• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. gejala gejala muka bumi dan peristiwa peristiwa yang terjadi di muka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. gejala gejala muka bumi dan peristiwa peristiwa yang terjadi di muka"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Geografi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari hubungan kausal gejala – gejala muka bumi dan peristiwa – peristiwa yang terjadi di muka bumi, baik yang fisik maupun yang menyangkut makhluk hidup serta permasalahannya melalui pendekatan keruangan, ekologi dan regional untuk kepentingan program, proses dan keberhasilan pembangunan (Bintarto, 1984). Salah satu bentuk hubungan manusia dengan lingkungannya adalah pemanfaatan sumberdaya alam. Bentuk pemanfaatan sumberdaya alam yang mudah dijangkau oleh masyarakat sebagai sumber pendapatan diantaranya adalah pemanfaatan hasil laut atau perikanan.

Perikanan merupakan suatu kegiatan perekonomian, dimana manusia mengusahakan sumberdaya alam perikanannya secara lestari guna mendapatkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan umat manusia (Sofyan Ilyas dan Fuad Cholik, 1992 : 152). Pembangunan sub sektor perikanan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan dan petani ikan menuju terwujudnya masyarakat adil dan makmur.

Potensi perikanan laut Jawa Tengah pada tahun 1980 mencapai 190.336 ton/tahun. Munculnya pelabuhan-pelabuhan perikanan di Jawa Tengah terutama berkembang di pantai utara diantaranya Brebes, Tegal, Pekalongan, Pemalang, Batang, Kendal, Semarang, Demak, Jepara, Pati dan Rembang,

(2)

2

sedangkan di pantai selatan Jawa Tengah pelabuhan perikanan hanya berkembang di daerah Cilacap dan Kebumen. Hal ini disebabkan oleh ombak di pantai selatan Jawa Tengah yang besar sehingga menjadi penghambat dalam proses penangkapan ikan laut di daerah tersebut (Sudaryo, 1984:4-5).

Pesisir selatan Pulau Jawa memiliki potensi perikanan laut yang cukup besar karena berbatasan langsung dengan Samudera Hindia yang menyimpan kekayaan laut melimpah. Potensi tersebut harus didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai agar aktivitas kenelayanan dapat berjalan dengan baik. Selain prasarana utama seperti pelabuhan, sarana pemasaran hasil laut juga memiliki peranan penting bagi penghidupan nelayan.

Munculnya pelabuhan perikanan di Cilacap menyebabkan ramainya aktivitas kenelayanan, baik aktivitas penangkapan ikan dan aktivitas pemasaran ikan. Aktivitas pemasaran ikan di Cilacap sebelum tahun 1984 dilakukan di pasar-pasar tradisional yang berpusat di Sentolokawat, Kaliyasa dan Sidakaya karena ketiga tempat ini juga merupakan tempat berlabuhnya kapal-kapal penangkap ikan nelayan Cilacap. Tetapi sejak tahun 1984 aktivitas pemasaran ikan di Cilacap berlangsung di tempat-tempat pelelangan ikan yang dibangun Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.

Tabel 1.1 Jumlah TPI di Pesisir Selatan Provinsi Jawa Tengah

No Kabupaten Jumlah TPI

1 Cilacap 11

2 Kebumen 7

Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Cilacap, 2012

Kabupaten Cilacap terdiri atas 24 kecamatan, namun tidak semua kecamatan yang memiliki hasil perikanan laut. Hal ini dikarenakan hanya

(3)

3

beberapa kecamatan di Cilacap berbatasan langsung dengan laut maupun terdapat akses ke laut melalui aliran sungai. Kecamatan yang memiliki produksi penangkapan ikan di laut terbesar di Kabupaten Cilacap yaitu Kecamatan Cilacap Selatan. Mayoritas penduduk Cilacap Selatan bermatapencaharian sebagai nelayan untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari.

