• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Tingkat Kesejahteraan dan Pola Pendapatan Nelayan di Desa Bogak Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara, Provinsi Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Tingkat Kesejahteraan dan Pola Pendapatan Nelayan di Desa Bogak Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara, Provinsi Sumatera Utara"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Indonesia secara geografis merupakan negara kepulauan memiliki jumlah pulau

sebanyak 17.508 pulau dengan panjang pantai 81.000 km. Apabila sumberdaya

kelautan yang ada tersebut dapat dikembangkan secara optimal akan menjadi

potensi ekonomi yang menjanjikan masa depan masyarakat Indonesia khususnya

Sumatera Utara (Mulyadi, 2005).

Luas wilayah perairan Indonesia kurang lebih 5,8 juta kilometer persegi, dan

jumlah nelayan di Indonesia hingga tahun 2009 tercatat 2.752.490 orang dengan

total armada 596.230 unit. Dari jumlah nelayan tersebut 90%nya merupakan

nelayan kecil dengan bobot mati kapal di bawah 30 Gross Tonnage (GT)

(Departemen Kelautan dan Perikanan, 2008).

Musim ikan beragam antara lokasi penangkapan dengan lokasi penangkapan

lainnya juga antara jenis ikan yang di dapat. Musim ikan diindikasikan dengan

keberhasilan nelayan dalam menangkap ikan yang lebih tinggi dibandingkan

waktu selain musim ikan, pangaruh musim (cuaca) dan kemampuan alat tangkap

yang digunakan nelayan menyebabkan keterbatasan dalam menangkap ikan.

Pengetahuan (pengalaman) nelayan menunjukan bahwa sebagian besar ikan

tertangkap pada satu musim saja, yaitu pada musim barat atau musim timur,

secara umum musim penangkapan ikan pelagis lebih tinggi pada musim timur Juli

(2)

Musim penangkapan ikan diindikasikan dengan keberhasilan nelayan dalam

menangkap ikan yang lebih tinggi dibandingkan waktu selain musim ikan. Stok

ikan di perairan sebenarnya relatif tetap, namun karena pengaruh musim (cuaca)

dan kemampuan alat tangkap yang digunakan nelayan menyebabkan keterbatasan

dalam menangkap ikan.

Kriteria penentuan musim ikan ialah jika Indeks Musim Penangkapan (IMP) lebih

dari 1 (lebih dari 100 %) atau di atas rata-rata, dan bukan musim ikan jika Indeks

Musim Penangkapan (IMP) kurang dari 1 (kurang dari 100%). Apabila Indek

Musim Penangkapan (IMP) = 1 (100 %), nilai ini sama dengan harga rata-rata

bulanan sehingga dapat dikatakan dalam keadaan normal atau berimbang

(Kekenusa, 2006).

Di perairan Samudera Hindia, yang termasuk wilayah Barat Sumatera, jenis ikan

yang banyak tertangkap adalah ikan cakalang dan madidihang, umumya

tertangkap dengan pancing tonda. Puncak musim penangkapan ikan di wilayah

barat sumatera terjadi pada bulan Oktober (Djamani, 2013).

Tabel 1. Produksi Ikan Menurut Asal Tangkapan dan Kabupaten (ton) Tahun 2013.

Asal Tangkapan

Kabupaten

Asahan Batu Bara

Laut 112887,0 30013,9

Perairan Umum 19852,0 2163,3

Budidaya Air Tawar 1545,0 66,0

Budidaya Air Payau 150,0 153,0

Budidaya Laut - -

Jumlah 134434,0 32396,2

(3)

Tabel 1 menunjukkan bahwa Kabupaten Batu Bara memiliki hasil tangkapan laut

sebesar 30013,9 ton, perairan umum 2163,3 ton, budidaya air tawar 66,0 ton,

budidaya air payau 153,0 ton dan budidaya laut tidak ada. Dapat diketahui bahwa

produksi ikan menurut asal tangkapan paling banyak berasal dari tangkapan laut.

Masyarakat nelayan merupakan salah satu kelompok masyarakat yang dianggap

miskin bahkan paling miskin di antara penduduk miskin (the poorest of the poor).

Namun demikian, data yang pasti tentang jumlah nelayan miskin di Indonesia

sampai saat ini tidak pernah tersedia (Satria 2009).

Masyarakat nelayan merupakan bagian dari masyarakat yang tinggal di wilayah

pesisir. Wilayah pesisir diketahui memiliki karakteristik yang unik dan memiliki

keragaman potensi sumberdaya alam baik hayati maupun non hayati yang sangat

tinggi. Potensi sumberdaya yang ada dapat dimanfaatkan oleh penduduk yang

tinggal di wilayah tersebut untuk mencapai kesejahteraan. Ironisnya, sebanyak

32,14% dari 16,42 juta jiwa masyarakat pesisir masih hidup di bawah garis

kemiskinan dengan indikator pendapatan US$ 1 per hari (Direktorat PMP, 2006).

Kabupaten Batu Bara tidak jauh berbeda dengan kondisi pada umumnya.

Masyarakat Kabupaten Batu Bara masih bergelut dengan kemiskinan dan

kekurangan terutama masyarakat nelayan yang tinggal di kawasan pesisir.

