• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

D. Hipotesis

D. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2016:70). Oleh karena itu, pada penelitian ini penulis dapat mengambil hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Kesadaran wajib pajak

H01: Kesadaran wajib pajak tidak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2).

Ha1: Kesadaran wajib pajak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2)..

2. Pengetahuan perpajakan Kesadaran Wajib Pajak (x1)

Pengetahuan Perpajakan (x2)

Kepatuhan Wajib Pajak (y)

H02: Pengetahuan perpajakan tidak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2)..

Ha2: Pengetahuan perpajakan berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2)..

3. Kesadaran wajib pajak dan pengetahuan perpajakan

H03: Kesadaran wajib pajak dan pengetahuan perpajakan secara bersama-sama tidak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2)..

Ha3: Kesadaran wajib pajak dan pengetahuan perpajakan secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2)

40 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan merupakan jenis penelitian field research (penelitian lapangan) dengan pendekatan deskriptif kuantitatif yang menggambarkan pengaruh kesadaran wajib pajak dan pengetahuan perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak Bumi Bangunan Perdesaan dan Perkotaan di Nagari Minangkabau Kecamatan Sungayang Kabupaten Tanah Datar.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai pada bulan Juli sampai pertengahan Agustus 2019 bertepat di Nagari Minangkabau Kecamatan Sungayang Kabupaten Tanah Datar.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generasi yang terdiri dari atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2016:80). Jumlah penduduk Nagari Minangkabau Kecamatan Sungayang adalah sebanyak 3.189 jiwa, dengan jumlah Kartu Keluarga (KK) sebanyak 881, yang tersebar di tiga jorong yaitu Jorong Minang Jaya, Jorong Badinah Murni dan Jorong Kelarasan Tanjung. Dari keseluruhan jumlah jiwa, yang terdaftar sebagai wajib pajak adalah sebanyak 1.836 jiwa. Sehingga, populasi dalam penelitian ini sebanyak wajib pajak yang ada yaitu 1.836 jiwa.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2016:91). Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sampling Insidental yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data. Besarnya sampel dalam penelitian ini ditentukan dalam rumus slovin sebagai berikut:

Dimana:

n = ukuran sampel N = ukuran populasi

e = error level (tingkat kesalahan) adalah persen kelonggaran ketidak pastian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir. Umumnya digunakan 1% atau 0,01, 5% atau 0,05, dan 10% atau 0,1 yang dapat dipilih oleh peneliti.

Dengan jumlah populasi 1.836 orang maka batas minimal pengambilan sampel dengan berdasarkan rumus diatas adalah:

n = 1.836 1 + 1.836 (0,1)2

n =94,82 dibulatkan menjadi 95

Maka sampel yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah 95 orang wajib pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan.

Dengan diketahui jumlah populasi dan sampel penelitian maka pembagian sampel dilakukan secara proporsional per jorong berdasarkan jumlah wajib pajaknya, sehingga jumlah sampel per jorong dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 3. 2

Penentuan Sampel Per Jorong No Jorong Populasi (wajib

pajak)

Proporsional Jumlah Sampel

1 Minang Jaya 736 (736:1836) x 95 38

2 Badinah Murni 685 (685:1836) x 95 35

3 Kelarasan Tanjung 415 415:1836) x 95 22

Sumber: Data diolah sendiri

D. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah kuesioner.

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang secara langsung diberikan kepada responden tanpa perantara. Angket atau kuesioner tersebut disusun dengan menggunakan 5 (lima) alternatif jawaban yaitu: SS (Sangat setuju), S (Setuju), RR (Raagu-ragu), TS (Tidak Setuju), STS (Sangat Tidak Setuju). Penskoran untuk masing-masing pernyataan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3. 3

Skor Penilaian Berdasarkan Skala Liker

Pilihan Jawaban Skor

Sangat Setuju 5

Setuju 4

Ragu-ragu 3

Tidak Setuju 2

Sangat Tidak Setuju 1

Sumber: Sugiyono 2016

Dari tabel tersebut dapat dilihat dari jawaban sangat setuju merupakan prediket paling tinggi dengan bobot nilai 5, diikuti dengan setuju dengan bobot nilai 4, kemudian kurang setuju dengan bobot nilai 3, selanjutnya tidak setuju mendapatkan bobot nilai 2 dan yang paling rendah dengan bobot nilai 1 dengan jawaban sangat tidak setuju.

