BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Nelayan
Nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya tergantung
langsung pada hasil laut, baik dengan cara melakukan penangkapan ataupun budi daya. Mereka pada umumnya tinggal di pinggir pantai, sebuah lingkungan
pemukiman yang dekat dengan lokasi kegiatannya (Imron, 2003)
Sesungguhnya nelayan bukanlah suatu entitas tunggal, mereka terdiri dari beberapa kelompok. Dilihat dari segi pemilikan alat tangkap, nelayan dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu nelayan buruh, nelayan juragan, dan
nelayan perorangan. Nelayan buruh adalah nelayan yang bekerja dengan alat tangkap milik orang lain. Sebaliknya, nelayan juragan adalah nelayan nelayan
yang memiliki alat tangkap yang dioperasionalkan oleh orang lain. Adapun nelayan perorangan adalah nelayan yang memiliki peralatan tangkap sendiri, dan dalam pengoperasiannya tidak melibatkan orang lain (Mulyadi, 2005).
2.2Landasan Teori 2.2.1 Teori Produksi
Menurut Rosyidi (2002), bagi kebanyakan orang, produksi diartikan sebagai
kegiatan-kegiatan didalam pabrik-pabrik atau kegiatan di lapangan pertanian. Secara lebih luas, setiap proses yang menciptakan nilai atau memperbesar nilai
dilakukannya produksi itu sendiri. Faktor-faktor produksi itu terdiri atas: a) tanah
atau sumber daya alam; b) tenaga kerja manusia atau sumber daya manusia; c) modal, dan; d) kecakapan tata laksana atau skill. Sekalipun tidak ada yang tidak
penting dari keempat faktor produksi tersebut, namun yang keempat itulah yang terpenting, sebab fungsinya adalah mengorganisasikan ketiga faktor produksi yang lain.
Teori produksi yang sederhana menggambarkan tentang hubungan di antara tingkat produksi suatu barang dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan berbagai tingkat produksi barang tersebut. Dalam analisis tersebut
dimisalkan bahwa faktor-faktor produksi lainnya adalah tetap jumlahnya, yaitu modal dan tanah jumlahnya dianggap tidak mengalami perubahan. Juga teknologi
dianggap tidak mengalami perubahan. Satu-satunya faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya adalah tenaga kerja (Sukirno, 2004).
2.2.2 Fungsi Produksi
Fungsi produksi menghubungkan input dengan output dan menentukan tingkat output optimum yang bisa diproduksi dengan sejumlah input tertentu, atau
sebaliknya, jumlah input minimum yang diperlukan untuk memproduksikan tingkat output tertentu. Fungsi produksi ditentukan oleh tingkat teknologi yang digunakan dalam proses produksi. Karena itu hubungan output input untuk suatu
sistem produksi merupakan suatu fungsi dari tingkat teknologi pabrik, peralatan, tenaga kerja, bahan baku dan lain-lain yang digunakan dalam suatu perusahaan
Menurut Samuelson (2002) fungsi produksi adalah kaitan antara jumlah output
maksimum yang bisa dilakukan masing-masing dan tiap perangkat input (faktor produksi). Fungsi ini tetap untuk tiap tingkatan teknologi yang digunakan. Fungsi
produksi ditetapkan oleh teknologi yang tersedia, yaitu hubungan masukan/keluaran untuk setiap sistem produksi adalah fungsi dari karakteristik teknologi pabrik, peralatan, tenaga kerja, bahan dan sebagainya yang
dipergunakan perusahaan.
Masing-masing faktor mempunyai fungsi yang berbeda dan saling terkait satu sama lain. Kalau salah satu faktor tidak tersedia maka proses produksi tidak akan
berjalan , terutama tiga faktor yaitu tanah, modal dan manajemen saja, tentu proses produksi atau usaha tani tidak akan jalan karena tidak ada tenaga kerja.
Tanpa tenaga kerja, apa yang dapat dilakukan, begitu juga dengan faktor lainnya seperti modal.
