseanografi perairan zona I Sulawesi tengah untuk pengembangan budidaya laut. Jurnal agroland volume 14 nomor 4

Soekartawi.1999.Agribisnis Teori dan Aplikasinya. Raja Grafindo Persada, Jakarta

Suharto, Edi, Kebijakan Sosial sebagai kebijakan public, Alfabeta, Bandung, 2007

Sujarno. 2008. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Trend Nelayan di Kabupaten Langkat. Tesis. Sekolah Pascasarjana USU. Medan

Sukirno, S., 2004. Pengantar Teori MikroEkonomi. Raja Grafindo persada, Jakarta.

Sukirno, S., 2006. Makroekonomi,Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Tim pemberdayaan Masyarakat Pesisir PSKP Jember. 2007. Strategi Hidup Masyarakat Nelayan. LKIS. Yogyakarta

Zulfikar, 2002. Analisis Sistem bagi Hasil Terhadap Pendapatan Buruh Nelayan di Kabupaten Deli Serdang, Sumut, skripsi S1, EP USU, Medan.

(11)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan secara purposive yaitu di Desa Bogak kecamatan Tanjung Tiram kabupaten Batu Bara, Provinsi Sumatera Utara. Penentuan daerah penelitian berdasarkan pertimbangan bahwa di kecamatan Tanjung Tiram kabupaten Batu Bara paling banyak berprofesi sebagai nelayan yaitu 9931 orang (tabel 1.4) dibandingkan dengan kecamatan lainnya di kabupaten Batu Bara. Menurut data kependudukan desa bogak jumlah yang berprofesi sebagai nelayan ada sebanyak 1731 orang (tabel 4.2). Di desa bogak ada 1 kelompok yang mendapat program pemerintah yaitu Program Usaha Mina Pedesaan Perikanan Tangkap (PUMP)

3.2 Metode Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh nelayan di desa Bogak, kecamatan Tanjung Tiram, kabupaten Batu Bara yaitu sebanyak 1731 orang. Penarikan sampel dilakukan dilakukan dengan cara simple random sampling, artinya keseluruhan populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel .

(12)

Dari 40 sampel, diambil nelayan yang mendapat program BLM PUMP yaitu sebanyak dan 25 nelayan yang tidak mendapat program program BLM PUMP

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan nelayan tradisonal mempergunakan pertanyaan atau kuesioner yang telah dpersiapkan terlebh dahulu. Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi –instansi terkait yang berhubungan dengan penelitian ini seperti Badan Pusat Statistik (BPS),Dinas perikanan dan kelautan sumatera utara dan kabupaten batu bara, dan literatur yang mendukung penelitian.

3.4Metode Analisis Data

Hipotesis 1 dianalisis dengan regresi linier berganda. Dalam peneltian ini

akan dianalisis pengaruh modal kerja, pengalaman, teknologi, pengalaman, dan harga jual terhadap pendapatan nelayan di desa Bogak, kecamatan Tanjung Tiram, kabupaten Batu Bara yang dirumuskan sebagai berikut

(13)

x5

Pengujian Hipotesis I

= Harga Jual (Rp / Kg)

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini meliputi pengujian serempak (uji-f), pengujian individu (uji-t), dan pengujian ketetapan perkiraan (R2

Uji Statistik

), uji asumsi klasik yang meliputi multikolinearitas, heteroskedasitas, autokorelasi dan normalitas.

1. Pengujian Koefisien Determinasi (R2

Koefisien determinasi merujuk kepada kemampuan dari variabel independen (X) dalam menerangkan variabel dependen (Y). Koefisien determinasi digunakan untuk menghitung seberapa besar varian dan variabel dependen dapat dijelaskan oleh variasi variabel-variabel independen. Nilai R

)

2

paling besar 1 dan paling kecil 0 (0 < R2< 1). Bila R2

2. Pengujian Signifikan Simultan (Uji f-test statistik)

sama dengan 0 maka garis regresi tidak dapat digunakan untuk membuat ramalan variabel dependen, sebab variabel-variabel yang dimasukkan ke dalam persamaan regresi tidak mempunyai pengaruh varian variabel dependen adalah 0.

Uji ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara signifikan terhadap variabel dependen. Dimana jika fhitung< ftabel, maka H0

(14)

variabel independen (modal kerja, tenaga kerja, pengalaman kerja, teknologi, dan harga jual) terhadap variabel dependen (pendapatan nelayan).

3. Pengujian Signifansi Parameter Individual (Uji t-test statistik)

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel independen secara sendiri-sendiri mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Dengan kata lain, untuk mengetahui apakah masing-masing variabel independen dapat menjelaskan perubahan yang terjadi pada variabel dependen secara nyata.

Untuk mengkaji pengaruh variabel independen terhadap dependen secara individu dapat dilihat hipotesis berikut: H1 : β1 = 0 → tidak berpengaruh, H1 : β1 >

0 → berpengaruh positif, H1 : β1 < 0 → berpengaruh negative. Dimana β1 adalah

koefisien variabel independen ke-1 yaitu nilai parameter hipotesis. Biasanya nilai

β dianggap nol, artinya tidak ada pengaruh variabel X1 terhadap Y. bila thitung<

ttabel maka H0

Uji Asumsi Klasik

diterima (tidak signifikan). Uji t digunakan untuk membuat keputusan apakah hipotesis terbukti atau tidak, dimana tingkat signifikan yang digunakan yaitu 5%.

1. Uji Normalitas

(15)

2. Uji Multikolinearitas

Multikolinieritas adalah suatu kondisi dimana terjadi korelasi yang kuat diantara variabel-variabel bebas (X) yang diikutsertakan dalam pembentukan model regresi linear (Gujarati, 1991). Uji Multikolinearitas digunakan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi yang kuat di antara variabel-variabel independen yang diikutsertakan dalam pembentukan model. Untuk mendeteksi apakah model regresi linier mengalami multikolinearitas dapat diperiksa menggunakan Variance Inflation Factor (VIF) untuk masing-masing Variabel Independen, yaitu jika suatu Variabel Independen mempunyai nilai VIF > 10 berarti telah terjadi multikolinearitas.

3. Uji Heteroskedasitas

Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Keteroskedasitas terjadi apabila variabel gangguan tidak mempunyai varian yang sama untuk semua observasi. Akibat adanya heteroskedasitas, penaksir OLS tidak bias tetapi tidak efisien (Gujarati dan Porter, 2003).

masalah 2 dianalisis dengan metode analisis deskriptif, yaitu dengan

mengumpulkan informasi tentang program yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan pendapatan nelayan di desa Bogak, Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten Batu Bara.

Hipotesis 3 dianalisis dengan metode analisis skala likert, yaitu

(16)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan secara purposive yaitu di Desa Bogak

kecamatan Tanjung Tiram kabupaten Batu Bara, Provinsi Sumatera Utara.

Penentuan daerah penelitian berdasarkan pertimbangan bahwa di kecamatan

Tanjung Tiram kabupaten Batu Bara paling banyak berprofesi sebagai nelayan

yaitu 9931 orang (tabel 1.4) dibandingkan dengan kecamatan lainnya di

kabupaten Batu Bara. Menurut data kependudukan desa bogak jumlah yang

berprofesi sebagai nelayan ada sebanyak 1731 orang (tabel 4.2). Di desa bogak

ada 1 kelompok yang mendapat program pemerintah yaitu Program Usaha Mina

Pedesaan Perikanan Tangkap (PUMP)

3.2 Metode Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh nelayan di desa Bogak,

kecamatan Tanjung Tiram, kabupaten Batu Bara yaitu sebanyak 1731 orang.

Penarikan sampel dilakukan dilakukan dengan cara simple random sampling,

artinya keseluruhan populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih

sebagai sampel .

Ukuran sampel ditentukan secara purposive atau ditentukan dengan sengaja.

Jumlah sampel yang diambil sebanyak 40 nelayan sampel dengan pertimbangan

bahwa populasi nelayan bersifat homogen yaitu hanya menggunakan kapal ≤ 1

GT. Roescoe dalam buku Research Methods For Business memberikan saran

tentang penelitian salah satunya adalah ukuran sampel yang layak dalam peneltian

(17)

Dari 40 sampel, diambil nelayan yang mendapat program BLM PUMP yaitu

sebanyak dan 25 nelayan yang tidak mendapat program program BLM PUMP

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan

data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan nelayan

tradisonal mempergunakan pertanyaan atau kuesioner yang telah dpersiapkan

terlebh dahulu. Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi –instansi terkait

yang berhubungan dengan penelitian ini seperti Badan Pusat Statistik (BPS),Dinas

perikanan dan kelautan sumatera utara dan kabupaten batu bara, dan literatur yang

mendukung penelitian.

