• Tidak ada hasil yang ditemukan

Skripsi Penelitian KEMITRAAN PEMERINTAH DAERAH DAN MASYARAKAT DALAM TATA KELOLA PARIWISATA LABUAN BAJO DI KABUPATEN MANGGARAI BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Skripsi Penelitian KEMITRAAN PEMERINTAH DAERAH DAN MASYARAKAT DALAM TATA KELOLA PARIWISATA LABUAN BAJO DI KABUPATEN MANGGARAI BARAT"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

i

Disusun dan Diusulkan oleh

FITRIA SULASTRIANI

Nomor Stambuk : 10564 01808 13

JURUSAN ILMU ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POILITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2019

(2)

ii Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Ilmu Pemerintahan

Disusun dan Diajukan Oleh

FITRIA SULASTRIANI

Nomor Stambuk : 10564 01808 13

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(3)
(4)
(5)
(6)

vi

Universitas Muhammadiyah Makassar Email : fitriasulastriani1396@gmail.com

ABSTRAK

Artikel ini membahas tentang kemitraan pemerintah daerah dan masyarakat dalam tata kelola pariwisata Labuan Bajo di Kabupaten Manggarai Barat dan Faktor pendukung dan penghambat dalam pengelolaan pariwisata Labuan Bajo di Kabupaten Manggarai Barat. Pariwisata membutuhkan kemitraan dari berbagai pihak tidak semata-mata berjalan sendiri tanpa dukungan dari berbagai pihak. Jenis penelitian ini mengunakan kualitatif dengan Tipe penelitian studi kasus yang bertujuan untuk dapat mengetahui kemitraan pemerintah daerah dan masyarakat dalam tata kelola pariwisata Labuan Bajo. Teknik pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi dengan jumlah informan sebanyak 9 orang.Berdasarkan data yang di peroleh dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Manggarai Barat dapat di simpulkan bahwa kinerja pemerintah daerah dalam meningkatkan PAD bagi kabupaten Manggarai Barat masih dalam kategori baik,yaitu sebesar 83,43 % dari target yang di tetapkan.Meski pun prosentase ketercapaian terhadap target mengalami penurunan,namun dari sisi nilai pencapaian mengalami kenaikan.Tidak tercapainya pencapaian sesuai target pencapaian PAD untuk Dinas Pariwisata dan Kebudayaan pada tahun 2015 naik sebesar 25 % dari target yang ditetapkan pada tahun 2014.Dengan demikian pencapaian kinerja atas dasar tujuan yang di tetapkan pada tahun 2015 dapat disimpulkan bahwa kinerja Dinas Pariwisata dan Kebudayaan selama tahun 2015 dapat dikategorikan baik berdasarkan kategori ketercapaian tujuan yang telah ditetapkan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerjasama Pemerintah Daerah dengan Masyarakat dalam pengelolaan sudah berjalan dengan baik sesuai harapan masyarakat dalam kemitraan yang saling peduli satu sama lain dan bekerja sama secara lebih dekat,kemitraan yang sudah berjalan secara efektif kemitraannya,dan kemitraan yang memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak sehingga dapat mengsukseskan kemitraan pemerintah daerah dan masyarakat dalam tata kelola pariwisata Labuan Bajo.

Kata kunci: Kemitraan, Pemerintah Daerah, Tata Kelola, Objek wisata

(7)

vii

menyelesaikan skrpsi yang berjudul “Kemitraan Pemerintah Daerah Dan Masyarakat Dalam Tata Kelola Pariwisata Labuan Bajo Di Kabupaten Manggarai Barat” skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar sarjana Ilmu Pemerintahan pada Fakultas ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

Pada lembaran penulis hendak menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada orang tua yaitu Ayahanda Hendrikus Hani dan Ibunda Siti Habiba atas segala kasih sayang, cinta, pengorbanan serta doa yang tulus dan ikhlas yang senantiasa beliau panjatkan kepada Allah SWT sehingga menjadi pelita terang dan semangat yang luar biasa bagi penulis dalam mencapai cita-cita, serta seluruh keluarga besar penulis yang selalu memberi semangat dan dukungan disertai segala pengorbanan yang tulus dan ikhlas

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari pembimbing Ibu Dra. Hj. Djuliati Saleh, M.Si selaku pembimbing 1 dan Bapak Andi Luhur Prianto, S.IP selaku pembimbing II yang telah berkenan meluangkan waktu dan tenaganya dalam membimbing dan memberikan petunjuk yang begitu berharga dari awal persiapan hingga selesainya skripsi ini dan berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada yang terhormat:

1. Ibu Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Ibu Dr. Nuryanti Mustari, S.IP., M.Si selaku ketua Jurusan Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar

(8)

viii

tidak sempat saya sebutkan namanya satu persatu yang senang tiasa memberikan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Semoga karya ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membuuhkan.

Wassalamualaikum warhmatullahi wabarakatuh

Makassar 20 September 2019

Penulis

(9)

ix

Penerimaan Tim... iii

Halaman Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ... iv

Abstrak ... v

Kata Pengantar ... vi

Daftar Isi ... viii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masah ... 1

B. Rumusan Masala ... 9

C. Tujuan Peneliti ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kemitraan Pemerintah Daerah Dan Masyarakat ... 11

B. Konsep Tata Kelola Pariwisata ... 22

C. Konsep Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pariwisata ... 31

D. Kerangka Fikir ... 40

E. Fokus Penelitia ... 42

F. Deskripsi Fokus Penelitia ... 42

BAB III. METODE PENELITIAN A. Lokasi Dan Waktu Penelitian ... 47

B. Jenis Dan Tipe Penelitian... 47

C. Sumber Data... 48

D. Informan Penelitian ... 48

E. Teknik Pengumpulan Data ... 50

F. Teknik Analisis Data... 51

G. Pengabsahan Data ... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi dan Karakteristik Objek penelitian ... 54

B. Kemitraan Pemerintah Daerah Dan Masyarakat Dalam Tata Kelola Pariwisata Labuan Bajo Di Kabupaten Manggarai Barat ... 63

(10)

x

B. Saran ... 83

(11)

1

Pariwisata merupakan sumber daya alam yang bersifat abadi atau tidak akan pernah lenyap atau habis keberadaannya. Oleh karena itu sektor pariwisata harus di rawat dan dijaga keberadaannya. Wisatawan butuh dipuaskan keinginannya,sementara masyarakat yang tinggal disekitar lokasi berharap akan mendapatkan implikasi positif berupa peningkatan pendapatan ekonomi dan kesejahteraan keberlangsungan hidup mereka. Fenomena ini wajib dijadikan perhatian bagi para pembuat kebijakan sebagaimana telah dijelaskan bahwa pembangunan kepariwisataan nasional ditujukan menjadi sektor andalan serta unggulan yang secara luas akan di terjemahkan sebagai penghasilan devisa terbesar yang akan mampu mendorong pertumbuhan nilai ekonomi, meningkatkan tingkat pendapatan daerah, memberdayakan perekonomian, memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha.

Disaat ini, kedudukan sektor pariwisata menjadi salah satu sektor andalan dan sekaligus unggulan yang mampu meningkatkan devisa negara sebagai pendukung komoditi ekspor migas maupun non migas. Pengembangan sektor pariwisata tersebut dilakukan karena mampu memberikan kontribusi yang cukup besar bagi penerimaaan devisa negara dan di samping itu semua kegiatan pariwisata merupakan hal yang mempunyai kaitan yang erat dengan sumber daya yang unik dari suatu tujuan wisata dalam bentuk daya tarik alam dan daya tarik budaya. Dalam upaya untuk melakukan program kegiatan pembangunan pariwisata yang sedang

(12)

gencar-gencarnya dilakukan oleh pemerintah daerah, pemerintah Kabupaten Manggarai Barat berusaha meningkatkan nilai citra positif daerah yang berkualitas dalam penggunaan dan pengelolaan sumber daya alam maupun sumber daya manusia dan potensi pariwisata yang ada di Labuan Bajo.

Selain upaya pembangunan objek serta daya tarik wisata dan berbagai aktivitas promosi untuk mewujudkan dan mensukseskan program dalam sektor pariwisata, dibutuhkan pula fasilitas pelayanan wisatawan diantaranya sarana transportasi berupa kendaraan, akomodasi yang baik sehingga wisatawan merasa nyaman, keamanan yang ketat, layanan kesehatan, serta hal lain yang dianggap perlu untuk menunjang program pengembangan pariwisata sehingga mampu memberikan kenyamanan kepada para wisatawan. Pada dasarnya pengembangan pada sektor pariwisata sangat ditentukan oleh pengembangan elemen-elemen nyata dan tidak nyata dari produk wisata itu sendiri. Salah satu tujuan pembangunan kebudayaan dan kepariwisatawan adalah menjunjung nilai-nilai kebudayaan dan kepariwisatawaan yang terkandung di daerah atau lingkungan masyarakat setempat dan memiliki daya tarik untuk dikunjungi pariwisatawan baik dosmetik maupun lokal.

Saat ini, upaya untuk membangun objek wisata dan mengembangkan kehidupan masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan mulai dirasakan semakin penting. Hal ini terjadi karena hampir sebagian besar penduduk tinggal di daerah pedesaan, sehingga kini partisipasi masyrakat desa juga diharapkan sebagaimana yang telah tertulis dalam Kitab UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah yaitu bahwa desa mampu berinisiatif atau berkreasi untuk menjalankan roda

(13)

pemerintahannya sendiri serta menumbuhkan nilai demokratisasi masyarakat dalam sektor pembangunan, sehingga desa dapat mempunyai ruang gerak yang luas dan bebas dalam melakukan pembangunan.

