• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Dan Persepsi Nelayan Pada Program Peningkatan Pendapatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Dan Persepsi Nelayan Pada Program Peningkatan Pendapatan"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki garis pantai yang sangat

panjang. Panjang garis pantai Indonesia yang awalnya sekitar 81.000 km2 telah

dikoreksi oleh PBB pada tahun 2008 menjadi 95.181 km2. Dari angka hasil

pengukuran tersebut, Indonesia ditetapkan sebagai negara dengan garis pantai

terpanjang keempat di dunia setelah Amerika, Kanada dan Rusia. Tak hanya itu,

Indonesia juga memiliki laut yang luas hingga 3.250.000 km2 (KKP, 2009).

Kondisi geografis pantai Indonesia yang sangat potensial tentu saja pada bagian

pesisir pantainya banyak dihuni oleh kelompok masyarakat dan bermukim di

desa-desa atau kelurahan. Menurut BPS, desa/kelurahan termasuk nagari dan atau

lainnya yang memiliki wilayah berbatasan langsung dengan garis pantai/laut (atau

merupakan desa pulau) dengan corak kehidupan rakyatnya, baik tergantung

maupun tidak tergantung pada potensi laut disebut sebagai desa pesisir. Jumlah

desa pesisir di Indonesia mencapai 11.884 desa yang berada di 318

kabupaten/kota dari total sekitar 497 kabupaten/kota se-Indonesia (KKP, 2012).

Mata pencaharian masyarakat yang bermukim di pesisir berhubungan erat dengan

kondisi lingkungan setempat. Jadi secara umum mata pencaharian masyarakat di

daerah pesisir bersumber dari perikanan laut. Nelayan merupakan salah satu

profesi yang sangat bergantung pada hasil perikanan laut. Jumlah nelayan di

(2)

Tabel 1.1. Data Jumlah Nelayan di Indonesia

Rincian Tahun

2007 2008 2009 2010 2011

Perikanan Tangkap di

Laut 2.231.967 2.240.067 2.169.279 2.162.442 2.237.640 Perikanan Tangkap di

Perairan Umum 523.827 496.499 472.688 457.835 492.870 Jumlah 2.755.794 2.736.566 2.641.967 2.620.277 2.730.510 Sumber : Data Statistik Kelautan dan Perikanan 2012

Ironisnya kondisi pantai Indonesia yang sangat potensial, belum mampu

memberikan kesejahteraan bagi para nelayan. Sungguh suatu ironi bila negara

maritim seperti Indonesia, masyarakat nelayannya merupakan golongan

masyarakat paling miskin di Asia bahkan di dunia (Suara Pembaruan, 18

November 2005).

Kemiskinan yang membelenggu nelayan di negara maritim ini sudah berlangsung

lintas generasi dan seakan tidak pernah berhenti seiring dengan perkembangan

zaman. Data kuantitatif dan kualitatif yang terpercaya mengenai kemiskinan

nelayan tidak mudah diperoleh, tetapi melalui pengamatan visual atau langsung ke

perkampungan-perkampungan nelayan dapat memberikan gambaran yang jauh

lebih akurat tentang kemiskinan nelayan di tengah kekayaan laut yang begitu

besar. Pemandangan yang sering dijumpai di perkampungan nelayan adalah

lingkungan hidup yang kumuh serta rumah-rumah yang sangat sederhana.

Kalaupun ada beberapa rumah yang menonjolkan tanda-tanda kemakmuran

(misalnya rumah yang megah dan berantena parabola), rumah-rumah tersebut

umumnya dipunyai pemilik kapal, pemodal, atau rentenir yang jumlahnya tidak

signifikan dan sumbangannya kepada kesejahteraan komunitas sangat tergantung

(3)

Kemiskinan dapat dirubah dengan meningkatkan produktivitas. Menurut

Mankiw (2001), produktivitas merupakan faktor penting. Banyak faktor yang

menentukan produktivitas dalam menangkap ikan. Masing-masing faktor yang

menentukan produktivitas ini kita sebut modal fisik, modal manusia, sumber

daya alam, dan pengetahuan teknologis, dapat diaplikasikan terhadap

perekonomian yang lebih kompleks dan realistis. Sehingga dengan

peningkatan faktor produktivitas tersebut akan mendorong peningkatan

pendapatan yang tinggi sehingga kesejahteraan juga akan meningkat serta

kebutuhan sehari-hari dapat terpenuhi bahkan sisa pendapatan yang tidak habis

dibelanjakan dapat menjadi tabungan yang dapat digunakan untuk

membiayai kebutuhan dimasa yang akan datang.