Hubungan antara jumlah output (Q) dengan jumlah input yang digunakan dalam proses produksi (X1, X2, X3, …, Xn) secara matematika dapat dituliskan sebagai
berikut : dimana :
Q = output Xi = input
Input produksi sangat banyak dan yang perlu dicatat disini bahwa input produksi hanyalah input yang tidak mengalami proses nilai tambah. Jadi didalam fungsi
produksi diatas tidak bisa dimasukkan material sebab dalam fungsi produksi ada substitusi antara faktor produksi. Hubungan antara input dan output ini dalam dunia nyata sangat sering kita jumpai. Hubungan antara input dan output dari
yang paling sederhana sampai yang paling kompleks, sekalipun ada disekitar kita,
belum banyak yang memahami berbagai model yang dapat diterapkan untuk mempelajari pola hubungan antara input dan output.
2.2.3 Pendapatan
Suatu kegiatan perekonomian yang bergerak dalam sektor apapun dalam penentuan tingkat produksi akan memperhitungkan tingkat pendapatan yang akan
dihasilkan dalam suatu produksi. Dengan efisiensi biaya produksi maka akan mencapai profit/keuntungan yang maksimum karena profit merupakan salah satu tujuan penting dalam berusaha.
Pendapatan adalah selisih antara penerimaan (TR) dan semua biaya (TC). Jadi Pd
= TR – TC. Penerimaan nelayan (TR) adalah perkalian antara produksi yang diperoleh (Y) dengan harga jual (Py). Biaya nelayan biasanya diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost).
Biaya tetap (FC) adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Biaya variabel (VC)
adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh, contohnya biaya untuk tenaga kerja. Total biaya (TC) adalah jumlah dari biaya tetap (FC) dan biaya variabel (VC), maka TC = FC + VC (Soekartawi, 2002).
2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Nelayan
Pendapatan nelayan merupakan sumber utama para nelayan untuk mencukupi kebutuhaan hidup. Menurut Baridwan 1992 dalam Syamrilaode (2013)
selama satu periode yang berasal dari penyerahan atau pembuatan barang,
penyerahan jasa, atau dari kegiatan lain yang merupakan kegiatan utama badan usaha”. Pendapatan nelayan bersumber dari pendapatan bersih hasil melaut.
Artinya pendapatan yang sudah tidak di potong oleh biaya untuk melaut. Berikut ini disajikan hal-hal yang dinilai mampu mempengaruhi pendapatan nelayan :
2.3.1 Pengaruh Modal Terhadap Pendapatan Nelayan
Modal adalah produk atau kekayaan yang digunakan untuk memproduksi hasil selanjutnya. Modal kerja pada hakikatnya merupakan jumlah yang terus menerus ada dalam menopang usaha yang menjembatani antara saat pengeluaran untuk
memperoleh barang atau jasa dengan waktu penerimaan penjualan.
Modal kerja mempunyai 2 fungsi yaitu : 1. Menopang kegiatan produksi.
2. Menutup dana atau pengeluaran tetap dan dana yang tidak berhubungan
secara langsung dengan produksi dan penjualan.
Modal kerja yang tepat merupakan syarat keberhasilan suatu usaha terlebih lagi
usaha kecil. Modal kerja sangat erat hubungannya dalam rangka menghitung kebutuhan modal kerja (Ahmad,1997).
Sebagian dari modal yang dimiliki oleh nelayan digunakan sebagai biaya produksi
atau biaya operasi dan biaya-biaya lainnya dalam suatau usaha kegiatan nelayan. Biaya produksi atau biaya operasi nelayan biasanya diperoleh dari kelompok nelayan kaya ataupun pemilik modal (toke), karena adanya hubungan
ikan nelayan digunakan untuk membayar hutang dan tingkat harga ikan
ditentukan oleh pemilik modal.
