• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN

2.6 Hipotesis penelitian

2.6.2 Hipotesis minor

Terdapat hubungan antara kadar homosistein serum dengan skor Vitiligo Area Scoring Index.

2.6.2. Hipotesis minor

1. Terdapat perbedaan antara kadar homosistein serum pasien vitiligo dengan kontrol sehat.

2. Terdapat hubungan antara kadar homosistein serum dengan jenis kelamin pada pasien vitiligo.

3. Terdapat hubungan antara kadar homosistein serum dengan usia pada pasien vitiligo.

4. Terdapat hubungan antara kadar homosistein serum dengan riwayat keluarga pada pasien vitiligo.

Kelompok Vitiligo

27

5. Terdapat hubungan antara kadar homosistein serum dengan lama mengalami vitiligo.

BAB III

METODE PENEL1TIAN

3.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan suatu studi observasional analitik dengan pendekatan potong lintang (cross sectional).

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian direncanakan mulai bulan Juni 2016 hingga bulan Oktober 2016.

Pengambilan sampel bertempat di Divisi Kosmetik SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP. Haji Adam Malik, Medan. Pemeriksaan sampel darah dilakukan di laboratorium klinik Prodia jalan S.Parman No.77, Medan.

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1. Populasi target

Pasien-pasien vitiligo yang berobat ke RSUP Haji Adam Malik Medan.

3.3.2. Populasi terjangkau

Pasien-pasien vitiligo yang berobat ke Divisi Kosmetik SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP. Haji Adam Malik Medan mulai bulan Juni 2016.

3.3.3. Sampel penelitian

Sampel penelitian adalah populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi hingga jumlah sampel terpenuhi.

28 Universitas Sumatera Utara

29

3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi 3.4.1 Kelompok pasien vitiligo

3.4.1.1 Kriteria inklusi

a. Pasien yang telah didiagnosis dengan vitiligo.

b. Usia ≥ 18 tahun.

c. Bersedia ikut penelitian dengan menandatangani surat persetujuan (informed consent).

3.4.1.2 Kriteria eksklusi

a. Hamil atau menyusui

b. Mengkonsumsi vitamin B6, vitamin B12 dan asam folat dalam kurun waktu enam bulan terakhir.

c. Telah menjalani pengobatan vitiligo dalam kurun waktu enam bulan terakhir.

3.4.2 Kelompok kontrol adalah sukarelawan sehat yang tidak mempunyai lesi vitiligo yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi seperti pada kelompok pasien vitiligo kecuali poin a pada kriteria inklusi dan poin c pada kriteria eksklusi.

3.5. Besar Sampel

Penentuan besar sampel untuk masing-masing kelompok menggunakan perhitungan dengan rumus:

30

Zα = deviat baku alfa (1,96)

Zβ = deviat baku beta (1,282))

r = koefisien korelasi (dari kepustakaan 0,567)

n= 25,5 + 3= 28,5 (dibulatkan menjadi 30 orang)

Dengan demikian, besar sampel pada penelitian ini adalah 30 subjek penelitian dengan vitiligo. Penelitian ini menggunakan kontrol subjek tanpa vitiligo dengan jumlah yang sama.

3.6 Cara Pengambilan Sampel

Sampel penelitian diambil dengan tehnik consecutive sampling.

3.7 Identifikasi Variabel

3.7.1 Variabel bebas : kadar homosistein serum 3.7.2 Variabel terikat : skor VASI

3.8 Definisi Operasional 3.8.1 Vitiligo

Adalah penyakit kelainan depigmentasi akuisita dengan manifestasi klinis berupa bercak putih seperti susu pada kulit dan berbatas tegas dengan pinggiran normal atau hiperpigmentasi. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, gambaran klinis dan pemeriksaan penunjang berupa lampu Wood oleh peneliti didampingi oleh pembimbing.

Skala ukur: skala nominal.

