DIFUSI INOVASI PENANGKAPAN IKAN DAN PENINGKATAN
PENDAPATAN NELAYAN
(Studi Korelasional Pada Nelayan Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten
Batubara)
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Program Strata 1 (S1) pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara
Oleh: Rizky Ananda
110904001
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah karya saya sendiri, semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya cantumkan sumbernya dengan benar. Jika di kemudian hari saya terbukti
melakukan pelanggaran (plagiat) maka saya bersedia diproses sesuai dengan hukum yang berlaku.
Nama : Rizky Ananda NIM : 110904001 Tanda Tangan :
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi ini diajukan oleh,
Nama : Rizky Ananda
NIM : 110904001
Departemen : Ilmu Komunikasi
Judul Skripsi : Difusi Inovasi Penangkapan Ikan dan Peningkatan Pendapatan
Nelayan
(Studi Korelasional Pada Nelayan Kecamatan Tanjung Tiram
Kabupaten Batu Bara)
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
Majelis Penguji
Ketua Penguji : ( )
Penguji : ( )
Penguji Utama : ( )
Ditetapkan di :
KATA PENGANTAR
Alhamdullillah puji dan syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayahnya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini, serta
tidak lupa pula Salawat dan Salam kepada Rasulullah SAW sebagai revolusioner sejati yang
mana telah memberikan sinar kehidupan melalui Al-Quran dan Sunnah-Nya sebagai
pedoman hidup bagi peneliti.
Penulisan skripsi ini berjudul tentang Difusi Inovasi Penangkapan Ikan dan
Peningkatan Pendapatan Nelayan, merupakan salah satu persyaratan yang harus dipenuhi
untuk menyelesaikan program sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara.
Sebagai umat manusia yang sesuai kodratnya, peneliti menyadari bahwa
pengetahuan,kemampuan serta kesempatan yang ada pada peneliti, oleh karena itu peneliti
menerima setiap kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Keberhasilan peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini tidak lepas dari berbagai pihak. Oleh
karena itu dalam kesempatan kali ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang
sedalam-dalamnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Baddaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dra. Fatma Wardi Lubis, MA, selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi FISIP
USU
3. Ibu Dewi Kurniawati, M.Si, P.hD selaku dosen wali dan dosen pembimbing yang telah
banyak membantu dan membimbing peneliti selama pengerjaan skripsi ini.
4. Semua dosen Ilmu Komunikasi, Pak Suwardi Lbs, Bu Nurbani, Bu Mazda, Bu Dayana,
Kak Emil, Bang Hendra, Bang Haris maupun dosen-dosen lain yang pernah
membimbing peneliti dalam setiap mata kuliah.
5. Untuk kedua orang tuaku, Danda Sasmita. SE, M.Si dan Maryani yang tak
henti-hentinya memberi nasehat dan mendukung peneliti untuk selalu giat dalam mengejar
cita-cita supaya kelak menjadi anak yang sukses dan berbakti kepada orang tua.
6. Untuk Saudariku, Dhea Indah Sari Sasmita yang sering bertengkar dirumah, tetap jadi
7. Khusus buat Tri Nanda Lestari selaku motivator dan penyemangat peneliti agar dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
8. Buat mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah membantu dalam
penelitian ini.
9. Buat Kak maya, Pak Udin, Pak Tangkas, Bang Ardi atas bantuannya.
10. Buat kakak-kakak dan Abang-abang di Laboratorium Komunikasi, khususnya Kak
Puan, Kak Anim, Bang Alvin.
11. Buat kawan-kawan Stambuk 2011 yang tidak lupa member dukungan kepada peneliti,
Edi, Yudha, Nurul, Beni, Khaidir, Anda, Wulan, Ismi, Devi, Tetty, Nabilla, Tania,
Noeg, Tomy, Bebeb, Yohan, Irend, dan yang tidak dapat peneliti sebutkan namanya
satu per satu.
Akhir kata peneliti memanjatkan doa dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala
kekuatan dan kemudahan yang telah diberikan dan peneliti berharap penelitian ini bermanfaat
bagi seluruh pembaca serta berguna bagi yang membutuhkannya. Amin yaa rabbal alamin.
Peneliti
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai civitas akademik Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan di
bawah ini :
Nama : Rizky Ananda
NIM : 110904001
Departemen : Ilmu Komunikasi
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas : Sumatera Utara
Jenis Karya : Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Sumatera Utara Hak Royalti Non Ekslusif (Non- ekslusive Royalty- Free Right)
atas karya ilmiah saya yang berjudul :
Difusi Inovasi Penangkapan Ikan dan Peningkatan Pendapatan Nelayan
(Studi Korelasional pada Nelayan Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara) beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Nonekslusif ini
Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalihmedia/format-kan, mengelola
dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya
tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama sya sebagai penulis/pencipta
dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarmya.
Dibuat di : Medan
Pada Tanggal : Januari 2015
Yang Menyatakan
ABSTRAK
Skripsi ini berisi penelitian mengenai korelasi Difusi Inovasi Penangkapan Ikan dan Peningkatan Pendapatan Nelayan pada Nelayan Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara.penelitian ini memfokuskan pada penelitian korelasional yang melihat hubungan antara dua variabel, yang mana merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian ini bertujuan untuk,(1) mengetahui difusi inovasi penangkapan ikan kecamatan Tanjung Tiram kabupaten Batu Bara, (2) memperoleh gambaran tentang kehidupan nelayan kecamatan Tanjung Tiram kabupaten Batu Bara (3) untuk mengetahui besarnya pengaruh difusi inovasi penangkapan ikan dengan peningkatan pendapatan nelayan kecamatan Tanjung Tiram kabupaten Batu Bara. Penelitian ini menggunakan teori Difusi Inovasi sebagai pendekatan dalam penyelesaiannya. Sedangkan pisau analisis atau instrumen analisis data, peneliti menggunakan teknik analisis tabel tunggal menurut Singarimbun. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha meneliti adanya hubungan antara penyerapan inovasi-inovasi alat penangkapan ikan dengan peningkatan pendapatan nelayan di kecamatan Tanjung Tiram kabupaten Batu Bara. Dalam penelitian ini, peneliti meneliti subjek-subjek yang terkait dengan tujuan dari penelitian ini yaitu nelayan. Kategori nelayan di sini, diartikan sebagai seseorang yang memiliki pekerjaan menangkap ikan di laut dengan menggunakan sarana seperti kapal, jaring dan sebagainya. Sesuai dengan pembatasan masalah penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2014 sampai dengan selesai dan dibatasi kepada nelayan yang berada pada dua desa yaitu nelayan desa Bogak dan nelayan desa Bagan Dalam. Berdasarkan perumusan masalah yang diteliti yaitu “ Bagaimanakah pengaruh difusi inovasi penangkapan ikan terhadap peningkatan pendapatan nelayan kecamatan Tanjung Tiram kabupaten Batu Bara”, dimana diperoleh hasil dari pengolahan data menggunakan program SPSS bahwa adanya hubungan antara variabel difusi inovasi penangkapan ikan dengan variabel peningkatan pendapatan nelayan memiliki hubungan linier yang sangat kuat dan positif namun tidak signifikan. Hasil analisa data secara detail adalah thitung diperoleh sebesar 2,8175 dimana total responden adalah 112 orang dan diperoleh ttabel 1,65870. Sesuai dengan rumus hipotesis maka apabila t tabel lebih besar daripada t hitung, hasilnya tidak signifikan. Penyebab kuatnya hubungan antara difusi inovasi penangkapan ikan dengan peningkatan pendapatan nelayan tersebut disebabkan masih banyaknya nilai-nilai tradisonal yang dianut oleh para nelayan, sehingga efekstifitas dari penangkapan ikan, teknologi yang digunakan, sera pendapatan yang didapat juga masih minim. Antusias para nelayan akan teknologi baru tetapi harus tetap menjaga kelestarian alam demi tercipatanya keselarasan sumber hayati menjadi pendorong yang sangat kuat berdasarkan hasil analisa data yang diperoleh.