Peranan pemerintah daerah dalam mengelola objek tempat wisata pada garis besarnya yaitu menyediakan infrastruktur (baik fisik maupun nonfisik), memperluas segala bentuk fasilitas, serta aktivitas koordinasi antara pemerintah dengan pihak bukan pemerintah (swasta), pengaturan dan promosi umum. Tidak dapat disangkal hampir diseluruh daerah di Indonesia terdapat potensi pariwisata, oleh kerena itu yang perlu di perhatikan adalah sarana angkutan, infrastruktur, dan sarana–sarana pariwisata yang menuju ke arah yang lebih modern dan terdapat di daerah-daerah tersebut. Hal-hal ini yang sesungguhnya menjadi pokok persoalan. Mengembangkan berbagai upaya pembangunan objek pariwisata secara keseluruhan tidak mungkin dapat dilakukan secara simultan karena itu perlukan biaya yang besar. Padahal jumlah dana yang disediakan sangat terbatas, oleh karena itu pengembangan pariwisata seharusnya berskala prioritas.

Menurut UU pasal 30 tahun 2009 tentang pariwisata pemerintah daerah memiliki wewenang sebagai berikut:

a. Menyusun rancangan dan menetapkan rencana induk pembangunan kepariwisataan kabupaten atau kota.

b. Menetapkan destinasi pariwisata kabupaten atau kota. c. Menetapkan daya tarik wisata kabupaten atau kota.

d. Melaksanakan pendaftaran, pencatatan, dan pendataan berbagai pendaftaran usaha pariwisata.

(14)

e. Mengatur penyelenggaraan dan cara mengelola objek pariwisataan di wilayahnya.

f. Memfasilitasi dan melakukakn berbagai upaya berupa promosi destinasi objek pariwisata dan produk alam pariwisata yang ada di wilayahnya masing-masing.

g. Menfasilitasi pengembangan objek daya tarik wisata yang baru terbentuk. h. Melaksanakan pelatihan dan penelitian kepariwisataan dalam lingkup

kabupaten atau kota.

i. Memelihara serta menjaga dan ikut melestarikan keunikan daya tarik wisata yang berada di wilayahnya.

j. Menyelenggarakan bimbingan masyarakat sadar wisata. k. Mengalokasikan jatah anggaran untuk kepariwisataan.

Pariwisata merupakan sektor andalan serta unggulan Kabupaten Manggarai Barat untuk mendapatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang lebih tinggi. Kabupaten Manggarai Barat menyimpan suatu potensi pariwisata yang lebih tinggi prosentasinya apabila jika dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten lain yang berada di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Manggarai Barat menjadi salah satu tempat tujuan wisata baru yang dapat diandalkan menjadi pilihan yang bagus untuk wilayah Indonesia Bagian Timur. Sesuai UU RI No.8 Tahun 2003 Kabupaten Manggarai Barat pertama kali terbentuk dengan menjadikan Labuan Bajo sebagai ibu kotanya, yang merupakan hasil pemekaran dan perpecahan dari kabupaten Manggarai di Pulau Flores Propinsi Nusa Tenggara Timur. Berdasarkan keuntungan yang sangat menjanjikan dan fantastis pendapatannya dari sektor

(15)

bidang pariwisata maka Pemkab Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT) mempunyai obsesi untuk menjadikan dan mengutamakan sektor pariwisata sebagai penopang utama pendapatan asli daerahnya di masa yang akan datang.

Labuan Bajo merupakan sebuah kota nelayan kecil yang terletak di Flores wilayah Nusa Tenggara dari timur Indonesia, akan tetapi walaupun merupakan kota kecil, Labuan Bajo merupakan pusat dari pariwisata teramai di Flores karena selain menjadi salah satu destinasi wisata di Indonesia, Labuan Bajo merupakan pusat dari objek wisata yang paling ramai dan paling sering dikunjungi di Flores karena bukan hanya menjadi salah satu destinasi wisata di indonesia, Labuan Lajo juga menjadi titik persinggahan bagi mereka pariwisatawan yang datang berkunjung dan ingin menikmati salah satu destinasi favorit yang semakin terkenal di dunia yakni Pulau Komodo. Ada beberapa contoh tempat pariwista di Labuan Bajo contohnya Taman Nasional Loh Liang, Air Terjun Cunca Wulang, Pulau Kalong, Pulau Kanawa, Pantai Pede dan masih banyak lagi.

Daerah kawasan Manggarai Barat memliki sejumlah potensi wisata alam yang besar dan luas serta beraneka ragam jenisnya. Secara umum obyek pariwisata yang terdapat di Kabupaten Manggrai Barat di bedakan menjadi tiga bagian yaitu Wisata Taman Nasional Komodo, Wisata Bahari dan Wisata Alam Budaya. Akan tetapi pada saat ini yang menjadi andalan serta unggulan wisata Manggarai Barat adalah satwa Komodo (Varanus Komodo) yang berlokasi di area kawasan Taman Nasional Komodo (TNK). Taman Nasional Komodo adalah salah satu obyek wisata yang mampu menarik perhatiaan pengunjung pada tahun 2013 (Januari-Agustus) sebesar 41.828 orang dengan jumlah rata-rata wisatawan mancanegara 35.862

(16)

orang dan wisatawan nusantara 5.966 orang (Balai Taman Nasional Komodo, 2013).

Labuan Bajo merupakan salah satu pintu gerbang untuk wilayah persinggahan bagi para wisatawan untuk memasuki area kawasan Taman Nasional Komodo. Labuan Bajo merupakan daerah pesisir pantai yang sedang mengalami perkembangan dan mempunyai sejumlah potensi pariwisata alam yang tidak akan kalah keindahan dan keunikannya di banding tempat wisata lainnya yang ada di dunia. Salah satu pantai di area pesisir pantai Labuan Bajo merupakan daerah yang sangat tepat dan sesuai untuk menikmati wisata alam, contohnya Pantai Pede. Pantai yang cukup terkenal di daerah Labuan bajo ini memiliki beberapah keunikan yaitu, selain panorama yang indah dengan pasir putihnya, juga bisa di nikmati keindahan pemandangan saat matahari terbenam. Pantai Pede memiliki letak geografis yang cukup berdekatan dengan pusat kota Labuan Bajo, sehingga di khawatirkan kondisinya rentan terhadap perubahan atau kemerosatan kualitas lingkungan yang sering terjadi di wilayah perairan dan di daratan, oleh karena itu penetapan untuk segala aktivitas kegiatan wisata haruslah hati-hati. Berbagai aktivitas kegiatan wisatawan dan pembangunan yang di lakukan secara berlebihan dapat memicu terjadinya ancaman dan kerusakan terhadap kualitas lingkungan di sekitar wilayah pantai.

Rencana pembangunan dan pengembangan yang dilakukan seputar wilayah pesisir Pantai Pede di harapkan agar tetap mengutamakan dan memperhatikan kepentingan dari Masyarakat Labuan Bajo yang saat ini masih menikmati dan membutuhkan tempat untuk berwisata. Komitmen pemerintah

(17)

daerah untuk menjadikan pariwisata sebagai salah satu sektor andalan serta ungggulan dalam pembangunan dan pengembangan daerah juga harus di ikuti dengan upaya melakukan pemberdayaan masyarakat setempat sehingga dapat mengurangi konflik yang terjadi antar masyarakat, pihak investor, dan pemerintah. Pada dasarnya konflik akan muncul sebagai akibat dari pengembangan sektor pariwisata yang tidak mengakomodir dan tidak memperhatikan pemberdayaan dan kesejahteraan masyarakat lokal. Aksi protes yang dilakukan masyarakat dapat menghambat pengembangan dan perkembangan dari pariwisata di daerah tersebut. Kondisi alamiah yang mempunyai beragam bentuk menggambarkan bahwa potensi pesisir Labuan Bajo dan Pulau Komodo yang sangat indah tersebut dapat menjanjikan untuk wisata minat khusus dan wisata ekologis. Masyarakat desa wisata dan Labuan Bajo yang mempunyaii hak untuk akses pemanfaatan dan mempunyai kesempatan dan peluang yang sangat baik untuk menangkap berbagai peluang emas berkembangnya objek wisata di daerah tempat tingal mereka. Keterlibatan masyarakat secara langsung akan memungkinkan masyarakat untuk memperoleh keuntungan ekonomi secara langsung. Dengan memperoleh pendapatan ekonomi secara langsung, maka akan tumbuh motivasi masyarakat untuk ikut melestarikan sumber daya alam yang terdapat di sekitar mereka.