Universitas Sumatera Utara

31

.

3.8.2 Kadar homosistein serum

Adalah kadar konsentrasi homosistein di dalam darah subjek penelitian, yang diambil dari vena medianus cubiti dan diukur menggunakan alat ADVIA Centaur Homocysteine Assay® yaitu suatu immunoassay kompetitif yang menggunakan teknologi chemiluminescent direk dengan hasil ukur berupa angka dalam satuan µmol/L.

Skala ukur : skala rasio.

3.8.3 Vitiligo Area Scoring Index

Skor untuk menilai vitiligo yang dihitung dengan rumus:

VASI = Ʃ Hands Unit x Depigmentasi

Dalam penghitungan skor VASI tubuh penderita dibagi menjadi enam bagian yaitu tangan, anggota gerak atas (tidak termasuk tangan), badan, tungkai (tidak termasuk kaki), kaki, leher dan kepala.

Daerah lipatan ketiak dimasukkan dalam anggota gerak atas sedangkan daerah sela paha dan bokong dimasukan dalam tungkai . Satu hand unit, yang mencakup telapak tangan dan permukaan volar dari jari tangan diperkirakan sebanyak 1% dan digunakan untuk menilai jumlah area yang terlibat di setiap bagian. Derajat depigmentasi ditentukan berdasarkan gambaran lesi yang dinilai dengan skor 0%,10%, 25%, 50%, 75%, 90%, 100%. Pa d a derajat 100% depigmentasi berarti tidak ada pigmen yang tampak, pada derajat 90% berarti terdapat sedikit bercak pigmen yang tampak, pada derajat 75% berarti area pigmentasi masih tampak jelas namun area depigmentasi lebih luas, pada derajat

32

pigmentasi adalah sama banyak, pada derajat 25% berarti area pigmentasi melebihi area depigmentasi, pada derajat 10% berarti hanya terdapat sedikit bercak depigmentasi, dan 0% tidak terdapat bercak depigmentasi.

Skala ukur : skala rasio 3.8.4 Usia

Dihitung berdasarkan tanggal lahir, bulan dan tahun sesuai dengan rekam medis, apabila lebih dari 6 bulan dilakukan pembulatan ke atas dan apabila lebih kecil dari 6 bulan dilakukan pembulatan ke bawah dengan satuan tahun .

Skala ukur : skala rasio 3.8.5 Riwayat keluarga

Terdapat riwayat keluarga subjek penelitian pada lini pertama (ayah, ibu, saudara kandung atau anak) yang mengalami penyakit yang sama seperti pasien. Didapat dari anamnesis dan dicatat dalam status penelitian. Pengelompokan dibagi yaitu menjadi dijumpai dan tidak dijumpai.

Skala ukur : skala nominal.

3.8.6 Lama mengalami penyakit

Rentang waktu dalam satuan tahun sejak pertama kali bercak putih muncul pada pasien hingga saat pengambilan sampel. Didapat dari anamnesis dan dicatat dalam status penelitian. Apabila lebih dari 6 bulan dilakukan pembulatan ke atas dan apabila lebih kecil dari 6 bulan dilakukan pembulatan ke bawah.

Skala ukur : skala rasio

Universitas Sumatera Utara

33

3.9 Alat, Bahan dan Cara Kerja Penelitian 3.9.1 Alat

Alat yang digunakan adalah timbangan berat badan merek Kris® yang telah dikalibrasi, pita pengukur tinggi badan merek Butterfly®, lampu Wood dengan nomor kode SP-023 dengan tegangan 220 V dan frekuensi 50 Hz, karet pengikat yang dilengkapi dengan sistem pengunci (torniquet), ADVIA Centaur HCY®, satu unit centrifuge, satu buah freezer homosistein plasma, spuit 3 cc, tabung vakum, tabung cuvettes, tisu, kasa, plester dan sarung tangan disposable.

