• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

B. Analisis Data

3. Hipotesis III

1. Rumusan Hipotesis

Ho : Tidak ada pengaruh tingkat pendapatan orang tua terhadap hubungan antara prestasi belajar siswa SMK dalam mata pelajaran kewirausahaan dengan minat berwiraswasta.

Ha : Ada pengaruh tingkat pendapatan orang tua terhadap hubungan antara prestasi belajar siswa SMK dalam mata pelajaran kewirausahaan dengan minat berwiraswasta.

2. Pengujian Hipotesis

Berdasarkan hasil pengujian, model persamaan regresi dapat disajikan sebagai berikut (lampiran IV):

) ( 043 , 0 967 , 1 221 , 0 796 , 69 X1 X2 X1X2 Y = + + − Keterangan:

Y = minat siswa untuk berwiraswasta X1 = variabel prestasi belajar

X2 = variabel tingkat pendapatan orang tua

X1X2 = nilai interaksi antara variabel prestasi belajar dengan varibel tngkat pendapatan orang tua

Hasil pengujian regresi di atas menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi (β3) dari interaksi variabel prestasi belajar dengan variabel minat berwiraswasta adalah -0,043. Nilai tersebut menunjukkan tanda negatif yang berarti bahwa interaksi kedua variabel tersebut tidak memperkuat derajat hubungan prestasi belajar dengan minat berwiraswasta. Nilai signifikansi koefisien regresi (β3) dari interaksi variabel prestasi belajar dengan variabel tingkat pendapatan orang tua terhadap variabel minat berwiraswasta menunjukkan lebih tinggi dari nilai alpha yang digunakan dalam penelitian ini (ρ = 0,269 > α = 0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hubungan antara prestasi belajar dengan minat berwiraswasta ditinjau dari tingkat pendapatan orang tua adalah tidak signifikan. Artinya, tidak ada pengaruh tingkat pendapatan orang tua terhadap hubungan antara prestasi belajar dengan minat berwiraswasta.

C. Pembahasan

1. Hubungan antara Prestasi Belajar Siswa SMK dengan Minat

Berwiraswasta.

Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan antara prestasi belajar siswa SMK dalam mata pelajaran kewirausahaan dengan minat berwirasawasta. Hasil ini didukung oleh perhitungan analisis yang

menghasilakan nilai r hitung 0,149 lebih kecil dari r tabel 0,237 dan nilai probabilitas koefisien regresi (ρ) = 0,230 lebih besar dari α = 0,05 yang berarti koefisien korelasi tersebut tidak signifikan. Artinya, tinggi rendahnya prestasi belajar siswa SMK dalam mata pelajaran kewirausahaan tidak mempengaruhi tinggi rendahnya minat berwiraswasta.

Deskripsi minat siswa berwiraswasta menunjukkan bahwa sebagaian besar (28 siswa atau 41,79%) memiliki minat yang tinggi untuk berwiraswasta. Menurut Syah (1995:151), minat adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa mempunyai keinginan, perasaan tertarik, dan perasaan suka untuk berwiraswasta.

Deskripsi prestasi belajar menunjukkan bahwa sebagian besar siswa dikategorikan memiliki prestasi belajar yang tinggi (44 siswa atau 65,67%). Menurut Winkel (1989:100), prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari mata pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes, mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu. Hal tersebut tercermin dari nilai rapor dari semester 2 kelas XII. Hasil pengujian koefisien korelasi menunjukkan tidak terdapat hubungan antara prestasi belajar siswa SMK dengan minat berwiraswasta, sehingga tinggi rendahnya prestasi siswa tidak mempengaruhi tinggi rendahnya minat berwiraswasta. Hal ini disebabkan oleh arah dan sistem pendidikan di Indonesia yang masih

kurang mendukung. Sistem pendidikan yang ada hanya fokus pada penciptaan tenaga kerja, bukan menciptakan entrepreneur-entrepreneur potensial. Metode menghafal, misalnya, membuat anak tidak memiliki daya kreasi dan inovasi, yang sangat dibutuhkan dalam dunia kewirausahaan (http://moeziy.blogspot.com/2009/07/30/kewirausahaan/). Selama bertahun-tahun pula kita hanya dijejali dengan aneka teori dan konsep. Pembelajaran dengan menggunakan praktik masih kurang dilakukan, padahal praktik akan membuat siswa terbiasa dan terampil mengerjakan sesuatu.