Tabel 1.2 Produksi Penangkapan Ikan di Laut per Kecamatan di Kabupaten Cilacap No Kecamatan Hasil (Kg) 2011 2012 1 Wanareja 155.776 2 Kesugihan 315.770 198.155 3 Adipala - 13.130 4 Nusawungu 913.748 365.984 5 Cilacap Utara 595.485 567.887 6 Cilacap Tengah - 1.830.133 7 Cilacap Selatan 14.803.003 18.891.032 Sumber: BPS, 2013

Nelayan memperoleh nafkah dari hasil penjualan ikan hasil tangkapannya. Bila dijual langsung ke pasar yang berjarak cukup jauh dari Pelabuhan ataupun Pangkalan Pendaratan sulit untuk dilakukan karena memerlukan waktu lama. Oleh karena itu untuk mengatasi permasalahan tersebut, ikan dijual secara lelang. Saat ini hampir pada setiap Pelabuhan terdapat Tempat Pelelangan Ikan (TPI) (Wiyono, 2005).

Pembangunan Tempat Pelelangan Ikan di Cilacap dimulai tahun 1984 berdasarkan Peraturan Daerah Tingkat 1 Jawa Tengah No. 1 Tahun 1984 tentang pembangunan Tempat Pelelangan Ikan di Cilacap, Pekalongan dan Rembang. Adapun tujuan dari pendirian Tempat Pelelangan Ikan ini adalah:

(4)

4

1. memperlancar pemasaran ikan hasil tangkapan nelayan 2. mengusahakan stabilitas harga ikan

3. meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan nelayan 4. meningkatkan pendapatan daerah

Tujuan Tempat Pelelangan Ikan yang semula didirikan semata-mata hanya untuk kepentingan nelayan dan koperasi perikanan dengan tujuan untuk melepaskan nelayan dari kemiskinan, menjadi semakin berkembang menjadi sarana untuk memungut retribusi oleh Pemerintah Daerah baik di tingkat Kabupaten, maupun Provinsi. Besarnya retribusi yang harus dibayar membuat nelayan enggan memasarkan hasil tangkapannya ke Tempat Pelelangan Ikan.

Pemasaran akan berpengaruh besar terhadap pendapatan nelayan mengingat sifat hasil perikanan yang mudah rusak. Jika kualitas hasil laut menurun akibat sistem pemasaran yang kurang baik, maka harga jualnya akan turun sehingga pendapatan nelayan berkurang. Jika ikan sudah tidak segar, tengkulak tidak mau membelinya sehingga ikan tidak laku. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu penelitian mengenai Tempat Pelelangan Ikan terutama tentang optimalisasi fungsi agar mampu meningkatkan pendapatan nelayan.

1.2 Perumusan Masalah

Kabupaten Cilacap yang terletak di pantai selatan Pulau Jawa berhadapan langsung dengan Samudera Hindia yang memiliki potensi tangkapan ikan cukup tinggi. Adanya potensi tersebut memicu sebagian besar masyarakat di

(5)

5

pesisir selatan Kabupaten Cilacap bermatapencaharian sebagai nelayan. Kehidupan para nelayan sebagian besar berada pada kalangan menengah kebawah dengan penghasilan yang tidak menentu. Nelayan membutuhkan suatu sistem pemasaran yang mudah diakses agar dapat menjual tangkapannya dengan harga yang layak. Tempat Pelelangan Ikan (TPI) berfungsi sebagai tempat pemasaran ikan hasil tangkapan nelayan yang disediakan oleh pemerintah.

Tempat Pelelangan Ikan didirikan oleh Koperasi Perikanan terutama di Pulau Jawa dengan tujuan untuk melindungi nelayan dari permainan harga yang dilakukan oleh tengkulak/pengijon, membantu nelayan mendapatkan harga yang layak dan juga membantu nelayan dalam mengembangkan usahanya. Pada dasarnya sistem dari Pelelangan Ikan adalah suatu pasar dengan sistem perantara (dalam hal ini adalah tukang tawar) melewati penawaran umum dan yang berhak mendapatkan ikan yang dilelang adalah penawar tertinggi. Dengan demikian perlu diketahui sejauh mana peran keberadaan TPI terhadap pendapatan nelayan.