3.4Metode Analisis Data

Hipotesis 1dianalisis dengan regresi linier berganda. Dalam peneltian ini

akan dianalisis pengaruh modal kerja, pengalaman, teknologi, pengalaman, dan

harga jual terhadap pendapatan nelayan di desa Bogak, kecamatan Tanjung Tiram,

kabupaten Batu Bara yang dirumuskan sebagai berikut

(18)

x5

Pengujian Hipotesis I

= Harga Jual (Rp / Kg)

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini meliputi pengujian serempak (uji-f),

pengujian individu (uji-t), dan pengujian ketetapan perkiraan (R2

Uji Statistik

), uji asumsi

klasik yang meliputi multikolinearitas, heteroskedasitas, autokorelasi dan

normalitas.

1. Pengujian Koefisien Determinasi (R2

Koefisien determinasi merujuk kepada kemampuan dari variabel

independen (X) dalam menerangkan variabel dependen (Y). Koefisien determinasi

digunakan untuk menghitung seberapa besar varian dan variabel dependen dapat

dijelaskan oleh variasi variabel-variabel independen. Nilai R

)

2

paling besar 1 dan

paling kecil 0 (0 < R2< 1). Bila R2

2. Pengujian Signifikan Simultan (Uji f-test statistik)

sama dengan 0 maka garis regresi tidak dapat

digunakan untuk membuat ramalan variabel dependen, sebab variabel-variabel

yang dimasukkan ke dalam persamaan regresi tidak mempunyai pengaruh varian

variabel dependen adalah 0.

Uji ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara

signifikan terhadap variabel dependen. Dimana jika fhitung< ftabel, maka H0

diterima atau variabel independen secara bersama-sama tidak memiliki pengaruh

terhadap variabel dependen (tidak signifikan) dengan kata lain perubahan yang

terjadi pada variabel terikat tidak dapat dijelaskan oleh perubahan variabel

independen, dimana tingkat signifikansi yang digunakan yaitu 5%. Analisis

(19)

variabel independen (modal kerja, tenaga kerja, pengalaman kerja, teknologi, dan

harga jual) terhadap variabel dependen (pendapatan nelayan).

3. Pengujian Signifansi Parameter Individual (Uji t-test statistik)

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel

independen secara sendiri-sendiri mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap

variabel dependen. Dengan kata lain, untuk mengetahui apakah masing-masing

variabel independen dapat menjelaskan perubahan yang terjadi pada variabel

dependen secara nyata.

Untuk mengkaji pengaruh variabel independen terhadap dependen secara

individu dapat dilihat hipotesis berikut: H1 : β1 = 0 → tidak berpengaruh, H1 : β1 >

0 → berpengaruh positif, H1 : β1 < 0 → berpengaruh negative. Dimana β1 adalah

koefisien variabel independen ke-1 yaitu nilai parameter hipotesis. Biasanya nilai

β dianggap nol, artinya tidak ada pengaruh variabel X1 terhadap Y. bila thitung<

ttabel maka H0

Uji Asumsi Klasik

diterima (tidak signifikan). Uji t digunakan untuk membuat

keputusan apakah hipotesis terbukti atau tidak, dimana tingkat signifikan yang

digunakan yaitu 5%.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah untuk melihat apakah nilai residual terdistribusi

normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki nilai residual yang

terdistribusi normal. Jadi uji normalitas bukan dilakukan pada masing-masing

variabel tetapi pada nilai residualnya. Sering terjadi kesalahan yang jamak yaitu

(20)

2. Uji Multikolinearitas

Multikolinieritas adalah suatu kondisi dimana terjadi korelasi yang kuat

diantara variabel-variabel bebas (X) yang diikutsertakan dalam pembentukan

model regresi linear (Gujarati, 1991). Uji Multikolinearitas digunakan untuk

mengetahui apakah terjadi korelasi yang kuat di antara variabel-variabel

independen yang diikutsertakan dalam pembentukan model. Untuk mendeteksi

apakah model regresi linier mengalami multikolinearitas dapat diperiksa

menggunakan Variance Inflation Factor (VIF) untuk masing-masing Variabel

Independen, yaitu jika suatu Variabel Independen mempunyai nilai VIF > 10

berarti telah terjadi multikolinearitas.

3. Uji Heteroskedasitas

Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan varian dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain.

Keteroskedasitas terjadi apabila variabel gangguan tidak mempunyai varian

yang sama untuk semua observasi. Akibat adanya heteroskedasitas, penaksir

OLS tidak bias tetapi tidak efisien (Gujarati dan Porter, 2003).

masalah 2 dianalisis dengan metode analisis deskriptif, yaitu dengan

mengumpulkan informasi tentang program yang dilakukan pemerintah untuk

meningkatkan pendapatan nelayan di desa Bogak, Kecamatan Tanjung Tiram,

Kabupaten Batu Bara.

Hipotesis 3 dianalisis dengan metode analisis skala likert, yaitu

mengelompokkan variabel dengan menjumlahkan skor dari nilai seperangkat

(21)

Adapun skor untuk pernyataan positif adalah SS = 5, S = 4, R = 3, TS = 2, dan

STS = 1, sedangkan untuk pernyataan negatif adalah SS = 1, S = 2, R = 3, TS = 4,

dan STS = 5 Pengelompokan variabel dapat dilhat pada berkut ini.

Tabel 3.1 Pengelompokan Variabel Pernyataan Positif dan Negatif No. Pernyataan Positif Pernyataan Negatif 1 Saya mengetahui dengan baik

program pemerintah yang

2 Program pemerintah bagi nelayan mampu mengembangkan sektor perikanan di desa Bogak Kecamatan Tanjung Tiram

Ketentuan untuk mendapatkan bantuan menyulitkan saudara

3 Program pemerintah yang dilakukan mampu memberikan

4 Program pemerintah dapat menjadi alternatif bagi saudara

untuk menyelesaikan permasalahan untuk melaut.

Program Dinas Perikanan dan Kelautan yang berjalan tidak sesuai dengan harapan nelayan

5 Saudara berharap program pemerintah terus berlanjut

Saudara merasa kesulitan menyampaikan aspirasi kepada pemerintah

Menurut Azwar (2007), dalam analisis ini responden akan diminta untuk

memilih salah satu dari sejumlah kategori yang tersedia dari variabel yang

bersangkutan yaitu, Saangat Setuju (SS), Setuju (S), Ragu-Ragu (R), Tidak Setuju

(TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS), kemudian diukur dengan skala pengukuran

sikap skala Likert dengan rumus :

T= 50−[ X− Xrataan

� ] Keterangan :

T = skor standar

(22)

Xrataan = mean skor kelompok

S = deviasi standar kelompok

Kriteria Uji

• Jika T ≥ 50, maka sikap positif

• Jika T ≤ 50, maka sikap negatif

3.5 Defenisi dan Batasan Operasional 3.5.1 Defenisi

a. Pendapatan nelayan adalah pendapatan bersih nelayan yang diperoleh dari

hasil penjualan tangkapan/produksi ikan setelah dikurangi modal kerja sekali

melaut. (Rp)

b. Modal kerja adalah biaya-biaya yang dikeluarkan oleh nelayan dalam

memperoleh hasilnya. Biaya-biaya itu terdiri dari : bahan bakar (solar), bahan

pengawet ikan (es balok), dll selama sebulan (Rp)

c. Pengalaman kerja adalah lama kerja nelayan yang dihitung setelah berumur

15 tahun

d. Teknologi adalah penggunaan alat – alat tangkap modern misalnya perahu

motor, troli, jaring, dan alat tangkap yang canggih atau alat tradisional seperti

perahu layar / dayung, kail sederhana dan alat tangkap yang masih sangat

sederhana .

e. Harga Jual adalah sejumlah uang yang dibebankan atas suatu produk atau

jasa, atau jumlah dari nilai yang ditukar konsumen atas manfaat-manfaat

(23)

f. Program pemerintah adalah program yang dilakukan pemerintah untuk

meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan nelayan yaitu Peningkatan

Kehidupan Nelayan (PKN), Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir

(PEMP), Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap

(PUMP), P

g. Persepsi ialah Suatu proses mental yang rumit dan melibatkan berbagai

kegiatan untuk menggolongkan stimulus yang masuk sehingga menghasilkan

tanggapan untuk memahami stimulus tersebut

engembangan Usaha Mina Pedesaan Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Perikanan (PUMP P2HP ).