Taman Nasional dan Labuan Bajo merupakan satu kesatuan destinasi. Meningkatnya nilai jumlah pengunjung di Taman Nasional Komodo di harapkan agar mampu memberikan citra dan dampak yang positif bagi perkembangan dan pengelolahan pariwisata alam di Labuan Bajo. Beberapa permasalahan yang di duga dapat menimbulkan tidak adanya penyebaran dan penyeimbangan kunjungan

(18)

wisatawan di Kabupaten Manggari Barat dan terkadang hanya terpusat di satu wilayah yaitu wilayah Taman Nasional Komodo, sehingga menyebabkan rendahnya jumlah wisatawan di Kabupaten Manggarai Barat khususnya di daerah pesisir Labuan Bajo yaitu keadaan infrastruktur serta penyediaan fasilitas sarana dan prasarana yang belum memadai, belum ada terbentuknya produk wisata dalam bentuk kemasan atau paket wisata, souvenir, kemampuan manusia yang semakin minim atau kurangnya Sumber Daya Manusia serta keadaan pesisir dan pantai yang tidak dijaga dan di rawat dengan baik.

Wilayah pesisir Labuan Bajo memiliki potensi wilayah yang menjanjikan, namun minimnya upaya untuk meningkatkan peran serta masyarakat didalam pembangunan melalu program pemberdayaan masyarakat dalam proses perencanaan, pengelolaan dan distribusi hasil wisata mengakibatkan timbulnya persoalan antara masyarakat dan pihak pemerintah. Karena itu perlu mencari tau persepsi dan partisipasi masyarakat pesisir Labuan Bajo dalam pengembangan wilayah khusnya Pantai Pede, dan perlu di ketahui motivasi kunjungan wisatawan, sehingga di harapkan bisa di kelola dan dimanfaatkan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mampu menjamin kelestarian sumber daya alam.

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk mengangkat judul penelitian “KEMITRAAN PEMERINTAH DAERAH DAN MASYARAKAT DALAM TATA KELOLA PARIWISATA LABUAN BAJO DIKABUPATEN MANGGARAI BARAT”

(19)

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana kemitraan pemerintah daerah dan masyarakat dalam tata kelola pariwisata Labuan Bajo di Kabupaten Manggarai Barat?

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kemitraan pemerintah daerah dan masyarakat dalam tata kelola pariwisata Labuan Bajo di Kabupaten Manggarai Barat ?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui kemitraan pemerintah daerah dan masyarakat dalam tata kelola pariwisata Labuan Bajo di Kabupaten Manggarai Barat.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kemitraan pemerintah daerah dan masyarakat dalam tata kelola pariwisata Labuan Bajo di Kabupaten Manggarai Barat.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan tambahan pengetahuan yang lebih dalam bidang pariwisata dan sebagai salah satu bahan bacaan yang berharga bagi peneliti berikutnya.

2. Manfaat Praktis

Adapun kegunaan dalam penelitian skripsi ini adalah sebagai berikut: Bermanfaat bagi penulis untuk menambah wawasan mengenai tata kelola pariwisata Labuan Bajo dalam sebuah bentuk karya tulis ilmiah. Dapat berguna

(20)

bagi masyarakat dan wisatawan mancanegara yang membutuhkan informasi tentang pariwisata khususnya tempat-tempat pariwisata yang ada di Labuan Bajo Kabupaten Manggarai Barat.

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Kemitraan Pemerintah Daerah dan Masyarakat

Kemitraan merupakan suatu upaya yang banyak melibatkan beberapa sektor yaitu, masyarakat, instansi pemerintah, maupun bukan pemerintah, untuk saling bekerja sama dalam mewujudkan dan keinginan bersama sesuai prinsip dan peran masing-masing. Dengan demikian untuk membangun serta membentuk sebuah kemitraan wajib memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut memiliki persamaan perhatian, saling percaya, saling menghormati, dan sadarakan pentingnya kemitraan tersebut, harus memiliki kesamaan, visi dan misi, tujuan, dan nilai yang sama harus berpacu pada landasan yang sama-sama tela disetujui dan kesediaan untuk berkorban. Kemitraan pada esensinya adalah di kenal dengan sebutan gotong royong atau kerja sama dari berbagai pihak baik secara individual maupun secara kelompok.

a. Bentuk-bentuk kerja sama dan kemitraan

Terdapat beberapa bentuk pengaturan kerja sama.Adapun bentuk pengaturan kerja sama antara lain :

1. Consortia,yaitu pengaturan kerja sama dalam sharing sumber daya. Hal ini dilakukan karena biaya akan lebih mahal jika di tanggung sendiri-sendiri. 2. Joint Purchasing, yaitu salah satu pengaturan cara kerja sama dalam hal

melaksanakan proses pembelian barang sehingga dapat mempertahankan nilai jumlah biaya karena skala nominal pembelian lebih besar.

(22)

3. Equipment Sharing,yaitu salah satu pengaturan cara kerja sama dalam bentuk sharing peralatan yang bernilai mahal atau yang tidak selalu setiap hari digunakan.

4. Coperative Conduction,yaitu pengaturan kerja sama dalam mendirikan bangunan.

5. Join Service,yaitu pengaturan kerja sama dalam memberikan pelayanan publik.

Bowo dan Andy (2007:50-51), menjelaskan bahwa dalam melakukan kerjasama harus mencapai keuntungan bersama, pelaksanaan kerjasama hanya bisa dicapai jika sesuatu yang diperoleh dapat menjadi manfaat bersama bagi semua pihak yang terlibat didalamnya. Apabila salah satu pihak merasa dirugikan dalam proses kerjasama maka, kerjasama tidak lagi terpenuhi. Dalam upaya mencapai keuntungan untuk memperoleh manfaat bersama dari kerjasama, maka diperlukan komunikasi yang baik antar semua pihak serta pemahaman yang sama terhadap suatu tujuan bersama.

Anjuwaningsih (2006), menerapkan bahwa kerjasama merupakan suatu kegiatanyang dilakukansecara bersama-sama oleh lebih dari satu orang. Kerjasama mempunyai bermacam-macam bentuk, namun dari semua kegiatan yang dilaksanakan itu diarahkan demi untuk mencapai tujuan bersama. Sesuai dengan kegiatannya,maka kegiatan yang tercapai ditentukan oleh suatu pola yang telah disepakati secara bersama-sama.

Zainuddin (2009), kerjasama merupakan rasa saling peduli antara seseorangdengan pihak lain atau lebih dari satu orangdengan prinsip saling percaya

(23)

satu sama lain, menghargai serta bertoleransi dan adanya nama yang mengatur, makna kerjasma dalam hal ini adalah sebuah kerjasama dalam lingkup organisasi, yaitu kerja antar sesama anggota organisasi untuk mencapai tujuan organisasi (seluruh anggota)

Berdasarkan prinsip kerjasama tim menurut Sharman et al., (2012) yaitu: a. Tujuan ialah merupakan sasaran yang hendak dicapai oleh seseorang atau

organisasi dalam menjalankan kegiatannya sebagai indikator tercapainya sebuah keberhasilan

b. Pengambilan keputusan bersama yaitu hasil pemecahan dari sebuahpermasalahan yang harus diatasi dengan sikap yang tegas. Berdasarkan beberapa defenisi suatu proses pemikiran alternatif yang nantinya akan menghasilkan mengenai tentang apa diharapkan kedepan. c. Kepercayaan ialah keinginan seseorang untuk bertahan pada orang lain yang

mempunyai rasa yakin padanya.

Jadi, kemitraan merupakan suatu usaha sejenis kerja sama yang melibatkan dua sektor atau lebih yang mempunyai tujuan yang sama,bersifat sukarela dan berdasarkan pedoman saling membutuhkan satu sama lain,saling memberi dukungan,saling memperkuat dan saling menguntungkan.Dalam menjalankan kemitraan kedua belah pihak harus saling percaya satu sama lain yang dan dibutuhkan adalah sebuahkomunikasi atau penyampaian yang baikantara segala pihak dansemua kegiatan yang tercapai ditentukan oleh suatu pola yang telah disepakati secara bersama-sama.

(24)

Menurut Beryl Levinger dan Jean Mulroy (2004),ada 3 model kemitraan yaitu :

1. Kemitraan Potensial yaitu pada jenis kemitraan ini para pelaku kemitraan sudah saling memiliki rasa peduli satu sama lain akan tetapi belum bekerja sama secara lebih dekat.

2. Kemitraan yang baru lahir yaitu kemitraan ini para pelaku kemitraan adalah dua orang partner tetapi efisiensi kemitraan mereka tidak maksimal.

3. Kemitraan yang sinergis,yaitu kemitraan pada jenis ini memberikan para pelaku kemitraan keuntungan dan pengaruh pada kedua mitra dengan masalah pengembangan sistematik dengan cara menambah ruang lingkup aktivitas kegiatan yang baru contohnya advokasi dan melakukan penelitian.

Kabupaten Manggarai Barat menyatakan pariwisata merupakan sumber utama pembangunan serta pendapatan hasil daerah. Hal ini sesuai dengan yang terdapat dalam Rancangan Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kabupaten Manggarai Barat pada tahun 2008 yang bertumpuh pada pembangunan pariwisata pada tiga bentuk utama yakni ekonomi,sosial,dan kebudayaan. Akan tetapi titik fokus pengembangan pariwisata yang terdapat dalam RIPPDA tersebut pada akhirnya tidak berjalan semestinya.Pengembangan Pariwisata di Kabupaten Manggarai Barat sudah pasti mengharapkan adanya sebuah perubahan bagi pertumbuhan pendapatan ekonomi masyarakat setempat, yaitu misalnyadalam hal peningkatanusaha lapangan kerja,serta peningkatan pendapatan asli daerah,memperkenalkan kekhasan budaya yang dimiliki serta menggali berbagai potensi-potensi yang ada. Namun dalam proses pencapainnya itu,dalam

(25)

pelaksanaannya terjadi hal-hal yang dapat memicu munculnya berbagai kendala dan hambatan dalam pengembangan pariwisata di Manggarai Barat,yaitu masih kurangnya kepedulian pemerintah terhadap sejumlah potensi pariwisata desa yang dapat membantu dan mendukung keberadaan destinasi Pulau Komodo,sehingga keterlibatan partisipasi masyarakat dalam kegiatan pariwisata sangat rendah terutama masyarakat yang berekonomi lemah,juga kendala lainnya yaitu minimnya sumber daya manusia dan keterbatasan finansial.

b. Peran Pemerintah dalam pariwisata.