2.3.2 Pengaruh Pengalaman Kerja Terhadap Pendapatan Nelayan
Menurut Notoadmojo (2003) dalam Darmayunita (2012) Pengetahuan adalah hasil
dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Tanpa pengetahuan seseorang tidak mempunyai dasar untuk
mengambil keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi..Dari uraian tersebut pengalaman kerja dapat memberikan keuntungan bagi seseorang dalam melaksanakan kegiatan kerja sehingga seseorang tersebut
tidak merasa kesulitan dalam berkerja.Hal ini sesuai dengan pendapat Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam Rofi (2012), pengalaman kerja
didefinisikan sebagai suatu kegiatan atau proses yang pernah dialami oleh seseorang ketika mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Balai Pustaka Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,1991). Pengalaman bekerja
merupakan modalutama seseorang untuk terjun dalam bidang tertentu (Sastrohadiwiryo, 2005).
Selain itu pendapat tokoh lain yaitu Pengalaman kerja adalah sesuatu atau kemampuan yang dimiliki oleh para karyawan dalam menjalankan tugas–tugas
yang dibebankan. Artinya kemudahan dan kesulitan yang dimiliki seseorang dalam suatu pekerjaan akan dipengaruhi oleh seberapa seseorang tersebut
2.3.3 Pengaruh Jam Kerja Terhadap Nelayan
Dari berbagai faktor produksi yang dikenal, capital dan labor merupakan dua faktor produksi yang terpenting. Capital adalah seperangkat peralatan yang
digunakan oleh pekerja. Labor adalah waktu yang dihabiskan untuk bekerja. Fungsi produksi mencerminkan teknologi yang ada karena secara implisit menunjukkan cara mengubah capital dan labor menjadi output. Jika
ditemukan cara produksi yang lebih baik, akan diperoleh lebih banyak output dari penggunaan capital dan labor yang jumlahnya sama. Dengan
berubahnya waktu terjadi perubahan dalam supply faktor produksi maupun teknologi, output yang dihasilkan juga akan berubah.Semakin meningkat kuantitas labor dan capital akan semakin banyak output yang dihasilkan. Perusahaan
menghasilkan lebih banyak output jika memiliki lebih banyak mesin atau jika pekerjanya bekerja lebih lama (Herlambang dkk, 2002).
Menurut Masyhuri (1999), Pada umumnya penangkapan ikan lepas pantai yang
dilakukan dalam waktu yang lebih lama dan lebih jauh dari daerah sasaran tangkapan ikan mempunyai banyak kemungkinan memperoleh hasil tangkapan (produksi) yang lebih banyak dan tentu memberikan pendapatan lebih besar
dibandingkan dengan penangkapan ikan dekat pantai.
Namun Nelayan sangat bergantung kepada kondisi alam dalam proses produksi. Tidak setiap saat nelayan bisa melakukan proses produksi. Kondisi laut yang
menggunakan teknologi yang canggih menyebabkan nelayan semakin terpuruk
dalam kemiskinan.
2.3.4 Pengaruh Teknologi Terhadap Pendapatan Nelayan
Teknologi terkait dengan peralatan yang digunakan oleh nelayan dalam
penangkapan ikan adalah perahu tanpa mesin atau perahu dengan mesin, jarring dan pancing. Peralatan atau biaya nelayan adalah nilai dari peralatan yang
digunakan seperti harga perahu, harga peralatan penangkapan ikan, dan bahan makanan yang dibawa melaut dan yang ditinggalkan dirumah. Ini merupakan input bagi nelayan dalam melaut (menangkap ikan). Selain itu jumlah tenaga kerja
yang digunakan dalam melaut.
Nelayan dikategorikan sebagai seseorang yang pekerjaannya menangkap ikan dengan mengunakan alat tangkap yang sederhana, mulai dari pancing, jala, jaring, pukat, dan lain sebagainya. Namun dalam perkembangannya dikategorikan
sebagai seorang yang berprofesi menangkap ikan dengan alat yang lebih modern ialah kapal ikan dengan alat tangkap modern. Semakin canggih teknolgi yang
digunakan nelayan maka akan semakin meningkatkan produktivitas hasilnya lebih meningkatkan produksi, yang didalamnya tersirat kesimpulan bahwa masyarakat akan memperoleh penghasilan yang lebih tinggi.
