• Tidak ada hasil yang ditemukan

Difusi Inovasi Penangkapan Ikan dan Peningkatan Pendapatan Nelayan (Studi Korelasional Pada Nelayan Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Difusi Inovasi Penangkapan Ikan dan Peningkatan Pendapatan Nelayan (Studi Korelasional Pada Nelayan Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara)"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

MASTER DATA

DIFUSI INOVASI PENANGKAPAN IKAN DAN PENINGKATAN PENDAPATAN NELAYAN KECAMATAN TANJUNG TIRAM KABUPATEN BATU BARA No

KARAKTERISTIK RESPONDEN DIFUSI INOVASI PENANGKAPAN IKAN (X) PENINGKATAN PENDAPATAN NELAYAN (Y)

4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 20 21 22 23 24 25

a b c d e a b c d a b c d

1 2 2 1 0 1 1 2 5 0 0 0 1 0 0 2 2 2 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

2 4 4 1 0 1 1 3 4 0 0 0 0 1 1 1 1 2 1 2 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1

3 2 3 1 0 1 3 2 5 1 0 0 1 1 0 2 1 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

4 2 2 1 0 1 2 3 5 1 0 0 1 0 1 1 1 2 1 3 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1

5 3 2 1 0 1 3 2 5 1 0 0 2 1 0 1 1 4 2 2 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0

6 2 2 1 0 1 2 4 1 1 0 0 2 1 1 2 2 1 2 1 1 2 2 1 2 1 2 2 1 2 1 0

7 3 4 1 0 1 1 2 5 0 0 0 1 1 1 1 2 4 2 2 1 1 2 0 2 1 1 2 0 2 1 0

8 2 2 1 0 1 2 2 5 0 0 0 1 0 1 1 1 2 1 2 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0

9 3 3 1 0 1 2 2 4 1 0 0 1 0 1 1 1 4 1 2 1 1 2 1 1 2 1 2 1 1 2 1

10 0 3 1 0 1 3 2 4 2 0 0 2 1 0 2 1 1 2 2 1 2 1 1 2 1 2 1 1 2 1 0

11 0 4 1 2 1 2 2 5 2 0 0 2 1 0 2 1 3 1 2 0 0 0 0 2 1 0 0 0 2 1 0

12 3 2 3 0 3 3 3 2 2 0 0 2 1 2 3 2 2 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1

13 3 2 2 3 3 3 2 3 1 0 0 1 1 1 1 1 2 1 2 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0

14 3 3 1 0 1 3 3 3 1 0 0 1 0 1 1 1 2 2 1 1 0 0 0 2 0 0 0 0 2 0 0

15 2 3 2 0 2 2 2 2 3 2 0 0 2 0 1 2 1 1 2 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1

16 3 1 1 0 1 3 2 2 1 0 0 2 0 0 1 1 2 1 1 0 1 0 0 1 2 1 0 0 1 2 0

17 2 1 0 2 1 2 2 2 1 0 0 1 1 1 2 2 1 2 2 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1

18 3 2 1 2 1 3 2 4 1 0 0 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 2 1 0 0 1 2 0

19 3 6 2 2 3 3 3 3 1 0 0 2 0 0 2 1 1 1 2 1 1 0 0 0 2 1 0 0 0 2 1

20 3 3 3 0 2 2 3 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 2 1 0 0 1 2 1

21 3 5 3 0 2 3 3 2 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 2 2 1 0 1 2 2 0

(3)
(4)
(5)

90 3 2 2 3 3 3 2 3 1 0 0 1 1 1 1 1 2 1 2 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0

91 3 3 1 0 1 3 3 3 1 0 0 1 0 1 1 1 2 2 1 1 0 0 0 2 0 0 0 0 2 0 0

92 3 3 1 0 1 3 3 3 1 0 0 1 0 2 2 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0

93 3 2 3 0 3 3 3 2 2 0 0 2 2 0 2 1 1 1 2 1 1 0 0 0 2 1 0 0 0 2 1

94 3 4 2 3 2 3 3 3 1 0 0 2 0 2 2 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0

95 0 3 1 0 1 3 2 4 2 0 0 2 1 0 2 1 1 2 2 1 2 1 1 2 1 2 1 1 2 1 0

96 0 4 1 2 1 2 2 5 2 0 0 2 1 0 2 1 3 1 2 0 0 0 0 2 1 0 0 0 2 1 0

97 3 2 3 0 3 3 3 2 2 0 0 2 1 2 3 2 2 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1

98 3 2 2 3 3 3 2 3 1 0 0 1 1 1 1 1 2 1 2 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0

99 3 3 1 0 1 3 3 3 1 0 0 1 0 1 1 1 2 2 1 1 0 0 0 2 0 0 0 0 2 0 0

100 3 5 2 0 1 3 2 3 2 0 0 2 2 1 2 2 4 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 1

101 2 3 1 0 1 2 3 3 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0

102 2 3 0 3 3 3 1 1 0 0 1 1 0 0 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 1 2 1

103 3 0 2 2 2 2 3 2 0 0 0 0 0 0 1 2 1 2 1 1 2 1 0 1 2 2 1 0 1 2 0

104 3 3 2 0 3 3 3 1 2 0 0 2 1 0 2 1 2 1 1 1 0 0 2 1 2 0 0 2 1 2 0

105 2 4 2 0 2 3 2 1 1 0 0 1 0 0 1 1 2 1 2 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0

106 2 2 1 0 1 2 2 5 0 0 0 1 0 1 1 1 2 1 2 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0

107 3 3 1 0 1 2 2 4 1 0 0 1 0 1 1 1 4 1 2 1 1 2 1 1 2 1 2 1 1 2 1

108 0 3 1 0 1 3 2 4 2 0 0 2 1 0 2 1 1 2 2 1 2 1 1 2 1 2 1 1 2 1 0

109 2 2 1 0 1 2 3 5 1 0 0 1 0 1 1 1 2 1 3 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1

110 3 2 1 0 1 3 2 5 1 0 0 2 1 0 1 1 4 2 2 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0

111 2 2 1 0 1 2 4 1 1 0 0 2 1 1 2 2 1 2 1 1 2 2 1 2 1 2 2 1 2 1 0

(6)
(7)
(8)

Gambar 1 : Sampan Nelayan Muatan 2-3 Orang.

(9)

Gambar 4: Kapal Tradisional Pukat Teri Muatan 10-15 Orang.

(10)

Gambar 6: Kapal Modern Pukat Tarik Gembung Muatan 20-25 Orang.

(11)

BIODATA PENULIS

Nama : Rizky Ananda

Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 06 Desember 1993

Golongan Darah : O

Anak Ke : 1 dari 2 Bersaudara

Nama Orang Tua

1. Ayah : Danda Sasmita, SE, M.Si

2. Ibu : Dra. Maryani

Riwayat Pendidikan

1998-1999 : TK. Dharma Wanita Persatuan USU

1999-2005 : SD Percobaan Negeri Medan

2005-2008 : SMP Dharma Pancasila Medan

2008-2011 : SMA Negeri 2 Medan

Angkatan 2011 : Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Nasution, Drs. Zulkarimein. Komunikasi Pembangunan, Pengenalan Teori dan

Penerapannya. Jakarta: Rajawali. 1992.

Quebral, N.C.,(1973), “What do mean by development communication?”, International

Development Review, (15)2.

Havelock, R.G., (1973), The Change Agent’s Guide to Innovation in Education. Englewood

Cliffs, N.J. : Educational Technology Publications.

Rogers,E.M., dan Shoemaker,F.F., (1969 dan 1971), Communication and inequitable

development : narrowing the socio-economic benefits gap:,Media Asia,(5).

Bungin, Burhan. 2011. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta; Kencana.

Cangara, H. 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi,Jakarta : Raja Grafindo Rosdakarya.

Effendi, Onong Uchyana. 2003. Ilmu Komunikasi dan Filsafat Komunikasi. Bandung;Citra

Aditya Bakti.

Usman, Husnaini & Purnomo Stiady Akbar. 2009. Metode Penelitian Sosial. Jakarta : Bumi

Aksara.

Werner dan James. 2008. Teori Komunikasi. Jakarta;Kencana.

Nurmanaf, A.R., A. Djulin, H. Supriadi, Sugiarto, Supadi, N.R. Agustin, J.F. Sinuraya .S.

Budhi. 2004. Panel Petani Nasional (Patanas): Analisis Struktur Sosial

Ekonomi Masyarakat Pedesaan. Laporan Penelitian. Puslitbang Sosek Pertanian.Badan Litbang Pertanian.