Peran Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata dalam mengembangkan potensi pariwisata Labuan Bajo adalah suatu usaha yang dilakukan oleh Pemerintah dalam kaitannya dengan wewenang yang dimilikinya untuk mengembangkan pariwisata Labuan Bajo yang mencakup dari seluruh penyediaan fasilitas pendukung pariwisata dan kerjasama yang sinergis dengan berbagai stakeholder pariwisata.

Berkaitan dengan istilah ”Pemerintah Daerah” dan “Pemerintahan Daerah” menurut UU Nomor 23 tahun 2014, Pemerintah Daerah merupakan perangkat pemerintah yang menjabat sebagai kepala daerah sebagai sebuah unsur pelaksanan Pemerintah Daerah yang dipercaya untuk memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan daerah yang sudah menjadi kewenangan daerah otonom. Sedangkan pemerintahan Daerah adalah pelaksana urusan pemerintah oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan

(26)

Republik Indonesia dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam melaksanakan Pemerintah dalam arti Luas.

Melaksanakan pemerintahan dalam arti luas pada Negara kesatuan, ada dua macam yaitu:

1. Pemerintah Pusat (central government) yang mencakup seluruh perangkap penyelenggaraan pemerintah yang terdiri atas semua departemen dan badan pemerintahan yang ditentukan oleh Presiden.

2. Pemerintah Daerah (local self government) yang mencakup Bupati, atau Walikota serta perangkat daerah sebagai sebua unsur pelaksana Pemerintah Daerah.

Berdasarkan UU No 23 Tahun 2014 tentang pemerintahan daerah bahwa, penyelenggaraan Pemerintah Daerah ditujukan untuk mempercepat tercapainya

kesejahteraan masyarakat melalui meningkatkan mutu

pelayanan,pemberdayaan,dan peran serta masyarakat,peningkatan daya saing daerah dengan tetap mempertahankan prinsip nilai demokrasi, pemerataan, keadilan, keseimbangan dan kekhasan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Untuk itu, pemerintah daerah diharapkan mampu memiliki kelebihan berupa kemampuan untuk mengidentifikasi dan mengelola setiap potensi-potensi yang ada didaerahnya, untuk digunakan dengan cara efektif dan efisien demi terlaksananya aktifitas kegiatan pembangunan dalam rangka meningkatan kualitas hidup masyarakat dan daerahnya. Karena itu pemerintah daerah mempunyai kewajiban secara konsisten untuk mengelolasetiap potensi-potensi yang dapat

(27)

dikembangkan, yang diharapkan mampu memberi peningkatann pendapatan daerah serta meningkatkan kesejahteraan sosial hidup masyarakat,bangsa, dan negara.

Pemerintah sebagai pemilik otoritas kewilayahan suatu daerah/negara, memiliki peran yang sangat penting dan strategis dalam mengembangkan pariwisata, yakni sebagai pihak yang memiliki kewenangan dalam pembuatan masalah kebijakan-kebijakan yang terkait dengan masalah pengembangan pariwisata, misalnya dalam penyediaan berbagai fasilitas dan infrastruktur yang digunakan untuk mendukung pengembangan pariwisata.

Peran pemerintah dalam pariwisata dirasakan sangat penting yaitu terutama dalam melindungi para wisatawan dan memperkaya pengalaman perjalanannnya. Peran atau peraturan yang penting dan harus untuk urusan kepentingan tersebut adalah Peraturan untuk melindungi pariwisatawan terutama bagi biro perjalanan objek wisata yang mewajibkan para wisatawan untuk melunasi uang muka terlebih dahulu sebagai jaminan untuk pemesanan jasa seperti akomodasi, tour dan lain-lain.

Selain itu, pemerintah daerah juga untuk bertanggung jawab untuk pengelolaan sumber daya alam seperti: Flora(tumbuh-tumbuhan)dan Fauna(bintang) yang langka, air,tanah dan juga udara agar tidak menjadi tercemar sehingga dapat mengganggu bahkan merusak suatu ekosistem atau habitat asli tempat tinggal mereka. Dengan demikian,untuk menerapkan semua peraturan yang telah dibuat oleh pemerintah dan undang-undang berlaku secara mutlak dilaksanakan oleh pemerintah. Peran pemerintah dalam mengembangkan pariwisata pada garis besarnya menyiapkan infrastruktur(tidak hanya dalam bentuk

(28)

fisik) memperluas berbagai fasilitas, kegitan koordinasi kerja sama antara aparatur pemerintah daerah dengan pihak objek wisata, cara pengaturan dan berbagai promosi umum keluar negri. Tidak dapat diingkari bahwa hampir sebagaian besardiseluruh wilayah Indonesia terdapat begitu banyak potensi pariwisata,maka yang sangatpenting diperhatikan adalah sarana transportasi semacam kendaraan, kondisi infrastruktur dan sarana-sarana pariwisata.

Dengan diberlakukannya UU No 32 tahun 2004 yang memberikan kewenangan lebih luas pada Pemerintah Daerah untuk mengelola dan mengatur wilayahnya sendiri, membawa implikasi semakin besarnya rasa untukbertanggung jawab dan tuntutan untuk mengggali dan mengembangkan semua potensi sumber daya yang dimiliki daerah dengan tujuan untuk menopang kebutuhan perjalanan pembangunan di daerah. Dengan berlakunya UU tersebut pemerintah memiliki keluluasaan untuk mengembangkan obyek wisata.

Adanya berbagai kebijakan yang mendukung dari dunia kepariwisataan maka tentunya nanti akan memberikan dampak peluang yang begitu besar untuk melebarkan potensi dan mengembangkan dunia kepariwisataan di Indonesia khususnya bagi daerah yang memiliki sejumlah potensi wisata yang unik, baik wisata alam maupun wisata budaya.

Fungsi dan peran pemerintah dalam pariwisata adalah sebagai berikut : a. Sebagai fasilitator

Sektor pariwisata diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat seluruhnya. Didalam pengelolaan tak banyak yang simpatik untuk tetap menjaga kelestarian daerahnya. Disini peran pemerintah sangatlah diperlukan

(29)

dalam untuk kemajuan bidang pariwisata,selain itu wujud nyata partisipasi masyarakat juga berpengaruh. Peran parapelaku fasilitator disini dapat diterjemahkan sebagai menciptakan iklim berupa suasana yang damai dan nyaman agar kegiatan kebudayaandan pariwisata dapat berjalan secara efisien dan efektif.

Menyikapi hal tersebut satu-satu harapan yang kita miliki ialah pengembangan wisata buatan yang telah ada. Banyak cara yang bisa kita tempuh antara lain:

1) Menyempurnakan obyek yang telah ada seperti dengan pembangunan infrastruktur yang menunjang obyek wisata tersebut seperti membangun sistem transportasi, membangun penginapan maupun yang lainya.

2) Pengadaan paket-paket wisata ke berbagai tempat wisata.

3) Lebih ditingkatkannya media massa sebagai salah satu sarana promosi yang handal.

b. Sebagai komunikator

Peran pemerintah untuk meningkatkan pengelolaan objek-objek wisata dalam upaya mendukung kegiatan promosi wisata. Dalam teori Laswell (1960) komunikasi setidaknya harus dapat menjawab lima pertanyaan: who (siapa), say what (mengatakan apa), in which chanel (melalui saluran apa), to whom (di tujukan kepada siapa), dan with what effect (menimbulkan efek apa). Komunikator mengarah kepada siapa saja orang yang mengambil inisiatif untuk memulai komunikasi atau pembicaraan. Pihak yang memulai komunikasi tersebut dapat berupa satu orang atau lebih dan dapat juga sekelompok orang atau organisasi.

(30)

Jadi komunikator adalah pemerintah sebagai pihak yang menyampaikan pesan, pesan disini berupa kegiatan promosi yang dilakukan oleh pemerintah melalui saluran berupa media-media tertentu baik media cetak maupun elektronik yang ditujukan kepada komunikan, yaitu para calon wisatawan sehingga pesan tersebut dapat menimbulkan efek atau umpan balik yaitu berupa kunjungan ke tempat-tempat wisata yang ada.

c. Sebagai regulator

Sebagai pembuat kebijakan, maka pemerintah mestinya memberikan ketegasan. Pemerintah daerah yang berugas untuk bertanggung jawab atas kelestarian alam dan kesehatan lingkungan. Pemerintah sebagai regulator harus melaksanakan fungsinya masing-masing secara baik dalam bentuk didamping, memberikan bimbingan,dan memberikan perlindungan. Pemerintahjuga harus memiliki kemampuan dalam menjelaskan dan menyampaikan kebijakan dan program yang telah dirancang dalam bentuk kegiatan sertamempunyai kapabilitas yang tinggi dalam menyelenggarakannya sehingga keluaran (output) yang dicapai benar-benar berhasil terwujud.

d. Sebagai mediator

Peran pemerintah dalam mengatur dan mengawasi pemanfaatan zona area kawasan sangat menentukan perkembangan di kawasan tersebut. Kepatuhan dan kedisiplinan terhadap kebijakan tata pengaturan ruang wilayah dalam memanfaatkan potensi dapat dijadikan tolak ukur terhadap komitmen pemerintah dalam pelaksanaan pengelolaan pariwisata. Pemanfaatan kawasan yang sesuai dengan kesepakatan zonasi akan memberikan dampak implikasi positif terhadap

(31)

aspek pengelolaan dan pengembangan wisata. Hal ini disebabkan dalam upaya mengidentifikasi penggunaan-penggunaan yang diperoleh atas kepemilikan dan peraturan-peraturan yang berlaku diatasnya.