Kata kunci :
ABSTRACT
This thesis contains is research of correlation Diffusion of Innovation and Improvement Revenue Fishing Fishermen Fishermen in kecamatan Tanjung Tiram kabupaten Batu Bara. This reasearch oysters this correlational study focuses on the relationship between two variables, which is a quantitative research. This study aims to, (1) determine the diffusion of innovations fishing in kecamatan Tanjung Tiram kabupaten Batu Bara, (2) obtain a picture of lives at fishermen in kecamatan Tanjung Tiram kabupaten Batu Bara (3) to determine the influence of the diffusion of innovation fishing with fishing income generation sub-district oysters Tanjung Batu Bara district. This study uses the Diffusion of Innovations theory as an approach in solving. While the analysis knife or instrument data analysis, researchers used a single table analysis technique according Singarimbun. In this study, researchers sought to examine the relationship between the absorption of innovations in fishing gear to increase the income of fishermen in kecamatan Tanjung Tiram kabupaten Batu Bara. In this study, researchers examined subjects related to the objectives of this study are fishermen. Category fishermen here, is defined as someone who has a job to catch fish in the sea by means such as boats, nets and so on. In accordance with the restrictions on the research problem. The research was conducted in November 2014 through the completion and restricted to the fishermen who were in two villages, Bogak village dan Bagan Dalam village. Based on the formulation of the problem under study is "What is the impact of innovation diffusion fishing to increased fishing income subdistrict district of Tanjung Tiram Coal", which obtained the results of data processing using SPSS that the relationship between the variables of innovation diffusion fishing with variable increase in the income of fishermen have a relationship a very strong linear and positive but not significant. The results detailed analysis from data was obtained at 2.8175 tcount where the total respondents were 112 people and obtained ttable 1.65870. In accordance with the formula hypothesis that if ttable is greater than tcount, the result is not significant. The cause of a strong relationship between the diffusion of innovation fishing with fishing revenue increase was due to still many traditional values espoused by the fishermen, so the Effectiveness of fishing, the technology used, sera obtained income is still minimal. Enthusiastic about new technology but the fishermen will had to keep the preservation of nature for created a alignment of biological resources into a very strong driving force based on analysis of data obtained.
Keywords:
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………. i
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ……….... ii
LEMBAR PENGESAHAN ………...………... iii
KATA PENGANTAR ……….. iv
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ……… vi
ABSTRAK ………. vii
DAFTAR ISI ………. viii
DAFTAR GAMBAR ……… xi
DAFTAR TABEL ……… xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ……… 1
1.2 Perumusan Masalah ……….. 10
1.3 Pembatasan Masalah ………. 10
1.4 Tujuan Penelitian ……….. 10
1.5 Manfaat Penelitian ……… 11
BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Kerangka Teori ……… 12
2.1.1 Komunikasi ………... 12
2.1.1.1 Pengertian Komunikasi ……… 12
2.1.1.2 Unsur-unsur Komunikasi ………. 13
2.2.1 Komunikasi Pembangunan ……….. 16
2.2.1.1 Pengertian Pembangunan dan Komunikasi Pembangunan … 16 2.3.1 Komunikasi Kelompok ……… 18
2.3.1.1 Defenisi Komunikasi Kelompok ………... 18
2.3.1.2 Kelompok primer dan Kelompok Sekunder …….………. 18
2.3.1.4 Kelompok Deskriptif dan Kelompok Prespektif ……… 20
2.4.1 Peningkatan Pendapatan ………. 20
2.4.1.1 Indikator Peningkatan Pendapatan ………. 20
2.5.1 Teori Difusi Inovasi ……… 22
2.5.1.1 Pengertian dan Tahapan dalam Teori Difusi Inovasi ………. 23
2.2 Kerangka Konsep ……… 25
2.3 Model Teoritis ………. 26
2.4 Operasional Variabel ………... 26
2.5 Defenisi Operasional ………... 27
2.6 Hipotesis ……….. 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ………. 29
3.1.1 Lokasi dan Waktu Penelitian………... 29
3.1.2 Kabupaten Batu Bara ………... 29
3.1.2.1 Luas Wilayah dan Topografi ……… 29
3.1.2.2 Perkembangan Produksi Perikanan ……….. 31
3.2 Metode Penelitian ……… 32
3.3 Populasi dan Sampel ……… 39
3.3 Populasi ………... 39
3.2 Sampel ………. 40
3.4 Teknik Penarikan Sampel ……… 41
3.5 Teknik Pengumpulan Data ……….. 42
3.6 Teknik Analisis Data ………... 42
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Tabel Tunggal ………. 44
4.1.1 Karakteristik Responden ……… 44
4.1.3 Peningkatan Pendapatan Nelayan ………. 54
4.2 Analisis Tabel Silang ……… 60
4.3 Pengujian Hipotesis ……….. 61
4.3.1 Hasil Uji Korelasi Difusi Inovasi Penangkapan Ikan dan Peningkatan Pendapatan
Nelayan ……… 62
4.3.2 Hubungan Variabel Karakteristik dengan Variabel Peningkatan Pendapatan
Nelayan………. 62
4.3.3 Hubungan Variabel Difusi Inovasi dengan Variabel Peningkatan Pendapatan
Nelayan ……… 63
4.3.4 Independent Sample Test ………... 65
4.4 Pembahasan ……… 67
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ……… 69
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : Peta Kabupaten Batu Bara
Gambar 2 : Kapal Tradisional Perahu
Gambar 3 : Kapal Tradisional Sampan
Gambar 4 : Kapal Modern Pukat Temonong
Gambar 5 : Kapal Modern Pukat Katrol Gembung
Gambar 6 : Kapal Modern Pukat Teri
Gambar 7 : Pasar Kerang
Gambar 8 : Nelayan Ikan Asin
Gambar 9 : “BOM” atau TPI
DAFTAR TABEL
Tabel 1 ……….………..31
Tabel 2 ……….………..32
Tabel 3 ……….………..34
Tabel 4 ……….………..45
Tabel 5 ……….………..46
Tabel 6 ……… ………..47
Tabel 7 ……… ………..47
Tabel 8 ………….………..48
Tabel 9 ….………..48
Tabel 10 ………...………..49
Tabel 11 ...………..50
Tabel 12 ………...………..50
Tabel 13 ………...………..50
Tabel 14 ………...………..51
Tabel 15 ……….51
Tabel 16 ………...51
Tabel 17 ……….52
Tabel 18 ……….52
Tabel 19 ……….53
Tabel 20 ……….54
Tabel 21 ………...54
Tabel 22 ……….55
Tabel 23 ..………..……….55
Tabel 24 ..……….………..56
Tabel 25 ………...57
Tabel 27 ..………...58
Tabel 28 ..……….…..58
Tabel 29 …………..………..60
Tabel 30 ………..………..63
Tabel 31 …………..………..65
Tabel 32 …..………..68
ABSTRAK
Skripsi ini berisi penelitian mengenai korelasi Difusi Inovasi Penangkapan Ikan dan Peningkatan Pendapatan Nelayan pada Nelayan Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara.penelitian ini memfokuskan pada penelitian korelasional yang melihat hubungan antara dua variabel, yang mana merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian ini bertujuan untuk,(1) mengetahui difusi inovasi penangkapan ikan kecamatan Tanjung Tiram kabupaten Batu Bara, (2) memperoleh gambaran tentang kehidupan nelayan kecamatan Tanjung Tiram kabupaten Batu Bara (3) untuk mengetahui besarnya pengaruh difusi inovasi penangkapan ikan dengan peningkatan pendapatan nelayan kecamatan Tanjung Tiram kabupaten Batu Bara. Penelitian ini menggunakan teori Difusi Inovasi sebagai pendekatan dalam penyelesaiannya. Sedangkan pisau analisis atau instrumen analisis data, peneliti menggunakan teknik analisis tabel tunggal menurut Singarimbun. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha meneliti adanya hubungan antara penyerapan inovasi-inovasi alat penangkapan ikan dengan peningkatan pendapatan nelayan di kecamatan Tanjung Tiram kabupaten Batu Bara. Dalam penelitian ini, peneliti meneliti subjek-subjek yang terkait dengan tujuan dari penelitian ini yaitu nelayan. Kategori nelayan di sini, diartikan sebagai seseorang yang memiliki pekerjaan menangkap ikan di laut dengan menggunakan sarana seperti kapal, jaring dan sebagainya. Sesuai dengan pembatasan masalah penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2014 sampai dengan selesai dan dibatasi kepada nelayan yang berada pada dua desa yaitu nelayan desa Bogak dan nelayan desa Bagan Dalam. Berdasarkan perumusan masalah yang diteliti yaitu “ Bagaimanakah pengaruh difusi inovasi penangkapan ikan terhadap peningkatan pendapatan nelayan kecamatan Tanjung Tiram kabupaten Batu Bara”, dimana diperoleh hasil dari pengolahan data menggunakan program SPSS bahwa adanya hubungan antara variabel difusi inovasi penangkapan ikan dengan variabel peningkatan pendapatan nelayan memiliki hubungan linier yang sangat kuat dan positif namun tidak signifikan. Hasil analisa data secara detail adalah thitung diperoleh sebesar 2,8175 dimana total responden adalah 112 orang dan diperoleh ttabel 1,65870. Sesuai dengan rumus hipotesis maka apabila t tabel lebih besar daripada t hitung, hasilnya tidak signifikan. Penyebab kuatnya hubungan antara difusi inovasi penangkapan ikan dengan peningkatan pendapatan nelayan tersebut disebabkan masih banyaknya nilai-nilai tradisonal yang dianut oleh para nelayan, sehingga efekstifitas dari penangkapan ikan, teknologi yang digunakan, sera pendapatan yang didapat juga masih minim. Antusias para nelayan akan teknologi baru tetapi harus tetap menjaga kelestarian alam demi tercipatanya keselarasan sumber hayati menjadi pendorong yang sangat kuat berdasarkan hasil analisa data yang diperoleh.