Mubyarto dan Suratno. 1981. Metodologi Penelitian Ekonomi. Yogyakarta:Yayasan Agro

(13)

Nasution. A. H. dan Barisi.1975. Metode Statistik. Jakarta:P.T. Gramedia.

Surakhmad, W. 1978.Dasar Teknik Reasearch: Pengantar Metodologi Ilmiah.

Bandung:Penerbit Tarsito.

Theresia. Aprilla, NTP, M.Si. 2014. Pembangunan Berbasis Masyarakat. Bandung: Penerbit

Alfabeta.

Kuncoro. Mudrajad. Ph.D. 2003. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta: Erlangga.

Todaro. Michael. P. 1978. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jakarta. Ghalia

Indonesia.

Zanten. Wim Van. 1980. Statistika untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta. Gramedia.

Nurmanaf, A.R. 2004. Analisis bentuk Hubungan Antara Tingkat Pengeluaran dan

Distribusinya Diantara Rumah Tangga: Kasus di Propinsi Jawa Barat dan Jawa

Tengah. Buletin Ristek Balitbangda Jawa Barat. Vol.3 No.1, Juni 2004.

Halamam 12-20.

Sumber lain:

http://www.kkp.go.id/index.php/arsip/c/10925/Inovasi-Kelautan-dan-Perikanan-Perkuat-Daya-Saing-Bangsa/?category_id=34 di akses pada tanggal 13 Oktober 2014

http://www.kkp.go.id/index.php/arsip/c/10947/Pemerintah-konsisten-jamin-keberlangsungan-pengelolaan-laut-berkelanjutan/?category_id=34 di akses pada tanggal 13 Oktober 2014

(14)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

III.1.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian yang dipilih pada penelitian ini adalah dua desa dari seratus desa

yang dipilih oleh peneliti yaitu Desa Bogak dan Desa Bagan Dalam Kecamatan Tanjung

Tiram Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara karena tingkat aktivitas melautnya

lebih sering terjadi di kedua desa ini. Adapun penelitian ini dilakukan pada bulan November-

Desember 2014.

III.1.2 Kabupaten Batu Bara

III.1.2.1 Luas Wilayah dan Topografi

Kabupaten Batu Bara adalah kabupaten di Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. DPR

menyetujui rancangan undang-undang pembentukanya pada tanggal 8 Desember 2006.

Kabupaten ini diresmikan pada tanggal 15 Juni 2007. Kabupaten Batu Bara merupakan

pemekaran dari Kabupaten Asahan dimana tujuh kecamatan di Kabupaten Asahan dikurangi

dan dipindahkan wilayahnya menjadi wilayah Kabupaten Batu Bara dan ibu kotanya adalah

Lima Puluh.

Kabupaten ini terletak di tepi pantai Selat Malaka, sekitar 175 km kearah selatan

adalah ibu kota Medan, sebelah utara berbatasan dengan Bandar Khalipah (Kabupaten

serdang Bedagai), sebelah selatan berbatasan dengan Meranti (kabupaten Asahan), sebelah

barat berbatasan dengan Bosar Malinggar, Dolok Batunanggar (kabupaten Simalungun), dan

sebelah timur berbatasan dengan Air Joman (kabupaten Asahan). Secara geografis kabupaten

(15)

Luas wilayahnya sebesar 1,26% dari total luas daratan Sumatera Utara. (Sumber : Pemkab

Kab. Batu bara 2013).

Tabel.1

Jumlah Penduduk Kabupaten Batu Bara Menurut Kecamatan (2012)

No Kecamatan RumahTangga Jumlah

(jiwa)

Sumber : BPS Kabupaten Batu Bara, 2012.

Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di wilayah Kabupaten Batu

Baramenunjukkan bahwa penduduk yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak

dibandingkan penduduk berjenis kelamin laki-laki, namun selisih jumlah ini tidaklah terlalu

signifikan yaitu sebanyak 1.452 jiwa. Adapun jumlah penduduk jenis kelamin laki-laki

adalah sebanyak 189.580 jiwa dan perempuan adalah 191.032 jiwa. Kecamatan yang

memiliki jumlah jumlah penduduk berjenis kelamin laki-laki terbanyak adalah Kecamatan

Lima Puluh sebanyak 42.324 jiwa, dan yang paling sedikit adalah Kecamatan Sei Balai

sebanyak 17.029 jiwa.. Kemudian jumlah penduduk dengan jenis kelamin perempuan paling

banyak adalah Kecamatan Lima Puluh sebanyak 42.529 jiwa dan yang paling sedikit adalah

(16)

Tabel.2

Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur Menurut Kecamatan (2012)

No

Jumlah 44.970 55.791 47.580 84.853 54.087 58.993 34.328 380.602

Sumber : BPS Kabupaten Batu Bara, 2012.

III.1.2.2 Perkembangan Produksi Perikanan

Berdasarkan survey lapangan, peneliti mengamati data produksi diatas memang

benar, tetapi keadaan yang sangat gambling terletak pada keadaan nelayan sekarang ini.

Banyak permasalahan yang diahadapi oleh nelayan kabupaten Batu Bara yang berasal dari

keadaan lingkungan dan pertikaian sesame nelayan. Di antara beberapa hasil peneliti,

terdapat lubang pemisah antara nelayan tradisional dan nelayan modern khususnya dalam tata

cara penangkapan ikan.

Disini nelayan tradisional masih menggunakan jarring dan tenaga manusia untuk

mengangkat jarring ikan dilaut yang tidak merusak habitat laut, sehingga kondisi perairan

tetap terjaga dan nelayan akan sering melaut, tetapi semejak beberapa teknologi yang baru

(17)

biasa disebut dengan transisi menjadi permasalahan yang cukup memprihatinkan dimana,

kondisi perairan yang hancur akibat penggunaan alat yang menggunakan teknologi mesin

dapat mengeruk dasar laut sehingga habitat ikan langsung punah, alat tersebut biasa dikenal

sebagai pukat grandong. Saat ini pemerintah daerah belum memperhatikan keadaan nelayan

tersebut, sehingga sikap apatis masyarakat mulai muncul dimulai dari apatis terhadap oknuim

yang membawa nama pemerintah untuk membantu nelayan, tetapi itu semua tidak ada

realisasinya. Tidak hanya sampai disini, HNSI sebagai wadah nelayan tidak bekerja sama

sekali, alasannya adalah karena tidak ada bantuan materi dari pemerintah untuk membantu.

Semenjak lahirnya nelayan modern, maka lahir pula kontroversi yang cukup apik di

masyarakat khususnya masyarakat nelayan yang menganggap penggunaan alat tangkap ikan

dengan sisitem mesin dan jaring grandong adalah hal illegal.

Setelah dicermati, penggunaan jaring grandong ini tidak illegal apabila digunakan

pada kedalaman laut sekitar 40-60 GPA. Tetapi akan disebut illegal apabila digunakan

kurang dari 40 GPA. Permasalahan ini tentunya sudah juga diperjelas oleh Kementrian

Kelautan dan Perikanan yang mama menindaklanjuti kejelasan Kepres No. 39 Tahun 1980

tentang penghapusan jaring yang merusak habitat laut. Di kabupaten Batu Bara sempat terjadi

perseteruan hebat dari dua desa yaitu desa Bogak dan Desa Bagan Dalam, yang mana nelayan

tradisional didominasi oleh desa Bogak dan nelayan tradisional didominasi oleh desa Bagan

Dalam. Pembakaran kapal jarring grandong dipelabuhan Tanjung Tiram pada tahun 2011 lalu

menjadi kemarahan terbesar bagi masyarakat nelayan tradisional. Sampai saat ini harapan

dari kedua belah pihak belum tercapai dan tidak adanya campur tangan pemerintah untuk

menyelesaikan pertikaian tersebut.

Melihat kejadian tersebut, peneliti mencoba untuk mencari faktor penyebab dari

kedua belah pihak. Di satu pihak dari nelayan tradisional mengatakan apabila laut masih

(18)

lumpur laut. Dan di pihak lain dari nelayan modern mengatakan apabila kami tidak melaut,

maka kami tidak makan. Kedua hal tersebut sebenarnya bisa dipecahkan apabila ada benang

merah yaitu pemerintah ikut campur tangan dalam permasalahan ini. Peneliti juga

memprediksi dalam kurun waktu 8 bulan penerapan dan penggunaan alat tangkap diperketat

dan didata sesuai izin melaut, maka keadaan laut akan menjadi lebih baik.