Dalam melaksanakan peran dan tanggung jawabnya, pemerintah mempunyai hak kewenangan dalam pengaturan kebijakan pengelolaan dan pengembangan potensi wisata. Pendapatan hasil pengelolaan dan pengembangan potensi wisata digunakan kembali untuk sebanyak-sebanyaknya dalam menciptakan kesejahteraan masyrakat.

1. Peran Masyarakat Dalam Pariwisata

Masyarakat lokal harus dilibatkan secara aktif dalam pengembangan pariwisata. Lebih jauh lagi, pariwisata juga diharapkan bisa memberikan peluang kesempatan dan akses kepada masyarakat lokal agar mereka dapat mengembangkan usaha pendukung pariwisata seperti: pokok kerajinan, toko cindramata (souvenir) warung makan, dan lain sebagainya sehingga masyarakat lokalnya mendapat manfaat ekonomi berupa pendapatan yang lebih banyak dan secara langsung dari para wisatawan yang berkunjung sehingga dapa digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidupnya.

Tingkat keterlibatan ikut serta masyarakat dalam bidang pariwisata tentunya berbeda dan hal ini tentunya tergantung dari jenis potensi, pengalaman, ilmu pengetahuan dan keahlian serta bakat yang dimiliki dari setiap individu atau masyarakat lokal tersebut.Ada beberapa jenis keterlibatan masyarakat lokal dalam pengembangan pariwisata dapat di lakukan dengan cara:

(32)

a. Menyewakan tanahnya kepada penanggung jawab operator pariwisata untuk di kembangkan sebagai objek dan daya tarik pariwisata serta ikut turut membantu mengawasi dampak-dampak yang muncul sehubungan dengan pengembangan pariwisata tersebut.

b. Bekerja sebagai kariawan tetap atau hanya paruh waktu di perusahaan operator pariwisata tersebut.

c. Menyediakan berbagai layanan jasa terhadap operator pariwisata seperti pelayanan makanan, transportasi, akomodasi, dan panduan berwisata.

d. Membentuk usaha patungan dengan pihak bukan pemerintah (swasta),dimana masyarakat lokal bertugas menyediakanlokasi dan pelayanan jasanya, sedangkan pihak swasta menangani pelayanan produk dan manajemen perusahaan.

e. Mengembangkan pariwisata secara mandiri dengan tetap mengutamakan pengembangan pariwisata dengan berbasiskan kemasyarakatan.

B. Konsep Tata Kelola Pariwisata

Pengelolaan dapat diterjemahkan sebagai sebuah rangkaian pekerjaan dan kegiatan atau usaha yang dijalankan oleh sekelompok orang untuk melakukan rangkaian kerja dalam mencapai tujuan tertentu.

Secara teoritis pola manajemen dari penyelengaraan pembangunan kepariwisataan yang berlanjut dan berwawasan lingkungan akan dapat dengan mudah di kenali melalui berbagai ciri penyelengaraannya yang berbasis pada prinsip-prinsip sebagai berikut.

(33)

1) Partisipasi Masyarakat Terkait

Masyarakat Setempat harus mengawasi dan mengontrol berkembangnya kepariwisataan yang ada dengan cara ikut serta terlibat dalam menentukan visi dan misi dan tujuan pembangunan kepariwisataan, mengidentifikasi sumber-sumber daya apa saja yang akan dilindungi, dikembangkan dan dimanfaatkan untuk pengembangan dan pengelolaan daya tarik minat obyek wisata. Kelompok masyarakat juga wajib ikut berpartisipasi dalam mengimplementasikan rencana dan program kegiatan yang telah di susun sebelumnya.

2) Keterlibatan Segenap pemangku Kepentingan

Para pelaku dan pemangku kepentingan yang harus ikut serta terlibat secara aktif dan produktif dalam pembangunan kepariwisataan meliputi sekelompok orang dan institusi LSMP (Lembaga Swadaya Masyarakat Pariwisata), beberapa kelompok sukarelawan, Pemerintah Daerah setempat, Asosiasi Industri Wisata, Asosiasi Bisnis dan pihak-pihak lain yang mempunyai pengaruh dan berkepentingan juga yang akan memperoleh manfaat dari kegiatan kepariwisataan.

3) Kemitraan Kepemilikan Lokal

Pembangunan kepariwisataan harus mampu memberikan kesempatan lapangan pekerjaan yang berkualitas dan menguntungkan untuk masyarakat setempat serta sesuai dengan kemampuannnya. Usaha fasilitas penunjang kepariwisataan seperti hotel tempat menginap, restoran makan, cindera mata, transportasi wisata dan lain sebagainya.Seharusnya dapat dikembangkan dan

(34)

dipelihara bersama masyarakat setempat melalui model kemitraan yang sinergis. Beberapa pengalaman menunjukan bahwa pendidikan dan penelitian bagi penduduk setempat serta kemudian sarana untuk para pemilik bisnis atau wirausahaan setempat betul-betul dibutuhkan dalam mewujudkan kerjasama kemitraan kepemilikan usaha. Lebih lanjut, keterkaitan antara para pemilik bisnis dengan masyarakat lokal setempat harus diusahakan dalam meningkatkan kepemilikan lokal dari berbagai usaha tersebut.

4) Pemanfaatan Sumber Daya Secara Berlanjut

Pembangunan kepariwisataan harus bisa memanfaatkan sumber daya yang diperlukan secara berlanjut, yang artinya kegiatan-kegiatannya harus terhindar dari penggunaan sumber daya alam yang tidak bisa diperbaharui secara berlebihan penggunaannya. Dalam pelaksanannya,semua program kegiatan pembangunan kepariwisataan harus memberikan jaminan bahwa sumber daya alam maupun buatan dapat dipelihara,dijaga,dirawat dan diperbaharui dengan menggunakan metode-metode, kriteria-kriteria dan standar-standar internasional yang sudah baku.

5) Mengakomodasikan Aspirasi Masyarakat lokal

Aspirasi dan tujuan masyarakat setempat hendaknya dapat mampu diakomodasikan ke dalam program aktivitas kegiatan kepariwisataan, agar kondisi yang harmonis dan tentram antara: pengunjung/ wisatawan, pelaku usaha dan masyarakat setempat dapat diwujudkan dengan baik. Misalnya, kerja sama dalam pengembangan atraksi wisata budaya daerah atau cultural

(35)

tourism partnership bisa diselenggarakan secara baik mulai dari proses perencanaan, manajemen, sampai pada pemasaran.

6) Daya Dukung Lingkungan

Daya dukung lingkungan dalam pembangunan kepariwisataan yang harus dipertimbangkan dan dijadikan pertimbangan utama dalam mengembangkan berbagai fasilitas dan kegiataan kepariwisataan meliputi daya dukung fisik, biotik, social-ekonomi dan budaya daerah. Pembangunan serta pengembangan pariwisata harus sesuai tepat dan serasi dengan batas-batas kapasitas lokal dan daya dukung lingkungan yang ada. Program dan kegiataan serta pengoprasiannya seharusnya dipantau dan dievaluasi secara reguler sehinga dapat dilakukan penyusaiaan/perbaikan yang dibutuhkan secara dini. Skala dan tipe fasilitas wisata harus diupayakan tidak melampaui batas ambang penggunaan yang dapat ditoleransi.

7) Monitor Dan Evaluasi Program

Kegiatan monitor dan evaluasi dalam program pembangunan kepariwisataan yang berlanjut mencangkup mulai dari kegiataan penyusunan pedoman, evaluasi dampak dari setiap aktivitas wisata serta pengembangan dari indikator-indikator dan batasan-batasan untuk mengukur dan mengetahui bagaimana dampak dari pariwisata sampai dengan pelaksanaan pemantauan dan evaluasi keseluruhan kegiatan. Pedoman atau alat-alat bantu pemantauan dan evaluasi dampak yang telah dikembangkan tersebut harus mencakup skala internasional, nasional, regional dan lokal.

(36)

8) Akuntabilitas Lingkungan

Perencanaan program pembangunan kepariwisaataan harus tetap memantau dan memberikan perhatian yang besar pada kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan, peningkatan pendapatan dan melakukan renovasi dibidang kesehatan masyarakat setempat yang tercermin dengan jelas dalam kebijakan, program dan strategi pembangunan kepariwisataan yang ada. Pengelolaan dan pemanfaatan penggunaaan sumber daya alam seperti tanah, air, dan udara harus dapat memberikan jaminan akuntabilitas kinerja yang tinggi serta memastikan bahwa sumber-sumber daya yang ada tidak dieksploitasi pemanfaatannya secara berlebihan atau sewenang-wenang.