3.5.2 Batasan Operasional

1. Lokasi penelitian dilakukan di desa Bogak kecamatan Tanjung Tiram

kabupaten Batu bara, Sumatera utara,

2. Penelitian dilaksanakan pada tahun 2014

3. Nelayan sampel adalah nelayan yang bertempat tinggal di desa Bogak

(24)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

4.1 Luas dan Letak Geografis Desa Bogak

Desa Bogak adalah salah satu desa di kecamatan Tanjung Tiram,

Kabupaten Batu Bara. Desa Bogak terletak pada daerah pantai dengan ketinggian

3-5 meter di atas permukaan laut. Secara umum Desa Bogak memiliki curah hujan

rata-rata per tahun 2678,4 mm/tahun dengan suhu udara minimum 240 dan

maksimum 360.

Desa Bogak memiliki luas wilayah 325 Ha dengan jumlah penduduk

10.453 jiwa. Desa Bogak berjarak 1 Km dari ibu kota kecamatan, 31 Km dari

ibukota Kabupaten,dan 157km dari ibukota Provinsi

Batas-batas wlayah desa Bogak sebagai daerah penelitian adalah sebagai

berikut:

Sebelah utara berbatasan dengan selat malaka

Sebelah Timur berbatasan dengan desa masjd lama kecamatan talawi

Sebelah Selatan berbatasan dengan kelurahan tanjung tiram

Sebelah Barat berbatasan dengan desa masjid lama kecamatan talawi

4.2 Keadaan Penduduk

Penduduk Desa Bogak berjumlah 10.453 jiwa dengan jumlah rumah

tangga sebanyak 2.262 kepala keluarga. Berdasarka jenis kelamin pria/wanita

penduduk desa bogak terdiri dari 5470 jiwa laki-laki dan 4983 jiwa perempuan.

Dengan distribusi penduduk menurut kelompok umur di desa Bogak tahun 2012

(25)

Tabel 4.1 Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Bogak Tahun 2012

No. Kelompok Umur( tahun) Jumlah(orang) Persentase(%)

1 0 – 6 1685 16,12

2 7 – 17 3284 31,42

3  18 5484 52,46

Total 10453 100

Sumber: Kantor Desa Bogak,2012

Dari Tabel 4.1 dilihat bahwa penduduk Desa Bogak yang paling banyak adalah

kelompok umur >18 tahun yaitu 5488(52,46%) dan penduduk paling sedkit

jumlahya adalah kelompok umur 0 – 6 tahun yaitu 1689 orang(16,12%).

Sebagai daerah pesisir, penduduk desa bogak pada umumya memiliki

sumber mata pencaharian dari sub sektor perikanan yaitu sebagai nelayan. Selain

itu, sebagian penduduk memiliki mata pencaharian sebagai Pegawai Negeri Sipil,

pedagang keliling, peternak, montir dan lain-lain. Pada tabel 4.2 dapat dilihat

distribusi penduduk desa bogak berdasarkan mata pencaharian

Tabel 4.2 Distribusi Penduduk Desa Bogak Berdasarkan Jenis Mata Pencaharian Tahun 2012

No Jenis Mata Pencaharian Jumlah (orang) Persentase (%) 1 Pegawai Negeri Sipil 26 1,46

Komposisi penduduk berdasarkan agama dan kepercayaan yang dianut

(26)

Tabel 4.3 Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama yang Dianut

No. Agama Jumlah(orang) Persentase

1 Islam 10.290 99,35082

2 Kristen protestan 67 0,64

3 Hindu 4 0,00038

4 Budha 92 0,0088

Total 10453 100

Sumber : Kantor desa Bogak 2012

Dari Tabel 4.3 dapat dilihah bahwa penduduk desa Bogak lebih banyak

menganut agama Islam yaitu 10.298 jiwa (99,35082%),sisanya kristen Protestan

67 jiwa (0,64%), Hindu 4 jiwa (0,00038%), Budha 92 jiwa (0,0088).

4.3 Penggunaan Lahan

Luas desa bogak 325 ha, yang terbagi fungsinya menjadi areal

pemukiman, kolam/perikanan, perkantoran/sarana sosial dan lain-lain

Tabel 4.4 Luas dan Jenis Penggunaan Lahan Desa Bogak

No. Peruntukan Lahan Luas (Ha) Persentase

1 Perumahan/Pemukiman 233 71,69

2 Kolam/Perkanan 14 4,31

5 Rawa-rawa 29,15 8,97

4 Jalan,bangunan,dan lain-lain 48,85 15,03

5 Total 325 100

Sumber: Kantor Desa Bogak 2012

Berdasarkan tabel diatas dapat diihat bahwa penggunaan lahan untuk pemukiman

sebanyak 233 ha(71,69%), kolam/perikanan 14 ha (4,31%), jalan,bangunan dan

lan-lain 48,85 (15,03%), sedangkan sisanya adalah rawa-rawa.

4.4 Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana di desa Bogak akan mempengaruhi perkembangan

dan kemajuan pembangunan di desa tersebut. Semakin baik sarana dan prasarana

(27)

Tabel 4.5 Sarana dan Prasarana Desa Bogak tahun 2012

No. Uraian Jumlah

1 Kantor/ balai Desa 1

2 Sekolah Dasar(SD) 5

3 Sekolah menengah Pertama(SMP) 1

4 Mesjid 1

5 Musholla 8

6 Lapangan Olahraga 1

7 Pustu (Puskesmas Pembantu) 1

8 Jembatan 5

9 Tempat Pendaratan Ikan(TPI) 1 Sumber:Kantor Desa Bogak 2012

Berdasarkan tabel ketersediaan sarana dan prasarana di desa Bogak maka dapat

disimpulkan bahwa kebutuhan masyarakat sudah dapat terpenuhi dibidang

pendidikan khususnya SD dan SMP, keagamaan, kesehatan, transportasi,

perekonomian dan sosial budaya.

4.5 Karakteristik Nelayan Sampel

Karakteristik sampel yang dimaksud adalah karakteristik nelayan yang

dijadikan sebagai responden pada penelitian ini. Karakteristik tersebut meliputi

pendapatan, pengalaman melaut, tingkat pendidikan, modal melaut, jumlah tenaga

kerja dalam perahu/kapal, hasil tangkapan, pendidikan, dan umur nelayan. Secara

lebih jelas, karakteristik nelayan sampel dapat dlihat pada Tabel 4.6

Tabel 4.6 Karakteristik Nelayan yang Tidak Mendapat Program BLM PUMP

No. Karakteristik Sampel Satuan Rentang Rataan

1 Modal Rp 74000-136000 104120

(28)

Dari tabel 4.6 dlihat bahwa nelayan yang tidak mendapatkan program BLM

PUMP yang menjadi sampel memiliki rentang modal 74000-136000 dengan

rataan 104120. Tenaga kerja memiliki rentang 1-3 dengan rataan 1,88. Pendidikan

memiliki rentang 6-12 tahun dengan rataan 7,08 tahun. Umur memiliki rentang

antara 29-47 tahun dengan rataan 37,36 tahun. Pengalaman melaut memiliki

rentang 13-32 dengan rataan 22,32. Teknologi memiliki rentang 13-14 dengan

rataan 13,68. Jumlah tangkapan memiliki rentang 6-17 dengan rataan 9,52. Harga

jual memiliki rentang 16.750-33.333dengan rataan 21866. Jumlah pendapatan

sekali melaut memiliki rentang 51000-82222 dengan rataan 65934

Karakteristik nelayan yang dapat program PUMP dapat dilihat pada tabel

4.7

Tabel 4.7 Karakteristik Nelayan yang Mendapat Program BLM PUMP

Sumber : Data lampiran 2

Dari tabel 4.7 dapat dlihat bahwa nelayan yang dapat program PUMP yang

menjadi sampel memiliki rentang modal 74000-115000 dengan rataan 87933,33.