Setelah itu, pemerintah juga bisa mencanangkan pembuatan Cold Storage untuk

menampung produksi ikan yang melimpah dan menjaga standar harga ikan agar nelayan

tetap memiliki pendapatan yang tetap. Semua ini tidak bisa dipastikan oleh peneliti akan

berlangsung, tetapi kepastian akan sejahteranya masyarakat nelayan khusunya di kecamatan

Tanjung Tiram akan tercipta sesuai dengan pencanangan perencanaan pembangunan daerah

pinggir pantai yang baik dan harmonis.

Tabel.3

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Batu Bara 2013

Dari tabel diatas dapat terlihat bahwa lebih besar produksi hasil tangkapan ikan di

(19)

III.2 Metode Penelitian

Metodologi adalah proses, prinsip, dan prosedur yang digunakan untuk mendekati

suatu masalah dan mencari jawabannya. Metodologi dengan kata lain adalah suatu

pendekatan umum untuk mengkaji topi penelitian, metodologi di pengaruhi atau berdasarkan

perspektif teoritis itu sendiri adalah suatu kerangka penjelasan atau interpretasi yang

memungkinkan peneliti memahami data dan menghubungkan data yang rumit dengan

peristiwa dan situasi lain. Sebagaimana perspektif yang merupakan suatu rentang juga dari

yang sangat kuantitatif hingga yang sangat kualitatif (Mulyana,2001:145).

Metode Penelitian merupakan cara ilmiah yang bersifat rasional atau cara yang masuk

akal, empiris ataupun orang lain selain peneliti dapat mengamati dan mengetahui cara yang

digunakan dan sistematis ataupun menggunakan langkah yang bersifat logis yang digunakan

oleh peneliti untuk memperoleh data dengan tujuan dan kegunaan tertentu

(Sugiyono,2012:3), Metode yang digunakan di dalam penelitian ini adalah pendekatan

kuantitatif dengan studi korelasional, dimana peneliti mencari hubungan variabel penelitian.

Penelitian korelasional adalah suatu penelitian untuk mengetahui hubungan dan

tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih tanpa ada upaya untuk mempengaruhi

variabel tersebut sehingga tidak terdapat manipulasi variabel (Faenkel dan Wallen,2008:328).

Adanya hubungan dan tingkat variabel ini penting karena dengan mengetahui tingkat

hubungan yang ada, peneliti akan dapat mengembangkannya sesuai dengan tujuan penelitian.

Jenis penelitian ini melibatkan ukuran statistik/tingkat hubungan yang disebut korelasi

(McMilan dan Schumacer dalam Syamsuddin dan Vismaia, 2009:25). Penelitian korelasional

menggunakan instrument untuk menentukan apakah, dan untuk tingkat apa, terdapat

(20)

Menurut Gay dalam (Sukardi,2006:166) penelitian korelasi merupakan salah satu

bagian penelitian ex-postfacto karena biasanya peneliti tidak memanipulasi keadaan variabel

yang ada dan langsung mencari keberadaan hubungan dan tingkat hubungan variabel yang

direfleksikan dalam koefisien korelasi.15

Penelitian korelasional berusaha untuk menentukan apakah terdapat hubungan

(asosiasi) antara dua variabel atau lebih, serta seberapa jauh korelasi yang ada si anatara

variabel yang diteliti. Yang dimaksud dengan variabel adalah suatu konsep yang dapat

diasumsikan sebagai suatu kisaran nilai. Contoh variabel adalah umur, tingkat pendidikan,

motivasi, dan keberhasilan.

Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa penelitian korelasi tidak menjelaskan sebab

akibat, melainkan hanya menjelaskan ada atau tidak adanya hubungan antara variabel yang

diteliti. Untuk keperluan mengukur asosiasi ini, ada beberapa alternative teknik yaitu :

korelasi bivariat, korelasi berganda, korelasi sekuensial, korelasi kenolikal dan analisis

frekuensi multi arah (miltiway frecuency analysis) (Tabachnick & Fidell,1996 :20-21)16. Mana teknik yang dipilih tergantung dari jumlah variabel yang diamati, macam data yang

digunakan, dan apakah variabel independen dapat dikonseptualkan sebagai kovariat (bila

dampak beberapa variabel independen diukur setelah dampak variabel independen

dihilangkan).

Inti dari analisis korelasi adalah mengukur kekuatan hubungan antarvariabel, tanpa

menunjukkan adanya hubungan sebab akibat. Korelasi bivariat merupakan jenis korelasi yang

paling populer. Korelasi bivariat menjelaskan hubungan linier antara 2 variabel x dan y.

korelasi antara x dan y secara numeric dapat dihitung dengan koefisien korelasi.

15

Usman, Husnaini & Purnomo Stiady Akbar. 2009. Metode Penelitian Sosial. Jakarta : Bumi Aksara.

16

(21)

Penelitian korelasional dilakukan dalam berbagai bidang diantaranya pendidikan,

sosial, maupun ekonomi. Penelitian ini hanya terbatas pada penafsiran hubungan

antarvariabel saja tidak sampai pada hubungan kausalitas, tetapi penelitian ini dapat dijadikan

acuan untuk dijadikan penelitian selanjutnya seperti penelitian eksperimen (Emzir, 2009: 38).

Penelitian korelasi mempunyai tiga karakteristik penting untuk para peneliti yang hendak

menggunakannya, antara lain :17

1. Penelitian korelasi tepat jika variabel kompleks dan peneliti tidak mungkin melakukan

manipulasi dan mengontrol variabel seperti dalam penelitian eksperimen.

2. Memungkinkan peneliti mendapatkan derajat asosiasi yang signifikan.

3. Memungkinkan variabel diukur secara intensif dalam lingkungan nyata.

Adapun ciri-ciri dari penelitian korelasi antara lain sebagai berikut

(Sukardi,2004:166):

1. Penelitian seperti ini cocok dilakukan bila variabel-variabel yanbg diteliti

rumit/tidak dapat diteliti dengan penelitian eksperimental atau tidak dapat

dimanipulasi.

2. Studi seperti ini memungkinkan pengukuran beberapa variabel dan saling

hubungannya secara sistematik dalam keadaan realistiknya.

3. Output dari penelitian ini adalah taraf atau tinggi-rendahnya hubungan dan bukan

ada atau tidaknya hubungan tersebut.

4. Dapat digunakan untuk meramalkan variabel tertentu berdasarkan variabel bebas.

Disamping itu, penelitian korelasi dilakukan untuk menjawab tiga pertanyaan penelitian

tentang dua variabel atau lebih. Pertanyaan tersebut yaitu:

1. Adakah hubungan diantara dua variabel?

17

(22)

2. Bagaimanakah arah hubungan tersebut?

3. Berapa besar/ jauh hubungan tersebut dapat diterangkan?

Seorang peneliti tepat menggunakan penelitian korelasi ketika peneliti mempunyai beberapa

alasan penting, di antaranya sebagai berikut (Sukardi,2004:169):

a. Ada kebutuhan informasi bahwa ada hubungan antarvariabel dimana koefisien korelasi

dapat mencapainya.

b. Penelitian korelasi perlu diperhitungkan kegunaannya apabila variabel yang muncul itu

kompleks, dan peneliti tidak mungkin dapat melakukan kontrol dan memanipulasi

variabel-variabel tersebut.

c. Dalam penelitian memungkinkan dilakukan pengukuran beberapa variabel dan hubungan

yang ada dalam setting yang realistis. Alasan penting lain adalah bahwa penelitian korelasi tepat dilakukan, jika salah satu tujuan penelitian adalah mencapai formula prediksi, yaitu

keadaan yang menunjukkan adanya asumsi hubungan antarvariabel.

Proses Dasar Penelitian Korelasional(Sukardi,2004:172):

a. Pemilihan Masalah

Studi korelasional dapat dirancang untuk menentukan variabel mana dari suatu daftar

yang mungkin berhubungan maupun untuk menguji hipotesis mengenai hubungan yang

diharapkan. Variabel yang dilibatkan harus diseleksi. Dengan kata lain, hubungan yang akan

diselidiki harus didukung oleh teori atau diturunkan dari pengalaman.

b. Sampel dan Pemilihan Instrumen

Sampel untuk studi korelasional dipilih dengan menggunakan metode sampling yang

dapat diterima, dan 30 subjek dipandang sebagai ukuran sampel minimal yang dapat diterima.