Rendahnya produktivitas nelayan merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi rendahnya pendapatan nelayan. Jika tidak bekerja nelayan tidak

akan mendapatkan penghasilan untuk membiayai kebutuhan hidup sehari-hari

dan akan mengakibatkan tingkat kesejahteraan masyarakat nelayan semakin

menurun.

Modal usaha merupakan hal yang utama dalam mempengaruhi tinggi

rendahnya pendapatan nelayan. Dengan tidak tersedianya modal yang memadai

maka nelayan tidak akan mampu meningkatkan produksi karena nelayan

tidak bisa membeli perahu, alat tangkap dan peralatan lainnya, serta biaya

operasional juga tidak akan terpenuhi dan akan menjadikan produktivitas nelayan

menurun, sehingga pendapatan akan mengalami stagnasi bahkan akan

(4)

masyarakat nelayan menjadi rendah yang akan mengakibatkan tingkat

kesejahteraan yang semakin rendah (Jhingan, 1983).

Kurangnya pengetahuan tentang teknologi modern juga merupakan salah satu hal

yang menghambat peningkatan pendapatan nelayan. Dengan terbatasnya waktu

dan tenaga yang dimiliki oleh para nelayan maka dibutuhkan teknologi untuk

membantu meningkatkan produksi karena dengan adanya teknologi, maka

proses produksi menjadi lebih efektif dan efisien sehingga output yang diperoleh

lebih berkualitas. Namun tanpa menggunakan teknologi yang canggih, hal

tersebut akan mustahil tercapai (Satria, 2002).

Pengetahuan tentang teknik penangkapan hasil laut umumnya diperoleh secara

turun temurun dari orang tua atau pendahulu mereka berdasarkan

pengalaman. Dengan pertambahan usia, selalu akan diikuti oleh meningkatnya

pengalaman kerja yang ditekuni. Menurut Gitosudarmo (1999), akibat

bertambahnya pengalaman di dalam mengerjakan suatu pekerjaan atau

memproduksikan suatu barang, dapat menurunkan rata-rata ongkos per satuan

barang. Sehingga semakin tinggi pengalaman seorang nelayan diasumsikan

bahwa semakin efisien dan efektif dalam proses penangkapan hasil laut

sehingga dapat meningkatkan pendapatan nelayan.

Segala masalah kemiskinan nelayan tersebut tentu menarik upaya pemerintah

dalam pengentasannya. Upaya meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan

nelayan tidak pernah berhenti dilakukan Pemerintah melalui beragam inovasi

kebijakan. Kembali, Pemerintah menerbitkan Keputusan Presiden No.10/2011

(5)

Peningkatan Kehidupan Nelayan sebagian bagian dari Program Pro-rakyat

memiliki 8 (delapan) strategi, yaitu: pembuatan rumah sangat murah, diversifikasi

usaha, pengembangan skema UKM-KUR, pengembangan SPBN, pembangunan

cold storage, angkutan umum murah, fasilitas sekolah dan puskesmas, dan

fasilitas bank rakyat. Program ini dilaksanakan di kantong-kantong kemiskinan

nelayan, yang berbasis di 816 Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) dan Pelabuhan

Pendaratan Ikan (PPI).

Program-program pemerintah selalu ditargetkan untuk dapat menanggulangi

kemiskinan masyarakat pesisir yang sebagaian besar bekerja sebagai nelayan dan

tersebar di 10.640 desa, dan sebanyak 25,14 persen atau 7,87 juta orang

merupakan penduduk miskin. Dalam merealisasikan target ini, setidaknya KKP

telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp 127,823 miliar pada tahun 2011,

disamping terus mengupayakan pemanfaatan dana penghematan tahun ini sebesar

Rp 817 miliar. Untuk tahun 2012, KKP telah mengalokasikan anggaran senilai Rp

1,17 triliun untuk peningkatan kehidupan nelayan. Disamping itu, beberapa

kementerian telah menyatakan dukungannya pada tahun 2012, seperti

Kementerian Perumahan Rakyat juga akan mendukung melalui pembangunan

16.933 unit rumah sangat murah untuk nelayan, Kementerian ESDM akan

melakukan pemasangan listrik murah untuk 16.933 rumah nelayan, dan

Kementerian Pekerjaan Umum akan membangun sarana air bersih di 205 lokasi

PPI (KKP, 2011).