Tenaga kerja memiliki rentang 1-2 dengan rataan 1,33. Umur memliki rentang

30-45 tahun dengan rataan 36,53 tahun. Pendidikan memiliki rentang 6-12 tahun

dengan rataan 7,2 tahun. Pengalaman melaut memiliki rentang 15-30 dengan

rataan 21,53. Teknologi memliki rentang 13-14 dengan rataan 13,53. Hasil

tangkapan memiliki rentang 6-11 dengan rataan 8,066. Harga jual memiliki No. Karakteristik Sampel Satuan Rentang Rataan

1 Modal Rp 74000-115000 87933,33

(29)

rentang 15750-33.333dengan rataan 21.560,15. Jumlah pendapatan sekali melaut

(30)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Deskripsi Variabel

Deskripsi variabel dari hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 5.1

Tabel 5.1 Deskripsi Variabel Penelitian

Sumber : Lampiran 1 dan 2 diolah

Dari tabel 5.1, diketahui rentang pendapatan adalah 51000-83333,33

dengan rata-rata 62626,59. Modal memliki rentang 74.000-136.000 dengan rataan

98050. Modal memiliki rentang 13-32 tahun dengan rataan 22,025. Teknologi

memiliki rentang 13-14 unit/buah dengan rataan 13,625. Harga jual memiliki

rentang 15750-33333,33 per kilogram dengan rataan 21144,6903

5.2 Hasil Analisis Pengaruh Variabel Modal Kerja, Pengalaman, Teknologi, dan Harga Jual terhadap Pendapatan Nelayan

Hasil analisis variabel modal kerja, pengalaman, teknologi, harga jual

terhadap pendapatan nelayan dapat dilihat pada tabel 5.1

Tabel 5.2 Tabel Hasil Analisis pengaruh variabel Modal Kerja, Pengalaman, Teknologi, dan Harga Jual terhadap Pendapatan Nelayan

Variabel Penelitian

Koefisen Regresi t-hitung Sig

Constanta 6935,580 0,679 0,502

Modal 0,446 22,384 0,000

Pengalaman 113,565 1,621 0,114

Teknologi 631,338 0,830 0,412

Harga jual 0,041 0,711 0,482

F-hitung 152,698 Sig. F-hitung 0,000

R 0,973 Standar Eror 2211,79548

R-Square 0,946 N 40

Adjusted R-Squared 0,940

Variabel Satuan Rentang Rataan

Pendapatan Rupiah 51000 – 83333,33 62626,59 Modal Kerja Rupiah 74000 - 136000 98050

Pengalaman Tahun 13-32 22,025

Teknologi Unit/buah 13-14 13,625

(31)

Dari tabel 5.2 dapat dibuat persamaan sebagai berikut:

Y = 6935,580 + 0,446 + 113,565 + 631,338 + 0,041 Dimana :

Y = Pendapatan nelayan

��= Modal melaut

�� = Pengalaman

�� = Teknologi

�� = Harga jual

�� = Harga jual

5.2.1 Uji asumsi klasik 5.2.1.1 Uji normalitas

Uji asumsi normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi , variabel pengganggu atau residual berdistribusi normal. Dari hasil

perhitungan OSKS diperoleh signifikansi sebesar 0.863 ≥ (0,05). Hal ini

menjelaskan tidak ada perbedaan antara distribusi residual dengan distribusi

normal, data residua l model berdistribusi normal.

5.2.1.2 Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas dgunakan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi

yang kuat di antara variabel-variabel independen yang diikutsertakan dalam

pembentukan model. Untuk mendeteksi apakah model regresi linier mengalami

(32)

untuk masing-masing Variabel Independen, yaitu jika suatu Variabel Independen

mempunyai nilai VIF > 10 berarti telah terjadi multikolinearitas.

Dari hasil analisis dengan SPSS 16, diperoleh VIF untuk variabel modal

melaut, pengalaman, teknologi, dan harga jual masing-masing adalah 1.152 ≤ 10

, 1,060 ≤ 10 , 1,110 ≤ 10, 1,026 ≤ 10 dan tolerance untuk masing-masing

variabel adalah 0,868 ≥ 0,10, 0,944 ≥ 0,10, 0,901 ≥ 0,10, 0,974 ≥ 0,10. Hal ini

mengidentifikasi tidak terjadinya multikolinearitas karena nilai VIF semua

variabel berada di bawah 10 dan nilai Tolerance di atas 0,10.

5.2.1.3 Uji Heterokedasitas

Untuk mengindentifikasi herokedasitas dapat dilihat scatterplot dibawah ini

Scatterplot diatas tidak menunjukkan pola sistematis. Jadi dapat disimpulkan tidak

terjadi heterokedastis

5.2.2 Uji Hipotesis

(33)

Dari hasil regresi pengaruh variabel modal kerja, tenaga kerja, pengalaman

kerja, teknologi, harga jual terhadap pendapatan diperoleh nilai R2 sebesar 0.946.

Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 94,6 persen dari variasi variabel pendapatan

telah dijelaskan secara serempak oleh variabel modal kerja (X1), tenaga kerja

(X2), pengalaman kerja (X3), teknologi (X4) dan harga jual (X5

5.2.2.2 Pengujian Signifikan Simultan (Uji-f)

). Sedangkan

sisanya yaitu sebesar 5,4 persen dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang belum

dimasukkan dalam model

Dari hasil regresi pengaruh variabel modal kerja, tenaga kerja, pengalaman

kerja, teknologi, harga jual terhadap pendapatan diperoleh tingkat signifikansi F

adalah sebesar 0,000 (≤ 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1

diterima,yang berarti variabel bebas modal ,tenaga kerja, pengalaman, teknologi,

harga jual secara serempak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat

Pendapatan nelayan.

5.2.2.3Pengujian Signifikan Parsial (Uji-t)

Dari hasil regresi pengaruh variabel modal melaut, tenaga kerja,

pengalaman kerja, teknologi, harga jual terhadap pendapatan,

• variabel modal memiliki tingkat signifikansi tadalah sebesar 0,000 (≤

0,05). Hal ini menunjukkan bahwa variabel modal secara parsial

berpengaruh nyata terhadap pendapatan nelayan.

• Variabel pengalaman melaut, teknologi, dan harga jual memiliki tingkat

signifikansi masing-masing 0,114(≤ 0,05), 0,412(≤0,05), 0,482(≤ 0,05).

(34)

teknologi, dan harga jual secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap

pendapatan nelayan.

5.2.2.3.1 Pengaruh Modal Kerja terhadap Pendapatan

Dari penelitian ini diketahui bahwa modal berpengaruh signifikan terhadap

pendapatan nelayan artinya modal secara parsial berpengaruh nyata terhadap

pendapatan nelayan. Besarnya koefisien regresi adalah 0,446. Hal ini

menunjukkan bahwa setiap adanya kenaikan modal Rp.1000, maka akan terjadi

kenaikan pendapatan sebesar Rp.446 dengan asumsi variabel lain tetap. Sehingga

untuk mendapatkan penambahan pendapatan yang besar harus diikuti dengan

penambahan modal yang lebih besar lagi. Hal ini sesuai dengan pernyataan oleh

Mubyarto bahwa modal mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan berhasil

tidaknya suatu usaha produksi yang didirikan.

5.2.2.3.2 Pengaruh Pengalaman terhadap Pendapatan

Dari penelitian ini diketahui bahwa pengalaman tidak berpengaruh

signifikan terhadap pendapatan nelayan artinya pengalaman secara parsial tidak

berpengaruh nyata terhadap pendapatan nelayan. Hal ini sesuai dengan penelitian

sebelumnya yang menyatakan variabel pengalaman tidak berpengaruh signifikan

terhadap pendapatan nelayan di kabubaten langkat (Sujarno, 2008).

5.1.1.3.3 Pengaruh Teknologi terhadap Pendapatan

Dari penelitian ini diketahui bahwa teknologi tidak berpengaruh

signifikan terhadap pendapatan nelayan artinya teknologi secara parsial tidak

berpengaruh nyata terhadap pendapatan nelayan. Hal ini tidak sesuai dengan

(35)

nelayan tradisional yang menggunakan kapal/perahu tempel ≤1GT. Selain itu

nelayan menggunakan teknologi/ peralatan sederhana dalam melaut. Sehingga

Teknologi tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan nelayan di desa

Bogak.

5.2.2.3.4 Pengaruh Harga Jual terhadap Pendapatan

Dari hasil penelitian diketahui bahwa harga jual tidak berpengaruh signifikan

terhadap pendapatan nelayan artinya Harga jual secara parsial tidak berpengaruh

nyata terhadap pendapatan nelayan. Hal ini disebabkan karena jika pada musim

ikan, hasil tangkapan meningkat,namun harga jual ikan akan turun. Sedangkan

pada musim paceklik, hasil tangkapan sangat sedikit, namun harga jual tinggi.

5.3 Program Pemerintah yang ada di desa Bogak, Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten Batu Bara

Dari informasi dan hasil wawancara dengan nelayan di desa Bogak, program

pemerintah untuk meningkatkan pendapatan nelayan yang ada di desa Bogak

adalah Bantuan Langsung Masyarakat Program

Pengembangan Usaha Mina Perdesaan (PUMP) Perikanan Tangkap

merupakan bagian dari pelaksanaan PNPM Mandiri yang betujuan untuk

penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja di perdesaan (Perpres

15/2010: Klaster II). Melalui kegiatan PUMP Perikanan Tangkap diharapkan

(36)

nelayan, dan menjadikan Kelompok Usaha Bersama (KUB) sebagai lembaga

ekonomi di pedesaan.