9) Pelatihan Pada Masyarakat Terkait

Pembangunan kepariwisataan secara berlanjut selalu membutuhkan pelaksanaan kegiatan program-program pendidikan pengetahuan dan pelatihan agar menjadi bekal pengetahuan dan keterampilan masyarakat dan meningkatkan kemampuan bisnis secara profesional. Pelatihan sebaiknya diarahkan pada topik-topik tentang pelatihan ilmu kepariwisataan berlanjut, manajemen ilmu perhotelan secara berlanjut, serta pembahasan-pembahasan lain yang relevan dengan wawasan berkelanjutan pembangunan kepariwisataan.

10) Promosi Dan Advokasi Nilai Budaya Kelokalan

Pembangunan kepariwisataan secara berlanjut juga memerlukan program-program promosi dan advokasi pengunaan lahan dan kegiatan yang memperkuat karakter dan kekhasan identitas asli masyarakatlokal secara

(37)

baik. Kegiatan-kegiatan dan penggunaan lahan kawasan tersebut seharusnya mempunyai arah dan maksudtujuan untuk mewujudkan pengalaman berpetualang wisata yang berkualitas sehingga memberikan tingkat rasa kepuasan yang bagus bagi pengunjung atau wisatawan.

Menurut Sunaryo Bambang(2013:77) tujuan dan misi tata kelola kepariwisataan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan hanya akan dapat terlaksana secara maksimal manakala dalam proses pencapaiannya dapat di lakukan melalui berbagai prinsip-prinsip tata kelola kepariwisataan yang baik.

Menurut Sunaryo Bambang (2013:77) prinsip dari pelakasanaan tata kelola kepariwisataan yang tepat dan baik pada intinya dibuat pemerintah yaitu terdapat adanya sebuah kerja sama dan sinkronisasi program yang terjadi antara pemangku kepentingan yang ada serta perlibatan partisipasi aktif yang sinergis(terpadu dan saling menguatkan dengan saling memberikan dukungan) antara pihak pemerintah, swasta/industri pariwisata, dan masyarakat setempat yang ikut terlibat.

Menurut Sunaryo Bambang (2013:81) dalam pelaksanaan tata kelola kepariwisataan yang baik, yang paling dibutuhkan dari sektor publik adalah adanya perubahan yang baik yaitu dalam cara pola pikir maupun tindakan, terutama dengan tidak memakai paradigma lama yang berupa suatu bangunan penyelenggaraan yang bersifat sentralistik dan mempunyai wawasan lokus tunggal yang berupa birokrasi pemerintahan untuk menuju kepada paradigma baru yang berupa model penyelenggaraan pemerintahan yang desentralistik dan berlokus jamak.

(38)

Menurut cox, pengelolaan pariwisata harus tetap memperhatikan dan berpedoman pada prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Pengembangan dan pembangunan pariwisata harus berlandasakan pada kearifan lokal budaya dan kekhususan rasa yang merefleksikan keunikan sejarahpeninggalan budaya dan keunikan adat lingkungan sekitar.

2. Perservasi,proteksi,dan peningkatankualitas mutu sumber daya yang menjadi pedoman basis pengembangan kawasan pariwisata.

3. Pengembangan antraksi wisata tambahan terpacu pada kebiasaan khasanah budaya lokal.

4. Pemberian pelayanan jasa kepada wisatawan yang berbasis keunikan dari budaya dan lingkungan lokal daerah tersebut.

5. Memberikan lingkungan dan legitimasi pada pembangunan pariwisata apabila terbukti dapat memberikan manfaat dampak positif, akan tetapi sebaliknya jika lebih dari ambang batas lingkungan alam atau akseptabilitas social,walaupun disamping itu ada sisi lainnya yaitu dapat meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat.

Pengelolaan pariwisata haruslah mengarah pada prinsip-prinsip pengelolaan yang menjunjung nilai-nilai kelestarian lingkungan alam,habitat, komunitas, dan nilai sosial yang dapat membuat wisatawan menikmati perjalanan wisatanya serta berguna untuk kesejahteraan kehidupan komunitas lokal.

Disamping itu,dalam mengelola pariwisata harus tetap memperhatikan prinsip-prinsip keseimbangan antara berbagai elemen yang akan saling berinteraksi satu sama lain sehingga dapat saling mempengaruhi satu sama lain. Prinsip-prinsip

(39)

keseimbangan yang perlu di perhatian dari pengelolaaan pariwisata yaitu antara lain sebagai berikut (Liu, 1994: 10-11; Buckley, 2014: 5-13):

1. Pembangunan versus konversi

Pariwisatabukan hanya tentang bagaimana cara untuk membangun dan mengelola suatu daerah kawasan menjadi sebua objek pariwisata, akan tetapi mengelolanya harus dengan tetap mempertimbangkan prinsip-prinsip keberlanjutan dan proteksi serta dampaknya baik itu yang terjadi terhadap aspek ekonomi, budaya, dan lingkungan. Keseimbangan antara pembangunan dan konservasi pariwisata agar menjadi faktor pokok penting bagi keberlanjutan pariwisata.

2. Penawaran versus permintaan

Pengelolaan pariwisata harus tetap memperhatikan keseimbangan antara sisi penawaran (supply) dan permintaan (demand). Penawaran tersebut memiliki produk pariwisata seperti taman wisata alam yang indah, akomodasi dengan bergaya lokal, eko-tur, sarana transportasi untuk rekreasi, aktivitas budaya, dan sebagainya. Sedangkan permintaan lebih mengacu terhadap pasar pariwisata, yaitu wisatawan jenis apa yang akan disasar, beberapa jumlah orang yang akan berwisata, dimana lokasi mereka akan menginap, berapa biaya yang akan mereka keluarkan, hal menarik apa yang akan mereka lakukan, dan sebagainya. Menyimbangkan penawaran dan permintaan merupakan salah satu kunci akan tercapainya keberhasilan untuk tetap suksesnya pariwisata. Penekanan salah satu atas lainnya akan membawa masalah di masa yang mendatang nantinya.

(40)

3. Keuntunganversus biaya

Pengelolaan pariwisata harus tetap memperhatikan dan memastikan bahwa ada keseimbangan distribusi antara keuntungan dan biaya. Hal ini berkaitan dengan pengembalian investasi yang cukup, pengalokasian fee untuk menyelesaikan dampak aktifitas pariwisata, pengembalian yang optimal atas biaya sosial, ekonomi dan budaya bagi penduduk lokal, insentif dan besaran pajak yang masih terbilang wajar. Dalam rangka menciptakan pengelolaan pariwisata yang mampu membiayai diri sendiri perlu disusun kebijakan financial dan fiscal yang wajar disamping juga harus memperhatikan faktor non ekonomi seperti biaya dan keuntungan sosial dan lingkungan. Keseimbangan pengelolaan keuntungan dan biaya menjadi salah satu penentu keberlanjutan pariwisata.

4. Manusia versus lingkungan

Tantangan pengelolaan pariwisata dalam mencari keseimbangan antara traditional ways dengan modern practices. Di beberapa kawasan wisata, penduduk lokal kadang belum atau bahkan tidak menerapkan metode konservasi dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya. Hal itu mungkin disebabkan oleh ketersediaan sumber daya yang melimpah di masa lalu. Cepat atau lambat kondisi itu tidak akan dapat bertahan mengingat pertumbuhan penduduk yang begitu cepat yang secara alami akan memerlukan ruang dan sumber daya untuk hidup dan penghidupannya. Keberagamaan pariwisata dapat ditujukan sebagai cara atau sebuah media penyeimbang antara kepentingan kebutuhan manusia dan kelestarian lingkungan. Pariwisata

(41)

sebaiknya menyediakan metode untuk mengelola lingkungan dengan kelestarian yang baik melalui konsep kawasan konservasi, pembaharuan sumber daya alam, daur ulang, dan sebagainya.

C. Konsep Kewenangan Pemerintahan Daerah Dalam Pariwisata

Peran pemerintah dalam pariwisata dirasakan semakin penting terutama dalam hal melindungi wisatawan dan memperkaya pengalaman perjalanannya. Peran atau peraturan yang penting yang harus dibuat dan dilaksanakan untuk kepentingan tersebut adalah peraturan perlindungan para wisatawan untuk membayar terlebih dahulu uang muka sebagai jaminan penggunaan jasa seperti akomodasi, tour dan lain-lain.

Dengan di berlakukannya UU No 32 tahun 2004 yang memberikan kewenangan lebih luas pada pemerintah daerah untuk mengelola dan mengatur wilayahnya sendiri, maka akan memberi implikasi semakin besarnya rasa tanggung jawab dan tuntutan untuk lebih menggali serta mengembangkan berbagai potensi sumber daya yang dimiliki daerah dalam rangka menopang perjalanan pembangunan daerah. Dengan berlakunya UU tersebut pemerintah memiliki kebebasan kewenangan untuk mengembangkan obyek wisata.

Menurut UU pasal 30 tahun 2009 tentang pariwisata pemerintah daerah memiliki wewenang sebagai berikut:

a. Merancang dan menetapkan susunan rencana induk pembangunan kepariwisataan kabupaten atau kota.

b. Menetapkan destinasi pariwisata kabupaten atau kota. c. Menetapkan daya tarik wisata kabupaten atau kota.