Kata kunci :
ABSTRACT
This thesis contains is research of correlation Diffusion of Innovation and Improvement Revenue Fishing Fishermen Fishermen in kecamatan Tanjung Tiram kabupaten Batu Bara. This reasearch oysters this correlational study focuses on the relationship between two variables, which is a quantitative research. This study aims to, (1) determine the diffusion of innovations fishing in kecamatan Tanjung Tiram kabupaten Batu Bara, (2) obtain a picture of lives at fishermen in kecamatan Tanjung Tiram kabupaten Batu Bara (3) to determine the influence of the diffusion of innovation fishing with fishing income generation sub-district oysters Tanjung Batu Bara district. This study uses the Diffusion of Innovations theory as an approach in solving. While the analysis knife or instrument data analysis, researchers used a single table analysis technique according Singarimbun. In this study, researchers sought to examine the relationship between the absorption of innovations in fishing gear to increase the income of fishermen in kecamatan Tanjung Tiram kabupaten Batu Bara. In this study, researchers examined subjects related to the objectives of this study are fishermen. Category fishermen here, is defined as someone who has a job to catch fish in the sea by means such as boats, nets and so on. In accordance with the restrictions on the research problem. The research was conducted in November 2014 through the completion and restricted to the fishermen who were in two villages, Bogak village dan Bagan Dalam village. Based on the formulation of the problem under study is "What is the impact of innovation diffusion fishing to increased fishing income subdistrict district of Tanjung Tiram Coal", which obtained the results of data processing using SPSS that the relationship between the variables of innovation diffusion fishing with variable increase in the income of fishermen have a relationship a very strong linear and positive but not significant. The results detailed analysis from data was obtained at 2.8175 tcount where the total respondents were 112 people and obtained ttable 1.65870. In accordance with the formula hypothesis that if ttable is greater than tcount, the result is not significant. The cause of a strong relationship between the diffusion of innovation fishing with fishing revenue increase was due to still many traditional values espoused by the fishermen, so the Effectiveness of fishing, the technology used, sera obtained income is still minimal. Enthusiastic about new technology but the fishermen will had to keep the preservation of nature for created a alignment of biological resources into a very strong driving force based on analysis of data obtained.
Keywords:
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah
Tujuan akhir pembangunan adalah untuk meningkatkan taraf hidup anggota masyarakat melalui peningkatan pendapatan. Tingkat pendapatan tersebut kerap digunakan
sebagai indikator tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah. Bila dilihat lebih
jauh peningkatan pendapatan tersebut belum menjamin perbaikan kesejahteraan anggota
masyarakat luas karena tingkat pendapatan yang bervariasi antar rumah tangga sesuai dengan
tingkat penguasaan sumberdaya dan kemampuan mengelolanya. Dengan perkataan lain
bahwa peningkatan pendapatan suatu komunitas tidak selalu diikuti perbaikan distribusi di
antara anggotanya. Pada tahun 1955, Kuznets memperkenalkan pemikiran perihal hubungan
antara ketidakmerataan pendapatan dengan tingkat keberhasilan pembangunan.
Peneliti disini tidak hanya menyorot bagaimana pembangunan dapat berhasil, tetapi
juga menghubungkan beberapa elemen lain yang terkait dalam pembangunan. Pembangunan,
juga tak luput dari sitem komunikasi yang digunakan, dalam penjelasan ini pembangunan
akan lebih condong kepada komunikasi penyuluhan sebagai saraana dalam menyampaikan
maksud dan tujuan kepada masyarakat tentang pembangunan yang akan dilaksanakan. Saat
ini model komunikasi yang digunakan tidak hanya bersifat linier (garis lurus) tetapi sudah
bersifat memusat karena proses. Tetapi perlu diperhatikan bahwa dalam komunikasi
penyuluhan pertanian khususnya bidang perikanan tujuan komunikasi jangan terlalu berat
sebelah; artinya ketiga maksud komunikasi harus seimbang disesuaikan dengan tujuan
penyuluhan. Tujuan Penyuluhan Pertanian/Perikanan menyangkut perubahan perilaku yang
meliputi tiga unsur yaitu pengetahuan, keterampilan dan sikap mental (perasaan, emosi,
Dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan pertanian ketiga unsur perilaku itu harus
diperhatikan unsur mana yang harus diberi tekanan. Kualitas perilaku yang ingin dicapai
hasilnya akan ditentukan oleh ketiga unsur perilaku tersebut. Tujuan penyuluhan pertanian
yang khususnya bersifat persuasif (menyentuh perasaan) supaya orang yang kita suruh timbul
minatnya. Iklan-iklan di TV banyak menyangkut segi persuasifnya, meskipun
entertainmentnya kadang-kadang ada, segi persuasif ini lebih banyak menentukan perubahan
perilaku dari pada pengetahuan dan keterampilan.
Keterkaitan antara pembangunan dan komunikasi tidak hanya berhenti sampai di sini,
tetapi juga harus tetap melihat hubungan pendapatan dan distribusinya. Hubungan antara
tingkat pendapatan dan ketidakmerataan distribusi pendapatan dihipotesakan berupa 2 bentuk
hubungan dengan pola U-terbalik. Artinya, distribusi pendapatan cenderung semakin timpang
pada tahap awal pembangunan dan kemudian cenderung lebih merata pada tahap selanjutnya
sejalan dengan perbaikan tingkatpendapatan. Generalisasi demikian lebih dikenal sebagai
hipotesa Kuznets (Robinson 1976).1
Hipotesa Kuznets tersebut didukung oleh banyak literatur dan penelitian empirik
tentang hubungan antara derajat ketidakmerataan distribusi pendapatan dan keberhasilan
pembangunan, antara lain (Lydall,1973), (Kanbur dan Haddad,1994), (Nafziger,1990),
(Fogel,1989), (Ahluwalia,1974) dan (Rowley,1988). Kelompok peneliti ini lebih
memfokuskan diskusinya dengan didasarkan pada estimasi kedua indikator tersebut
antarnegara (cross-country estimation). Sementara (Nurmanaf,2001) yang menggunakan data
desa sebagai unit analisis turut mendukung hipotesa tersebut. Dukungan yang sama juga
dilakukan oleh Nurmanaf (2004) dengan menggunakan data kabupaten sebagai unit analisis.
1
Nurmanaf, A.R., A. Djulin, H. Supriadi, Sugiarto, Supadi, N.R. Agustin, J.F. Sinuraya .S. Budhi. 2004. Panel Petani
Na siona l (Pa tana s): Ana lisis Struktur Sosia l Ekonomi Ma sya ra kat Pedesa an. Laporan Penelitian.
Ketimpangan distribusi pendapatan dan tingkat pendapatan tergantung pada tipedan tingkat
pembangunan ekonomi. Tingkat pendapatan yang meningkat dan distribusi yang membaik
terjadi pada keadaan pembangunan ekonomi mampu meningkatkan pendapatan sektor
tradisional (traditional sector enrichment) dan memperlebar sector modern (modern sector
enlargement). Secara ringkas dapat dikatakan bahwa distribusi pendapatan cenderung
membaik pada kasus pertumbuhan ekonomi yang terjadi sebagai akibat peningkatan
pendapatan secara signifikan pada sektor tradisonal (traditonal sector enrichment).
Sebaliknya distribusi pendapatan semakin memburuk karena peningkatan pendapatan
sektormodern Field (1979).2 Sementara More (1990) berpendapat bahwa tingkat
ketidakmertaan pendapatan, pada kenyataannya mengikuti pola berbentuk U terbalik untuk
kasus pertumbuhan dengan melebarnya sektor berpendapatan tinggi (highincomesector
enlargement growth).