5.1 Persepsi Nelayan Terhadap BLM Program Pengembangan Usaha Mina Pedesaan Perikanan Tangkap (PUMP)

Persepsi nelayan terhadap program Pengembangan Mina Pedesaan

Perikanan Tangkap diperlihatkan oleh jawaban nelayan terhadap

pernyataan-pernyataan yang diberikan, baik berupa pernyataan-pernyataan positif maupun negatif.

Interpretasi terhadap skor masing-masing responden dilakukan dengan mengubah

skor tersebut ke dalam skor standar dengan menggunakan model skala likert (

skor T). Nila S ( Standar deviasi ) berbeda untuk masing-masing kelompok

sampel yang diteliti. Perhitungan dilakukan dengan rumus :

T= 50 + [ X− Xrataan ]

Jka diperoleh nilai skor standar (T) ≥50, maka sikap dinyatakan positif.

Sementara jika nilai skor standar (T) < 50, maka sikap dinyatakan negatif.

a. Persepsi Nelayan yang Tidak Mendapat Bantuan Program BLM PUMP Untuk mengetahui persepsi nelayan yang tidak dapat program diambil 15

sampel. Nilai standar deviasi yang diperoleh untuk nelayan yang tidak

mendapatkan program PUMP adalah sebesar 1,162919. Sikap nelayan yang tidak

mendapatkan program PUMP dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 5.1 Persepsi Nelayan yang Tidak Mendapat Program BLM PUMP Terhadap Program PUMP

No Kategori Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 Positif 1 6,67

2 Negatif 14 93,33

Jumlah 15 100

(37)

Dari tabel dapat dilihat bahwa dari 15 sampel yang diambil,1 sampel

(6,67%) memiliki sikap positif terhadap program BLM PUMP, dan 14 sampel

(93,33%) memiliki sikap negatif terhadap program BLM PUMP. Mayoritas dari

sampel memiliki sikap yang negatif, sehingga dapat dikatakan bahwa sampel

nelayan yg tidak dapat program memiliki sikap negatif terhadap program BLM

PUMP

b. Persepsi Nelayan yang Mendapat Program BLM PUMP

Nilai standar deviasi untuk nelayan yang mendapat program BLM PUMP

adalah sebesar 3,159265. Sikap nelayan yang mendapat program BLM PUMP

dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 5.2 Persepsi Nelayan yang Mendapat Program BLM PUMP Terhadap Program PUMP

No Kategori Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 Positif 11 73,33

2 Negatif 4 26,67

Jumlah 15 100

Sumber : Data diolah dari lampiran 6

Dari tabel 5.2, dapat dilihat bahwa dari 15 nelayan yang mendapat

program BLM PUMP, 11 nelayan (73,33%) memiliki sikap positif terhadap

program BLM PUMP, dan 4 sampel (26,67%) memiliki sikap negatif terhadap

program BLM PUMP. Mayoritas dari nelayan memliki sikap yang postif,

sehingga dapat dikatakan bahwa nelayan yang pernah mendapat program BLM

PUMP memiliki sikap positif terhadap program BLM PUMP.

Ada beberapa alasan mengapa sikap nelayan negatif terhadap Program

PUMP yaitu sebagai berikut

1. Penyaluran dana BLM PUMP yang dinilai nelayan belum tepat sasaran, dan

(38)

atau mendapat bantuan dari pemerintah semenjak berprofesi sebagai

nelayan

2. Kurangnya interaksi yang baik antara nelayan dengan dinas perikanan dan

kelautan serta pemerintah karena nelayan tidak mengetahui bagaimana

caranya untuk menyampaikan aspirasi kepada Pemerintah dan dinas

perikanan dan kelautan.

3. Nelayan telah berpandangan pesimis terhadap program-program

pemerintah, karena telah berulang kali mengirim proposal kepada dinas

perikanan dan kelautan tetapi sekalipun tidak ada direspon. Hal ini

mengakibatkan banyak nelayan tidak lagi bergabung/membentuk kelompok

nelayan.

4. Kurangnya sosialisasi dalam kegiatan pendampingan pada kelompok

(39)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan :

1. Modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan pendapatan

nelayan di Desa Bogak, Kecamatan Tanjung Tiram kabupaten Batu Bara.

Pengalaman kerja, teknologi, harga jual berpengaruh positif tetapi tidak

signifikan terhadap pendapatan nelayan.

2. Program pemerintah yang ada di desa Bogak untuk meningkatkan pendapatan

nelayan adalah Program Pengembangan Usaha Mina Pedesaan Perikanan

Tangkap (PUMP).

3. Dari 15 sampel nelayan yang tidak mendapatkan program PUMP, 14 nelayan

atau 93,33% memliki persepsi negatif terhadap program PUMP. Sedangkan

15 nelayan yang mendapat program PUMP, 11 nelayan (73,33%) memiliki

persepsi positif terhadap program PUMP, dan 4 nelayan (26,67%) memiliki

persepsi negatif terhadap program PUMP. Secara keseluruhan, nelayan di

desa Bogak kecamatan Tanjung Tiram, memiliki persepsi negatif terhadap

(40)

6.2 Saran

Kepada Nelayan

Nelayan sebaiknya membentuk kelompok nelayan ataupun koperasi yang dapat

membantu dalam memperoleh pinjaman modal, membantu pemasaran ikan hasil

tangkapan, pengolahan hasil tangkapan dan tukar ilmu serta informasi antar

nelayan dan dinas perikanan dan kelautan .

Kepada Pemerintah dan Dinas Perikanan dan Kelautan

1. Pemerintah hendaknya memperhatikan kehidupan nelayan-nelayan tradisonal

yang belum pernah sama sekali dapat program/ bantuan dari pemerintah

2. Dinas perikanan dan kelautan sebaiknya aktif mendampingi kelompok

nelayan dan musyawarah secara rutin dengan kelompok nelayan.

3. Pemerintah dalam membuat program atau memberikan bantuan hendaknya

memperhatikan kondisi nelayan agar sesuai dengan yang mereka harapkan

dan butuhkan, serta mengawasi dalam pelaksanaan program/ pemberian

bantuan agar bantuan tepat sasaran.

Kepada Peneliti Selanjutnya

Kepada peneliti selanjutnya agar meneliti tentang dampak program

(41)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Nelayan

Nelayan adalah orang yang hidup dari mata pencaharian hasil laut. Di

Indonesia para nelayan biasanya bermukim di daerah pinggir pantai atau pesisir

laut. Komunitas nelayan adalah kelompok yang bermata pencaharian hasil laut

dan tinggal di desa-desa pantai atau pesisir (Sastrawidjaya, 2002). Ciri komunitas

nelayan dapat dilihat dari berbagai segi, yaitu:

a. Pertama, dari segi mata pencaharian, nelayan adalah mereka yang

aktivitasnya berkaitan dengan lingkungan laut atau pesisir, atau mereka yang

menjadikan perikanan sebagai mata pencaharian utama.

b. Kedua, dari cara segi hidup, komunitas nelayan adalah komunitas gotong

royong. Kebutuhan gotong royong dan tolong menolong terasa sangat penting

pada saat untuk mengatasi keadaan yang menuntut pengeluaran biaya besar

dan pengerahan tenaga kerja yang banyak.

c. Ketiga, dari segi keterampilan, meskipun pekerjaan nelayan adalah pekerjaan

berat namun pada umumnya mereka hanya memilik keterampilan sederhana.

Kebanyakan dari mereka bekerja sebagai nelayan adalah profesi yang

diturunkan oleh orang tua, bukan yang dipelajari secara professional.

Penangkapan ikan dan pengumpulan hasil laut lainnya merupakan mata

pencaharian pokok usaha nelayan. Pada dasarnya usaha penangkapan ikan yang

dilakukan usaha nelayan secara teknis ekonomis merupakan suatu proses produksi

yang bersifaf ekstraktif, yakni mengambil hasil alam tanpa mengembalikan

(42)

Namun demikian tidak mesti berarti bahwa usaha perikanan rakyat merupakan

usaha yang bersifat subsistem.

Pada umumnya dalam pengusahaan perikanan laut terdapat tiga jenis

nelayan, yaitu; nelayan pengusaha, nelayan campuran dan nelayan penuh.