(42)

d. Mengadakan pendaftaran, pencatatan, dan pendataan untuk pendaftaran usaha dari setiap pariwisata.

e. Mengatur pelaksanaan dan pengelolaan kepariwisataan di wilayahnya. f. Menyediakan fasilitas dan melakukan berbagai upaya promosi destinasi

objek pariwisata dan produk lokal dari pariwisata yang ada di wilayahnya. g. Memberikan fasilitas pengembangan daya tarik wisata baru.

h. Mengadakan pelatihan,pengawasan dan penelitian kepariwisataan dalam lingkup kabupaten atau kota.

i. Memelihara serta merawat dan ikut melestarikan daya tarik wisata yang berada di wilayah tempat tinggalnya.

j. Menyelenggarakan bimbingan masyarakat sadar wisata. k. Mengalokasikan anggaran kepariwisataan.

Secara etimologis pariwisata itu sendiri terdiri dari dua kata yang berasal dari bahasa sansekerta kata yaitu “Pari” dan “Wisata”. Pari yang mempunyai arti berulang-ulang, berkali-kali atau berputar-putar, sedangkan Wisata yang mempunyai arti perjalanan atau bepergian, jadi pariwisata berarti suatu perjalanan yang dilakukan secara berputar-putar, berulang-ulang atau berkali-kali.

Pariwisata adalah suatu kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang untuk sementara waktu, yang berlangsung dari suatu tempat lain dengan maksud bukan untuk bekerja, berbisnis atau mencari nafkah ditempat yang didatangi, akan tetapi semata-mata hanya untuk menikmati perjalanan wisatatersebut guna untuk bertamasya dan rekreasi untuk memenuhi keinginan dan rasa ingin tahu yang beraneka ragam dan kepuasan diri untuk menambah pengalaman.Undang-undang

(43)

nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan, pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah.

Kemudian dijelaskan oleh Pitana I Gede (2009 :5), Pariwisata adalah suatu kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang hanya untuk sementara waktu, yang berlangsung dari suatu tempat lain dengan maksud bukan untuk bekerja, berbisnis atau mencari nafkah untuk hidup ditempat yang didatangi, akan tetapi semata-mata hanya untuk menikmati perjalanan wisata tersebut guna untuk bertamasya dan rekreasi untuk memenuhi keinginan dan rasa ingin tahu yang beraneka ragam dan kepuasan diri.

Koen Meyers(2009), pariwisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang untuk sementara waktu dari tempat tinggal semulanya lalu kedaerah tujuan wisatanya dengan maksud bukan untuk menetap atau tinggal serta bukan untuk mencari nafkah melainkan hanya ingin memenuhi keinginan tahunya, menghabiskan dan menikmati waktu kosong atau hari liburan serta tujuan-tujuan lainnya.

Suyitno (2001), mengemukakan tentang Pariwisata sebagai berikut : a. Bersifat sementara, artinya bahwa dalam kurun jangka waktu pendek pelaku

wisata yang melakukan wisata akan kembali ke tempat tinggal aslinya. b. Melibatkan beberapa komponen wisata, antara lain sarana transportasi seperti

kendaraan, akomodasi, restoran makanan, keunikan obyek wisata, souvenir untuk cindera mata dan lain-lain.

(44)

c. Mempunyai tujuan dan alasan tertentu yang pada intinya untuk memperoleh kesenangan.

d. Bukan untuk mencari nafkah atau pendapatan ekonomi di tempat tujuan berwisata, melainkan kedatangannya dapat memberikan kontribusi pendapatan bagi masyarakat atau daerah yang dikunjungi dengan uang yang di belanjakannya dibawa dari tempat asal.

Menurut Fandeli, (2001), Pariwisata merupakan keseluruhan aktivitas, proses dan hal-hal yang berkaitan dan berkenaan dengan perjalanan dan persinggahan dari orang-orang yang datang dari luar dan bukan berasal dari daerah yang dikunjungi serta tidak dengan tujuan mencari nafkah. Kepariwisataan merupakan keseluruhan kegiatan pemerintah, para pelaku dunia usaha, dan masyarakat yang ditujukan untuk menata kebutuhan perjalanan dan tempat persinggahan bagi para wisatawan.

Badruddin (2001), mengartikan pariwisata sebagai suatu perjalanan yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang dari suatu tempat ketempat lain, bersifat hanya sementara, dilakukan oleh satu orang atau lebih (kelompok), sebagai usahamencari keseimbangan, keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu.

Muljadi (2009:9), “Pariwisata diartikan sebagai suatu perjalanan kegiatanyang sengaja dilakukan oleh seseorang yang melakukan perjalanan untuk hidup diluar kebiasaan lingkungan yang biasa ia tinggal dan dalam jangkau waktu tidak lebih dari satu tahun berturut-turut untuk mendapatkan kesenangan, hiburan,

(45)

bisnis, dan keperluan lain. Dengan arti lain, pariwisata merupakan suatu perpindahan sementara waktu untuk keluar dari rutinitas kegiatan sehari-hari yang biasa dilakukan.

Gunawan M.P. dalam Suwantoro, (2004:115), mengemukakan bahwa pengertian pariwisata adalah sebuah kegiatan perjalanan yang dilakukan seseorang yang tinggal ditempat lain diluar lingkungan tempat tinggalnya dalam kurun waktu kurang dari satu tahun secara terus menerus dengan maksud hanya untuk bersenang-senang, dan mencari hiburan, bukanberniaga dan keperluan-keperluan lainnya.

Koen Meyers (2009), pariwisata adalah suatu kegiatan berpetualang dengan melakukan perjalanan dengan maksud memperoleh kenikmatan, mencari kepuasan diri, mengetahui sesuatu, memperbaiki kondisi kesehatan tubuhnya, menikmati aktivitas olahraga atau beristirahat, menjalankan tugas, berziarah dan lain-lain.

Ismayanti (2010) pariwisata adalah segala macam kegiatan berwisata yang didukung dengan kelengkapan fasilitas serta pelayanan yang telah disediakan oleh masyarakat, pengusaha, dan pemerintah agar dapat dinikmati. Dengan kata lain, pariwisata merupakan kegiatanyang bersifat komplimentaris yang berarti bahwa didalam kegiatan pariwisata terdapat berbagai steakholder yang bekerjasama untuk memenuhi dan melengkapi segala kebutuhan wisatawan selama melakukan perjalananberwisata di tempat wisata tersebut.

(46)

Melakukan perjalanan ditentukan oleh keinginan yang mendorong seseorang untuk berpergian ke daerah yang telah dipilihnya untuk dikunjungi. Melakukan perjalanan wisata adalah kegiatan yang menyenangkan dan menghibur sehingga disukai oleh hampir semua orang. Menurut Desky (1999:6), ciri-ciri dari pariwisata yaitu antara lain sebagai berikut:

a. Berupa melakukan perjalanan berkeliling yang pada akhirnya akan kembali ke daerah asalnya.

b. Orang yang berwisata hanya akan menetap untuk sementara waktu.

c. Perjalanan yang akan dilakukan tersebut telah direncanakan terlebih dahulu secara matang.

d. Terdapat organisasi atau orang yang dipercayakan untuk mengatur perjalanan tersebut.

e. Terdapat komponen-komponen produk wisata.

f. Ada tujuan yang ingin diwujudkan dari perjalanan wisata tersebut. g. Dilakukansecara santai.

Sedangkan menurut Oka A. Yoeti (1996:118), menyatakan ciri-ciri pariwisata sebagai berikut:

a. Perjalanan itu dilakukan untuk sementara waktu.

b. Perjalanan itu dilakukan dari satu tempat yang berbeda ke tempat lainnya. Kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri pariwisata yaitu berupa perjalanan keliling atau dilakukan dari suatu tempat wisata yang berbeda ke tempat wisata lain dan perjalanan hanya dilakukan untuk sementara

(47)

waktu dan hanya untuk memuaskan keinginan untuk menikmati dan mengunjungi suatu tempat.

2. Tujuan Pariwisata

Menentukan tujuan adalah langkah awal dari perencanaan agar ketika kegiatan dilaksanakan bisa sesuai dengan apa yang diinginkan. Seseorang dalam melakukan perjalanan pasti memiliki tujuan yang diinginkan. Menurut Desky (2009:8), tujuan pariwisata, yaitu sebagai berikut:

1. Keinginan bersantai

2. Keinginan ingin merasakan suasana lain

3. Untuk memenuhi dan menambah rasa keinginan tahunya tentangberwisata 4. Keinginan berpetualang ditempat yang baru

Mc. Intosh dan Gorder Pariwisata adalah ilmu dan bisnis yang dapat menghimpun pengunjung, termasuk didalamnya berbagi akomodasi dan catering yang dibutuhkan dan diminati oleh pengunjung.

Pariwisata merupakan suatu sumber daya alam tidak akan pernah habis. Oleh karena itu sektor dibidang pariwisata harus dirawat dan dijaga keberadaannya serta kelestariannya.Wisatawan ingin dipuaskan keinginannya, sementara masyarakat disekitar lokasi berharap akan memperolehdampakperubahan positif berupa meningkatnya pendapatan ekonomi dan kesejahteraan hidup.