Islam dan Khan (1986) menunjukkan bahwa tingkat ketidakmerataan distribusi
pendapatan berkorelasi dengan tingkat pendapatan propinsi-propinsi di Indonesia. Walaupun
relasinya lemah dan terletak pada batas tidak signifikan secara statistik, pola hubungannya
menunjukkan bahwa propinsi-propinsi dengan tingkat pendapatan tinggi memiliki tingkat
ketidakmerataan yang tinggi pula. Kecenderungan demikian kiranya mendukung tahap awal
dari hipotesa dengan pola U terbalik untuk kasus pertumbuhan sektor berpendapatan tinggi
yang melebar. Mirip dengan ini, data Bank Dunia dalam The 3 World Development Report
1985 menunjukkan adanya hubungan yang lemah antara distribusi pendapatan dan
pembangunan ekonomi.3
2
Nurmanaf, A.R. 2004. Analisis bentuk Hubungan Antara Tingkat Pengeluaran dan Distribusinya Diantara Rumah Tangga: Kasus di Propinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah. Buletin Ristek Balitbangda Jawa Barat. Vol.3 No.1, Juni 2004. Halamam 12-20.
3
Sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang, teknologi baru di bidang
pertanian dan inovasi/pembaharuan-pembaharuan dalam praktek-praktek pertanian adalah
merupakan pra-kondisi bagi usaha-usaha perbaikan dalam tingkat luaran dan produktivitas.
Ada sumber pembaharuan teknologi yang bisa meningkatkan hasil-hasil pertanian
maupun pendapatan. Sayang sekali, kedua sumber ini mempunyai implikasi-implikasi yang
sangat berbeda bagi pembangunan negara-negara dunia ketiga. Yakni, adalah pengenalan
terhadap pertanian ’mekanisasi’ sebagai ganti tenaga kerja manusia. Akan tetapi daerah
-daerah pertanian dalam negara-negara sedang berkembang pada umumnya tanah dan sumber
daya alam lainnya dibagi-bagi dalam petak-petak kecil, modalnya langka/kurang, dan tenaga
kerja berlimpah, maka pengenalan atau pemakaian alat-alat teknik mekanisasi pertanian yang
besar-besar bukan hanya seringkali tidak sesuai dengan keadaan lingkungan secara fisik,
tetapi juga lebih penting lagi, seringkali mempunyai efek yang menimbulkan pengangguran
yang lebih meningkat di daerah-daerah pedesaan.
Peneliti menyorot beberapa aspek dalam penelitian ini yaitu, pertumbuhan
inovasi-inovasi di bidang pertanian dimana, mengarah pada kedua aspek yang sangat signifikan
terutama keberlangsungan hidup masyarakat dan pembangunan itu sendiri. Ketidakmampuan
pemerintah pusat dan daerah memberikan sumbangsih yang berarti dalam bidang pertanian,
menjadi persoalan yang sampai sekarang ini belum bisa dituntaskan secara merata. Indikator
keberhasilan pembangunan sebuah negara, dapat dilihat dari keberhasilannya dalam
memanfaatkan sumber daya alam, dan sumber daya manusia yang ada dengan tanggung
jawab yang besar.
Teori komunikasi yang dipaparkan merupakan pandangan umum tentang komunikasi
sebagai perantara tetapi ada komunikasi lain yang bisa digunakan, yaitu komunikasi
kelompok baik primer maupun sekunder. Charles Horton Cooley pada tahun 1909 (dalam
anggota-anggotanya berhubungan akrab, personal, dan menyentuh hati dalam asosiasi dan
kerja sama. Sedangkan kelompok sekunder adalah kelompok yang anggota -anggotanya
berhubungan tidak akrab, tidak personal, dan tidak menyentuh hati kita. Metode yang
diterapkan harus mampu merangsang sasaran untuk selalu siap (dalam arti sikap dan pikiran)
dan dengan suka hati melakukan perubahan-perubahandemi perbaikan mutu hidupnya
sendiri, keluarganya dan masyarakatnya. Terjadinya perubahan ” context dan content”
pembangunan pertanian dalam era reformasi, mengakibatkan terjadi pula perubahan sasaran
dalam penyuluhan pertanian.4
Perhatian pemerintah terhadap masalah ini diaktualisasikan dengan dibentuknya
Departemen Ekplorasi Kelautan dan Periklanan, dengan adanya departemen tersebut,
diharapkan potensi kelautan Indonesia yang sangat besar dapat dimanfaatkan secara optimal.
Kebijakan pemerintah ini adalah suatu hal yang wajar, mengingat potensi kelautan Indonesia
sangat besar dan beragam, yakni memiliki 17.058 pulau dengan garis pantai sepanjang
81.0000 km dan luas 5,8 juta km2 atau sebesar 70 persen dari luas total Indonesia, sedangkan
potensi lestari sumber daya perikanan adalah sebesar 6.167.940 ton per tahun
(Budiharsono,2001). Hal tersebutlah yang secara sederhana dapat dikatakan bahwa sumber
daya perikanan sebenarnya secara potensial dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan taraf
kehidupan dan kesejahteraan nelayan, namun pada kenyataannya masih cukup banyak
nelayan belum dapat meningkatkan hasil tangkapannya, sehingga tingkat pendapatan nelayan
tidak meningkat.
Dalam rangka mewujudkan Pembangunan Nasional yang dilakukan melalui
Pembangunan Nasional terpadu dan menyeluruh, maka pembangunan sektor ekonomi mutlak
diperlukan yaitu pembangunan ekonomi yang berimbang, dimana terdapat kemampuan dan
4
kekuatan industri yang maju yang didukung oleh kekuatan dan kemajuan pertanian yang
tangguh dengan sasaran untuk menaikkan tingkat kehidupan dan kesejahteraan rakyat. Upaya
peningkatan kehidupan untuk lebih sejahtera dilakukan dengan peningkatan setiap produk
yang dihasilkan sektor kegiatan ekonomi. Keterangan ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh
Milton dan Raeman (1973) bahwa pembangunan ekonomi dalam kenyataannya cenderung
untuk lebih menekankan kepada kenaikan kuantitatif produksi yang ditujukan untuk
mempertinggi kesejahteraan penduduk.5
Upaya yang dilakukan dalam kaitannya dengan rencana kebijaksanaan pembangunan
sektor pertanian, khususnya sub sektor perikanan bertujuan untuk:
a. Meningkatkan produksi dan mutu hasil perikanan baik untuk memenuhi
pangan, gizi, dan bahan baku industri dalam negeri serta ekspor hasil
perikanan.
b. Meningkatkan produktivitas usaha perikanan dan nilai tambah serta
meningkatkan pendapatan nelayan.
c. Memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha serta menunjang
pembangunan daerah.
d. Meningkatkan pembinaan kelestarian sumberdaya perikanan dan lingkungan
hidup.
e. Penyampaian gagasan berdasarkan komunikasi pembangunan terkait
pemberdayaan tersebut serta bagaimana difusi inovasi diperkenalkan kepada
sumber daya manusia yang ada (Milton dan Raeman, 1973).
Ketergantungan nelayan terhadap laut yang menjadi sumber mata pencaharian
merupakan faktor yang mempengaruhi kegigihannya dalam meningkatkan produktivitasnya,
5
dengan meningkatkan jumlah produksi masyarakat disertai dengan lancarnya faktor
pemasaran maka pendapatan masyarakat akan bertambah tinggi, bertambah tingginya
pendapatan masyarakat berarti masyarakat tersebut dapat memenuhi kebutuhannya secara
baik.
Dengan kenyataan tersebut maka sudah sewajarnyalah apabila potensi sumber daya
perikanan yang ada dikembangkan penangkapannya untuk kemakmuran rakyat dengan tetap
memelihara dan menjaga kelestarian sumber daya perikanan ini, disamping memperhatikan
faktor-faktor yang menunjang perolehan produksi nelayan tersebut.
Upaya percepatan Industrialisasi Kelautan dan Perikanan yang telah dicanangkan
sejak tahun 2012 membutuhkan berbagai inovasi dan teknologi, dengan pondasi penguasaan
ilmu pengetahuan yang kuat. Di sisi lain, pemerintah juga dituntut untuk terus memperkuat
daya saing bangsa menjelang diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN tahun 2015.
Maka untuk menjawab tantangan tersebut, pemerintah dalam hal ini Kementerian Kelautan
dan Perikanan (KKP) terus berupaya untuk mengembangkan inovasi dan teknologi di
bidang kelautan dan perikanan. Pasalnya, inovasi dan teknologi memiliki peranan yang
sangat penting, terutama dalam meningkatkan daya saing produk perikanan Indonesia di
tingkat Global. Selain itu juga dapat berkontribusi bagi peningkatan daya saing bangsa
Indonesia ke depan.