Nelayan pengusaha yaitu pemilik modal yang memusatkan penanaman modalnya dalam operasi penangkapan ikan. Nelayan campuran yaitu seseorang

nelayan yang juga melakukan pekerjaan yang lain di samping pekejaan pokoknya

sebagai nelayan. Sedangkan nelayan penuh ialah golongan nelayan yang hidup

sebagai penangkap ikan di laut dan dengan memakai peralatan sederhana atau

tradisional.Namun demikian apabila sebagian besar pendapatan seseorang berasal

dari perikanan (darat dan laut) ia disebut sebagai nelayan. (Mubyarto, 2002).

Tingkat pendapatan rumah tangga tergantung kepada jenis-jenis kegiatan yang

dilakukan. Jenis kegiatan yang mengikut serta kan modal atau keterampilan

mempunyai produktivitas tenaga kerja lebih tinggi, yang pada akhirnya mampu

memberikan pendapatan yang lebih besar (Winardi, 1988).

2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Nelayan

Ada tiga faktor yang mempengaruhi peningkatan pendapatan usaha nelayan

dan diuraikan sebagai berikut:

1. Teknologi

Peralatan yang digunakan oleh nelayan dalam penangkapan ikan (produksi)

adalah alat penerangan (lampu) dan jaring. Peralatan atau modal usaha nelayan

adalah nilai dari pada peralatan yang digunakan seperti:

• Harga perahu, apakah mempergunakan mesin besar atau kecil yang dimiliki

(43)

• Harga dari peralatan penangkapan ikan, misalnya jaring dan lain-lain.

2. Sosial Ekonomi

Umur. Seseorang yang telah berumur 15 tahun ke atas baru disebut sebagai

nelayan, dibawah umur tersebut walaupun ia melaut tidak disebut sebagai

nelayan. Umur juga mempunyai pengaruh terhadap pendapatan walaupun

pengaruhnya tdk terlalu besar.

Musim. Musim sangat berpengaruh kepada keadaan kehidupan nelayan yaitu musim barat dan musim timur. Dalam satu tahun ada dua musim yaitu musim

timur dari bulan Maret sampai Agustus, umumnya gelombang besar, pasang

tinggi,arus deras, curah hujan selalu terjadi, keadaan demikian ini pada umumnya

nelayan sangat jarang ke laut karena takut bahaya, jadi produksi sedikit dan harga

ikan akan tinggi. Pada musim barat biasanya dari September sampai Februari

keadaan pasang tidak terlalu tinggi, arus tidak terlampau deras, gelombang tidak

terlampau besar. Pada musim inilah nelayan banyak mendapat ikan. Disamping

kedua musim tersebut dalam setahun, ada lagi pengaruh musim bulanan yaitu

pada bulan purnama. Pada bulan purnama atau terang arus akan deras dan pasang

akan tinggi. Sebaliknya pada bulan gelap, gelombang akan kecil, arus tidak

bergerak yang disebut dengan istilah pasang mati. Pada kedua keadaan ini nelayan

akan kurang mendapatkan ikan dan harga ikan akan tinggi apalagi pada musim

timur keadaan ini umumnya nelayan tidak akan turun melaut, kalaupun turun

melaut hanya dipinggir saja. Kegiatan spekulatif dalam penangkapan ikan

semakin meningkat ketika kondisi tangkap melanda. Dalam keadaan yang

demikian, sulit membedakan antara masa musim ikan dan masa paceklik.

(44)

Ikan adalah komoditi yang mudah rusak dan busuk, jadi penyampaiannya

dari produsen (nelayan) kepada konsumen harus cepat agar kualitas atau

kondisinya tidak rusak atau busuk kalau ikan itu diolah. Kondisi atau keadaan

ikan ini sangat berpengaruh kepada harga ikan, demikian juga nilai gizinya. Jadi

dalam hal ini dilihat nilai efisiensi dari penggunaan tata niaga perikanan tersebut,

dari produsen ke konsumen berarti semakin baik dan semakin efisien tata

niaganya dan kriterianya adalah sebagai berikut :

Panjang atau pendeknya saluran distribusi yang dilalui oleh hasil produksi dalam

hal ini ikan dari nelayan sampai kepada konsumen. Banyak atau sedikitnya dari

jumlah pos-pos yang terdapat pada saluran distribusi tersebut. Apabila banyak

mengakibatkan panjang (jauhnya) jarak antara produsen dan konsumen akhir yang

artinya makin tidak efisien. Menambah keuntungan atau tidak yaitu setiap pos

saluran distribusi tersebut apakah menambah keuntungan atau tidak bagi nelayan.

Dalam hal ini kita bandingkan dari kemungkinan-kemungkinan yang ada dan

meneliti apakah ada korelasi antara hal-hal diatas tadi akan menambah atau

memperbesar pendapatan nelayan. Meningkatnya tangkapan nelayan berarti

meningkatkan kesejahtraan nelayan tersebut. Demikian juga hal tersebut

menunjang program pemerintah yaitu pengentasan kemiskinan.

Saluran distribusi

Hasil tangkapan (produksi) nelayan itu selanjutnya kita lihat cara pemasarannya,

khususnya saluran distribusi dari produsen (nelayan) kepada pemakai akhir atau

konsumen. Saluran distribusi dari hasil laut ini dapat dibagi sebagai berikut :

• Saluran distribusi untuk konsumen akhir

(45)

• Saluran distribusi untuk pengawetan

• Saluran distribusi untuk coldstorage (eksportir)

Rendahnya kualitas sumber daya manusia masyarakat nelayan yang

terefleksi dalam bentuk kemiskinan sangat erat kaitannya dengan faktor internal

dan eksternal masyarakat. Faktor internal misalnya pertumbuhan penduduk yang

cepat,kurang berani mengambil resiko,cepat puas dan kebiasaan lainnya yang

tidak mengandung modernisasi. Selain itu kelemahan modal usaha dari nelayan

sangat dipengaruhi oleh pola pikir nelayan itu sendiri. Faktor eksternal yang

mengakibatkan kemiskinan rumah tangga nelayan lapisan bawah antara lain

proses produksi didominasi oleh toke pemilik perahu atau modal dan sifat

pemasaran produksi hanya dikuasai kelompok tertentu dalam bentuk pasar

monopsoni ( Kusnadi,2003)

2.2.1 Pengaruh Modal terhadap Pendapatan Nelayan

Menurut Mubyarto (1973) modal adalah barang atau uang yang secara

bersama – sama faktor produksi, tanah dan tenaga kerja menghasilkan barang

yang baru. Pentingnya peranan modal karena dapat membantu menghasilkan

produktivitas, bertambahnya keterampilan dan kecakapan pekerja juga menaikkan

produktivitas produksi.

Modal mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan berhasil tidaknya suatu

usaha produksi yang didirikan. Modal dapat dibagi sebagai berikut : Modal Tetap

adalah modal yang dapat dipakai untuk proses produksi dalam jangka waktu yang

relatif lama dan tidak terpengaruh oleh besar kecilnya jumlah produksi, misalnya

(46)

bahan-bahan baku dan kebutuhan lain sebagai penunjang usaha tersebut misalnya

makanan, solar, rokok dan lain sebagainya.

Modal dalam kegiatan nelayan sangat mutlak dibutuhkan, karena tanpa

modal seperti sampan/perahu/kapal, jaring dan peralatan menangkap ikan lainnya

nelayan tidak akan mendapatkan ikan/ memproduksi ikan. Dengan kata lain

nelayan tidak memiliki Pendapatan. Produksi ikan nelayan di tentukan oleh

seberapa besar modal yang di gunakan dalam melaut. Dengan modal yang besar

para nelayan akan mampu memproduksi hasil ikan tangkapnya dan

pendapatannya semakin besar

2.2.2 Pengaruh Pengalaman terhadap Pendapatan

Pengalaman kerja adalah sesuatu atau kemampuan yang dimiliki oleh para

karyawan dalam menjalankan tugas–tugas yang dibebankan. Artinya kemudahan

dan kesulitan yang dimiliki seseorang dalam suatu pekerjaan akan dipengaruhi

oleh seberapa seseorang tersebut memiliki pengalaman kerja. (Nitisemito,2000 )

Faktor pengalaman, faktor ini secara teoritis dalam buku, tidak ada yang

membahas bahwa pengalaman merupakan fungsi dari pendapatan atau

keuntungan. Namun, dalam aktivitas nelayan dengan semakin berpengalaman

dalam menangkap ikan bisa meningkatkan pendapatan atau keuntungan.