3.9.2 Bahan

Bahan yang digunakan adalah kapas alkohol 70%, sampel darah, Reducing Reagent, Enzyme Reagent , Solid Phase, Lite Reagent, reagen asam dan reagen basa.

3.9.3 Cara kerja penelitian

3.9.3.1. Pencatatan data dasar a. Kelompok kasus.

Pencatatan data dasar dilakukan oleh peneliti di Divisi Kosmetik SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP. H.

Adam Malik Medan. Pencatatan data dasar meliputi identitas pasien, anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan dermatologis termasuk pemeriksaan lampu Wood. Cara melakukan pemeriksaan lampu Wood yaitu sebelum pemeriksaan daerah lesi yang akan diperiksa dibersihkan

34

pemeriksaan, peneliti memegang lampu dan mengarahkannya ke arah lesi hingga jarak antara lampu dan lesi sekitar 15 cm.

Peneliti melihat refleksi cahaya lampu pada lesi. Aksentuasi lesi yang tampak berupa fluorosensi cahaya putih kebiruan mendukung suatu vitiligo. Diagnosis ditegakkan oleh peneliti bersama dengan pembimbing di Divisi Kosmetik SMFIlmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP H. Adam Malik Medan.

b. Kelompok kontrol

Pencatatan data dasar dilakukan oleh peneliti di RSUP. H.

Adam Malik Medan. Pencatatan data dasar meliputi identitas pasien dan anamnesis.

3.9.3.2. Penghitungan skor VASI

Dalam penghitungan skor VASI tubuh penderita dibagi menjadi enam bagian yaitu tangan, anggota gerak atas (tidak termasuk tangan), badan, tungkai (tidak termasuk kaki), kaki, kepala dan leher. Daerah lipatan ketiak dimasukkan dalam anggota gerak atas sedangkan daerah sela paha dan bokong dimasukan dalam tungkai . Satu hand unit, yang mencakup telapak tangan dan permukaan volar dari jari tangan diperkirakan sebanyak 1% dan digunakan untuk menilai jumlah area yang terlibat di setiap bagian.

Derajat depigmentasi ditentukan berdasarkan gambaran lesi yang dinilai dengan skor 0%,10%, 25%, 50%, 75%, 90%, 100%. Pa d a derajat 100% depigmentasi berarti tidak ada pigmen yang tampak, pada derajat 90% berarti terdapat sedikit bercak pigmen yang tampak, pada derajat 75% berarti

Universitas Sumatera Utara

35

area pigmentasi masih tampak jelas namun area depigmentasi lebih luas, pada derajat 50% berarti area yang mengalami depigmentasi dan yang mengalami pigmentasi adalah sama banyak, pada derajat 25% berarti area pigmentasi melebihi area depigmentasi, pada derajat 10%

berarti hanya terdapat sedikit bercak depigmentasi, dan 0%

tidak terdapat bercak depigmentasi. Untuk penilaian derajat depigmentasi ini, peneliti berpedoman pada gambar derajat depigmentasi oleh Hamzavi yang tertera pada lembar penilaian skor VASI. Untuk setiap bagian tubuh skor VASI ditentukan dengan menjumlahkan area vitiligo dalam hand units dan derajat depigmentasi dalam setiap hand unit yang diperiksa dengan skor minimal 0 sampai dengan skor maksimal 100 menggunakan rumus berikut:

VASI = Ʃ Hands Unit x Depigmentasi

3.9.3.3. Pengumpulan dan penyimpanan sampel darah

Setelah subjek penelitian menandatangani informed consent lalu pasien diminta untuk berpuasa selama 10 jam hingga pengambilan sampel darah. Pada saat pengambilan darah, subjek penelitian diminta untuk duduk atau berbaring.

Ikatan pembendung dipasangkan pada lengan atas dan pasien diminta untuk mengepal agar vena terlihat dengan jelas.