Menurut Satria (2002), keberadaan nelayan digolongkan menjadi 4 tingkatan dilihat dari kapasitas teknologi (alat tangkap dan armada), orientasi pasar dan karakteristik pasar. Keempat kelompok tersebut, antara lain nelayan tradisional
lebih maju, seperti motor tempel atau kapal motor; commercial fisher atau nelayan
yang telah berorientasi pada peningkatan keuntungan, dan industrial fisher yang memiliki beberapa ciri, seperti terorganisasi, padat modal, pendapatan lebih
tinggi, dan berorientasi ekspor.
2.4 Teori Pemberdayaan
Konsep pemberdayaan pada dasarnya adalah upaya menjadikan suasana
kemanusiaan yang adil dan beradab menjadi semakin efektif secara struktural, baik dalam kehidupan keluarga, masyarakat, negara, regional, internasional, maupun dalam bidang ekonomi, politik dan lain-lain. Memberdayakan masyarakat
adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap
kemiskinan dan keterbelakangan. (Kartasasmita, 1996)
2.5 Teori Persepsi
Menurut Stanton persepsi dapat didefinisikan sebagai makna yang kita pertalikan berdasarkan pengalaman masa lalu, stimuli (rangsangan-rangsangan) yang kita
terima melalui panca indera. Menurut Horovitz persepsi dipengaruhi oleh 3 faktor, yakni :
1. Faktor Psikologis
Faktor psikologis akan membuat perubahan dalam persepsi nelayan. Perubahan yang dimaksudkan termasuk memori, pengetahuan, kepercayaan, nilai-nilai yang
2. Faktor Fisik
Faktor ini akan mengubah persepsi nelayan melalui apa yang nelayan tersebut lihat dan rasakan. Faktor fisik dapat memperkuat atau malah menghancurkan
persepsi nelayan terhadap kualitas layanan yang diberikan oleh pemerintah.
3. Image yang terbentuk
Image yang terbentuk disini adalah image nelayan terhadap pemerintah ataupun
program bantuan yang diberikan oleh pemerintah. Menurut Lovelock harapan dan persepsi pada akhirnya akan menentukan tingkat kepuasan nelayan terhadap bantuan pemerintah. Setelah menikmati bantuan yang diberikan, nelayan akan
membandingkan antara harapan dan persepsi mereka tentang bantuan tersebut. Ada beberapa kemungkinan yang terjadi :
a. Jika persepsi (perception) lebih kecil dari harapan (expectation), (P<H) nelayan akan memberikan suatu anggapan negatif terhadap bantuan pemerintah yang telah diterimanya tersebut. Hal ini akan menimbulkan
ketidakpuasan dan kekecewaan nelayan.
b. Jika persepsi (perception) sama dengan harapan (expectation), (P=H), nelayan akan memberikan suatu tanggapan yang netral, sesuai dengan bantuan yang
telah diterimanya tersebut.Hal ini akan membuat nelayan cukup puas dengan bantuan pemerintah tersebut.