Pengalaman sebagai nelayan secara langsung maupun tidak, memberikan

pengaruh kepada hasil penangkapan ikan. Semakin lama seseorang mempunyai

pengalaman sebagai nelayan, semakin besar hasil dari penangkapan ikan dan

(47)

2.2.3 Pengaruh Teknologi terhadap Pendapatan

Teknologi terkait dengan peralatan yang digunakan oleh nelayan dalam

penangkapan ikan adalah perahu tanpa mesin atau perahu dengan mesin, jarring

dan pancing. Peralatan atau biaya nelayan adalah nilai dari peralatan yang

digunakan seperti harga perahu, harga peralatan penangkapan ikan, dan bahan

makanan yang dibawa melaut dan yang ditinggalkan dirumah. Ini merupakan

input bagi nelayan dalam melaut (menangkap ikan). Selain itu jumlah tenaga kerja

yang digunakan dalam melaut.

Nelayan dikategorikan sebagai seseorang yang pekerjaannya menangkap

ikan dengan mengunakan alat tangkap yang sederhana, mulai dari pancing, jala,

jaring, pukat, dan lain sebagainya. Namun dalam perkembangannya dikategorikan

sebagai seorang yang berprofesi menangkap ikan dengan alat yang lebih modern

ialah kapal ikan dengan alat tangkap modern. Semakin canggih teknolgi yang

digunakan nelayan maka akan semakin meningkatkan produktivitas hasilnya lebih

meningkatkan produksi, yang didalamnya tersirat kesimpulan bahwa masyarakat

akan memperoleh penghasilan yang lebih tinggi.

Menurut Satria (2002), keberadaan nelayan digolongkan menjadi 4

tingkatan dilihat dari kapasitas teknologi (alat tangkap dan armada), orientasi

pasar dan karakteristik pasar. Keempat kelompok tersebut, antara lain nelayan

tradisional (peasant-fisher) yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan sendiri;

post peasant-fisher atau nelayan yang menggunakan teknologi penangkapan ikan

yang lebih maju, seperti motor tempel atau kapal motor; commercial fisher atau

(48)

fisher yang memiliki beberapa ciri, seperti terorganisasi, padat modal, pendapatan

lebih tinggi, dan berorientasi ekspor.

2.2.4.Pengaruh Harga Jual terhadap Pendapatan

menurut Kotler (2001 : 439) harga adalah sejumlah uang yang dibebankan

atas suatu produk atau jasa, atau jumlah dari nilai yang ditukar konsumen atas

manfaat-manfaat karena memiliki atau menggunakan produk atau jasa tersebut.

Dalam kehidupan nelayan harga ikan laut tidak selalu tetap, sehingga

pendapatan nelayan tidak selalu stabil, contohnya yaitu ketika musim ikan, jumlah

tangkapan relatif banyak, namun harga jual ikan cenderung rendah. Pada musim

paceklik hasil tangkapan sangat sedikit namun harga jual ikan tinggi. Tinggi

rendahnya harga jual ikan, berpengaruh terhadap pendapatan nelayan.

2.3 Program Pemerintah Dalam Peningkatan Pendapatan Nelayan 2.3.1 Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP)

Kebijakan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir dimulai sejak

tahun 2001 yang dirancang untuk mengatasi persoalan kemiskinan pada

masyarakat pesisir melalui pengembangan kultur kewirausahaan, penguatan

Lembaga Keuangan Mikro (LKM), penggalangan partisipasi masyarakat dan

kegiatan usaha ekonomi produktif lainnya yang berbasis sumberdaya lokal dan

berkelanjutan. Program PEMP 2001-2003 dilancarkan dengan pemberian dana

hibah langsung kepada Koperasi Nelayan atau Lembaga Keuangan Mikro yang

dibentuk untuk mengelola kebutuhan permodalan nelayan. Kebijakan tahun 2006

mengalami perubahan yaitu berupa pemberian dana hibah tidak langsung lagi

kepada koperasi nelayan atau Lembaga Keuangan Mikro nelayan, tetapi dana

(49)

memperoleh fasilitas kredit yang diberi nama Dana Ekonomi Produktif ( DEP ).

Dan pada tahun 2008 koperasi nelayan sudah diarahkan agar berhubungan sendiri

dengan lembaga perbankan untuk mendapatkan Kredit Usaha Rakyat (disingkat

KUR) dengan suku bunga kredit umum dari lembaga perbankan dan harus disertai

dengan jaminan kebendaan (KKP)

2.3.2

Pengembangan Usaha Mina Perdesaan (PUMP) Perikanan Tangkap

merupakan bagian dari pelaksanaan PNPM Mandiri yang betujuan untuk

penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja di perdesaan (Perpres

15/2010: Klaster II). Melalui kegiatan PUMP Perikanan Tangkap diharapkan

berkembangnya usaha penangkapan ikan, berkembangnya kewirausahaan

nelayan, dan menjadikan KUB sebagai lembaga ekonomi di pedesaan. Program

PUMP ini pun sudah mulai berjalan pada tahun 2011, karena maanfaat Program

PUMP ini sangat membantu sekali bagi para nelayan yang berada di daerah

pesisir maka sampai tahun 2014 ini PUMP masih di pertahankan sampai dengan

sekarang. Sejak tahun 2011 telah disalurkan bantuan modal sebesar Rp.780,6

Miliar kepada nelayan skala kecil yang tergabung dalam 7.806 Kelompok Usaha

Bersama (KUB) yang tersebar di seluruh kabupaten/kota yang memiliki potensi

perikanan tangkap.

Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP)

2.3.3 Pengembangan Usaha Mina Pedesaan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan(PUMP P2HP )

Pengembangan Usaha Mina Pedesaan Pengolahan dan Pemasaran Hasil

Perikanan(PUMP P2HP ) merupakan kegiatan pemberdayaan masyarakat dimana

(50)

pemasar hasil perikanan dalam wadah Kelompok Pengolah dan Pemasar

(Poklahsar). Program PUMP P2HP dilaksanakan atas dasar amanat Menteri

Kelautan dan Perikanan yang tertuang dalam Peraturan Menteri Kelautan dan

Perikanan Nomor PER. 21/MEN/2010 tentang Pedoman Pelaksanaan PNPM

Mandiri Kelautan dan Perikanan. (KKP)

2.3.4. Peningkatan Kehidupan Nelayan (PKN)

Program PKN merupakan bagian dari percepatan perluasan program

Pro-Rakyat (Klaster 4) berupa intervensi pemerintah secara langsung untuk

mempercepat pengentasan kemiskinan sesuai dengan Direktif Presiden pada

Sidang Kabinet Terbatas pada tanggal 13 Februari 2011 di Bogor. Melalui

Keputusan Presiden Nomor 10 Tahun 2011, Menteri Kelautan dan Perikanan

ditetapkan sebagai Ketua Kelompok Kerja Program PKN yang beranggotakan 12

kementerian/lembaga. Kriteria lokasi program peningkatan kehidupan nelayan

adalah berbasis pangkalan pendaratan ikan (PPI) dengan target Rumah Tangga

Sasaran (RTS) Nelayan miskin (sangat miskin, miskin, dan hampir miskin).

Penetapan lokasi dilakukan berdasarkan overlay data nelayan miskin di pesisir

dan lokasi 816 Pelabuhan Perikanan/Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) dengan

pelaksanaan program dilaksanakan secara bertahap dengan rincian 100 PPI pada

tahun 2011, 400 PPI untuk tahun 2012, 200 PPI untuk tahun 2013 dan 116 PPI

untuk tahun 2014. Pelaksanaan kegiatan PKN dikelompokkan menjadi 3 (tiga)

kelompok kegiatan, yaitu individu nelayan, kelompok nelayan dan sarana dan

prasarana di PPI dengan kegiatan dengan kegiatan antara lain : Pembuatan Rumah

Sangat Murah, Pekerjaan Alternatif dan Tambahan Bagi Keluarga

(51)

Cold Storage, Angkutan Umum Murah, Fasilitas Sekolah dan

Puskesmas, Fasilitas Bank “Rakyat”.(KKP)

2.4 Landasan Teori 2.4.1 Teori Pendapatan

Pendapatan nelayan adalah selisih antara peneriamaan (TR) dan semua biaya

(TC). Jadi Pd = TR – TC. Penerimaan usaha nelayan (TR) adalah perkalian antara

produksi yang diperoleh (Y) dengan harga jual (Py). Biaya usaha nelayan

biasanya diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya

tidak tetap (variable cos). Biaya tetap (FC) adalah biaya yang relatif tetap

jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau

sedikit. Biaya variabel (VC) adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh

produksi yang diperoleh, contoh biaya untuk tenaga kerja. Total biaya (TC)

adalah jumlah dari biaya tetap (FC) dan biaya variabel (VC), maka TC = FC + VC

(soekartawi, 2002).