Kuesioner yang akan digunakan dalam penelitian ini dikembangkan oleh Siti salma. Semua pernyataan dalam kuesioner telah valid dan realiabel. Berikut kisi-kisi kuesioner yang dikembangkan:

a. Kesadaran adanya hak dan kewajiban pajak

memenuhi kewajiban membayar pajak.

b. Kepercayaan dalam membayar pajak bahwa hasilnya akan kembali kepada masyarakat

c. Akan meningkatkan sumber pembiayaan pembangunan.

d. Membayar Pajak Bumi dan Bangunan merupakan salah satu faktor pemasukan negara.

e. Kepercayaan yang tinggi terhadap kinerja aparat.

f. Adanya pemahaman yang

a. Dasar pengenaan pajak bumi dan bangunan.

b. Pengetahuan wajib pajak terhadap fungsi pajak.

c. Pengetahuan wajib pajak terhadap tanggal jatuh tempo pembayaran PBB d. Pengetahuan wajib pajak

mengenai pelanggaran

b. Mendaftarkan diri sebagai wajib pajak

c. Setelah menerima SPPT wajib pajak segera

E. Teknik Analisi Data

Teknik analisis data penelitia merupakan bagian dari proses pengujian data setelah tahap pemilihan dan pengumpulan data dalam penelitian. Beberapa teknik analisis data dilakukan dalam penelitian ini adalah:

1. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas, uji multikolonieritas, dan uji heteroskedastisitas.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah nilai residual yang dihasilkan dari regresi terdistribusi secara normal atau tidak.

Model regresi yang baik adalah yang memiliki nilai residual yang terdistribusi secara normal. Beberapa metode uji normalitas yaitu dengan melihat penyebaran data pada sumber diagonal pada grafik normal P-P Plot Of regression standardizedresidual suatu variabel dikatakan normal jika gambar terdistribusi dengan titik-titik data secara mengikuti garis diagonal atau dengan uji One Sample Kolmogorov Smirnov. Distribusi data dikatakan normal jika signifikan > 0.05 (Priyatno, 2014:90-91).

b. Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas adalah keadaan dimana terjadi hubungan linier yang sempurna atau mendekati sempurna antara variabel indenpenden dalam model regresi. Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui apakah ada atau tidaknya hubungan linear antar variabel indenpenden dalam model regresi. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi sempurna atau mendekati sempurna di antara variabel bebasnya. Konsekuensi adanya multikolinieritas adalah koefisien korelasi tidak tertentu dan kesalahan menjadi sangat besar. Ada beberapa metode uji multikolinieritas, yaitu:

1) Dengan membandingkan nilai koefisien determinasi individual (r2) dengan nilai determinasi secara serentak (R2).

2) Dengan melihat nilai tolerance dan inflation factor (VIF) pada model regresi. Suatu model regresi yang bebas dari multikonilearitas adalah mempunyai nilai VIF lebih kecil dari

10 dan mempunyai nilai toleransi lebih besar dari 0,1 (Priyatno, 2014:99).

c. Uji Autokorelasi

Autokorelasi merupakan korelasi antara anggota observasi yang disusun menurut waktu atau tempat. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi autokorelasi. Untuk mengetahui ada atau tidaknya korelasi pada penelitian ini digunakan metode uji Durbin-Witson (DW test). Pengambilan keputusan pada uji Durbin Watson sebagai berikut:

1) DU < DW < 4-DU maka H0 diterima, artinya tidak terjadi autokorelasi.

2) DW < DL atau DW > 4-DL maka H0 ditolak, artinya terjadi autokorelasi.

3) DL < DW < DU atau 4-DU < DW < 4-DL, artinya tidak ada kepastian atau kesimpulan yang pasti (Priyatno, 2014:106).

d. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas adalah varian residual yang tidak sama pada semua pengamatan di dalam model regresi. Regresi yang baik seharusnya tidak terjadi heteroskedastisitas. Berikut dilakukan dalam uji heteroskedastisitas dengan metode grafik, yaitu dengan meliat pola titik-titik pada grafik regresi. Dasar kriterianya dalam pengambilan keputusan yaitu:

1) Jika pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit), maka terjadi heteroskedastisitas.

2) Jika tidak ada pola yang tidak jelas, seperti titik-titik yang menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.(Priyatno, 2014:108).

2. Uji Regresi Liniear Berganda

Regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh atau hubungan secara linear antara dua atau lebih variabel indenpenden

dengan satu variabel dependen. Adapun formula untuk metode regresi berganda adalah sebagai berikut:

Keterangan:

Y : Kepatuhan Wajib Pajak a : Konstanta

X1 : Kesadaran Wajib Pajak X2 : Pengetahuan Perpajakan

b1 : Koefisien regresi untuk kesadaran wajib pajak b2 : Koefisien regresi untuk Pengetahuan Perpajakan

e : Eror

3. Uji Statistik Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk penggambaran tentang statistik data seperti min, max, mean, standar devisiasi, dan lain-lain.