(23)

yang valid dan reliable terhadap variabel yang diteliti. Jika variabel yang tidak memadai

dikumpulkan, koefisien korelasi yang dihasilkan akan mewakili prakiraan tingkat korelasi

yang tidak akurat. Selanjutnya, jika pengukuran yang digunakan tidak secara nyata mengukur

variabel yang diinginkan, koefisien yang dihasilkan tidak akan mengindikasikan hubungan

yang diinginkan. Oleh karena itu kita harus berhati-hati dalam memilih dan menggunakan

instrumen yang valid dan reliabel.

c. Desain dan prosedur

Desain korelasional dasar tidaklah rumit; dua atau lebih skor yang diperoleh dari

setiap jumlah sampel yang dipilih, satu skor untuk setiap variabel yang diteliti, dan skor

berpasangan kemudian dikorelasikan. Koefisien korelasi yang dihasilkan mengindikasikan

tingkatan atau derajat hubungan antara kedua variabel tersebut. Studi yang berbeda

menyelidiki sejumlah variabel, dan beberapa penggunaan prosedur statistic yang kompleks,

namun desain dasar tetap sama dalam semua studi korelasional.

d. Analisis Data dan Interpretasi

Bila dua variabel dikorelasikan hasilnya adalah koefisien korelasi, biasanya

dinyatakan dalam harga r yang mempunyai nilai -1 sampai +1. Nilai negatif (-) menunjukkan

arah dua variabel bertolak belakang. Nilai positif (+) menunjukkan dua variabel pada arah

yang sama. Jika ada hubungan antara 2 variabel, berarti skor dalam 2 variabel mempunyai

asosiasi dengan variabel tertentu yang terukur. Harga r =-1 atau +1 menunjukkan asosiasi

sempurna diantara 2 variabel, sedangkan harga r = 0 mempunyai arti bahwa dua variabel

(24)

(Cohen dan Manion,1981:128) dalam Sukardi (2008:170)18 menunjukkan harga r(hubungan) sebagai berikut:

Nilai r Hasil

0,20-0,35 Menunjukkan hubungan dua variabel lemah

walaupun signifikan.

0,35-0,65 Menunjukkan hubungan sedang, umumnya

signifikan pada lebih dari 1%, hubungan tersebut berguna untuk analisis prediksi.

0,65-0,85 Menunjukkan hubungan cukup tinggi yang

memungkinkan peneliti melakukan prediksi yang tepat.

>0,85 Menunjukkan hubungan antarvariabel tinggi,

dan peneliti dianjurkan melakukan prediksi grup secara tepat. Di samping itu, prediksi individual juga dapat dilakukan secara cermat.

Hubungan variabel yang lemah mungkin tidak memberikan rekomendasi untuk

dilanjutkan, tetapi untuk variabel yang kuat misalnya r>0,80, peneliti dianjurkan untuk

melakukan analisis prediksi hubungan sebab-akibat (causal comparative study) atau bahkan

ke studi eksperimen untuk dapat mendapatkan kepastian apakah hubungan tersebut memiliki

sebab akibat.

Interpretasi suatu koefisien korelasi tergantung pada bagaimana ia digunakan. Dengan

kata lain, seberapa besar ia diperlukan agar bermanfaat tergantung pada tujuan

perhitungannya. Dalam studi yang dirancang untuk menyelidiki atau mengetahui hubungan

yang dihipotesiskan, suatu koefisien korelasi diinterpretasikan dalam istilah signifikansi

18

(25)

statistiknya. Dalam studi prediksi, signifikansi statistik merupakan nilai kedua dari koefisien

dalam memudahkan prediksi yang akurat.

Ketika menginterpretasikan suatu koefisien korelasi, anda harus selalu ingat bahwa

anda hanya berbicara tentang suatu hubungan, bukan hubungan sebab akibat. Koefisien

korelasi yang signifikan mungkin menyarankan hubungan sebab akibat, tetapi tidak

menetapkannya. Dalam kenyataan, itu mungkin tidak saling memengaruhi; mungkin ter dapat

variabel ketiga yang memengaruhi kedua variabel.

III.3 Populasi dan Sampel

III.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian, dapat berupa manusia, wilayah

geografis, waktu, organisasi, kelompok, lembaga, buku, surat kabar, majalah dan sebagainya.

Populasi bukan sekedar jumlah yang ada pada objek, tetapi meliputi seluruh karakteristik

yang dimiliki objek yang diteliti (Kholil,2006:68). Dalam penelitian ini populasi yang dipilih

sebagai objek penelitian adalah Nelayan yang dibagi atas 3 kategori yaitu Nelayan penuh,

Nelayan sambilan uatama, dan Nelayan sambilan tambahan yang berdomisili di dua desa

antara lain Desa Bogak dan Desa Bagan Dalam Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu

Bara Provinsi Sumatera Utara.

Tabel Jumlah Nelayan Kecamatan Tj. Tiram Desa Bogak dan Desa Bagan Dalam

(26)

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Batu Bara tahun 2013

III.3.2 Sampel

Sampel secara sederhana diartikan sebagai bagian dari populasi yang menjadi sumber

data sebenarnya dalam suatu penelitian. Dengan kata lain, sampel adalah sebagian dari

populasi yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu (Nawawi, 2003:144).

Berdasarkan data populasi yang ada, maka untuk menghitung jumlah sampel digunakan

rumus Slovin (1960) dengan presisi 95% atau sig. 0,05 dan tingkat kesalahan yang

dikehendaki adalah 5%, yaitu :

N =n d +N

N = , +

N =

, = Orang

Keterangan : n = sampel

N = jumlah populasi

d²= presisi (digunakan 95% atau sig. 0,05)

Selanjutnya setelah melihat jumlah populasi yang terdiri dari beberapa tingkatan nelayan yaitu nelayan penuh, nelayan sambilan utama dan nelayan sambilan tambahan. Agar penelitian dianggap representative maka dalam penarikan sampel digunakan rumus sebagai berikut :

=

Keterangan : n1 : Jumlah responden tiap tingkatan nelayan

n : Jumlah sampel N : Jumlah populasi

III.4 Teknik Penarikan Sampel

Dalam penelitian ini, teknik penarikan sampel yang digunakan adalah :

(27)

Proporsional stratified sampling yaitu tekink penarikan sampel yang bertujuan membuat sifat homogen dari populasi yang heterogen dikelompokkan berdasarkan

karakteristik tertentu sehingga setiap kelompok (strata) mempunyai anggota sampel

yang relatif homogen. Sampel ini memungkinkan untuk memberi peluang kepada

populasi yang lebih kecil untuk tetap dipilih sebagai sampel (Rakhmat,2004:79).

b. Accidental Sampling

Accidental Sampling yaitu penelitian memiliki kebebasan untuk memilih siapa yang akan dijadikan sampel atau yang akan ditemui sebagai responden. Setelah

jumlahnya mencukupi, maka pengumpulan data dihentikan.

No Tingkatan Nelayan Populasi Penarikan Sampel Sampel

1 Nelayan Penuh 101 � 72,51 = 73 Orang

2 Nelayan Sambilan Utama 39 � 28 = 28 Orang

3 Nelayan Sambilan Tambahan 16 � 11,4 = 11 Orang

Jumlah 112 Orang

III.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah :

a. Peneliti Lapangan (Field Research)

Yaitu mengumpulkan data dilapangan yang meliputi kegiatan survey di lokasi

penelitian. Penelitian ini menggunakan kuesioner, yaitu teknik pengumpulan data

yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan

(28)

b. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Yaitu mempelajari dan mengumpulkan data melalui literature dan sumber bacaan

yang relevan dan mendukung penelitian. Dalam hal ini, penelitian kepustakaan

dilakukan dengan membaca buku-buku, literature, dan internet sebagai media

online yang sangat membantu untuk memperoleh informasi yang berlangsung

dengan masalah penelitian.

III.6 Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisa dalam beberapa tahap yaitu :

a. Analisis Tabel Tunggal

Analisis tabel tunggal dilakukan dengan membagi-bagikan variabel penelitian dalam

ketegori-kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi. Tabel tunggal merupakan

langkah-awal dalam menganalisis data yang terdiri dari dua kolom yaitu sejumlah frekuensi dan

kolom presentase untuk setiap kategori (Singarimbun,2008:273).

b. Penomoran kuesioner

Yaitu,kuesioner-kuesioner yang telah diisi oleh para responden dikumpulkan lalu

diberi nomor urut sebagai tanpa pengenal (001-112).

c. Editing

Yaitu proses pengeditan jawaban para responden dengan tujuan untuk memperjelas

setiap jawaban yang meragukan dan menghindari terjadinya kesilapan pengisian data

ke dalam kotak kode yang telah disediakan.

d. Coding

Yaitu proses pemindahan jawaban-jawaban dari para responden ke kotak-kotak yang

telah tersedia dalam kuesioner berupa bentuk angka (skor).