Pada tanggal 8 Desember 2006 DPR menyetujui RUU (Rancangan Undang-Undang)
Kabupaten Batu Bara. Kabupaten ini diresmikan pada tanggal 15 Juni 2007 yang merupakan
hasil pemekaran dari Kabupaten Asahan. Kabupaten Batu Bara memiliki 7 Kecamatan yang
diantaranya 4 didominasi daerah pesisir dan 3 didominasi oleh daerah pertanian. Kabupaten
ini didominasi oleh masyarakat yang bermata pencaharian sebagai nelayan dan turut serta
Kabupaten Batubara menyimpan potensi yang sangat besar bagi pengembangan
agribisnis dibidang pengusahaan perikanan dan kelautan. Kabupaten Batubara memiliki
garis pantai sepanjang ± 119 km. Namun demikian sampai saat ini potensi yang sangat besar
tersebut belum dimanfaatkan secara optimal. Potensi sumber-sumber daya pesisir dan
kelautan Kabupaten Batubara yang cukup menjanjikan untuk dikembangkan bagi
penanaman modal, adapun daerah sentra nelayan terdapat 7 ( tujuh ) kecamatan. Kabupaten
Batubara merupakan salah satu Kabupaten yang baru masuk di Provinsi Sumatera Utara
pada tahun 2006 dan mempunyai potensi dalam menghasilkan produksi perikanan laut yang
terbesar diantara kabupaten lainnya.6
Sebagian besar wilayah kabupaten Batu Bara berada dipinggir laut, tak heran jika
nelayan menjadi mata pencarian utama, disamping pertanian dan perkebunan. Kantor
kecamatan ini terletak hanya beberapa ratus meter dari pinggiran laut yang langsung
menghadap selat Malaka. Wilayah ini mempunyai Dermaga dan TPI (Tempat Penjualan
Ikan) yang dikenal sebagai "BOM". Nama BOM ini mengacu pada sejarah ketika Jepang
masuk ke Sumatera Timur melalui dermaga ini. Dan untuk memuluskan jalan masuk Jepang
membom wilayah ini. Reruntuhan dan puing-puing bekas "pemboman" , berupa
pancang-pancang bangunan terbuat dari beton yang dicor besi yang menjorok ke laut masih bisa
dilihat sampai sekarang. Laut menjadi penghubung antara wilayah ini dengan negeri jiran,
Malaysia.
Dimasa lalu dua penduduk dari dua wilayah perbatasan negara ini bebas saling
berkunjung, namun sekarang ketika sistem manajemen yang lebih baik, aktivitas tersebut
sudah tidak berjalan lagi. Wilayah ini awalnya mempunyai laguna yang indah, namun seiring
dengan terjadingan penambangan pasir laguna dan pasir kuarsa putih itupun sekarang sudah
rusak dan tinggal sisa-sisa saja.
6
Pendapatan nelayan yang tidak menentu yang menjadi sebab nelayan di kabupaten
Batu Bara kurang sejahtera. Nelayan menghasilkan pendapatan ditentukan oleh musim ikan
atau tidak, dan tidak adanya standar ketetapan harga yang menjadi patokan dalam pekerjaan
mereka. Permasalahan yang sering dihadapi adalah, saat musim ikan banyak, maka harga
yang dipatok cukup murah sebaliknya, musim ikan tidak banyak, harga yang dipatok sangat
tinggi. Kebanyakan nelayan sampai saat ini lebih memilih mendistribusikannya ke TPI (
Tempat Pelelangan Ikan) yang ada di kota tanjung balai, dimana harga ikan disana cukup
tinggi. Tetapi kendala yang sampai saat ini belum terpecahkan adalah, biaya yang
dikeluarkan nelayan untuk mengangkut hasil tangkapan sangat mahal. Seorang nelayan harus
mengeluarkan biaya kurang lebih setengah juta untuk bisa menyewa motor angkut.
Keadaan ini juga semakin parah, ketika seorang nelayan yang mendapatkan
penghasilan dari hasil tangkapan. Kebanyakan pendapatan dari penjualan hasil tangkapan
bukan dibelanjakan untuk kebutuhan primer atau sekunder oleh nelayan, tetapi dibelanjakan
untuk kepentingan tersier. Inilah gambaran yang hampir keseluruhan terjadi di tengah
nelayan-nelayan kabupaten Batu Bara.
Peran komunikasi pembangunan sangat dibutuhkan untuk menyuarakan bahwa di
sektor perikanan dapat dijadikan penunjang dalam perwujudan pembangunan nasional.
Komunikasi yang efektif diharapkan akan mampu memberi sumbangan yang positif dalam
menitikberatkan sektor pertanian dan perikanan sebagai fokus utama dalam perwujudan
pembangunan tadi. Dalam kancah komunikasi sendiri pemanfaatan teori difusi inovasi
(Everett Rogers) yakni teori tentang bagaimana suatu ide- ide baru, teknologi ataupun
gebrakan baru kepada masyarakat akan semakin digenjot kembali demi pemanfaatan sumber
daya perikanan dan perwujudan pembangunan nasional seutuhnya.
Dari uraian latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka dapat dirumuskan
permasalahan dalam penelitian ini:
“Bagaimanakah pengaruh difusi inovasi penangkapan ikan terhadap peningkatan pendapatan
nelayan Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara?”
I.3 Pembatasan Masalah
Penelitian ini bersifat korelasional, yaitu menguji hubungan antara pengaruh difusi
inovasi penangkapan ikan terhadap peningkatan pendapatan nelayan.
Objek penelitian ini dibatasi kepada nelayan di Desa Bagan Dalam dan Desa Bogak
Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara.
Jadwal penelitian dilaksanakan pada bulan November 2014 hingga selesai.
I.4 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui difusi inovasi penangkapan ikan di Kec. Tanjung Tiram Kab. Batu
Bara.
2. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran pendapatan nelayan Kabupaten
Batubara.
3. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh difusi inovasi
penangkapan ikan dengan peningkatan pendapatan nelayan Kec. Tanjung Tiram Kab.
Batu Bara.
I.5 Manfaat Penelitian
1. Sebagai masukan bagi akademisi untuk dapat menuangkan inovasi-inovasi khususnya
dibidang kelautan dan perikanan yang berkaitan dengan perbaikan kualitas hidup
masyarakat nelayan.
2. Sebagai masukan kepada Pemerintah daerah dan pihak lain, dalam upaya mencari
pendekatan dan strategi terbaik dalam melakukan upaya dalam meningkatkan taraf
hidup nelayan
3. Bahan pertimbangan bagi peneliti selanjutnya untuk melihat keterkaitan penangkapan
ikan dengan peningkatan pendapatan nelayan.
BAB II
URAIAN TEORITIS II.1. Kerangka Teori
II.1.1 Komunikasi
II.1.1.1 Pengertian Komunikasi
Setiap orang selalu berusaha untuk mengadakan komunikasi yang efektif dengan
lawan bicaranya. Di dalam kehidupan setiap orang selalu dihiasi dengan kegiatan
berkomunikasi. Dimulai ketika bangun dari tidur hingga sampai pada saat tidur lagi. Bahkan
tanpa disadari, ketika tidur pun komunikasi dapat terjadi. Dengan kata lain komunikasi ada
dimana-mana, dan memenuhi hampir seluruh waktu seseorang.
Manusia merupakan mahkluk sosial yang selalu berusaha untuk menjalin hubungan
dengan manusia lain. Berdasarkan paradigma Laswell, komunikasi adalah proses
penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan
efek tertentu.7
Komunikasi juga dapat diartikan sebagai bentuk interaksi manusia yang saling pengaruh
mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak sengaja. Tidak terbatas pada bentuk
komunikasi yang menggunakan bahasa verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan,
seni dan teknologi.8
Komunikasi merupakan satu bentuk tingkah laku, apabila seseorang berkomunikasi yang
bersangkutan bukan merespon informasi yang sampai kepadanya, tetapi apabila seseorang
berkomunikasi ia berusaha untuk member informasi yang dapat digunakan untuk mengatasi
7
Effendi, Onong Uchyana. 2003. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung;Remaja Rosdakarya,1994. Hal.10
8
permasalahan yang sedang dihadapinya agar ia mempunyai gambaran yang lebih tepat
tentang situasi lingkungan yang perlu dihadapinya.
Dalam pengertian paradigmatic, komunkasi mengandung tujuan tertentu; ada yang
dilakukan secara lisan, secara tatap muka, atau melalui media, baik media massa seperti surat
kabar, radio, televise, film maupun media nonmassa, misalnya surat, telepon, papan
pengumuman, poster, spanduk, dan sebagainya.9
II.1.1.2 Unsur-unsur Komunikasi
Dari pengertian yang telah dikemukakan, maka jelas bahwa komunikasi antarmanusia
hanya bisa terjadi, jika ada seseorang yang menyampaikan pesan kepada orang lain dengan
tujuan tertentu, artinya komunikasi hanya bisa terjadi kalau didukung oleh adanya sumber,
pesan, media, penerima, dan efek. Unsur-unsur ini juga bisa disebut komponen atau elemen
komunikasi. Untuk itu, kita perlu mengetahui unsure-unsur komunikasi.