Data tersebut berasal dari jawaban yang diberikan oleh responden atas item-item yang terdapat dalam kuesioner (Priyatno, 2014:30).

4. Uji Hipotesis

a. Kofisien Determinasi (R2)

Uji koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui tingkat ketepatan yang paling baik analisis regresi, hal ini ditunjukan oleh koefisien determinnasi (R2). Nilai koefisien determinasi adalah 0 sampai 1. Semakin (R2) mendekati 0 maka semakain kecil kemampuan semua variabel dependen. Secara umum koefisien untuk data crossection relative rendah karena adanya variasi yang benar antara masing-masing pengamatan.

Sedangkan data time series biasanya mempunyai koefisien determinasi tinggi (Neolaka, 2014:130).

Y = a + b1X1 + b2X2 +e

b. Pengujian Hipotesis (Uji Statistik t)

Uji statistik t digunakan untuk menguji signifikasi hubungan antara variabel X dan variabel Y secara persial atau dapat dikatakan uji t pada dasarnya menunjukan seberapa jauh satu variabel indenpenden secara individual dalam menerangkan variabel dependen. Pengujian dilakukan dengan menggunakan tingkat signifikan 0,05 (a=5%). Penerima atau hipotesis dilakukan dengan kriteria sebagai berikut:

1. Jika nilai signifikan > 0,05 maka hipotesis nol diterima (koefisien regresi tidak signifikan) hal ini berarti bahwa secara parsial variable indenpenden tersebut tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variable dependen.

2. Jika nilai signifikan < 0,05 maka hipotesis nol ditolak (koefisien regresi signifikan) hal ini berarti secara persial variable indenpenden tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variable dependen.

c. Uji F (Simultan)

Menurut Ghozali (2012:98) Uji statistik F pada dasarnya menunjukan apakah semuah variabel indenpenden (kesadaran wajib pajak dan pengetahuan perpajakan) yang dimasukan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen (kepatuhan wajib pajak).

Untuk menguji hipotesis ini digunakan statistik F dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut:

1. Jika nilai probabilitas signifikansi > 0,05, maka Ha ditolak. Ha

ditolak mempunyai arti bahwa variabel indenpenden tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

2. Jika nilai probabilitas signifikansi < 0,05, maka Ha diterima.

Ha tidak dapat ditolak mempunyai arti bahwa variabel indenpenden berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

49 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Sejarah Nagari Minangkabau

1. Gambaran Umum Asal Mula Nagari Minangkabau

Dahulu, di Sumatra Barat tersebutlah sebuah kerajaan bernama Kerajaan Pagaruyuang. Kerajaan itu dipimpin oleh seorang raja yang adil dan bijaksana. Rakyatnya senangtiasa hidup aman, damai, dan tenteram.

Suatu ketika, ketenteraman negeri itu terusik oleh adanya kabar buruk bahwa Kerajaan Majapahit dari Pulau Jawa akan menyerang mereka.

Situasi tersebut tidak membuat para punggawa Pagaruyung gentar.

“Musuh pantang dicari, datang patang ditolak. Kalau bisa dihindari, tapi kalu terdesak kita hadapi,” demikian semboyan para pemimpin Kerajaan Pagaruyuang. Suatu hari, pasukan Kerajaan Majapahit tiba di Kiliran Jao, sebuah daerah di dekat perbatasan Kerajaan Pagaruyung.

Ditempat itu pasukan Kerajaan Majapahit mendirikan tenda-tenda sembari mengatur strategi penyerangan ke Kerajaan Pagaruyung.

Menghadapi situasi genting itu, para pemimpin Pagaruyung pun segera mengadakan sidang.

Selanjutnya, sang Raja bersama punggawanyapun menyusun strategi untuk mengalahkan musuh tanpa pertumpahan darah. Sang Raja segera memerintahkan kepada putri Datuk Tantejo Garhano untuk menghiasi anak-anak gadisnya dan dayang-dayang istana yang cantik dengan pakaian yang indah. Setelah semua siap, Datuk Tantejo Garhano bersama anak-anak gadisnya serta dayang-dayang istana menuju ke perbatasan untuk menyambut kedatangan pasukan musuh. Setelah pasukan Majapahit selesai menikmati hidangan dan beristirahat sejenak, Datuk Tantejo Garhano segera mengajak pemimpin mereka ke istana untuk menemui sang Raja.