Pertanyaan yang muncul dari permasalahan tersebut adalah:

1. bagaimana karakteristik Tempat Pelelangan Ikan dan nelayan di Kecamatan Cilacap Selatan?

2. apa faktor – faktor yang berhubungan dengan pendapatan nelayan di Kecamatan Cilacap Selatan?

3. apa faktor – faktor yang mendukung dan menghambat peningkatan pendapatan nelayan di Kecamatan Cilacap Selatan?

(6)

6

4. Bagaimana peran keberadaan Tempat Pelelangan Ikan terhadap pendapatan nelayan di Kecamatan Cilacap Selatan?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. mengetahui karakteristik Tempat Pelelangan Ikan dan nelayan di Kecamatan Cilacap Selatan

2. mengetahui faktor – faktor yang berhubungan dengan pendapatan nelayan di Kecamatan Cilacap Selatan

3. mengetahui faktor - faktor yang mendukung dan menghambat peningkatan pendapatan nelayan di Kecamatan Cilacap Selatan

4. menganalisis peran keberadaan Tempat Pelelangan Ikan terhadap pendapatan nelayan di Kecamatan Cilacap Selatan

1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian yang dilakukan adalah:

1. menerapkan ilmu pengetahuan geografi untuk menganalisis dan mengkaji optimalisasi sarana pendukung di daerah penelitian serta hubungannya dengan faktor perekonomian masyarakat

2. memberikan informasi optimalisasi Tempat Pelelangan Ikan dan faktor – faktor yang mempengaruhi di daerah penelitian dan masukan bagi pemerintah daerah kaitannya dengan perencanaan pembangunan wilayah

(7)

7 1.5 Tinjauan Pustaka

1.5.1 Perikanan Laut

Berdasarkan ketentuan dalam Pasal (1) ayat (1) Undang-Undang No. 31 Tahun 2004, perikanan dikatakan sebagai semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya, mulai dari pra-produksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan.

Berdasarkan ketentuan kerja statistik, perikanan didefinisikan sebagai kegiatan ekonomi dibidang penangkapan dan budidaya binatang atau tanaman air. Penangkapan dinyatakan sebagai kegiatan pengambilan, penangkapan atau pengumpulan tanaman dan/atau binatang air yang hidup di laut atau perairan umum secara bebas. Definisi diatas dapat diartikan perikanan laut merupakan usaha yang dilakukan masyarakat untuk memanfaatkan potensi yang terkandung di laut berupa ikan maupun hewan lain guna memperoleh penghasilan untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.

1.5.2 Nelayan

Nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan. Dalam perstatistikan perikanan perairan umum, nelayan adalah orang yang secara aktif melakukan operasi penangkapan ikan di perairan umum. Orang yang melakukan pekerjaan seperti membuat jaring, mengangkut alat-alat penangkapan

(8)

8

ikan ke dalam perahu atau kapal motor, mengangkut ikan dari perahu atau kapal motor, tidak dikategorikan sebagai nelayan (Departemen Kelautan dan Perikanan,2002)

Nelayan adalah orang yang hidup dari mata pencaharian hasil laut. Di Indonesia para nelayan biasanya bermukim di wilayah pinggir pantai atau pesisir laut. Komunitas nelayan adalah kelompok orang yang bermata pencaharian hasil laut dan tinggal di desa - desa atau pesisir (Sastrawidjaya. 2002). Ciri komunitas nelayan dapat dilihat dari berbagai segi adalah sebagai berikut :

a) dari segi mata pencaharian, nelayan adalah mereka yang segala aktivitasnya berkaitandengan lingkungan laut dan pesisir. Atau mereka yang menjadikan perikanan sebagai mata pencaharian mereka.

b) dari segi cara hidup, komunitas nelayan adalah komunitas gotong royong. Kebutuhangotong royong dan tolong menolong terasa sangat penting pada saat untuk mengatasi keadaan.