Adapun unsur-unsur komunikasi adalah sebagai berikut10:
1. Sumber
Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat atau pengirim
informasi. Dalam komunikasi antarmanusia, sumber bisa terdiri dari satu orang, tetapi juga
bisa dalam bentuk kelompok misalnya, partai, organisasi, atau lebaga. Sumber sering disebut
pengirim, komunikator, atau dalam bahasa Inggrisnya disebut source atau sender.
2. Pesan
Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan
pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui
9
Effendi, Onong Uchyana. 2003. Dinamika Komunikasi. Bandung;Remaja Rosdakarya,1994. Hal.10
10
media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasehat, atau
propaganda. Dalam bahasa Inggris pesan biasanya diterjemahkan dengan kata massage,
content, atau information.
3. Media
Media yang dimaksud disini ialah yang digunakan untuk memindahkan pesan dari
sumber kepada penerima. Terdapat beberapa pendapat mengenai saluran atau media. Ada
yang menilai bahwa media bisa bermacam-macam bentuknya, misalnya dalam komunikasi
antarpribadi pancaindra dianggap sebagai media komunikasi. Selain indra manusia, ada juga
saluran komunikasi seperti surat, telepon, telegram yang digolongkan sebagai media
komunikasi antarpribadi.
Dalam komunikasi massa, media adalah alat yang dapat menghubungkan antara sumber dan
penerima yang sifatnya terbuka, dimana setiap orang dapat melihat, membaca dan
mendengarnya. Media dalam komunikasi massa dapat dibedakan atas dua macam, yakni
media cetak dan media elektronik. Media cetak seperti halnya surat kabar, majalah, buku,
brosur, stiker, bulletin, poster, spanduk, dan sebagainya. Sedangkan media elektronik antara
lain: radio, film, televise, video recording, audio cassette dan sebagainya.
4. Penerima
Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber.
Penerima bisa terdiri dari satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelompok, partai atau
negara.
Penerima adalah elemen penting dalam komunikasi, karena dialah yang menjadi sasaran dari
komunikasi. Jika suatu pesan tidak diterima oleh penerima, akan menimbulkan berbagai
macam masalah yang seringkali menuntut perubahan, apakah pada sumber, pesan, atau
5. Pengaruh
Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan dan
dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini terjadi pada
pengetahuan, sikap dan tingkah laku seseorang. Oleh karena itu, pengaruh bisa juga diartikan
perubahan atau penguatan keyakinan pada pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang
sebagai penerimaan pesan.
6. Tangggapan Balik
Ada yang beranggapan bahwa umpan balik adalah salah satu bentuk daripada
pengaruh yang berasal dari penerima. Akan tetapi, sebenarnya umpan balik juga bisa bersal
dari unsur lain seperti pesan dan media, meski pesan belum sampai pada penerima. Misalnya
sebuah konsep surat memerlukan perubahan sebelum dikirim, atau alat yang digunakan untuk
menyampaikan pesan itu mengalami gangguan sebelum sampai kepada tujuan. Hal-hal
seperti itu menjadi tanggapan balik yang diterima oleh sumber.
7. Lingkungan
Lingkungan atau situasi ialah faktor-faktor tertentu yang dapat mempengaruhi
jalannya komunikasi. Faktor ini dapat digolongkan atas empat macam, yakni lingkungan
fisik, lingkungan sosial budaya, lingkungan psikologis, dan dimensi waktu. Lingkungan fisik
menunjukkan bahwa suatu proses komunikasi hanya bisa terjadi kalau tidak terdapat
rintangan fisik misalnya geografis. Komunikasi sering sekali sulti dilakukan karena faktor
jarak yang begitu jauh, dimana tidak tersedia fasilitas komunikasi seperti telepon, kantor pos
atau jalan raya.
Lingkungan sosial menunjukkan faktor sosial budaya, ekonomi politik yang bisa menjadi
kendala terjadinya komunikasi, misalnya kesamaan bahasa, kepercayaan, adat istiadat dan
berkomunikasi. Misalnya menghindari kritik yang menyinggung perasaan orang lain,
menyajikan materi yang sesuai dengan usia khalayak. Sedangkan dimensi waktu
menunjukkan situasi yang tepat untuk melakukan kegiatan komunikasi. Banyak proses
komunikasi tertunda karena pertimbangan waktu, misalnya musim. Namun perlu diketahui
karena dimensi waktu maka informasi memiliki nilai.
Jadi setiap unsur memiliki peranan yang sangat penting dalam membangun proses
komunikasi. Bahkan ketujuh unsur itu saling bergantung satu sama lainnya.
II.2.1 Komunikasi Pembangunan
II.2.1.1 Pengertian Pembangunan dan Komunikasi Pembangunan
Pembangunan menurut Rogers (1969, 1971) adalah proses-proses yang terjadi pada
level atau tingkatan sistem sosial, sedangkan modernisasi menunjuk pada proses yang terjadi
pada level individu. Rogers sendiri (1978) mengubah rumusan yang pernah dibuatnya tentang
pembangunan dari apa yang pernah dikemukakannya sebelumnya (1971, 1973, 1976) dengan
menyatakan pembangunan sebegai suatu proses perubahan sosial yang bersifat partisipatori
secara luas untuk memajukan keadaan sosial dan kebendaan termasuk keadilan yang lebih
besar, kebebasan dan kualitas yang dinilai tinggi yang lainnya, bagi mayoritas masyarakat
melalui perolehan mereka akan kontrol yang lebih besar terhadap lingkungannya.
Sedangkan pembangunan menurut Tehranian (1979) adalah mengartikan
istilah kemajuan(progres), pembangunan(development), dan modernisasi, sebagai
suatu fenomena historis yang sama, yaitu suatu transisi dari masyarakat yang agraris ke
masyarakat industrial.
Komunikasi dan pembangunan merupakan dua hal yang saling berhubungan sangat
erat. Kedudukan komunikasi dalam konteks pembangunan adalah “as an integral part of
development“ (Roy dalam Jayaweera dan Anumagama, 1987). Siebert, Peterson dan
Schramm (1956) menyatakan bahwa dalam mempelajari sistem komunikasi manusia,
seseorang harus memperhatikan beberapa kepercayaan dan asumsi dasar yang dianut suatu
masyarakat tentang asal usul manusia, masyarakat dan negara. Sehingga dapat kita artikan
bahwa komunikasi pembangunan adalah proses penyebaran pesan oleh seseorang atau
sekelompok orang kepada khalayak guna mengubah sikap, pendapat, dan perilakunya dalam
rangka meningkatkan kemajuan lahiriah dan kepuasan batiniah, yang dalam keselarasannya
dirasakan secara merata oleh seluruh rakyat. Komunikasi pembangunan sendiri memiliki dua
pengertian, baik secara luas maupun secara sempit. Pengertian komunikasi pembangunan
secara luas adalah peran dan fungsi komunikasi (sebagai aktivitas pertukaran pesan secara
timbal balik) di antara semua pihak yang terlibat dalam usaha pembangunan, terutama
masyarakat dan pemerintah, sejak dari proses perencanaan, pelaksanaan dan penilaian
terhadap pembangunan. Sedangkan dalam arti sempit, komunikasi pembangunan merupakan
segala upaya dan cara, serta teknik penyampaian gagasan, dan keterampilan-keterampilan
penbangunan yang berasal dari pihak yang memprakarsai pembangunan yang ditujukan pada
masyarakat luas.11
II.3.1 Komunikasi Kelompok
II.3.1.1 Defenisi Komunikasi Kelompok
Menurut Anwar Arifin (1984) komunikasi kelompok adalah komunikasi yang
berlangsung antara beberapa orang dalam suatu kelompok “kecil” seperti dalam rapat,
pertemuan, konperensi dan sebagainya. Michael Burgoon (dalam Wiryanto, 2005)
mendefinisikan komunikasi kelompok sebagai interaksi secara tatap muka antara tiga orang
11
Rogers,E.M., dan Shoemaker,F.F., (1969 dan 1971), Communication and inequitable development : narrowing the
atau lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri,
pemecahan masalah, yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi
anggota-anggota yang lain secara tepat.Dari dua definisi di atas mempunyai kesamaan, yakni
adanya komunikasi tatap muka, dan memiliki susunan rencana kerja tertentu umtuk mencapai
tujuan kelompok.
Menurut Dedy Mulyana (2007) kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai
tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal
satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut.