Kepariwisataan adalah fenomena politik sosial,ekonomi,budaya, danfisik yang muncul sebagai dampak wujud dari kebutuhan manusia dan negara serta terjadi hubungan interaksi antara wisatawan dengan masyarakat sebagai tuan

(48)

rumah, sesama wisatawan,pemerintah, dan pengusaha berbagai jenis barang dan jasa yang di perlukan oleh wisatawan.

Undang-Undang tentang kepariwisataan Nomor 10 Tahun 2009 Bab 1 Pasal 1; menyatakan bahwa Pariwisata merupakan segala jenis kegiatan wisata dan didukung berbagi fasilitas serta pelayanan yang telah disiapkan oleh masyarakat, perusahaan, pemerintah, dan pemerintah daerah.

Menurut Undang-Undang tentang kepariwisataan No 10 tahun 2009menyebutkan bahwa kepariwisataan adalah seluruh aktivitas yang berkenaan denganpariwisatabersifat multidimensi dan multidisplin yang timbul sebagai bentuk wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat.

James J Spillane Pariwisata adalah perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok dari suatu tempat yang berbeda ke tempat yang lain dan bersifat hanya sementara, sebagai bentuk usaha mencari keseimbangan, keterserasian dalam ruang dimensi sosial budaya dan ilmu pengetahuan.

Adapun pengertianlain dari yang diungkapkan oleh para ahli pariwisata Menurut Sugiaman, (2011) menyatakan bahwa pariwisata yaitu berbagai rangkaian kegiatan, dan penyediaan pelayanan baik itu untuk berbagai kelengkapan kebutuhan atraksi wisata, sarana transportasi, akomodasi, dan pelayanan-pelayanan lain yang untuk memenuhi kebutuhan perjalanan wisata seseorang atau sekelompok orang. Perjalanan yang dilakukannyahanya bersifat untuk sementara waktu saja untuk tidak tinggal di tempat asalnya denganmaksud berbisnis, atau maksud lainnya.

(49)

Sementara Hunziker dan Kraft (dalam Muljadi,2009) pariwisata adalah keseluruhan yang berkaitan dengan hubungan dan gejalah-gejala yang muncul dari datangnya orang asing dan perjalanannya tersebut bukan untuk bertempat tinggal secara menetap dan tidak ada hubungannya dengan mencari nafkah.Sehingga dalam melakukan perjalanan wisatanya, wisatawan hanya ingin mencari hal-hal yang menurutnya sesuai dengan kebutuhannya dan keinginan.

Menurut kelompok daya tariknya pariwisata dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) bagian,yaitu :

1. Daya Tarik Alam

Daya tarik alam pariwisata yaitu perjalanan berwisata yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang denganmengunjungi daerah wisata yang telah menjadi tujuannya yang mempunyai keindahan dan keunikan daya tarikalamnya sendiri seperti, gunung, lembah, hutan, air terjun, pesisir pantai, laut dan objek wisata yang kondisi masih sangat alami.

2. Daya Tarik Budaya

Daya tarik budaya pariwisata merupakan suatu perjalananberwisata yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompokorang dengan mengunjungi tempat-tempat yang dianggap memiliki keunikan ataukekhasan adat danbudaya, seperti Tanah Toraja,kraton Yogyakarta, Kampung Naga,Wae Rebo, Kraton Kasepuhan cirebon dan objek pariwisatabudaya lainnya. 3. Daya Tarik Minat Khusus

Daya tarik minat khusus pariwisata ini merupakan perjalanan wisata yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungiobjek

(50)

wisata yang sesuai dengan minat dan keinginannya sepertiwisata kuliner, wisatarohani, wisata belanja, wisata olaraga, dengan jenis-jenis kegiatannya antara lain, olah raga berselancar danmenyelam, meditasi, bungee jumping, dan kegiatan lainnya.

Koen Meyers (2009), pariwisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukakan oleh seseorang untuk sementara waktu dari tempat asalnya ke daerah tempat tujuan berwisata dengan maksud bukan untuk menetap atau mencari nafkah, akan tetapi hanya ingin memenuhi rasa keingintahunya,menghabiskan waktu kosong atau waktu liburan serta tujuan-tujuan lainya.

D.Kerangka Pikir

Kemitraan pemerintah daerah dan masyarakat merupakan hal yang penting dalam tata kelola pariwisata Labuan Bajo. Pemerintah daerah yaitu kapasitas untuk mempengaruhi pihak lain termasuk memperkenalkan dan mempromosikan objek wisata ke wisatawan. Kemitraan yaitusuatu upaya yang melibatkan banyak sektor antara lain masyarakat, lembaga pemerintah, maupun bukan pemerintah untuk bekerja sama dalam tujuan bersama berdasarkan prinsip dan peran masing-masing. Berkaitan dengan hal tersebut tentang hal jenis atau tipe kemitraan dengan beberapa indikator yaitu: kemitraan potensial, kemitraan yang baaru lahir, dan kemitraan yang sinergis.

Untuk lebih jelasnya, dibawah ini terdapat gambaran mengenai bagan kerangka pikir yaitu sebagai berikut :

(51)

Kemitraan Pemerintah Daerah Dan Masyarakat Dalam Tata Kelola Pariwisata Labuan Bajo Di Kabupaten Manggarai Barat

E. Fokus Penelitian

1. Adapun fokus penelitian yang berpijak dari rumusan masalah penelitian adalah kemitraan pemerintah daerah dan masyarakat dalam tata kelola pariwisata Labuan Bajo di Kabupaten Manggarai Barat yaitu. Kemitraan potensial, Kemitraan baru lahir,dan Kemitraan yang sinergi

1. Kemitraan potensial 2. Kemitraan baru lahir 3. Kemitraan yang sinergi

Faktor penghambat -Keterbatasan Dana -Rendahnya SDM Faktor pendukung -Potensi Daerah -Kesadaran Masyarakat -Daya Tarik Wisata Labuan Bajo

Tata Kelola Pariwisata Labuan Bajo

(52)

F.Deskripsi Fokus Penelitian

1. Kemitraan potensial yaitu pada jenis kemitraan ini kedua mitra saling peduli satu sama lain tetapi belum bekerja sama secara lebih dekat.Maksud dari kemitraan jenis ini ialah apakah dalam kemitraan yang terjalin antara pemerintah daerah dan masyarakat sudah terjadi sebuah kerja sama yang dekat satu sama lain dan peneliti diminta untuk mencari tau seperti apa bentuk rasa saling peduli satu sama lain yang terjadi antara pemerintah dan masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian yang saya lakukan sudah ada rasa saling peduli antara pemerintah daerah dan masyarakat contohnya dimana pihak pemerintah memabantu masyarakat untuk mempermudah rekomondasi usahanya dalam rangka menunjang pendapataan ekonominya. Dan berdasarkan hasil penelitian belum terjadi kemitraan yang sangat dekat antara kedua mitra. Contohnya dimana masih ada masyarakat yang masih membuka usaha secara ilegal dan tidak membayar pajak.

2. Kemitraan baru lahir pada jenis kemitraan ini para pelaku kemitraan adalah patrner tapi efisiensi kemitraan tidak maksimal. Maksud dari kemitraan ini adalah peneliti diminta untuk mencari tahu apakah kemitraan yang terjadi antara pemerintah daerah dan masyarakat sudah berjalan secara maksimal atau belum, dan apabila sudah terjadi efesiensi kemitraan yg maksimal maka dalam bentuk apakah efesiensi kemitraan tersebut.Berdasarkan hasil penelitian yang telah saya lakukan kemitraan yang terjadi antara kedua pihak belum berjalan secara maksimalsehingga pemerintah mengambil tindakan untuk mendirikan sekolah yang dapat melatih masyarakatnya agar dapat

(53)

memberikan pelayan yang baik dimana pemerintah daerah dan masyarakat sama-sama membangun dan menjaga kebersihan pariwisata Labuan Bajo sehingga membuat para wisatawan merasa nyaman ketika berkunjung.Disamping itu sudah ada kerja sama juga dalam bidang pengembangan pariwisata dalam bidang penginapan sehingga bagi para wisatawan yang berkunjung dari luar daerah tidak merasa kesulitan untuk mencari tempat untuk menginap.

3. Kemitraan yang sinergiyaitu pada jenis kemitraan ini memberikan kedua pihak mitra memperoleh keuntungan serta pengaruh melalui masalah pengembangan sistematik melalui ruang lingkup aktivitas yang baru seperti penelitian dan advokasi. Maksud dari kemitraan ini adalah peneliti diminta agar mencari tau apakah kemitraan yang terjalin tersebut memberi keuntungan untuk kedua pihak dan apa jenis keuntungan yang didapat oleh masing-masing pihak.Berdasarkan hasil wawancara informan di lokasi penelitian, peneliti menyimpulkan bahwa kemitraan yang terjadi antara pemerintah daerah dan masyarakat sangat memberikan keuntungan dan pengaruh yg cukup besar bagi masing- masing pihak. Dimana dengan adanya kemitraan tersebut memberikan Pendapatan Asli Daerah yang cukup meningkat bagi KabupatenManggarai Barat. Nah, dengan meningkatnya Pendapatan Asli Daerah ini membawa pengaruh bagi pemerintah untuk membuka dan mengembangkan tempat pariwisata yang lain sehingga membuat para wisatawan semakin tertarik untuk datang berkunjung ke Labuan Bajo. Dan keuntungan lain pun juga bisa dirasakan oleh

Referensi

Dokumen terkait