Tempat yang akan ditusuk dibersihkan dengan alkohol 70%

36

masuk ke dalam lumen vena mediana cubiti. Ikatan pembendung kemudian dilepas atau diregangkan dan spuit ditarik perlahan-lahan sampai didapatkan darah yang dikehendaki. Lalu lepaskan ikatan pembendung jika masih terpasang. Jarum kemudian dicabut dan bekas tusukan ditutup dengan kasa alkohol lalu ditekan dan ditutup dengan menggunakan plester.

Darah vena yang telah diambil sebanyak 2-3 cc, dimasukkan ke dalam tabung vakum. Sampel tersebut segera diberi kode sesuai urutannya, dan dipersiapkan untuk diproses menjadi serum. Setelah sampel mengalami penggumpalan, sampel kemudian akan disentrifugasi dengan kekuatan 2.500 round per minute (rpm) selama 15 menit, dan supernatan dipindahkan ke dalam tabung aliquot dan disimpan dalam lemari pendingin bersuhu -25 °C.

3.9.3.4. Pengolahan sampel darah

Prinsip pengujian dengan menggunakan ADVIA Centaur HCY® adalah pemeriksaan immunoassay kompetitif menggunakan teknologi chemiluminescent direk.

Homosistein pada sampel pasien direduksi menjadi homosistein bebas oleh Reducing Reagent. Homosistein bebas lalu dikonversi menjadi SAH oleh Enzyme Reagent. SAH hasil konversi dari sampel pasien akan berkompetisi dengan SAH yang berikatan kovalen dengan partikel paramagnetic yang ada pada Solid Phase untuk berikatan

Universitas Sumatera Utara

37

dengan anti-SAH yang terbatas yang terdapat pada Lite Reagent. Sistem ini secara otomatis akan melakukan prosedur denganlangkah- langkah berikut:

a. Menambahkan 20 µL bahan sampel ke dalam tabung cuvette.

b. Menambahkan 50 µL Reducing Reagent lalu diinkubasi selama 3 menit pada suhu 37°C.

c. Menambahkan 50 µL Enzyme Reagent lalu diinkubasi selama 2.5 menit pada suhu 37°C.

d. Menambahkan 250 µL Solid Phase lalu diinkubasi selama 2,5 menit pada suhu 37°C.

e. Pisahkan, aspirasi dan cuci tabung cuvette dengan air reagen.

f. Menambahkan masing-masing 300 µL reagen asam dan reagen basa untuk menginisiasi reaksi chemiluminescent.

g. Hasil didapat tertera di layar monitor lalu dicetak.

38

3.10 Kerangka Operasional

Memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi

Analisis statistik

Pencatatan data hasil pemeriksaan kadar homosistein

Pengukuran kadar homosistein Penilaian

skor VASI

Pengambilan darah Pasien vitiligo yang datang ke divisi kosmetik

SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP H. Adam Malik Medan

Kelompok kasus

Sukarelawan sehat

Kelompok kontrol

Analisis statistik

Hasil kelompok kontrol Hasil kelompok kasus

Universitas Sumatera Utara

39

3.11 Pengolahan Data

Data yang didapat diolah dengan metode analisis hipotesis untuk menentukan derajat keeratan hubungan antara kadar homosistein serum dengan skor VASI. Analisis dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak pengolah data. Untuk melihat karakteristik antara subjek penelitian dengan vitiligo dan kontrol, data yang terkumpul kemudian diolah dan selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan dideskripsikan. Selanjutnya untuk memilih jenis uji analisis yang digunakan ditentukan terlebih dahulu nilai signifikansi secara statistik apakah memiliki kurva normal atau tidak normal dengan menggunakan Shapiro-Wilk.

Untuk menguji hubungan antara kadar homosistein serum dengan skor VASI dan lama mengalami vitiligo, pengolahan data dilanjutkan dengan menggunakan uji korelasi Spearman karena memiliki sebaran tidak normal. Untuk menguji hubungan antara kadar homosistein serum dengan kadar homosistein serum dengan usia pada pasien vitiligo digunakan uji Pearson karena distribusi normal. Nilai p ≤ 0,05 dipertimbangkan suatu hubungan signifikan.