1.5.3 Pendapatan

Pendapatan meliputi upah dan gaji atas jam kerja atau pekerjaan yang telah diselesaikan, upah lembur, semua bonus dan tunjangan, perhitungan waktu-waktu tidak bekerja, bonus yang dibayarkan tidak teratur, penghargaan; dan nilai pembayaran sejenisnya. Terdapat dua komponen, yaitu: 1.untuk jam kerja biasa atau untuk pekerjaan yang

(9)

9

telah diselesaikan, dan 2.untuk lembur Semua komponen pendapatan lainnya dikumpulkan secara agregat (BPS. 2013).

Sofyan Syafri Harahap (2001) mengemukakan bahwa pendapatan adalah hasil penjualan barang dan jasa yang dibebankan kepada langganan/mereka yang menerima. Nelayan memperoleh pendapatan dari penjualan hasil tangkapan mereka kepada pihak yang memenangi lelang maupun pihak lain yang membelinya.

1.5.4 Pendapatannya Nelayan

Pendapatan nelayan merupakan penghasilan yang diperoleh oleh nelayan dari hasil menangkap ikan di laut. Menurut Tarigan (2000), berdasarkan pendapatnya, nelayan dapat dibagi menjadi :

a) Nelayan tetap atau nelayan penuh, yakni nelayan yang pendapatan seluruhnya berasal dari perikanan.

b) Nelayan sambil utama, yakni nelayan yang sebagian besar pendapatannya berasal dari perikanan.

c) Nelayan sambilan tambahan, yakni nelayan yang sebagian kecil pendapatannya berasal dari perikanan.

d) Nelayan musiman, yakni orang yang dalam musim-musim tertentu saja aktif sebagai nelayan.

Menurut Sujamo (2008), tinggi rendahnya pendapatan nelayan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu teknologi, kondisi sosial ekonomi dan tata niaga.

(10)

10

Teknologi merupakan peralatan yang digunakan oleh nelayan dalam mencari ikan, diantaranya yaitu perahu tanpa mesin atau perahu mesin kecil (motorisasi), jaring, dan pancing. Teknologi merupakan modal nelayan dalam proses penangkapan ikan. Hal-hal tersebut akan memengaruhi pendapatan yang diterima oleh nelayan.

b) Kondisi Sosial Ekonomi

Kondisi sosial ekonomi yang mempengaruhi pendapatan nelayan diantaranya meliputi umur, pendidikan terakhir, dan pengalaman. Umur nelayan mempengaruhi pendapatan nelayan, karena jika nelayan masih muda tenaganya masih kuat dan produktivitasnya juga akan banyak. Nelayan yang usianya lebih dari 40 tahun tenaganya semakin melemah, sehingga hal tersebut akan menurunkan produktivitas nelayan.

Pendidikan terakhir nelayan akan mempengaruhi pendapatan nelayan karena semakin tinggi pendidikan nelayan maka pengetahuan nelayan akan semakin luas, dan pola berfikirnya lebih maju dari pada nelayan yang memiliki pendidikan rendah.

Pengalaman merupakan hal terpenting dalam proses mencari ikan, karena pengalaman akan mempengaruhi tingkat produktivitas. Nelayan yang sudah memiliki pengalaman lebih dari 30 tahun, maka sudah dianggap berpengalaman (piawang).

(11)

11 c) Tata Niaga

Tata niaga merupakan cara pemasaran produk yang dilakukan oleh nelayan. Tata niaga hal terpenting yang dapat mempengaruhi pendapatan nelayan. Pemasaran yang dapat dilakukan nelayan diantaranya dapat dititipkan di KUD, diikutkan pelelangan di TPI, atau dijual langsung tanpa perantara oleh nelayan.