Kabupaten Batu Bara berada di wilayah Pantai Timur Sumatera yang berbatasan

langsung dengan Selat Malaka dan juga Malaysia dan Singapura. Terdiri dari 7

Kecamatan yaitu: Kecamatan Air Putih, Sei Suka, Medang Deras, Lima Puluh, Sei

Balai, Talawi, Tanjung Tiram dan mempunyai garis pantai sepanjang ±72 km

(4)

Tabel 2. Banyaknya Penduduk Miskin Menurut Kabupaten / Kota di Sumatera Utara, 2010-2013 (000 Jiwa)

Kabupaten/Kota

Deli Serdang Gunung Sitoli

Humbang Hasundutan Karo

Labuhanbatu Labuhanbatu Utara Labuhanbatu Selatan Langkat

Medan

Mandailing Natal Nias

Nias Utara Nias Selatan Nias Barat

Padang Sidimpuan Padanglawas Padanglawas Utara Pakpak Barat Pematang Siantar Simalungun Samosir

Serdang Bedagai Sibolga

Tapanuli Utara Tapanulis Tengah Tapanuli Selatan Tanjung Balai Tebing Tinggi Toba Samosir

76,30 Sumatera Utara 1.490,00 1.421,40 1.400,44 1.416,39

(5)

Tabel 2 menunjukkan bahwa Kabupaten Batu Bara mengalami fluktuasi

kemiskinan yang lumayan drastis yaitu pada tahun 2010 sebanyak 46.000 jiwa,

tahun 2011 sebanyak 44.340 jiwa, pada tahun 2012 sebanyak 43.660 jiwa dan

pada tahun 2013 sebanyak 46.860 jiwa. Sebenarnya Kabupaten Batu Bara ini

adalah pemekaran dari Kabupaten Asahan. Dapat kita ketahui dari data bahwa

Kabupaten Asahan juga mengalami fluktuasi kemiskinan yang drastis, hampir

sama dengan Kabupaten Batu Bara.

Pendapatan nelayan bersifat harian, tidak dapat ditentukan jumlahnya karena

pendapatan sangat tergantung oleh musim, sementara pengeluaran mereka rutin.

Melihat situasi dan kondisi para nelayan yang terus bekerja untuk dapat

menghidupi keluarganya, mereka harus pergi melaut untuk menangkap ikan.

Begitu besar rintangan yang harus dihadapi oleh para nelayan. Pada saat cuaca

buruk hal seperti itu yang menjadi hambatan bagi mereka. Mereka tidak dapat

melaut apabila ombak laut terlalu besar, badai, hujan beserta angin kencang, dan

kadang kala mesti datang air pasang supaya perahu atau kapal yang diparkirkan

dapat melaju ke arah yang lebih dalam. Jika cuaca terus menerus memburuk,

mereka tidak akan pergi melaut sampai keadaan cuaca benar-benar normal.

Sebagai negara maritim, Indonesia memiliki potensi hasil laut sangat besar

terutama ikan. Namun sayang, potensi tersebut belum mampu memberikan

kesejahteraan bagi para nelayan lokal.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik melakukan penelitian mengenai

analisis tingkat kesejahteraan dan pola pendapatan nelayan di Desa Bogak,

(6)

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka masalah penelitian ini dapat

diidentifikasikan sebagai berikut :

1) Bagaimana tingkat kesejahteraan nelayan di daerah penelitian?

2) Bagaimana pola pendapatan nelayan di daerah penelitian?

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka tujuan penelitian ini sebagai

berikut :

1) Menganalisis tingkat kesejahteraan nelayan di daerah penelitian.

2) Menganalisis pola pendapatan nelayan di daerah penelitian

1.4Manfaat Penelitian

Berdasarkan pada latar belakang, identifikasi masalah dan tujuan penelitian maka

manfaat penelitian ini sebagai berikut :

1) Sebagai masukan dan informasi bagi nelayan supaya dapat meningkatkan

kesejahteraan keluarga mereka.

2) Sebagai masukan bagi pemerintah mengenai tingkat kesejahteraan nelayan di

daerah penelitian.

3) Sebagai bahan informasi dan referensi bagi peneliti selanjutnya yang

Gambar

Tabel 1. Produksi Ikan Menurut Asal Tangkapan dan Kabupaten (ton) Tahun 2013.
Tabel 2. Banyaknya   Penduduk   Miskin   Menurut   Kabupaten / Kota   di    Sumatera Utara, 2010-2013 (000 Jiwa)

Referensi

Dokumen terkait

Pada saat berlakunya Peraturan Bupati ini, Peraturan Bupati Bantul Nomor 26A Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Izin Belajar, Tugas belajar dan Tugas

Pienyedia jasa dapat digugurkan apabila tidak hadir pada saat pembuktian kualifikasi (untuk memperlihatkan dokumen asli kualifikasinya) sesuaiwaktu yang telah

[r]

DINAS PANGAN, PERTANIAN DAN PERIKANAN KABUPATEN WONOSOBO TAHUN ANGGARAN

International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XL-5/W2, 2013 XXIV International CIPA Symposium, 2 – 6 September 2013,

Keluaran Jumlah Barang Cetak dan Penggandaan 1 Tahun Hasil Tersedianya Barang Cetakan dan Penggandaan 7,14%. Kelompok Sasaran Kegiatan

The tools contain necessary expert knowledge that may be used to assess the risk of flood for typical constructions, materials and movable objects that are present

Rum ah negar a hanya dapat diber ik an kepada Pej abat at au Pegaw aib. Negeri dengan hak sert a k ew aj iban y ang m elek at didalam