Untuk menganalisis perbedaan kadar homosistein serum pasien vitiligo dengan kontrol sehat dan untuk menilai hubungan antara kadar homosistein serum dengan riwayat keluarga pada pasien vitiligo digunakan uji t tidak berpasangan karena sebaran data normal. Untuk menilai hubungan antara kadar homosistein dengan jenis kelamin pada pasien vitiligo digunakan uji Mann Whitney karena sebaran data tidak normal.

40

3.12 Etika Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan sampel darah yang selama pelaksanaannya tidak bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan dan kode etik penelitian. Izin didapat dari Komisi Etika Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara-RSUP H.Adam Malik dengan nomor 185/KOMET/FK USU/2016.

Universitas Sumatera Utara

41

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada penelitian ini telah dilakukan pengukuran kadar homosistein serum pada 30 orang subjek vitiligo dan 30 orang kontrol dimulai dari bulan Juni hingga Oktober 2016. Semua subjek vitiligo telah menjalani anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan lampu Wood untuk menegakkan diagnosis. Selanjutnya dilakukan pengukuran kadar homosistein serum pada subjek penelitian.

4.1 Karakteristik Demografi Subjek Penelitian

Karakteristik subjek pada penelitian ini ditampilkan berdasarkan karakteristik demografik pasien vitiligo meliputi jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan dan tingkat pekerjaan.

4.1.1 Karakteristik berdasarkan jenis kelamin

Tabel 4.1 Distribusi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Vitiligo Kontrol

n % n %

Laki-laki 8 26,7 9 30,0 Perempuan 22 73,3 21 70,0 Total 30 100,0 30 100,0

Penyakit vitiligo dapat mengenai wanita maupun pria. Dari tabel 4.1 tampak pada penelitian ini didapatkan subjek penelitian berjenis kelamin perempuan berjumlah lebih banyak dibandingkan dengan subjek laki-laki, yakni perempuan sebanyak 22 orang (73,3%).

42

Penelitian di RSUP H. Adam Malik dengan menggunakan data rekam medis dari bulan Januari 2012 hingga Desember 2014 menemukan bahwa dari 58 pasien vitiligo terdapat 35 orang (60,3%) yang berjenis kelamin perempuan dan 23 orang ( 39,7%) adalah laki-laki.63

Rahmayanti dan Rahmadewi menemukan bahwa pasien vitiligo baru di RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada tahun 2012-2014 128 pasien (68,1%) berjenis kelamin wanita dan 60 pasien (31,9%) berjenis kelamin pria dengan ratio 2,1:1.64

Penelitian Singh et al di India menemukan bahwa dari 200 orang subjek vitiligo terdapat 82 orang (41%) berjenis kelamin laki-laki dan 118 orang (59%) berjenis kelamin perempuan.20

El-Dawela dan Abou-elfetous menemukan dari 70 subjek vitiligo terdapat 21 orang yang berjenis kelamin laki-laki dan 49 orang yang berjenis kelamin perempuan sedangkan pada kelompok kontrol laki-laki berjumlah 9 orang sedangkan 11 orang adalah perempuan dari keseluruhan 20 orang.65

Yasar et al di Turki mendapatkan dari 40 subjek vitiligo terdapat 23 orang berjenis kelamin perempuan dan 17 orang adalah laki-laki sedangkan pada kontrol dengan jumlah yang sama terdapat 22 orang perempuan dan 19 orang laki-laki.23 Sabry et al di Mesir menjumpai dari 35 subjek vitiligo terdapat 13 orang (37,1%) laki-laki dan 22 orang (62,9%) perempuan. Pada kontrol dalam jumlah serupa didapatkan 14 orang (40%) berjenis kelamin laki-laki dan 21 orang (60%) adalah perempuan.19