Setiap penghujung tahun ajaran, setiap kampus ataupun sekolah bisnis beramai-ramai mengadakan Job Fair, memberikan pembekalan tentang cara menyusun CV yang bagus dan trik bagaimana menghadapi wawancara kerja. Semua dilakukan agar para lulusan dapat menjadi pekerja dan bukan berwiraswasta.

Selain itu, perubahan peran BK (Bimbingan dan Konseling) dalam ranah pendidikan yang semula sebagai wadah yang membantu menemukan serta mengembangkan talenta dan minat peserta didik, kini BK dianggap sebagai polisi sekolah dalam penanganan anak-anak berkasus (www.kabarindonesia.com). Penemuan dan pengembangan talenta dapat memberikan suntikan rasa percaya diri dan penghargaan diri individu secara proporsional. Mengenali potensi dan talenta serta mengembangkannya dapat menjadikan kita menjadi manusia yang unggul dan pada tahap inilah pekerjaan akan memburu individu. Sejalan

dengan hal tersebut, minat siswa terhadap kewiraswastaan perlu diketahui oleh guru maupun siswa itu sendiri mengingat minat ini dapat mengarahkan siswa untuk melakukan pilihan dalam menentukan cita-citanya. Cita-cita merupakan perwujudan dari minat dalam hubungan dengan proses/jangkauan masa depan bagi siswa untuk merencanakan dan menentukan pilihan terhadap pendidikan, jabatan atau pekerjaan yang diinginkan.

Uraian di atas coba menjelaskan pada kita mengapa nilai prestasi belajar siswa SMK dalam mata pelajaran kewirausahaan tidak mempunyai hubungan yang positif dan signifikan terhadap minat berwiraswasta.

2. Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang Tua terhadap Hubungan

Prestasi Belajar Siswa SMK dengan Minat Berwiraswasta.

Hasil penelitian menyatakan bahwa tidak ada pengaruh tingkat pendidikan orang tua terhadap hubungan prestasi belajar dengan minat berwiraswasta. Hasil ini didukung oleh perhitungan koefisien regresi (β3) sebesar -0,133 dan hasil perhitungan statistik yang menunjukkan bahwa nilai probabilitas koefisien regresi (ρ) = 0,733 lebih besar dari α = 0,05.

Deskripsi minat siswa untuk berwiraswasta menunjukkan bahwa sebagian besar siswa dikategorikan memiliki minat yang tinggi (28 siswa atau 41,79%). Menurut Syah (1995:151), minat adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa mempunyai keinginan, perasaan tertarik, dan perasaan suka untuk berwiraswasta.

Deskripsi prestasi belajar menunjukkan bahwa sebagian besar siswa dikategorikan memiliki prestasi belajar yang tinggi (44 siswa atau 65,67%). Menurut Winkel (1989:100), prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari mata pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes, mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu. Hal tersebut tercermin dari nilai rapor dari semester 2 kelas XII. Hasil pengujian koefisien korelasi menunjukkan tidak terdapat hubungan antara prestasi belajar siswa SMK dengan minat berwiraswasta, sehingga tinggi rendahnya prestasi siswa dalam mata pelajaran kewirausahaan tidak mempengaruhi tinggi rendahnya minat berwiraswasta.

Deskripsi data mengenai tingkat pendidikan orang tua menunjukkan sebagian besar orang tua siswa baik ayah maupun ibu (78 orang atau 58,65%) berpendidikan rendah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar orang tua siswa dikategorikan berpendidikan rendah, maka hal itu tidak berdampak memperkuat hubungan antara prestasi belajar siswa SMK dalam mata pelajaran kewirausahaan dengan minat berwiraswasta. Hal ini disebabkan tingkat pendidikan orang tua yang rendah cenderung memiliki pengetahuan yang terbatas pula dalam usaha menumbuhkan minat serta mengajarkan anak mereka untuk berwiraswasta. Minat kewiraswastaan, daya kreatifitas,

inovasi, dan berani mengambil risiko sebesar apa pun seharusnya ditumbuhkan dan didorong terus. Keluarga merupakan lingkungan pertama yang menumbuhkan mental kewiraswastaan anak (http://moeziy.blogspot.com/2009/07/30/kewirausahaan). Mental merupakan salah satu modal yang dibutuhkan untuk dapat melakukan

bisnis atau terjun ke dunia entrepreneur selain skill dan juga pengetahuan yang luas, serta faktor jejaring bisnis (http:// krida85.wordpress.com/2009/07/28/profesional-menjadi-entrepreneur/).

3. Pengaruh Jenis Pekerjaan Orang Tua terhadap Hubungan Prestasi

Dokumen terkait