c. Jika persepsi (perception) lebih besar dari harapan (expectation), (P>H), nelayan akan memberikan suatu anggapan positif terhadap bantuan pemerintah yang telah diterimanya. Hal ini akan membuat nelayan merasa
Untuk mengukur persepsi digunakan Model Likert, yaitu metode penskalaan
pernyataan persepsi yang menggunakan distribusi respon sebagai dasar penentuan nilai skalanya. Untuk melakukan penskalaan dengan metode ini, sejumlah
pernyataan telah ditulis berdasarkan kaidah penulisan pernyataan dan didasarkan pada rancangan skala yang ditetapkan. Responden akan diminta untuk menyatakan kesetujuan atau ketidaksetujuannya terhadap isi pernyataan dalam
lima macam kategori jawaban yaitu, “sangat tidak setuju” (STS), “tidak setuju” (TS), “tidak dapat menentukan” atau “ragu-ragu” (R), “Setuju”(S) dan “sangat
setuju” (SS). Salah satu skor standar yang biasanya digunakan dalam skala Model Likert adalah skor T, yaitu :
T
Keterangan : T = skor standar
X = skor responden pada skala persepsi yang hendak diubah menjadi skor T
= mean skor kelompok
S = deviasi standar kelompok Kriteria Uji
• Jika T ≥ 50, maka persepsi positif
• Jika T ≤ 50, maka persepsi negatif (Azwar,2007)
Kebijakan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir dimulai sejak tahun 2001
yang dirancang untuk mengatasi persoalan kemiskinan pada masyarakat pesisir melalui pengembangan kultur kewirausahaan, penguatan Lembaga Keuangan
Mikro (LKM), penggalangan partisipasi masyarakat dan kegiatan usaha ekonomi produktif lainnya yang berbasis sumberdaya lokal dan berkelanjutan. Program PEMP 2001-2003 dilancarkan dengan pemberian dana hibah langsung kepada
Koperasi Nelayan atau Lembaga Keuangan Mikro yang dibentuk untuk mengelola kebutuhan permodalan nelayan. Kebijakan tahun 2006 mengalami perubahan
yaitu berupa pemberian dana hibah tidak langsung lagi kepada koperasi nelayan atau Lembaga Keuangan Mikro nelayan, tetapi dana hibah tersebut dijadikan agunan kredit koperasi pada lembaga perbankan untuk memperoleh fasilitas kredit
yang diberi nama Dana Ekonomi Produktif ( DEP ). Dan pada tahun 2008 koperasi nelayan sudah diarahkan agar berhubungan sendiri dengan lembaga perbankan untuk mendapatkan Kredit Usaha Rakyat (disingkat KUR) dengan
suku bunga kredit umum dari lembaga perbankan dan harus disertai dengan jaminan kebendaan (KKP).
2.6.2 Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP) Sesuai dengan misi Kementerian Kelautan dan Perikanan Tahun 2010-2014, yaitu “Mensejahterakan Masyarakat Kelautan dan Perikanan”, maka salah satu strategi
untuk mencapai misi tersebut dilaksankan melalui kegiatan Pengembangan Usaha Mina Perdesaan (PUMP). PUMP merupakan pendekatan pengembangan usaha
nelayan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan nelayan.
tergabung dalam Kelompok Usaha Bersama (KUB), Kelompok Penerima
Program PNPM Mandiri Perikanan Tangkap dan Kelompok Nelayan.
Pelaksanaan PUMP diselaraskan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana Strategis (Renstra) Kementerian
Kelautan dan Perikanan Tahun 2010-2014. Oleh karena itu mulai tahun 2011 kegiatan pemberdayaan nelayan dikoordinasikan oleh Direktorat Jenderal
Perikanan Tangkap sebagai kelanjutan pembinaan nelayan penerima BLM pada kegiatan PNPM Mandiri Kelautan Perikanan tahun 2009-2010 yang dalam hal ini dilaksanakan Direktorat Pengembangan Usaha Penangkapan Ikan.
Pelaksanaan PUMP Perikanan Tangkap kedepan menjadi kerangka kebijakan dan
acuan pelaksanaan berbagai kegiatan penanggulangan kemiskinan khususnya pemberdayaan usaha nelayan skala kecil berbasis desa nelayan.
a. Tujuan PUMP
PUMP Perikanan Tangkap bertujuan untuk :
1. Meningkatkan kemampuan dan pendapatan nelayan melalui pengembangan kegiatan usaha nelayan skala kecil di perdesaan sesuai dengan potensi
sumberdaya ikan.
2. Menumbuhkan kewirausahaan nelayan di perdesaan.
3. Meningkatkan fungsi kelembagaan ekonomi nelayan menjadi jejaring atau mitra lembaga keuangan dalam rangka akses ke permodalan.
b. Sasaran PUMP
1.Berkembangnya usaha 1.000 KUB Perikanan Tangkap.
2.Meningkatnya pendapatan nelayan anggota KUB penerima BLM.