(29)

Yaitu data mentah yang diperoleh dimasukkan ke dalam lembar Mater Data,

sehingga memuat keseluruhan data dalam suatu kesatuan.

f. Tabulasi data

Yaitu proses pemasukan data dari Master Data ke dalam tabel, yaitu tabulasi tunggal.

Sebaran data dalam tabel secara rinci meliputi kategori-kategori jumlah, persen dan

selanjutnya dianalisa.

g. Uji Hipotesis

Uji hipotesis adalah pengujian data statistic untuk mengetahui apakah data hipotesis

yang diajukan dapat diterima atau ditolah. Untuk mengukur tingkat hubungan antara dua

variabel, maka peneliti menggunakan rumus koefisien tata genjang (Rank Order

Correlation Coeficient) oleh Spearman atau Spearman Rho Koefisien. Spearmen Rho menunjukkan hubungan antara variabel X dan variabel Y yang tidak diketahui sebaran

(30)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1. Analisis Tabel Tunggal

IV.1.1 Karakteristik Responden

Jumlah penduduk di Kabupaten Batu Bara adalah sebanyak 380.602 jiwa, dengan

jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 83.402 KK. Wilayah Kabupaten Batu Bara pada

tahun 2006 memiliki tingkat kepadatan penduduk sebesar 412,71 jiwa/km2. Tujuh daerah

kecamatan di Wilayah Kabupaten Batu Bara ini memiliki tingkat kepadatan penduduk yang

berbeda. Kecamatan Medang Deras adalah daerah kecamatan yang memiliki tingkat

kepadatan penduduk paling tinggi yaitu 686,88 jiwa/ km2, kemudian kecamatan Air Putih

dengan angka sebesar 658,37 jiwa/ km2.Kecamatan dengan kepadatan penduduk paling

rendah adalah Kecamatan Sei Balai dengan angka 312,38 jiwa/ km2.

Tabel.4

Usia

No Kelompok Usia Jumlah Nelayan Persen (%)

1 15-29 52 46,42

2 30-49 51 45,53

3 50-69 9 8,03

Jumlah 112 100%

Sumber : P.02/Data Primer

Usia nelayan sangat menentukan kemampuan dalam berusaha, usia semakin

produktif maka semakin besar pula produktifitas akan memberikan hasil tangkapan yang baik

dibandingkan dengan usia yang kurang produktif. Usia nelayan pada umumnya adalah

nelayan yang berumur 30 tahun sampai dengan 49 tahun sebanyak 51 orang atau sekitar

(31)

sekitar 46,42%, sedangkan untuk kelompok umur 50 tahun sampai dengan 69 tahun sebanyak

9 orang atau sekitar 8,03%.

Jadi, dapat diketahui hasil analsis berdasarkan tabel di atas bahwa nelayan yang

berumur 15-29 tahun sebanyak 46,42% merupakan kelompok usia yang dominan, dan

nelayan yang berumur 50-69 tahun sebanyak 8,03% merupakan kelompok usia yang paling

minimal.

Tabel.5

Tingkat Pendidikan Nelayan Tahun 2014

No Tingkat Pendidikan Jumlah Nelayan Persen(%)

1 Tidak Pernah Sekolah 9 8,03

2 Tidak Tamat 4 3,57

3 SD 28 25,00

4 SMP 64 57,14

5 SMA 6 5,35

6 Akademi - 0

7 PerguruanTinggi 1 0,89

Jumlah 112 100,00

Sumber : P.04/FC.04

Tingkat pendidikan nelayan adalah nelayan yang berpendidikan tidak pernah sekolah

sebanyak 9 orang atau sekitar 8,03%, yang berpendidikan tidak tamat sebanyak 4 orang atau

sekitar 3,57%, yang berpendidikan Sekolah Dasar sebanyak 28 orang atau sekitar 25%, yang

berpendidikan SMP sebanyak 64 orang atau sekitar 57,14%, yang berpendidikan SMA

sebanyak 6 orang atau sekitar 5,35%, yang berpendidikan akademi tidak ada, dan yang

berpendidikan Perguruan Tinggi sebanyak 1 orang atau sekitar 0,89%.

Menurut tabel di atas tingkat pendidikan nelayan yang paling banyak adalah

(32)

Dan tingkat pendidikan yang paling sedikit adalah pendidikan Perguruan Tinggi sebanyak 1

orang atau persentasenya sekitar 0,89%.

Tabel.6

Kalsifikasi Pekerjaan Nelayan Tahun 2014

No Klasifikasi Pekerjaan Nelayan Jumlah Nelayan Persen(%)

1 Nelayan Utama 20 17,85

2 Nelayan Sambilan 41 36,60

3 Tidak Menentu 51 45,53

Jumlah 112 100,00

Sumber : P.06/FC.06

Klasifikasi pekerjaan nelayan adalah yang merupakan nelayan utama sebanyak 20

orang atau sekitar 17,85%, yang merupakan nelayan sambilan sebanyak 41 orang atau sekitar

36,60%, dan yang merupakan pekerjaan tidak menentu sebanyak 51 orang atau sekitar

45,53%.

Analisia dari tabel diatas, pekerjaan seorang nelayan di dominasi oleh nelayan yang

tidak menentu menjadi nelayan, dalam arti lain, ada pekerjaan lain yang dikerjakan atau tidak

bekerja sama sekali sebanyak 51 orang atau 45,53% dari total keseluruhan. Dan pekerjaan

yang menjadi pencaharian utama yaitu nelayan utama, atau biasa disebut pekerjaan pokok

sebanyak 20 orang atau sekitar 17,85% berada pada urutan paling sedikit.

Tabel.7

Pekerjaan Selain menjadi Nelayan Tahun 2014

No Pekerjaan Selain Nelayan Jumlah Nelayan Persen(%)

1 Pedagang 5 4,46

(33)

3 Petani 18 16,07

4 Tidak menjawab 74 66,07

Jumlah 112 100,00

Sumber : P.07/FC.07

Pekerjaan selain nelayan adalah, pedagang sebanyak 5 orang atau sekitar 4,46%,

buruh sebanyak 16 orang atau sekitar 14,28%, petani sebanyak 18 orang atau sekitar 16,07%

dan yang tidak menjawab sebanyak 74 orang atau sekitar 66,07%.

Hasil perhitungan jumlah nelayan yang memiliki pekerjaan lain selain nelayan

adalah paling banyak lebih memilih tidak menjawab sebanyak 74 orang atau sekitar 66,07%,

dan paling sedikit pekerjaan lain yaitu pedagang sebanyak 5 orang atau sekitar 4,46%.

Tabel.8

Penghasilan Nelayan Tahun 2014

No Penghasilan Jumlah Nelayan Persen(%)

1 <500 Ribu 59 52,67

2 500-1 Juta 27 24,10

3 >1 Juta 26 23,21

Jumlah 112 100,00

Sumber : P.08/FC.08

Penghasilan Nelayan yaitu, <500 ribu rupiah sebanyak 59 orang atau sekitar 52,67%,

yang berpenghasilan 500-1 Juta sebanyak 27 orang atau sekitar 24,10%, dan yang

berpenghasilan >1 juta sebanyak 26 orang atau sekitar 23,21%.

Penghasilan nelayan yang <500 ribu lebih banyak sebesar 59 orang nelayan atau

sekitar 52,67%. Dan >1 juta hanya 26 orang atau sekitat 23,21% dari keseluruhan responden.

Hal ini juga memiliki perdebatan antara nelayan, dikarenakan penghasilan yang tidak

menentu, dan sering kali tidak memiliki penghasilan sama sekali apabila melaut.

Tabel.8

Kapal yang digunakan

(34)

1 Boat (8 Piston atau lebih) 64 57,14

2 Sampan (4 Piston) 44 39,28

3 Perahu 4 3,57

Jumlah 112 100,00

Sumber : P.10/FC.10

Jenis kapal yang digunakan adalah nelayan yang menggunakan kapal Boat(8 piston

atau lebih) sebanyak 64 orang atau sekitar 57,14%, yang menggunakan sampan(4 piston)

sebanyak 44 orang atau sekitar 39,28%, dan yang menggunakan perahu sebanyak 4 orang

atau sekitar 3,57%.