Kelompok ini misalnya adalah keluarga, kelompok diskusi, atau suatu komite yang tengah
berapat untuk mengambil suatu keputusan. Pada komunikasi kelompok, juga melibatkan
komunikasi antarpribadi, karena itu kebanyakan teori komunikasi antarpribadi berlaku juga
bagi komunikasi kelompok.
Klasifikasi kelompok dan karakteristik komunikasinya. Berikut beberapa klasifikasi
kelompok dan karakteristik komunikasinya menurut para ahli :
II.3.1.2 Kelompok primer dan sekunder.
Charles Horton Cooley pada tahun 1909 (dalam Jalaludin Rakhmat, 1994)
mengatakan bahwa kelompok primer adalah suatu kelompok yang anggota-anggotanya
berhubungan akrab, personal, dan menyentuh hati dalam asosiasi dan kerja sama. Sedangkan
kelompok sekunder adalah kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan tidak akrab,
tidak personal, dan tidak menyentuh hati kita.
Jalaludin Rakhmat membedakan kelompok ini berdasarkan karakteristik komunikasinya :
1. Kualitas komunikasi pada kelompok primer bersifat dalam dan meluas.
Dalam, artinya menembus kepribadian kita yang paling tersembunyi,
suasana pribadi saja). Meluas, artinya sedikit sekali kendala yang menentukan
rentangan dan cara berkomunikasi. Pada kelompok sekunder komunikasi
bersifat dangkal dan terbatas.
2. Komunikasi kelompok primer lebih menekankan aspek hubungan daripada
aspek isi, sedangkan kelompok primer adalah sebaliknya.
3. Komunikasi kelompok primer cenderung informal, sedangkan kelompok
sekunder formal.
4. Komunikasi pada kelompok primer bersifat personal, sedangkan kelompok
sekunder nonpersonal.
5. Komunikasi kelompok primer cenderung ekspresif, sedangkan kelompok
sekunder instrumental.
II.3.1.3 Kelompok keanggotaan dan kelompok rujukan.
Theodore Newcomb (1930) melahirkan istilah kelompok keanggotaan (membership
group) dan kelompok rujukan (reference group). Kelompok keanggotaan adalah kelompok
yang anggota-anggotanya secara administratif dan fisik menjadi anggota kelompok itu.
Sedangkan kelompok rujukan adalah kelompok yang digunakan sebagai alat ukur (standard)
untuk menilai diri sendiri atau untuk membentuk sikap. Menurut teori, kelompok rujukan
mempunyai tiga fungsi: fungsi komparatif, fungsi normatif, dan fungsi perspektif.
II.3.1.4 Kelompok deskriptif dan kelompok preskriptif
John F. Cragan dan David W. Wright (1980) membagi kelompok menjadi dua:
deskriptif dan peskriptif. Kategori deskriptif melihat proses pembentukan kelompok secara
alamiah. Berdasarkan tujuan, ukuran, dan pola komunikasi, kelompok deskriptif dibedakan
menjadi tiga:
· kelompok pertemuan.
· kelompok penyadar.
Kelompok tugas bertujuan memecahkan masalah, misalnya transplantasi jantung, atau
merancang kampanye politik. Kelompok pertemuan adalah kelompok orang yang menjadikan
diri mereka sebagai acara pokok. Kelompok terapi di rumah sakit jiwa adalah contoh
kelompok pertemuan. Kelompok penyadar mempunyai tugas utama menciptakan identitas
sosial politik yang baru.
Kelompok preskriptif, mengacu pada langkah-langkah yang harus ditempuh setiap
anggota kelompok dalam mencapai tujuan kelompok. Cragan dan Wright mengkategorikan
enam format kelompok preskriptif, yaitu: diskusi meja bundar, simposium, diskusi panel,
forum, kolokium, dan prosedur parlementer.
II.4.1 Peningkatan Pendapatan
II.4.1.1 Indikator Peningkatan Pendapatan
Sesuai dengan variabel yang digunakan peneliti yaitu peningkatan pendapatan
nelayan, maka disini juga dijelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan
pendapatan itu sendiri, khususnya dalam bidang pembangunan daerah. Indikator peningkatan
pendapatan merupakan salah satu acuan dalam proses pembangunan, setelah dijelaskan
dalam latar belakang masalah antara keterkaitan pembangunan, difusi inovasi, dan pertanian
khususnya sub-sektor perikanan, Indonesia memiliki konsep dasar dan ilustrasi dari
pertumbuhan ekonomi. Antara lain (Michael. P Todaro, 1983:140):
1. Akumulasi Modal
Akumulasi modal akan berhasil apabila beberapa bagian/proporsi pendapatan yang
penghasilan di kemudian hari. Pabrik-pabrik baru, mesin-mesin, peralatan dan
barang-barang itu akan menambah ‘persediaan modal’ fisik dari suatu negara yang
memungkinkan untuk mencapai tingkat output yang lebih besar. Investasi-investasi
‘produktif secara langsung’ ini ditambah dengan investasi-investasi yang sering dikenal
dengan ‘infrastruktur’ sosial dan ekonomi seperti jalan-jalan, listrik, air, dan sanitasi,
komunikasi dan lain-lain yang mempermudah dan mengintergrasikan semua kegiatan dan
lain-lain.
2. Perkembangan populasi (Angkatan Kerja)
Perkembangan populasi dan yang berhubungan dengan itu, walaupun terlambat,
meningkatnya angkatan kerja secara tradisional sudah dianggap faktor yang positif dalam
rangka merangsang pertumbuhan ekonomi. Banyaknya angkatan kerja berarti besar
produktifitas tenaga kerja, sedangkan banyaknya populasi secara keseluruhan meningkat
pula jumlah pasar-pasar yang potensial dalam negeri. Akan tetapi, yang perlu
dipersoalkan adalah, apakah pertumbuhan persedian/penawaran tenaga kerja di negara
-negara yang sedang berkembang akan memberikan pengaruh positif atau negatif terhadap
kemajuan ekonomi. Sudah tentu, hal ini tergantung pada kemampuan system ekonomi
untuk bisa menyerap dan memperkerjakan secara produktif tambahan tenaga kerja ini
untuk kemampuan yang pada umumnya berhubungan dengan itu, seperti keahlian dalam
bidang teknologi-teknologi perikanan yang dirancang secara tradisional dan tepat sasaran.
3. Kemajuan Teknologi
Sekarang sudah waktunya kita membicarakan factor yang ketiga, yang paling penting
bagi ahli ekonomi maupun ilmu sosial lainnya. Dalam bentuk yang sederhana, kemajuan
pekerjaan tradisionla, seperti cara menanam gandum, membuat pakaian jadi, dan
membangun rumah.
Kemajuan teknologi yang seimbang terjadi, apabila telah dicapai tingkat output/luaran
yang lebih tinggi dengan kuantitas dan kombinasi faktor masukan yang sma.
Pembaharuan-pembaharuan yang sederhana seperti yang ditimbulkan dari ‘pembagian
tenaga kerja’, bisa menghasilkan tingkat jumlah output yang lebih tinggi dan konsumsi
yang lebih besar bagi semua individual. Dalam hubungannya dengan analisa
kemungkinan produksi, perubahan teknologi seimbang, yang katakanlah dua kali jumlah
output secara konseptual dengan menduakalikan semua masukan produktif.
Dengan pengenalan ini kita telah mengetahui pertumbuhan ekonomi yang sederhana,
sekarang kita bisa melihat dengan lebih hati-hati lagi pada pengalaman-pengalaman
sejarah pertumbuhan ekonomi dari negara-negara yang sekarang sudah maju untuk
menganalisa secara terperinci keadaan/sifat kedua faktor ini, yaitu faktor non-ekonomis
dan ekonomis yang mendasari pertumbuhan jangka panjang.12
II.5.1 Teori Difusi Inovasi
II.5.1.1 Pengertian dan Tahapan dalam Teori Difusi Inovasi
Teori Difusi Inovasi pada dasarnya menjelaskan proses bagaimana suatu inovasi
disampaikan (dikomunikasikan) melalui saluran-saluran tertentu sepanjang waktu kepada
sekelompok anggota dari sistem sosial. Hal tersebut sejalan dengan pengertian difusi dari
Rogers (1961), yaitu “as the process by which an innovation is communicated through
certain channels over time among the members of a social system.” Lebih jauh dijelaskan
12
bahwa difusi adalah suatu bentuk komunikasi yang bersifat khusus berkaitan dengan
penyebaranan pesan-pesan yang berupa gagasan baru, atau dalam istilah Rogers (1961) difusi
menyangkut “which is the spread of a new idea from its source of invention or creation to its
ultimate users or adopters.”