1.5.5 Tempat Pelelangan Ikan

Pelelangan ikan adalah kegiatan penjualan ikan dihadapan umum dengan cara penawaran bertingkat. Tempat pelelangan ikan yang selanjutnya disingkat TPI adalah tempat yang secara khusus dibangun oleh Pemerintah Daerah untuk melakukan pelelangan ikan termasuk jasa pelelangan serta fasilitas lainnya yang disediakan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) (Perda Provinsi Jawa Tengah no 16 Tahun 2002 Tentang Tempat Pelelangan Ikan).

Maksud dan tujuan diadakannya TPI adalah :

1.

memperlancar pelaksanaan dan penyelenggaraan lelang

2.

mengusahakan stabilitas harga ikan

3.

meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan nelayan

4.

meningkatkan pendapatan daerah.

Dalam kegiatannya, penanggung jawab pelaksanaan pelelangan ikan di TPI diserahkan kepada Dinas Perikanan dan kalautan atau organisasi nelayan dalam bentuk koperasi di tingkat daerah. Setiap

(12)

12

kegiatan yang dilakukan di TPI oleh Pemerintah Daerah ditarik iuran bernama Retribusi Tempat Pelelangan Ikan, biaya ini dipungut atas pembayaran pelayanan penyediaan fasilitas Tempat Pelelangan Ikan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah. Obyek dari retribusi adalah Tempat Pelelangan Ikan dan subyek dari retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan fasilitas Tempat Pelelangan Ikan.

Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang maju dan modern perlu didukung dengan kelengkapan sarana dan prasarana yang memadai. Kelengkapan itu meliputi fasilitas dasar, fasilitas fungsional dan fasilitas pendukung yang berfungsi untuk menunjang operasional kegiatan pelelangan ikan. Masyarakat nelayan akan dapat bekerja dan berusaha lebih giat apabila di TPI dapat disediakan sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan dan usaha tersebut.

- fasilitas dasar

Fasilitas dasar adalah fasilitas yang diperlukan untuk penyelenggaraan kegiatan pelelangan ikan. Fasilitas dasar tersebut meliputi areal tempat pelelangan ikan dan saluran drainase.

- fasilitas fungsional

Fasilitas fungsional adalah fasilitas yang berfungsi meningkatkan nilai guna fasilitas dasar dengan cara memberikan pelayanan yang diperlukan di tempat pelelangan tersebut. Macam-macam fasilitas fungsional antara lain:

(13)

13 a. instalasi listrik

b. instalasi air bersih c. depot es batu d. sound sistem e. timbangan ikan f. alat pengangkat ikan g. ruang pengangkut ikan h. pagar keliling

- fasiltas pendukung

Fasilitas pendukung adalah fasilitas yang secara tidak langsung meningkatkan peranan TPI serta tidak termasuk ke dalam dua kelompok tersebut di atas. Fasilitas pendukung antara lain :

a. areal perkantoran b. balai pertemuan nelayan c. toilet

d. pos jaga e. areal parker

1.6 Penelitian Sebelumnya

Pada subbab ini diuraikan penelitian – penelitian tentang Tempat Pelelangan Ikan, pendapatan nelayan, dan kondisi Tempat Pelelangan Ikan. Penelitian – penelitian tersebut disajikan dalam Tabel 1.3.

(14)

14

Tabel 1.3 Penelitian Sebelumnya

No Nama Peneliti Tahun Judul Tujuan Metode Hasil dan Kesimpulan

1 Mugi Sudiono 2005 Pengaruh Tempat Pelelangan

Ikan (TPI) Cilacap Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi dan Sosial Budaya Masyarakat Nelayan Cilacap Tahun 1996-2002

 Mengetahui sejarah Tempat

Pelelangan Ikan (TPI)

Cilacap dari awal

keberadaanya.