Agarwal et al di India mendapatkan dari 50 pasien vitiligo terdiri dari 19 orang (38%) laki-laki dan 31 orang (62%) perempuan sedangkan pada kontrol

Universitas Sumatera Utara

43

yaitu 14 dari 35 orang (40%) berjenis kelamin laki-laki dan sisanya berjenis kelamin perempuan.13

4.1.2 Karakteristik berdasarkan usia

Tabel 4.2 Distribusi subjek penelitian berdasarkan usia

Kelompok Usia Vitiligo Kontrol

n % n %

18-25 5 16,67 - - 26-35 6 20,00 10 33,33 36-45 9 30,00 6 20,00 46-55 7 23,33 11 36,67 56-65 1 3,33 3 10,00

>65 2 6,67 - - Total 30 100,0 30 100,0

Dari tabel 4.2 tampak pada penelitian ini vitiligo memiliki frekuensi kejadian terbanyak pada kelompok usia 36-45 tahun yaitu sebanyak 9 orang (30%) dan paling sedikit pada kelompok usia 56-65 tahun yaitu 1 orang (3,33 %).

Pada penelitian ini perlu diingat bahwa pasien yang dijadikan subjek adalah pasien dengan usia ≥ 18 tahun.

Vitiligo merupakan penyakit yang dapat muncul di segala usia.2 Awitan vitiligo umumnya terjadi sebelum usia 30 tahun dan kebanyakan penelitian menemukan bahwa separuh dari pasien pertama kali menderita sebelum usia 20 tahun. Vitiligo yang muncul saat anak-anak ini dikatakan berhubungan dengan riwayat penyakit yang sama pada keluarga.66

Utama menemukan bahwa pasien vitiligo di RSUP H.Adam Malik pada tahun 2012-2014 berada pada kelompok usia di atas 40 tahun yaitu 22 orang

63

44

Rahmayanti dan Rahmadewi menemukan bahwa pasien vitiligo baru di RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada tahun 2012-2014 memiliki distribusi terbanyak pada kelompok usia 25-44 tahun yaitu sebanyak 61 pasien (32,3%) serta distribusi paling sedikit pada kelompok usia >65 tahun sebanyak 5 pasien (2,6%). Pasien paling muda berusia 2 tahun, sedangkan pasien paling tua berusia 71 tahun.64

Penelitian Zaki et al di Mesir dengan mengikutsertakan 30 subjek vitiligo dan kontrol dalam jumlah yang sama menemukan rata-rata usia pasien vitiligo yaitu 29,63±9,91 (16-46) tahun dengan rata-rata usia kontrol yaitu 29,37±9,35 (17-45) tahun.22 Singh et al di Varnasi menemukan bahwa rerata usia subjek vitiligo 33,23±16,67 tahun (12-48 tahun) sedangkan rerata usia pada kontrol yaitu 31,45±11,02 tahun.20 Penelitian El-Dawela dan Abu-elfetous menemukan bahwa rentang usia kelompok subjek vitiligo yaitu 6-57 tahun dengan rata-rata 27,5±15 tahun sedangkan rentang usia pada kelompok kontrol yaitu 12-59 tahun dengan rata-rata 25,5±11,2 tahun.65 Yasar et al di Turki menemukan rata-rata usia subjek vitiligo yaitu 27,77±13,44 tahun (10-56 tahun) dan pada kontrol yaitu 25,42±4,48 tahun (20-41 tahun).23 Sabry et al di Mesir menemukan rata-rata usia subjek vitiligo yaitu 37,03±10,85 tahun sedangkan pada kontrol yaitu 33,87±8,09 tahun.