Sesuai dengan pemikiran Rogers (1969, 1971), dalam proses difusi inovasi terdapat 4
(empat) elemen pokok, yaitu:
1. Inovasi; gagasan, tindakan, atau barang yang dianggap baru oleh seseorang. Dalam hal ini,
kebaruan inovasi diukur secara subjektif menurut pandangan individu yang menerimanya.
Jika suatu ide dianggap baru oleh seseorang maka ia adalah inovasi untuk orang itu. Konsep
’baru’ dalam ide yang inovatif tidak harus baru sama sekali.
2. Saluran komunikasi; ’alat’ untuk menyampaikan pesan-pesan inovasi dari sumber kepada
penerima. Dalam memilih saluran komunikasi, sumber paling tidakperlu memperhatikan (a)
tujuan diadakannya komunikasi dan (b) karakteristik penerima. Jika komunikasi
dimaksudkan untuk memperkenalkan suatu inovasi kepada khalayak yang banyak dan
tersebar luas, maka saluran komunikasi yang lebih tepat, cepat dan efisien, adalah media
massa. Tetapi jika komunikasi dimaksudkan untuk mengubah sikap atau perilaku penerima
secara personal, maka saluran komunikasi yang paling tepat adalah saluran interpersonal.
3. Jangka waktu; proses keputusan inovasi, dari mulai seseorang mengetahui sampai
memutuskan untuk menerima atau menolaknya, dan pengukuhan terhadap keputusan itu
sangat berkaitan dengan dimensi waktu. Paling tidak dimensi waktu terlihat dalam (a) proses
pengambilan keputusan inovasi, (b) keinovatifan seseorang: relatif lebih awal atau lebih
4. Sistem sosial; kumpulan unit yang berbeda secara fungsional dan terikat dalam kerjasama
untuk memecahkan masalah dalam rangka mencapai tujuan bersama.13
Lebih lanjut teori yang dikemukakan Rogers (1995) memiliki relevansi dan argumen
yang cukup signifikan dalam proses pengambilan keputusan inovasi. Teori tersebut antara
lain menggambarkan tentang variabel yang berpengaruh terhadap tingkat adopsi suatu inovasi
serta tahapan dari proses pengambilan keputusan inovasi. Variabel yang berpengaruh
terhadap tahapan difusi inovasi tersebut mencakup (1) atribut inovasi (perceived atrribute of
innovasion), (2) jenis keputusan inovasi (type of innovation decisions), (3) saluran
komunikasi (communication channels), (4) kondisi sistem sosial (nature of social system),
dan (5) peran agen perubah (change agents).
Sementara itu tahapan dari proses pengambilan keputusan inovasi mencakup:
1. Tahap Munculnya Pengetahuan (Knowledge) ketika seorang individu (atau unit
pengambil keputusan lainnya) diarahkan untuk memahami eksistensi dan
keuntungan/manfaat dan bagaimana suatu inovasi berfungsi.
2. Tahap Persuasi (Persuasion) ketika seorang individu (atau unit pengambil keputusan
lainnya) membentuk sikap baik atau tidak baik.
3. Tahap Keputusan (Decisions) muncul ketika seorang individu atau unit pengambil
keputusan lainnya terlibat dalam aktivitas yang mengarah pada pemilihan adopsi atau
penolakan sebuah inovasi.
4. Tahapan Implementasi (Implementation), ketika sorang individu atau unit pengambil
keputusan lainnya menetapkan penggunaan suatu inovasi.
13
Rogers,E.M., dan Shoemaker,F.F., (1969 dan 1971), Communication and inequitable development : narrowing the
5. Tahapan Konfirmasi (Confirmation), ketika seorang individu atau unit pengambil
keputusan lainnya mencari penguatan terhadap keputusan penerimaan atau penolakan inovasi
yang sudah dibuat sebelumnya. (Rogers, 1995).14
II.2 Kerangka Konsep
Berdasarkan operasional penelitian, adapun variabel penelitian yang digunakan ada dua yaitu:
1) Variabel bebas atau independent variable (x)
Variable bebeas merupakan variable yang diduga sebagai penyebab atau pendahulu
variable lain. Variable bebas dalam penelitian ini adalah Nelayan Kecamatan Tanjung
Tiram Kabupaten Batu Bara.
2) Variabel terikat atau dependent variable (y)
Variabel terikat adalah variabel yang diduga sebagai akibat atau yang dipengaruhi
oleh variabel yang mendahuluinya. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
pendapatan nelayan Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara.
II.3 Model Teoritis
II.4 Operasional Variabel 14
Rogers,E.M., dan Shoemaker,F.F., (1969 dan 1971), Communication and inequitable development : narrowing the
socio-economic benefits ga p:,Media Asia ,(5).
Variabel Teoritis Variabel Operasional
Karakteristik Responden (z) a. Jenis Kelamin
b. Pendidikan
c. Usia
d. Posisi dalam satuan Kapal
Variabel Bebas (x)
Difusi Inovasi Penangkapan ikan
a. Pengetahuan
b. Persuasi
c. Keputusan
d. Implementasi
e. Konfirmasi
Variabel Terikat (y)
Peningkatan pendapatan Nelayan Kec.Tj.
Tiram Kab. Batu Bara
a. Kemajuan teknologi
b. Perkembangan populasi (angkatan
kerja)
c. Akumulasi modal
II.5 Defenisi Operasional
Pada bagian ini, peneliti harus mampu menghubungkan atau membuat suatu
hubungan antara konsep abstakdengan dunia empiris melalui observasi dengan menggunakan
berbagai instrument. Dengan kata lain, defenisi operasional adalah menjelaskan prosedur
yang memungkinkan seseorang mengalami atau mengukur suatu konsep
Berdasarkan penjelasan singkat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa pada bagian ini
variabel operasional diberikan suatudefenisi yang kemudian akan berguna dalam mengukur
konsep.
Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang dapat didefenisiskan antara lain :
a. Jenis Kelamin, yakni jenis kelamin responden Nelayan Kec.Tj. Tiram Kab. Batu bara.
Pada penelitian ini, peneliti mengkhususkan responden seluruhnya berjenis kelamin
laki-laki saja.
b. Pendidikan, yakni pendidikan terakhir responden yakni, tidak tamat, tidak pernah
sekolah, SD, SMP, SMA, Akademi, Perguruan Tinggi.
c. Usia, yakni usia responden yang mengisi kuesioner.
d. Posisi dalam satuan kapal, yaitu kemudi, mesin, ikat jaring, buang/tarik jaring, dan
kernet.
Variabel bebas (x)
a. Pengetahuan, yakni memahami fungsi dari inovasi yang digunakan oleh Nelayan Kec.
Tj. Tiram Kab. Batu Bara.
b. Persuasi, yakni bagaimana pembentukan sikap baik atau buruk akan inovasi yang
digunakan oleh Nelayan Kec. Tj. Tiram Kab. Batu Bara.
c. Keputusan, yakni bagaimana pengambilan keputusan suatu adopsi inovasi terbaru
yang mengarah pada diterima atau tidak oleh Nelayan Kec. Tj. Tiram Kab. Batu Bara.
d. Implementasi, yakni penetapan penggunaan suatu inovasi oleh Nelayan Kec. Tj.
Tiram Kab. Batu Bara.
e. Konfirmasi, yakni mencari penguatan terhadap keputusan penerimaan atau penolakan
inovasi yang telah dibuat sebelumnya oleh Nelayan Kec. Tj. Tiram Kab. Batu Bara.
Variabel Terikat (y)
a. Kemajuan teknologi, yakni alat-alat penangkapan ikan yang digunakan oleh Nelayan
Kec. Tj. Tiram Kab. Batu Bara.
b. Perkembangan populasi, yakni penyerapan tenaga kerja dalam penangkapan ikan oleh
c. Akumulasi modal, yakni perhitungan pengeluaran dan pemasukan modal yang
dikeluarkan/diterima oleh Nelayan Kec. Tanjung Tiram Kab. Batu Bara.
II.6 Hipotesis
Secara etimologis, Hipotesis dibentuk dari dua kata, yaitu hypo dan thesis. Hypo
berarti kurang dan Thesis berarti pendapat. Jadi, hipotesis merupakan kesimpulan yang belum
sempurna sehingga disempurnakan dengan membuktikan kebenaran hipotesis, yaitu dengan
menguji hipotesis dengan data di lapangan (Bungin, 2001:90). Hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah :
Ho : Tidak ada pengaruh teknologi yang digunakan nelayan Kec. Tj. Tiram Kab. Batu
Bara terhadap peningkatan pendapatan nelayan Kec. Tj. Tiram Kab. Batu Bara.
Ha : Ada pengaruh teknologi yang digunakan nelayan Kec. Tj. Tiram Kab. Batu Bara