Mayers dalam terjemahan Sitohang (1996), memandang pendapatan dari

sisi efektifitas penggunaannya untuk memenuhi kebutuhan adalah “Pendapatan

adalah nilai barang atau jasa tertentu pada akhir jangka tertentu yang mempunyai

indikasi bahwa makna pendapatan bisa saja bergeser seiring dengan tingkat

pengeluaran konsumsi masyarakat”.

Menurut Sukirno (2006) pendapatan adalah jumlah penghasilan yang

diterima oleh penduduk atas prestasi kerjanya selama satu periode tertentu, baik

harian, minggua n, bulanan atau tahunan. Dan ada beberapa klasifikasi pendapatan

(52)

a. Pertama, pendapatan pribadi yaitu semua jenis pendapatan yang diperoleh

tanpa memberikan sesuatu kegiatan apapun yang diterima penduduk suatu

negara.

b. Kedua, pendapatan disposibel yaitu pendapatan pribadi dikurangi pajak yang

harus dibayarkan oleh para penerima pendapatan, sisa pendapatan yang siap

dibelanjakan inilah yang dinamakan pendapatan disposibel.

c. Ketiga, pendapatan nasional yaitu nilai seluruh barang-barang jadi dan

jasa-jasa yang diproduksi oleh suatu negara dalam satu tahun.

Menurut Sobri (1999) pendapatan disposibel adalah suatu jenis penghasilan

yang diperoleh seseorang yang siap untuk dibelanjakan atau dikonsumsikan.

Besarnya pendapatan disposibel yaitu pendapatan yang diterima dikurangi dengan

pajak langsung (pajak perseorangan) seperti pajak penghasilan.

Menurut teori Milton Friedman bahwa pendapatan masyarakat dapat

digolongkan menjadi dua, yaitu pendapatan permanen dan pendapatan sementara.

Pendapatan permanen dapat diartikan yaitu:

a. Pertama, pendapatan yang selalu diterima pada periode tertentu dan dapat

diperkirakan sebelumnya, sebagai contoh adalah pendapatan, upah, dan gaji.

b. Kedua, pendapatan yang diperoleh dan hasil semua faktor yang menentukan

kekayaan seseorang.

Pendapatan menekan pada perwujudan balas jasa dari partisipasi seseorang

dalam satu kegiatan produksi dimana tergambar pada sumbangan faktor-faktor

produksi atas nilai tambah (value added) pada tingkat out put tertentu. Nilai

(53)

disebut pendapatan. Pendapatan tersebut dipilih menurut jangka waktu tertentu

sehingga arti praktisnya nampak, misalnya satu bulan, dan lain sebagainya.

2.4.2 Teori Produksi

Teori produksi yang sederhana menggambarkan tentang hubungan di antara

tingkat produksi suatu barang dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk

menghasilkan berbagai tingkat produksi barang tersebut. Dalam analisis tersebut

dimisalkan bahwa faktor-faktor produksi lainnya adalah tetap jumlahnya, yaitu

modal dan tanah jumlah dianggap tidak mengalami perubahan. Juga teknologi

dianggap tidak mengalami perubahan. Satu-satunya faktor produksi yang dapat

diubah jumlahnya adalah tenaga kerja, (Sukirno, 2004).

Produksi merupakan hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan

memanfaatkan beberapa masukan atau input. Produksi atau memproduksi

menambah kegunaan suatu barang. Kegunaan suatu barang akan bertambah bila

memberikan manfaat baru atau lebih dari bentuk semula. Lebih spesifik lagi

produksi adalah kegiatan perusahaan dengan mengkombinasikan berbagai input

untuk menghasilkan output dengan biaya yang minimum, (Joesron dan Fathorrosi,

2003).

Produksi merupakan konsep arus. Apa yang dimaksudkan dengan konsep

arus disini adalah produksi merupakan kegiatan yang diukur sebagai

tingkat-tingkat output per unit priode/waktu. Sedangkan outputnya sendiri senantiasa

diasumsikan konstan kualitasnya. Jadi bila kita berbicara mengenai peningkatan

produksi, itu berarti peningkatan output dengan mengasumsikan faktor-faktor lain

yang sekiranya berpengaruh tidak berubah sama sekali (konstan). Pemakaian

(54)

dihitung sebagai sediaan jasa, katakanlah mesin per jam, jadi bukan dihitung

sebagai jumlah mesinnya secara fisik, (Miller dan Miners, 1999).

Hubungan antara Produksi Total(TP), produks rata-rata (AP) dan Produk

Marginal (MP) dalam jangka pendek untuk satu input (input lain dianggap

konstan) dapat dilihat pada gambar berikut ini

Gambar 2.1 Hubungan Total Produksi, Marginal Produksi dan Rata-rata Produksi

Gambar 2.1 di atas memperlihatkan bahwa antara titik A dan C adalah

pertambahan produksi yang semakin berkurang (Law of deminishing marginal

productivity). Titik C adalah total produksi mencapai maksimun artinya tambahan input tidak lagi menyebabkan tambahan output atau produksi marginal (MP)

adalah nol. Sedangkan Produksi Rata-rata (AP) mencapai maksimun adalah pada

(55)

produksi rata-rata sama dengan tambahan output akibat tambahan unit input

produksi, dengan asumsi faktor produksi lain dianggap konstan (Nicholson, 1998)

Menurut Joesron dan Suhartati (2003) produksi merupakan hasil akhir dari

proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau

input. Dengan pengertian ini dapat dipahami bahwa kegiatan produksi adalah

mengkombinasikan berbagai input atau masukan untuk menghasilkan output.

Hubungan teknis antara input dan output tersebut dalam bentuk persamaan, tabel

atau grafik merupakan fungsi produksi. Jadi, fungsi produksi adalah suatu

persamaan yang menunjukkan jumlah maksimum output yang dihasilkan dengan

kombinasi input tertentu.

2.4.3 Persepsi

Menurut Saptorini (1989), Persepsi adalah suatu proses mental yang rumit

dan melibatkan berbagai kegiatan untuk menggolongkan stimulus yang masuk

sehingga menghasilkan tanggapan untuk memahami stimulus tersebut. Persepsi

dapat terbentuk setelah melalui berbagai kegiatan, yakni proses fisik

(penginderaan), fisiologis (pengiriman hasil penginderaan ke otak melalui saraf

sensoris) dan psikologis (ingatan, perhatian, pemrosesan informasi di otak).

Beberapa hal yang mempengaruhi persepsi : 1. pelaku persepsi, bila

seorang individu memandang pada suatu target dan mencoba menafsirkan apa

yang dilihatnya, penafsiran itu sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi dari

pelaku persepsi, antara lain sikap, motif/kebutuhan individu, suasana hati,

pengalaman masa lalu, prestasi belajar sebelumnya dan pengharapan; 2. target

Gambar

Tabel 3.1 Pengelompokan Variabel Pernyataan Positif dan Negatif
Tabel 4.2 Distribusi  Penduduk Desa Bogak Berdasarkan Jenis Mata
Tabel 4.3 Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama yang Dianut
Tabel 4.5 Sarana dan Prasarana Desa Bogak tahun 2012
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan perumusan masalah yang diteliti yaitu “ Bagaimanakah pengaruh difusi inovasi penangkapan ikan terhadap peningkatan pendapatan nelayan ke camatan Tanjung

di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Nelayan di Desa Bagan

Skripsi ini berisi penelitian mengenai korelasi Difusi Inovasi Penangkapan Ikan dan Peningkatan Pendapatan Nelayan pada Nelayan Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu

Bagaimanakah pengaruh difusi inovasi penangkapan ikan terhadap peningkatan pendapatan nelayan ke camatan Tanjung Tiram kabupaten Batu Bara”, dimana diperoleh hasil

Sastrawidjaya, dkk, 2002, Nelayan Nusantara,Pusat Pengolahan Produk Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, Jakarta. Identifikasi potensi area, kualitas air

sama dengan Kabupaten Batu Bara. Pendapatan nelayan bersifat harian, tidak dapat ditentukan jumlahnya karena. pendapatan sangat tergantung oleh musim, sementara pengeluaran

Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Nelayan di

Adapun judul skripsi ini adalah “ Analisis Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi Terhadap Pendapatan Nelayan Ikan Tangkap (Studi Kasus : Desa Pekan Tanjung Beringin,