Namun pada penelitian ini subjek yang diikutsertakan menjadi sampel penelitian disyaratkan berada pada rentang usia 20-50 tahun.19 Agarwal et al di India melakukan penelitian dengan rata-rata usia pasien vitiligo yaitu 32,74±10,52 tahun.13

Universitas Sumatera Utara

45

4.1.3 Karakteristik berdasarkan tingkat pendidikan

Tabel 4.3. Distribusi subjek penelitian berdasarkan tingkat pendidikan

Pendidikan Vitiligo Kontrol

n % n %

SD 3 10,7 - - SMP/sederajat 2 6,7 - - SMA/sederajat 4 46,7 4 13,3 Perguruan tinggi 11 36,7 26 86,7 Total 30 100,0 30 100,0

Dari tabel 4.3 didapatkan berdasarkan tingkat pendidikan bahwa rata-rata subjek penelitian memiliki pendidikan SMA/sederajat yaitu perguruan tinggi sebanyak 11 orang (36,7%) dan yang paling rendah pada SMP atau sederajat.

Tidak satupun subjek penelitian yang tidak bersekolah, sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata subjek pada penelitian ini memiliki segi intelektual yang cukup baik. Pada penelitian di Nepal ditemukan bahwa mayoritas penderita vitiligo terdapat pada sekolah menengah yaitu sebesar 41,36% dan hanya 16%

yang tidak bersekolah.67

4.1.4 Karakteristik berdasarkan pekerjaan

Tabel 4.4 Distribusi subjek penelitian berdasarkan pekerjaan

Pekerjaan Kasus Vitiligo Kontrol

n % n %

PNS/TNI/POLRI 5 16,7 18 60,0 Pegawai swasta 10 33,3 2 6,7 Wiraswasta 7 23,3 10 33,3 Tidak bekerja 8 26,7 -

Total 30 100,0 30 100,0

46

paling sedikit adalah PNS/TNI/POLRI yaitu 5 orang (16,7%). Berdasarkan hasil penelitian oleh Utama di RSUP H. Adam Malik Medan menemukan bahwa kebanyakan pasien yang menderita vitiligo berprofesi sebagai ibu rumah tangga dan wiraswasta dengan jumlah masing-masing 12 orang (20,7%), dan diikuti dengan berprofesi sebagai pelajar yaitu 11 orang (19%).63 Penelitian pada RSUD Dr.Soetomo pada tahun 2012-2014 menemukan bahwa pasien vitiligo baru paling banyak merupakan pelajar/mahasiswa, yaitu 64 pasien (34,2%), disusul dengan pegawai swasta sebanyak 46 pasien (24,3%) dan paling sedikit pensiunan yaitu 53 pasien (1,6%).64

Penelitian Zaki et al di Mesir menemukan tidak ada perbedaan signifikan antara profesi subjek vitiligo dengan kontrol. Dari 30 subjek vitiligo terdapat 16 orang (53,33%) yang bekerja di dalam ruangan dan 14 orang (46,67%) bekerja di luar ruangan. Pada kelompok kontrol terdapat 10 orang (33,33%) yang bekerja di dalam ruangan dan 20 orang (66,67%) bekerja di luar ruangan.22

4.2 Karakteristik penyakit pada subjek vitiligo

Karakteristik penyakit subjek vitiligo yaitu terdiri dari riwayat keluarga, lama mengalami vitiligo dan tipe klinis.