2.6.3 Pengembangan Usaha Mina Pedesaan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan(PUMP P2HP )
Pengembangan Usaha Mina Pedesaan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan(PUMP P2HP ) merupakan kegiatan pemberdayaan masyarakat dimana
salah satunya melalui fasilitasi bantuan pengembangan usaha bagi pengolah dan pemasar hasil perikanan dalam wadah Kelompok Pengolah dan Pemasar (Poklahsar). Program PUMP P2HP dilaksanakan atas dasar amanat Menteri
Kelautan dan Perikanan yang tertuang dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER. 21/MEN/2010 tentang Pedoman Pelaksanaan PNPM
Mandiri Kelautan dan Perikanan. (KKP)
2.6.4. Peningkatan Kehidupan Nelayan (PKN)
Program PKN merupakan bagian dari percepatan perluasan program Pro-Rakyat
(Klaster 4) berupa intervensi pemerintah secara langsung untuk mempercepat pengentasan kemiskinan sesuai dengan Direktif Presiden pada Sidang Kabinet
Terbatas pada tanggal 13 Februari 2011 di Bogor. Melalui Keputusan Presiden Nomor 10 Tahun 2011, Menteri Kelautan dan Perikanan ditetapkan sebagai Ketua Kelompok Kerja Program PKN yang beranggotakan 12 kementerian/lembaga.
Kriteria lokasi program peningkatan kehidupan nelayan adalah berbasis pangkalan pendaratan ikan (PPI) dengan target Rumah Tangga Sasaran (RTS) Nelayan
miskin (sangat miskin, miskin, dan hampir miskin). Penetapan lokasi dilakukan berdasarkan overlay data nelayan miskin di pesisir dan lokasi 816 Pelabuhan Perikanan/Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) dengan pelaksanaan program
untuk tahun 2012, 200 PPI untuk tahun 2013 dan 116 PPI untuk tahun 2014.
Pelaksanaan kegiatan PKN dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kelompok kegiatan, yaitu individu nelayan, kelompok nelayan dan sarana dan prasarana di PPI dengan
kegiatan dengan kegiatan antara lain : Pembuatan Rumah Sangat Murah, Pekerjaan Alternatif dan Tambahan Bagi Keluarga Nelayan, Skema UMK dan KUR, Pembangunan SPBU Solar, Pembangunan Cold
Storage, Angkutan Umum Murah, Fasilitas Sekolah dan Puskesmas, Fasilitas Bank “Rakyat”.(KKP)
2.7 Penelitian Terdahulu
Sujarno (2008) hasil penelitiannya tentang analisis faktor yang mempengaruhi pendapatan nelayan di Kabupaten Langkat. Dari hasil analisis dapat diketahui
bahwa modal kerja, jumlah tenaga kerja, pengalaman dan jarak tempuh melaut secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap pendapatan nelayan. Modal
kerja merupakan faktor yang memberikan pengaruh besar dibanding 3 faktor lain terhadap pendapatan nelayan. Modal kerja mempunyai pengaruh positif terhadap pendapatan nelayan.
Manik (2008) hasil penelitiannya tentang Penilaian Nelayan Terhadap Program
Pengembangan Perikanan Tangkap Khususnya Pemberian Bantuan Alat Tangkap Ikan (Studi Kasus: Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai).
Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa program pengembangan perikanan tangkap tidak mengalami peningkatan dari tahun 2011 sampai tahun 2012 ditinjau dari segi jumlah pelaksana dan jumlah anggota, ditinjau dari segi jumlah penerima
dari jumlah sampel berpersepsi positif, selebihnya 56,67% dari jumlah sampel
berpersepsi negatif terhadap program pengembangan perikanan tangkap. Karakteristik sosial ekonomi nelayan tidak memiliki hubungan yang nyata dengan
persepsi nelayan. Secara serempak dan secara parsial, karakteristik sosial ekonomi nelayan tidak berpengaruh nyata terhadap persepsi nelayan. Hambatan yang dihadapi pelaksana program adalah kurangnya kesadaran nelayan akan pentingnya
kelompok nelayan, kurangnya kepedulian dan rasa ingin tahu nelayan serta banyaknya kelompok-kelompok baru ketika ada bantuan.