Jenis kapal yang banyak digunakan di Kabupaten Batu Bara adalah kapal jenis boat

dengan 8 piston atau lebih sebanyak 64 kapal atau sekitar 57,14%. Dan kapal jenis perahu

dengan muatan 2-3 orang hanya sebanyak 4 kapal dengan presentase 3,57% dari total

keseluruhan.

Tabel.9

Posisi Dalam Satuan Kapal

No Posisi Satuan Kapal Jumlah Nelayan Persen(%)

1 Kemudi 25 22,32

2 Mesin 19 16,96

3 Buang/Tarik Jaring 33 29,46

4 Ikat Jaring 15 13,39

5 Kernet 20 17,85

Jumlah 112 100,00

Sumber : P.11/FC.11

Pada posisi dalam satuan kapal terdapat, kemudi sebanyak 25 orang atau sekitar

22,32% kemudian posisi mesin sebanyak 19 orang atau sekitar 16,96%, posisi buang/taring

(35)

13,39%, dan posisi kernet sebanyak 20 orang atau sekitar 17,85%. Dapat dilihat di tabel

berikut.

Rutinitas dalam kapal saat melaut, ternyata posisi dalam satuan kapal yang didapat

lebih banyak nelayan yang berada dalam posisi buang/tarik jaring sebanyak 33 orang dengan

presentase 29,46%. Dan nelayan yang bekerja sebagai ikat jaring lebih sedikit dengan jumlah

15 orang dengan presentase 13,39%.

IV.1.2. Difusi Inovasi Penangkapan Ikan (X)

Tabel.10

Seberapa Sering Mendapat Informasi Seputar Alat Penangkapan Ikan

No Pernyataan Jumlah Persen(%)

1 Tidak Pernah 31 27,67

2 Jarang 50 44,64

3 Sering 30 26,78

4 Sangat Sering 1 0,89

Jumlah 112 100,00

Sumber : P.12/FC.12

Dari penjelasan tabel 10 di atas, menunjukkan bahwa, nelayan yang menjawab tidak

pernah mendapat informasi seputar alat penangkapan ikan sebanyak 31 orang atau sekitar

27,67%, yang menjawab jarang sebanyak 50 orang atau sekitar 44,64%, yang menjawab

sering sebanyak 30 orang atau sekitar 26,78% dan yang menjawab sangat sering sebanyak 1

orang atau sekitar 0,89%.

Banyak nelayan menjawab jarang mendapatkan informasi alat tangkap ikan sebanyak

50 orang dengan presentase 44,64%. Dan hanya 1 orang yang menjawab sangat sering

mendapat informasi alat tangkap ikan dengan presentase 0,89%.

Tabel.11

(36)

No Pernyataan Jumlah Nelayan Persen(%)

Mendapatkan Informasi Tentang Teknologi Penangkapan Ikan Dari LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat)

No Pernyataan Jumlah Nelayan Persen(%)

1 Tidak pernah 107 95,53

Mendapatkan Informasi Tentang Teknologi Penangkapan Ikan Dari HNSI (Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia)

No Pernyataan Jumlah Nelayan Persen(%)

1 Tidak pernah 55 49,10

Mendapatkan Informasi Tentang Teknologi Penangkapan Ikan Dari Media Elektronik

No Pernyataan Jumlah Nelayan Persen(%)

(37)

2 Jarang 61 54,46

3 Sering 6 5,35

4 Sangat Sering - -

Jumlah 112 100,00

Sumber : P.13/FC.1

Tabel.15

Mendapatkan Informasi Tentang Teknologi Penangkapan Ikan Dari Media Cetak

No Pernyataan Jumlah Nelayan Persen(%)

1 Tidak pernah 44 39,28

2 Jarang 52 46,42

3 Sering 16 14,28

4 Sangat Sering - -

Jumlah 112 100,00

Sumber : P.13/FC.17

Dari tabel 11 sampai dengan tabel 15 menunjukkan bahwa yang menjawab tidak

pernah mendapatkan informasi dari pemerintah sebanyak 112 orang atau sekitar 100%. Dan

yang menjawab tidak pernah mendapatkan informasi dari LSM sebanyak 107 orang atau

sekitar 95,53%, yang menjawab jarang sebanyak 5 orang atau sekitar 4,46%. Kemudian yang

menjawab tidak pernah mendapatkan informasi dari HNSI sebanyak 55 orang atau sekitar

49,10%, yang menjawab jarang sebanyak 8 orang atau sekitar 7,14%, yang menjawab sering

sebanyak 49 orang atau sekitar 43,75%, dan yang menjawab sangat sering tidak ada.

Kemudian yang menjawab tidak pernah mendapatkan informasi dari Media Elektronik

sebanyak 45 atau sekitar 40,17%, yang menajawab jarang sebanyak 61 atau sekitar 54,46%,

yang menjawab sering sebanyak 6 orang atau sekitar 5,35%, dan yang menjawab sangat

sering tidak ada. Dan yang terakhir, yang menjawab tidak pernah mendapatkan informasi dari

(38)

orang atau sekitar 46,42%, yang menjawab sering sebanyak 16 orang atau sekitar 14,28%.

Dan yang menjawab sangat sering tidak ada.

Tabel.16

Jenis Teknologi Penangkapan Ikan

No Pernyataan Jumlah Nelayan Persen(%)

1 1 Jenis 63 56,25

2 2-3 Jenis 41 36,60

3 4-5 Jenis 7 6,25

4 >5 Jenis 1 0,89

Jumlah 112 100,00

Sumber : P.14/FC.18

Tabel 16 di atas menunjukkan bahwa, responden yang menjawab hanya 1 jenis

sebanyak 63 orang atau sekitar 56,25%, yang memilih 2-3 jenis sebanyak 41 orang atau

sekitar 36,60 dari total sampel, yang memilih 4-5 jenis sebanyak 7 orang atau sekitar 6,25%,

dan yang lebih dari 5 jenis hanya 1 orang atau sekitar 0,89%.

63 orang nelayan menjawab hanya mengetahui 1 jenis teknologi penangkapan ikan,

biasanya jawaban 1 jenis ini lebih condong kepada alat kompas dan jaring katrol memiliki

persentase sebesar 56,25%. Dan 1 orang nelayan menjawab mengetahui lebih dari 5 jenis alat

penangkapan ikan dengan persentase sebesar 0,89%.

Tabel.17

Ketertarikan Menggunakan Teknologi

No Pernyataan Jumlah Nelayan Persen(%)

1 Tidak Tertarik 1 0,89

2 Biasa Saja 83 74,10

3 Tertarik 28 25,00

4 Sangat Tertarik - -

(39)

Sumber : P.15/FC.19

Tabel 17 menunjukkan bahwa responden yang tidak tertarik sebanyak 1 orang atau

sekitar 0,89%, yang memilih biasa saja sebanyak 83 orang atau sekitar 74,10%, yang memilih

tidak tertarik sebanyak 28 orang atau sekitar 25%, dan tidak ada responden yang memilih

sangat tertarik.

83 orang responden menjawab biasa saja atas ketertarikan mereka menggunakan

teknologi baru, dikarenakan mereka lebih senang disebut sebagai nelayan tradisional yang

menggunakan tenaga manusia untuk menangkap ikan, hanya jaring dan kapal yang biasa

dipakai untuk melaut.

Tabel.18

Mempelajari Teknologi Penangkapan Ikan

No Pernyataan Jumlah Nelayan Persen(%)

1 Sesama Nelayan 56 50,00

2 Otodidak 36 32,14

3 Media Cetak 4 3,57

4 Internet 16 14,28

Jumlah 112 100,00

Sumber : P.16/FC.20

Tabel 18 menunjukkan bahwa sebanyak 56 orang responden atau sekitar 50%

memilih mempelajari teknologi tersebut dari sesama nelayan, 36 orang responden atau sekitar

32,14% memilih belajar secara otodidak, 4 oraang responden atau sekitar 3,57% belajar dari

media cetak, dan 16 orang responden atau sekitar 14,28% memilih belajar lewat penggunaan

internet.

Dalam mempelajari penggunaan teknologi baru, 56 orang nelayan memilih untuk

menjawab belajar melalui nelayan lain yang sudah mahir menggunakannya dengan

(40)

menjawab belajar dari media cetak seperti koran maupun majalah atau sekitar 3,57%. Dan ini

merupakan hasil paling sedikit dari total keseluruhan.