 Mengetahui pengaruh

Tempat Pelelangan Ikan

(TPI) Cilacap terhadap

kondisi sosial ekonomi

masyarakat nelayan Cilacap tahun 1996-2002.

 Mengetahui pengaruh

Tempat Pelelangan Ikan

(TPI) Cilacap terhadap

kondisi sosial budaya

masyarakat nelayan Cilacap tahun 1996 -2002. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis, langkah-langkah pelaksanaannya meliputi: heuristik, kritik sumber, interpretasi dan historiografi.

Adanya Tempat Pelelangan Ikan di Cilacap membawa pengaruh baik dalam bidang sosial ekonomi nelayan Cilacap pada tahun

1996-2002 yang ditandai dengan

meningkatnya pendapatan

nelayan, pendidikan, dan

kesehatan nelayan. Adanya TPI di Cilacap juga membawa pengaruh

bagi munculnya lapangan

pekerjaan baru dan berbagai dana bagi peningkatan kesejahteraan nelayan. Namun, bidang sosial budaya, TPI membawa pengaruh negatif dengan munculnya praktek

pemerasan, prostitusi,

perdagangan gelap ikan dan

aktivitas minum-minuman keras di sekitar TPI.

2 Oke Satiarso,

Neni

Widyaningsih, dan Suharno

2010 Analisis Efisiensi Teknis

Tempat Pelelangan Ikan dan

Strategi Pemberdayaan

Pengelola Tempat Pelelangan Ikan di Kabupaten Cilacap

Menganalisis efisiensi

Tempat Pelelangan Ikan.

Menganalisis strategi

pemberdayaan pengelola

Tempat Pelelangan Ikan di Kabupaten Cilacap. Metode analisis data menggunakan metode analisis nonparametrik data evelopment analysis (DEA)

Dari sembilan TPI di Kabupaten Cilacap hanya satu TPI yang tidak efisien yaitu TPI Pendanarang. Pengelola TPI/KUD Kabupaten Cilacap telah memiliki tingkat keberdayaan yang tinggi dalam

(15)

15

dan analisis

SWOT.

mengembangkan kesejahteraan

nelayan.

3 Febroza Belda 2012 Strategi Penghidupan Nelayan

dalam Peningkatan Ekonomi

Masyarakat di Kecamatan

Sasak Ranah Pasisie dan Sungai Beremas

Mengetahui hubungan antara aset, akses, aktivitas dengan ekonomi masyarakat pesisir

Kecamatan Sasak Ranah

Pesisir dan Sungai Beremas.

Mengetahui penyebab

rendahnya ekonomi

masyarakat pesisir nelayan

Kecamatan Sasak Ranah

Pesisir dan Sungai Beremas

sedangkan potensi yang

dimiliki cukup besar.

Mengetahui strategi

penghidupan masyarakat

pesisir nelayan agar dapat memanfaatkan sumberdaya alam secara optimal untuk meningkatkan perekonomian masyarakat Kecamtan Sasak Ranah Pasisie dan Sungai Beremas.

Metode analisis yang digunakan

adalah metode

kualitatif.

Kondisi aset, akses, dan aktivitas

di dua kecamatan yaitu

Kecamatan Sasak Ranah Pasisie dan Kecamatan Sungai Beremas

berbeda. Kecamatan Sungai

Beremas lebih maju baik itu dari segi aset maupun akses serta

didukung oleh aktivitas

nelayannya. Penyebab

perekonomian di dua kecamatan sebagian besar berbeda yaitu tergantung pada kepemilikan aset, alat tangkap tradisional, pola peminjaman mingguan, aktivitas perempuan yang santai, produksi

hasil tangkapan, sumberdaya

manusia yang rendah (pendidikan lebih rendah), limited capital

(modal terbatas), etos kerja serta

prilaku masyarakat yang

konsumtif. Strategi yang

digunakan oleh nelayan dalam strategi penghidupannya adalah strategi survival oleh nelayan buruh, strategi konsolidasi oleh nelayan pemilik sumberdaya, dan strategi akumulasi oleh juragan.