Muhammad Arliman (2013) hasil penelitiannya tentang Pengaruh Modal, Jam
Kerja, Pengalaman dan Teknologi Terhadap Pendapatan Nelayan di Desa Tamasaju Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar. Dari hasil penelitiannya
ditemukan bahwa variabel modal, jam kerja, pengalaman, dan teknologi secara keseluruhan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel pendapatan nelayan.
2.8 Kerangka Pemikiran
Dalam hal penyusunan kerangka penelitian, maka peneliti terlebih dahulu menentukan variabel terikat (dependent variable) dan variabel bebas (independent variable).Variabel terikat adalah pendapatan nelayan, sedangkan variabel
bebasnya adalah modal kerja, pengalaman, jam kerja dan teknologi.
Faktor modal kerja masuk kedalam penelitian ini karena secara teoritis modal kerja mempengaruhi pendapatan usaha. Peningkatan dalam modal kerja akan
untuk melaut, misalnya: bahan bakar minyak, makanan, rokok, upah tenaga kerja,
peralatan menangkap ikan (umpan).
Faktor pengalaman, faktor ini secara teoritis dalam buku, tidak ada yang membahas pengalaman merupakan fungsi dari pendapatan atau keuntungan.
Namun, dalam prakteknya, nelayan yang semakin berpengalaman dalam melaut bisa meningkatan pendapatannya. Faktor teknologi, bila ditinjau dari sisi
tujuannya, teknologi diciptakan untuk mempermudah tugas manusia. Dalam proses produksinya, bila nelayan menggunakan bantuan teknologi pastinya akan lebih mempermudah proses produksinya. Semakin canggih teknologi yang
digunakan maka semakin mudah proses produksi yang dilakukan. Namun semakin canggih teknologi juga semakin besar modal yang diperlukan untuk
mendapatkan teknologi tersebut, dan diperlukan pelatihan tersendiri dalam penggunaannya.
Dengan berubahnya waktu terjadi perubahan dalam supply faktor produksi maupun teknologi, output yang dihasilkan juga akan berubah.Semakin
meningkat kuantitas labor dan capital akan semakin banyak output yang dihasilkan. (Herlambang dkk, 2002). Semakin lama waktu yang digunakan dalam proses produksi maka semakin banyak output yang dihasilkan .
Teknologi terkait dengan peralatan yang digunakan oleh nelayan dalam penangkapan ikan adalah perahu tanpa mesin atau perahu dengan mesin, jaring dan pancing. Semakin canggih teknolgi yang digunakan nelayan maka
memperoleh penghasilan yang lebih tinggi.
Secara mutlak pemerintah wajib mensejahterakan kehidupan rakyatnya tanpa kecuali para nelayan. Pemerintah sejauh ini membantu para nelayan melalui program-program tertentu dengan tujuan mensejahterakan kehidupan nelayan.
Bila ditinjau dari sisi pemerintah maka program bantuan untuk nelayan pastilah bertujuan positif, namun perlu ditinjau juga dari sisi nelayan. Apakah bantuan
yang diberikan pemerintah dan disalurkan melalu dinas dan oknum tertentu sudah benar dan dirasakan manfaatnya bagi nelayan atau belum.
Dengan demikian kerangka pemikiran hubungan antara modal kerja, pengalaman, jam kerja, teknologi, dan program bantuan pemerintah terhadap pendapatan
Keterangan :
: menyatakan pengaruh : menyatakan dampak
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
2.9 Hipotesis Penelitian.
Adapun hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Terdapat pengaruh positif antara modal kerja, jam kerja, pengalaman dan teknologi terhadap pendapatan nelayan di Desa Pekan Tanjung Beringin Kecamatan Tanjung Beringin dan Desa Kuala Lama Kecamatan Pantai
Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai, ceteris paribus.
Program Pemerintah Modal Kerja
Pengalaman
Teknologi
Jam Kerja
Pendapatan Nelayan
Persepsi Nelayan
b. Ada persepsi positif dan negatif nelayan terhadap program peningkatan