Sumatera Utara misalnya, memiliki struktur wilayah yang cukup baik untuk

(6)

Utara berbatasan langsung dengan laut, dan memiliki danau terbesar di Indonesia

sebagai sumber perikanan air tawar. Sumatera Utara terdiri dari 33 kabupaten/kota

dan beberapa diantaranya berbatasan langsung dengan laut. Program-program

peningkatan kesejahteraan nelayanpun turut dilaksanakan di provinsi ini.

Salah satu kabupaten di Sumatera Utara yang berbatasan langsung dengan laut

adalah Kabupaten Serdang Bedagai.Serdang Bedagai memiliki 5 kecamatan yang

berbatasan langsung dengan laut, dengan total panjang garis pantai lebih dari 90

km. Kabupaten ini juga dihuni oleh 12.610 orang yang berprofesi sebagai nelayan

(Sergai Dalam Angka, 2011).

Kecamatan Tanjung Beringin dan Kecamatan Pantai Cermin merupakan

kecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai yang mayoritas penduduknya

berprofesi sebagai nelayan. Bila ditinjau langsung ke pemukiman nelayan di

kedua kecamatan tersebut, maka akan tampak kemiskinan yang dialami oleh

nelayan. Mulai dari kondisi rumah yang kumuh dan masyarakat yang masih

mengandalkan bantuan pemerintah untuk mendapatkan air minum yang layak.

Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut dan dalam rangka

meningkatkan pendapatan nelayan di Kabupaten Serdang Bedagai, maka

diperlukan penelitian tentang pengaruh modal, jam kerja, pengalaman, dan

teknologi dengan menggunakan teknik penelitian langsung atau wawancara.

Penelitian ini akan mengambil sampel pada salah dua desa di dua kecamatan

yang dianggap dapat mewakili populasi nelayan di Kabupaten Serdang

(7)

satu sama lain serta tidak terlalu banyaknya perbedaan yang signifikan

antara satu desa dan desa lainnya jika dilihat dari variabel yang akan diteliti.

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas maka masalah dalam

penelitian ini adalah :

1. Bagaimana pengaruh modal kerja, jam kerja, pengalaman kerja, dan teknologi

terhadap pendapatan nelayan di daerah penelitian.

2. Program bantuan pemerintah apa saja yang berjalan di daerah penelitian.

3. Bagaimana persepsi nelayan terhadap program peningkatan pendapatan yang

dilaksanakan oleh pemerintah.

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dipaparkan diatas maka tujuan dari

penelitian ini adalah untuk :

1. Menganalisis pengaruh modal kerja, jam kerja, pengalaman kerja, dan

teknologi terhadap pendapatan nelayan di daerah penelitian.

2. Mengetahui program bantuan apa saja yang sedang berjalan di daerah

penelitian.

3. Mengetahui persepsi nelayan terhadap program peningkatan pendapatan yang

dilaksanakan oleh pemerintah.

1.4Manfaat Penelitian

1. Sebagai sumber informasi bagi nelayan di Kecamatan Pantai Cermin dan

(8)

2. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah setempat untuk meningkatkan

pendapatan nelayan.

Referensi

Dokumen terkait

blhr.a berhubung mesatabaEn pembimbing Unil KctnLm Mrhr.is\ a (UK\4) Univcrsitas Ncgeri Yogyrkana trhun 2004 lelih lrrbrs diprndrng

Pada hari ini Senin tanggal Dua puluh sembilan bulan Oktober tahun Dua ribu dua belas, Kami yang bertanda tangan dibawah ini Panitia Pengadaan Barang/Jasa

Dengan ini diberitahukan bahwa setelah diadakan evaluasi kualifikasi menurut ketentuan- ketentuan yang tercantum dalam Dokumen Prakualifikasi oleh Kelompok Kerja (Pokja), maka

Menugaskan Guru Tidak Tetap untuk melaksanakan .lugas Mengajar Teori / PrJklek seperli p.rda lamprr.Ln lpddt KeDJrusa t.ti.. \43sing-mrsilg CLru Tidrk lerap tCl

[r]

[r]

JARIZAL HATMI, SE Pejabat Pengelola Keuangan

Then positioning is done by counting the steps, having the length of each step, and acquiring the direction by the gyroscope of the smart phone using