Tabel.19

Pandangan Terhadap Teknologi Baru

No Pernyataan Jumlah Nelayan Persen(%)

1 Tidak Bagus - -

2 Biasa Saja 68 60,71

3 Bagus 44 39,28

4 Sangat Bagus - -

Jumlah 112 100,00

Sumber : P.17/FC.21

Tabel 19 menunjukkan bahwa, 0 responden tidak memilih jawaban tidak bagus,

sebanyak 68 orang responden atau sekitar 60,71% memilih biasa saja, sebanyak 44 orang

responden atau sekitar 39,28% memilih bagus, dan 0 orang responden memilih sangat bagus.

68 nelayan merupakan nelayan terbanyak yang memilih jawaban biasa saja tentang

pandangan mereka akan teknologi baru, dan 44 orang merupakan nelayan yang lebih sedikit

memilih bagus atau sekitar 39,28%.

Tabel.20

Waktu Yang Digunakan Untuk Menyesuaikan Dengan Teknologi Baru

No Pernyataan Jumlah Nelayan Persen(%)

1 Lebih dari 9 Bulan 3 2,67

2 6-9 Bulan 60 53,57

3 3-6 Bulan 46 41,07

4 1-3 Bulan 3 2,67

Jumlah 112 100,00

(41)

Sebanyak 3 orang atau sekitar 2,67% memilih lebih dari 9 bulan untuk menyesuaikan

diri dengan teknologi baru, sebanyak 60 orang atau sekitar 53,57% memilih 6 -9 bulan,

sebanyak 46 orang atau sekitar 41,07% memilih 3-6 bulan, dan sebanyak 3 orang atau sekitar

2,67% memilih 1-3 bulan.

Penggunaan sebuah alat harus dapat disesuaikan oleh para nelayan. Dengan jumlah 60

orang nelayan dengan persentase 53,57% memilih memakan waktu selama 6-9 bulan dan

menjadi urutan paling banyak. Sedangkan yang menjawab 1-3 bulan untuk menyesuaikan alat

dengan cara tangkap hanya sebanyak 3 orang atau sekitar 2,67% dan merupakan urutan

paling sedikit.

Tabel.21

Pengaruh Teknologi penangkapan Ikan Yang Baru

No Pernyataan Jumlah Nelayan Persen(%)

1 Tidak Ada 35 31,25

2 Biasa Saja 66 58,92

3 Besar 10 8,92

4 Sangat Besar 1 0,89

Jumlah 112 100,00

Sumber : P.19/FC.23

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa yang memilih tidak ada pengaruh teknologi

penangkapan ikan yang baru sebanyak 35 orang atau sekitar 31,25%, yang memilih biasa saja

sebanyak 66 orang atau sekitar 58,92%, yang memilih besar sebanyak 10 orang atau sekitar

8,92%, dan yang memilih sangat besar hanya 1 orang atau sekitar 0,89. Yang menjawab

pengaruh yang sangat besar ditimbulkan dari penggunaan teknologi baru hanya 1 orang, dan

yang menjawab pengaruh yang biasa saja yang ditimbulkan oleh teknologi baru sebanyak 66

orang dan ini adalah jawaban paling dominan.

(42)

Tabel.22

Pandangan Tentang Pendapatan Nelayan

No Pernyataan Jumlah Nelayan Persen(%)

1 Buruk 32 28,57

2 Biasa Saja 60 53,57

3 Baik 19 16,96

4 Sangat Baik 1 0,89

Jumlah 112 100,00

Sumber : P.20/FC.24

Tabel diatas menunjukkan bahwa yang memilih buruk sebanyak 32 orang atau sekitar

28,57%, yang memilih biasa saja sebanyak 60 orang atau sekitar 53,57%, yang memilih baik

sebanyak 19 orang atau sekitar 16,96%, dan yang memilih sangat baik hanya 1 orang atau

sebesar 0,89%.

Pandangan nelayan akan kehidupan nelayan saat ini yang menjawab sangat baik

hanya 1 orang dengan persentase 0,89% dan pandangan nelayan akan kehidupan nelayan saat

ini yang menjawab biasa saja sebanyak 60 orang atau sekitar 53,57% dari total keseluruhan.

Tabel.23

Pendapatan Setelah Menggunakan Teknologi Baru

No Pernyataan Jumlah Nelayan Persen(%)

1 Tidak Berubah 56 50,00

2 Biasa Saja 37 33,03

3 Baik 19 16,96

4 Sangat Baik - -

Jumlah 112 100,00

Sumber : P.21/FC.25

Tabel 23 menunjukkan bahwa sebanyak 56 orang atau sekitar 50,00% memilih tidak

(43)

33,03% memilih biasa saja, sebanyak 19 orang atau sekitar 16,96% memilih baik, dan tidak

ada yang memilih sangat baik.

50% dari total responden yang menjawab pertanyaan no.23 menjawab pendapatan

yang tidak berubah setelah menggunakan teknologi baru, sedangkan 16,96% responden

memilih jawaban pendapatan yang membaik setelah menggunakan teknologi baru.

Tabel.24

Penghasilan Setelah Menggunakan Teknologi Baru

No Pernyataan Jumlah Nelayan Persen(%)

1 Tidak Besar 42 37,50

2 Biasa Saja 57 50,89

3 Besar 13 11,60

4 Sangat Besar - -

Jumlah 112 100,00

Sumber : P.22/FC.26

Dari tabel 24, menunjukkan bahwa responden yang memilih tidak besar

penghasilannya setelah menggunakan teknologi baru sebanyak 42 orang atau sekitar 37,50%,

yang memilih biasa saja sebanyak 57 orang atau sekitar 50,89%, yang memilih besar

sebanyak 13 orang atau sekitar 11,60% dan tidak ada yang memilih sangat besar.

50,89% nelayan menjawab tidak adanya penurunan atau peningkatan pendapatan atau

biasa saja setelah menggunakan teknologi baru yang merupakan pilihan terbanyak. Dan

11,60% nelayan menjawab penghasilan yang sangat besar setelah menggunakan teknologi

(44)

Tabel.25

Tanggapan Tentang Kehidupan Nelayan

No Pernyataan Jumlah Nelayan Persen(%)

1 Tidak Sejahtera 24 21,42

2 Kurang Sejahtera 59 52,67

3 Biasa Saja 29 25,89

4 Sejahtera - -

Jumlah 112 100,00

Sumber : P.23/FC.27

Dari tabel 25, sebanyak 24 orang atau sekitar 21,42% memilih kehidupan nelayan

tidak sejahtera, sebanyak 59 orang atau sekitar 52,67% memilih kurang sejahtera, sebanyak

29 orang atau sekitar 25,89% memilih biasa saja, dan tidak ada yang memilih sejahtera.

52,67% responden adalah responden yang paling banyak memilih kurang sejahtera

akan tanggapannya terhadap kehidupan nelayan saat ini, dan 21,42% merupakan responden

paling sedikit yang memilih jawaban tidak sejahtera akan kehidupan nelayan saat ini.

Tabel.26

Teknologi Baru Yang Memotivasi Nelayan Untuk Melaut

No Pernyataan Jumlah Nelayan Persen(%)

1 Tidak Ada 21 18,75

2 Biasa Saja 48 42,85

3 Banyak 43 38,39

4 Sangat Banyak - -

Jumlah 112 100,00

Sumber : P.24/FC.28

Tabel 26 menunjukkan, sebanyak 21 orang atau sekitar 18,75 memilih tidak ada

(45)

saja, sebanyak 43 orang atau sekitar 38,39% memilih banyak nelayan yang termotivasi untuk

melaut, dan tidak ada yang memilih sangat banyak.

Dalam kuesioner terdapat pertanyaan apakah dengan adanya teknologi baru banyak

nelayan yang termotivasi untuk melaut, responden lebih banyak memilih biasa saja sebesar

42,85%. Dan paling sedikit memilih tidak adanya nelayan yang termotivasi untuk melaut

sebesar 18,75%.