4.2.1 Karakteristik berdasarkan riwayat keluarga

Tabel 4.5 Distribusi subjek vitiligo berdasarkan riwayat keluarga

Riwayat keluarga Subjek vitiligo

n %

Dijumpai 6 20,0

Tidak dijumpai 24 80,0

Total 30 100,0

Universitas Sumatera Utara

47

Dari hasil tabel 4.5 dijumpai bahwa pasien vitiligo yang memiliki riwayat keluarga yang menderita hal yang sama yaitu 6 orang (20,0%). Hal ini sesuai dengan penelitian-penelitian lain yang menemukan bahwa kebanyakan subjek vitiligo tidak memiliki riwayat keluarga. Penelitian di RSUD Dr.Soetomo pada tahun 2012-2014 menemukan bahwa pasien vitiligo baru yang memiliki keluarga dengan sakit serupa hanya 16 orang (8,4%).64 El-Dawela dan Abou menemukan bahwa dari 70 subjek vitiligo terdapat 21 orang (30%) yang memiliki riwayat keluarga yang sama yang menderita vitiligo.65 Yasar et al di Turki mendapatkan 7 dari 40 subjek vitiligo (17,5%) mempunyai riwayat keluarga dengan kelainan serupa.23 Sabry et al di Mesir menemukan 4 dari 35 orang subjek vitiligo (11,4%) memiliki keluarga yang juga menderita vitiligo.19 Pada penelitian oleh Agarwal et al di India menemukan 8 dari 50 orang (16%) subjek vitiligo memiliki riwayat keluarga positif.13 Zaki et al menemukan hanya 2 orang (6,7%) subjek vitiligo yang memiliki riwayat keluarga yang mengalami vitiligo sedangkan pada kelompok kontrol tidak ada yang memiliki riwayat keluarga. Berdasarkan penelitian ini tidak ada perbedaan signifikan dalam hal riwayat keluarga antara subjek dan kontrol.22

Salah satu hipotesis yang diduga berperan dalam patogenesis vitiligo adalah hipotesis genetik. Adanya riwayat keluarga yang positif merupakan salah satu faktor prognostik buruk bagi perjalanan penyakit. Pola penurunannya dapat melibatkan beberapa gen (poligenik) atau bersifat autosomal dominan. Vitiligo sendiri pernah dilaporkan dijumpai pada kembar monozigot.6

48

4.2.2 Karakteristik berdasarkan lama mengalami vitiligo

Tabel 4.6 Distribusi subjek vitiligo berdasarkan lama mengalami vitiligo.

Berdasarkan analisis statistik deskriptif setelah dikelompokkan maka didapatkan hasil pada tabel 4.6 bahwa kebanyakan subjek penelitian telah mengalami vitiligo selama 1-5 tahun yaitu 12 orang (40 %), diikuti oleh kelompok 11-15 tahun dan kelompok 6-10 tahun, sedangkan kelompok yang paling sedikit yaitu >20 tahun sebanyak 1 orang (3,3%). Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa rentang lama mengalami vitiligo mulai dari 1 tahun hingga 35 tahun dengan rata-rata lama mengalami vitiligo yaitu 9,07 tahun.

Penelitian Rahmayanti dan Rahmadewi pada RSUD Dr.Soetomo menemukan pasien vitiligo baru yang datang berobat paling banyak >12 bulan setelah lesi timbul yaitu 81 orang (43,1%), saat 0-6 bulan adalah 70 orang (37,3%), pada saat 6-12 bulan yaitu 37 orang (19,6%).64 El-Dawela dan Abou-elfetous menemukan rata-rata lama mengalami vitiligo yaitu 6,4±6,05 tahun dengan rentang mulai dari 1 tahun hingga 20 tahun.65 Sabry et al di Mesir menemukan rentang subjek yang telah menderita vitiligo mulai dari 1 hingga 15

Penelitian Rahmayanti dan Rahmadewi pada RSUD Dr.Soetomo menemukan pasien vitiligo baru yang datang berobat paling banyak >12 bulan setelah lesi timbul yaitu 81 orang (43,1%), saat 0-6 bulan adalah 70 orang (37,3%), pada saat 6-12 bulan yaitu 37 orang (19,6%).64 El-Dawela dan Abou-elfetous menemukan rata-rata lama mengalami vitiligo yaitu 6,4±6,05 tahun dengan rentang mulai dari 1 tahun hingga 20 tahun.65 Sabry et al di Mesir menemukan rentang subjek yang telah menderita vitiligo mulai dari 1 hingga 15

Dokumen terkait