4 Retno

Muninggar, Thomas

2012 Manfaat Retribusi TPI

Terhadap Pendapatan Nelayan di PPN Pekalongan : Sebuah

Menganalisis pelaksanaan

kebijakan retribusi TPI di

PPN Pekalongan serta

Penelitian ini menggunakan metode

Pemungutan retribusi pelelangan ikan di TPI PPN Pekalongan berdasarkan pada Perda No. 12

(16)

16

Nugroho, dan

Hadasa Prabawati

Tinjauan Kebijakan menganalisis manfaat retribusi

TPI bagi pendapatan nelayan di PPN Pekalongan.

case study. tahun 2009. Rata-rata nelayan yang mendaratkan ikan di TPI

PPN Pekalongan merasakan

manfaat dari retribusi pelelangan ikan yang mereka bayarkan, tetapi manfaat yang diterima nelayan tidak sebanding dengan retribusi pelelangan ikan yang mereka bayarkan. Jika retribusi TPI dihapuskan maka pendanaan

untuk penyelenggaraan

pelelangan ikan akan bergantung pada APBD dan Dana Alokasi Khusus dari pemerintah pusat.

5 Tehmina Mangan, Usama Humayun, Mahmooda Buriro, Velo Ram Suthar,

Riaz Ali Buriro, dan Muhammad Ali

2015 Impact of Fish Marketing on Income of Fisherman and other Selected Market Intermediaries at Keenjhar Lake in Sindh Province of Pakistan.

Mengetahui kesenjangan

pendapatan hasil pemasaran

ikan yang diterima oleh

nelayan, tengkulak, dan

pengecer di Provinsi Sindh, Pakistan. Pengambilan data menggunakan metode survei dan analisisnya menggunakan deskriptif kualitatif dari hasil survei wawancara.

Pendapatan rata-rata bulanan yang diterima oleh nelayan US$ 272 lebih kecil dibandingkan dengan tengkulak yaitu US$ 8.845 dan pengecer US$ 1.547. Rata-rata jumlah keluarga nelayan yang

memiliki anggota keluarga

produktif berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan rumah tangga.

6 Irvan Noor

Satrio

2015 Peran Keberadaan Tempat

Pelelangan Ikan terhadap

Pendapatan Nelayan di

Kecamatan Cilacap Selatan, Kabupaten Cilacap

1.Mengetahui karakteristik Tempat Pelelangan Ikan dan

nelayan di Kabupaten

Cilacap.

2.Mengetahui faktor – faktor yang berpengaruh terhadap pendapatan Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif dan analisis regresi

Berdasarkan hasil analisis regresi liner berganda variabel yang

paling berpengaruh terhadap

penghasilan nelayan ialah besar retribusi. Setiap kenaikan satu nilai dari variabel besar retribusi

(17)

17

nelayan di Kecamatan Cilacap Selatan

3.Mengetahui faktor - faktor

yang mendukung dan

menghambat peningkatan

pendapatan nelayan di

Kabupaten Cilacap.

4.Menganalisis peran

keberadaan Tempat

Pelelangan Ikan terhadap

pendapatan nelayan di

Kecamatan Cilacap Selatan.

linier berganda. penghasilan nelayan senilai 0,619.

Sedangkan sistem lelang

mempunyai pengaruh setiap

kenaikan satu nilai akan

menurunkan penghasilan nelayan senilai 0,625.

(18)

18 1.7 Kerangka Pemikiran

Letak Kecamatan Cilacap Selatan yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia memiliki potensi hasil laut yang melimpah. Hal tersebut memicu sebagian besar penduduk di sekitar pesisir Kecamatan Cilacap Selatan bermata pencaharian sebagai nelayan. Ikan yang didapat nelayan hanya boleh dijual melalui perantara Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang dibangun oleh pemerintah.