Tabel.27

Penghasilan Mencukupi Kebutuhan

No Pernyataan Jumlah Nelayan Persen(%)

1 Tidak Tercukupi 76 67,85

2 Cukup 32 28,57

3 Tercukupi 4 3,57

4 Sangat Tercukupi -

Jumlah 112 100,00

Sumber : P.25/FC.29

Tabel 27 menunjukkan bahwa, sebanyak 76 orang atau sekitar 67,85% memilih tidak

tercukupi dengan penghasilan yang didapat dalam kurun waktu satu bulan, sebanyak 32

orang atau sekitar 28,57% memilih cukup, sebanyak 4 orang atau sekitar 3,57% memilih

tercukupi, dan tidak ada yang memilih sangat tercukupi.

Dan analisa terakhir dari analisis tabel tunggal adalah apakah penghasilan yang

didapat mencukupi kebutuhan dalam tempo 1 bulan, responden paling banyak menjawab

tidak tercukupi sebanyak 67,85%. Dan 3,57% jawaban lebih sedikit yang dijawab oleh

responden untuk jawaban tercukupi kebutuhannya dengan penghasilan yang didapat untuk

(46)

VI.2 Analisis Tabel Silang Hubungan Antara Lama Menjadi Nelayan, Penghasilan, dan Pendidikan

Tabel 28

Tabel Silang

Lama Menjadi Nelayan, Penghasilan dan Pendidikan

(47)

Dari tabel silang diatas, dapat diketahui bahwa

- Pada baris pertama, dengan tingkat pendidikan tidak tamat sekolah sebanyak 2

(3,33%)orang, SD sebanyak 2 (3,33%) orang, dan SMP sebanyak 2 (3,33%) orang

merupakan nelayan yang <1 tahun menjadi nelayan dan berpenghasilan <500 ribu.

Totalnya adalah 6 orang.

- Pada kolom kedua baris pertama, dengan tingkat pendidikan tidak tahu sebanyak 3

(11,5%) orang, tidak pernah sekolah 4 (15,4%) orang, tidak tamat sebanyak 15

(57,7%) orang, dan SD 4 (15,4) orang merupakan nelayan yang <1 tahun menjadi

nelayan dan berpenghasilan 500-1 juta. Totalnya adalah 26 orang.

- Pada kolom kedua baris kedua, dengan tingkat pendidikan tidak tamat sebanyak 1

(20%) orang dan SD sebanyak 4 (80%) orang merupakan nelayan yang 1-3 tahun

menjadi nelayan dan berpenghasilan 500-1 juta. Totalnya adalah 5 orang.

- Pada kolom kedua baris ketiga, dengan tingkat pendidikan SMP sebanyak 1 (100%)

merupakan nelayan yang 1-3 tahun menjadi nelayan dan berpenghasilan >1 juta.

Totalnya 1 orang.

- Pada kolom ketiga baris pertama, dengan tingkat pendidikan tidak tahu sebanyak 5

(18,5%) orang, tidak tamat sebanyak 4 (14,8%) orang, dan SMP sebanyak 18 (66,7%)

orang merupakan nelayan yang >3 tahun menjadi nelayan dan berpenghasilan <500

ribu. Totalnya adalah 27 orang.

- Pada kolom ketiga baris kedua, dengan tingkat pendidikan tidak tamat sebanyak 5

(22,7%) orang, SD sebanyak 14 (63,6%) orang, dan SMP sebanyak 3 (13,6%) orang

merupakan nelayan yang >3 tahun menjadi nelayan dan berpenghasilan 500-1 juta.

(48)

- Pada kolom ketiga baris ketiga, dengan tingkat pendidikan tidak tamat sebanyak 2

(8%) orang dan SD sebanyak 23 (92%) orang merupakan nelayan yang >3 tahun

menjadi nelayan dan berpenghasilan >1 juta. Totalnya adalah 25 orang.

Jadi, total keseluruhan nelayan yang berpendidikan tidak tahu sebanyak 8 (13,6%)

orang, tidak pernah sekolah sebanyak 4 (6,8%) orang, tidak tamat sebanyak 21 (35,6%)

orang, SD sebanyak 24 (40,7%) orang, dan SMP 2 (3,4%) orang merupakan nelayan dengan

penghasilan <500 ribu. Totalnya adalah 59 orang

Total keseluruhan nelayan yang berpendidikan tidak tamat sebanyak 6 (22,2%) orang,

SD 18 (66,7%) orang, dan SMP 3 (11,1%) orang merupakan nelayan dengan penghasilan

500-1 juta. Totalnya adalah 27 orang.

Total keseluruhan nelayan yang berpendidikan tidak tamat sebanyak 2 (7,7%)orang

,SD sebanyak 23 (88,5%) orang dan SMP sebanyak 1 (3,8%) orang merupakan nelayan yang

berpenghasilan >1 juta

VI.2.1 Tabel Silang Antara Difusi Inovasi Penangkapan Ikan dan Peningkatan

Pendapatan Nelayan

Tabel.29

(49)

Dari tabel di atas, responden sebanyak 25 orang atau sekitar 46,8% menyatakan

tidak bagus dan tidak tahu, responden yang menyatakan buruk dan tidak bagus sebanyak 43

orang atau sekitar 63,2%. Sedangkan responden yang menyatakan bagus dan tidak tahu

sebanyak 7 orang atau sekitar 15,9%, responden yang menyatakan bagus dan buruk sebanyak

17 orang atau sekitar 38,6%, yang menyatakan bagus dan biasa saja sebanyak 19 orang atau

sekitar 43,2%, yang menyatakan bagus dan baik hanya 1 orang atau sekitar 2,3%.

Berdasarkan analisis di atas, peneliti menganggap bahwa permasalahan ini

disebabkan adanya masalah didalam masyarakat khususnya nelayan yang sampai saat ini

tidak adanya penyelesaian baik itu pihak berwajib maupun pemerintah daerah.

IV.3 Pengujian Hipotesis

Setelah menyelesaikan tabel tunggal dan tabel silang, maka peneliti akan melakukan

langkah selanjutnya, yaitu melakukan pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis dilakukan

untuk nmengetahui apakah hipotesis dalam penelitian ini diterima atau ditolak. Hipotesis ini

meliputi variabel bebas (X) yaitu Difusi Penangkapan ikan dan variabel terikatnya (Y) yaitu

Peningkatan Pendapatan.

Sebelum melakukan pengujian hiptesis, terlebih dahulu menguji tingkat hubungan

antara variabel yang dikorelasikan dengan menggunakan rumus koefesien relasi oleh

Spearmen, yaitu:

�ℎ = − − ∑�

� − � −

Pengujian hipotesis korelasi Spearman ini menggunakan perangkat lunak SPSS. Hasil uji

(50)

IV.3.1 Hasil Uji Korelasi Difusi Inovasi Penangkapan Ikan dan Peningkatan

Pendapatan Nelayan.

Tabel 30

Hasil Uji Korelasi Difusi Inovasi Penangkapan Ikan dan Peningkatan Pendapatan Nelayan

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Berdasarkan hasil korelasi Spearman pada tabel 28 diatas, maka diperoleh hasil sebagai

berikut:

IV.3.2 Hubungan Variabel Karakteristik dengan Variabel Peningkatan Pendapatan.

Hasil analisa menunjukkan Hubungan Variabel Karakteristik dan Variabel Peningkatan

Pendapatan (Y) pada output di atas berhubungan dalam koefisien 0,235. Hal ini menunjukan

Gambar

Gambar 1 : Sampan Nelayan Muatan 2-3 Orang.
Gambar 4: Kapal Tradisional Pukat Teri Muatan 10-15 Orang.
Gambar 6: Kapal Modern Pukat Tarik Gembung Muatan 20-25 Orang.
Tabel.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Rum ah negar a hanya dapat diber ik an kepada Pej abat at au Pegaw aib. Negeri dengan hak sert a k ew aj iban y ang m elek at didalam

Keluaran Jumlah Barang Cetak dan Penggandaan 1 Tahun Hasil Tersedianya Barang Cetakan dan Penggandaan 7,14%. Kelompok Sasaran Kegiatan

The tools contain necessary expert knowledge that may be used to assess the risk of flood for typical constructions, materials and movable objects that are present

blhr.a berhubung mesatabaEn pembimbing Unil KctnLm Mrhr.is\ a (UK\4) Univcrsitas Ncgeri Yogyrkana trhun 2004 lelih lrrbrs diprndrng

Pienyedia jasa dapat digugurkan apabila tidak hadir pada saat pembuktian kualifikasi (untuk memperlihatkan dokumen asli kualifikasinya) sesuaiwaktu yang telah

[r]

[r]

DINAS PANGAN, PERTANIAN DAN PERIKANAN KABUPATEN WONOSOBO TAHUN ANGGARAN