Kecamatan Cilacap Selatan memiliki 7 TPI yang masing – masing memiliki karakteristik berbeda – beda. Perbedaan tersebut terdapat pada fasilitas, sistem pelelangan, serta besar retribusi yang dipungut dari hasil lelang. TPI memiliki peran penting terhadap pendapatan nelayan karena hanya boleh menjual ikan di TPI.

Pendapatan tiap nelayan berbeda – beda sesuai karakteristik masing – masing. Karakteristik tersebut diantaranya lama bekerja, tingkat pendidikan, dan kepemilikan perahu. Disamping itu terdapat faktor lain yang mendukung dan menghambat tingkat pendapatan nelayan. Dengan diketahuinya karakteristik TPI, karakteristik nelayan, serta faktor – faktor pendukung dan penghambat maka dapat mengetahui peran keberadaan TPI terhadap pendapatan nelayan.

(19)

19

Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran Potensi Perikanan

Pesisir Cilacap Selatan

Mata Pencaharian Penduduk Pesisir sebagai

Nelayan Karakteristik Nelayan Pemasaran Hasil Tangkapan Ikan Karakteristik TPI Sistem Pelelangan Biaya Retribusi Fasilitas TPI Faktor Pendukung dan Penghambat Tingkat Pendapatan

Peran Keberadaan Tempat Pelelangan Ikan terhadap Pendapatan Nelayan Pendapatan Nelayan  Ketersediaan Modal  Fasilitas  Cuaca  Kondisi Lingkungan  Tingkat Pendidikan  Kepemilikan Perahu  Lama Bekerja  Pekerjaan Sambilan

Gambar

Tabel 1.2 Produksi Penangkapan Ikan di Laut per Kecamatan di  Kabupaten Cilacap  No  Kecamatan  Hasil (Kg)  2011  2012  1  Wanareja  155.776  2  Kesugihan  315.770  198.155  3  Adipala  -  13.130  4  Nusawungu  913.748  365.984  5  Cilacap Utara  595.485
Tabel 1.3 Penelitian Sebelumnya
Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran Potensi Perikanan

Referensi

Dokumen terkait

Dalam melihat jarak sosial yang terbentang antara pemeluk Agama Hindu (minoritas) dengan penganut Agama Islam yang menjadi mayoritas sebagai sebuah akibat dari

Tata Kelola Pariwisata Labuan Bajo.. Kemitraan potensial yaitu pada jenis kemitraan ini kedua mitra saling peduli satu sama lain tetapi belum bekerja sama secara lebih

Untuk mengetahui pengaruh terhadap biaya kemacetan maka perlu dilakukan analisis dengan menggunakan program Eviews dilakukan dengan menggunakan data jarak tempuh,

Bawaslu Kabupaten Padang Pariaman pada setiap tahapan pilkada serentak lanjutan 2020 melakukan pengawasan langsung terhadap kegiatan tahapan yang sedang berlangsung, dari

Status kerentanan vektor DBD stadium larva di Kota Banda Aceh dan Lhokseumawe terhadap temefos 0,02 ppm menunjukkan masih rentan kecuali di Kabupaten Aceh Besar sudah

Lestari Margatama, M.Kom Lestari Margatama, M.Kom Anita Diana, M.Kom Atik Ariesta, M.Kom Dani Anggoro, M.Kom Grace Gata, M.Kom Lis Suryadi, M.Kom Sejati Waluyo, M.Kom Agus Umar

Persaingan surat kabar dan berbagai media cetak lainnya dengan media elektronik seperti televisi, menuntut media cetak yang satu ini memiliki nilai lebih dalam penyajian

i Perubahan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Bandung Tahun Anggaran 2015 ini, disusun sebagai