Setiba di istana, Datuk Tantejo Garhano langsung mengantarkan pemimpin pasukan itu masuk keruangan sidang. Sesampai di ruang

sidang Raja Pagaruyuang memberikan pilihan kepada pasukan Kerajaan Majapahit untuk mengganti peperangan ini menjadi adu kerbau.

Akhirnya kedua belah pihak bersepakat untuk beradu kerbau. Jika kerbau milik sang Raja kalah, maka kerajaan Pagaruyung dinyatakan kalah, maka Kerajaan Pagaruyung dinyatakan takluk. Tapi, jika kerbau milik Majapahit kalah, mereka akan dibiarkan kembali ke Pulau Jawa dengan damai. Oleh karena ingin memenangi pertandingan tersebut, pasukan Majapahit pun memilih seekor kerbau yang paling besar, kuat, dan tangguh. Sementara itu, sang Raja memilih seekor anak kerbau yang masih menyusu. Namun, pada mulut anak kerbau itu dipasang besi runcing yang berbentuk kerucut. Sehari sebelum pertandingan itu dihelat, anak kerbau itu sengaja dibuat lapar dengan cara dipisahkan dari induknya.

Keesok harinya, kedua kerbau aduan segera dibawah ke gelanggangan di sebuah padang yang luas. Suasana di tanah lapang itu pun semakin ramai. Kedua kerbau aduan telah dibawah masuk ke dalam arena. Suasana pun berubah menjadi hening. Penonton dari kedua belah pihak terlihat tegang. Begitu kedua kerbau itu dilepas, kerbau milik majapahit terlihat beringas dan liar.Sementara itu, anak kerbau milik Pagaruyung segera memburu hendak menyusu pada kerbau besar itu karena mengira induknya.

Tak ayal, perut kerbau milik Majapahit pun terluka terkena tusukan besi runcig yang terpasang di mulut anak kerbau milik Pagaruyung.

Setelah beberapa kali tusukan, kerbau milik pasukan Majapahit akhirnya roboh dan terkapar di tanah. Melihat kejadian itu, penonton dari pihak Pagaruyung pun bersorak-sorak gembira.

Akhirnya, pasukan Majapahit dinyatakan kalah dalam pertandingan tersebut. Merekapun diizinkan kembali ke Majapahit dengan damai.

Sementara itu, berita tentang kemenangan kerbau Pagaruyung tersebar ke seluruh pelosok negeri. Kata “manang kerbau” yang berarti menang kerbau pun menjadi pembicaraan di mana-mana. Lama kelamaan

pengucapan kata “menang” berubah menjadi kata “minang”. Sejak itulah, tempat itu dinamakan Nagari Minangkabau, yaitu sebuah nagari (desa) yang berna Minangkabau.

2. Gambaran umum Nagari Minangkabau

a. Kondisi Geografis, Batas Administrasi Nagari, Luas Wilayah, Topografi dan Penggunaan Lahan.

Nagari Minangkabau yang letak geografisnya berada diantara 0-3’ LS dan 100.28 BT merupakan salah satu Nagari terluas yang posisinya berada pada bagian Barat dan Selatan Provinsi Sumatra Barat.

Berdasarkan data terakhir yang diterbitkan oleh Direktorat Bina Program Direktorat Jendral penyiapan Pemukiman Departemen Transmigrasi 2003 bahwa ketinggian daerah Nagari Minangkabau berada pada 500 – 700 m dpl.

b. Batas Administrasi Nagari

Batas administrasi Nagari Minangkabau adalah sebagai berikut:

1) Sebelah Utara : Nagari Sungayang 2) Sebelah Selatan : Nagari Pagaruyung 3) Sebelah Barat : Nagari Saruaso 4) Sebelah Timur : Nagari Sungai Tarab c. Luas Wilayah

Luas Administratif Luas Nagari Minangkabau adalah 845 HA, yang terdiri dari 3 Jorong. Secara Geografis Nagari Minangkabau pada dasarnya sangat pontensial untuk dikembangkan sebagai daerah pertanian dan pariwisata karena posisi strategisnya. Luas wilayah Nagari Minangkabau terdiri dari 3 (Tiga) Jorong seperti tabel berikut ini:

Tabel 4. 1

Luas Wilayah Jorong di Nagari Minangkabau Kecamatan Sungayang

No. Jorong Luas (Km2) Persentase (%)

1. Minang Jaya 325 Ha 38.5 %

2. Badinah Murni 270 Ha 32.0 %

3. Kelarasan Tanjung 250 Ha 29.5 %

Jumlah 845 Ha 100 %

Sumber :Data Monografi Nagari Minangkabau

d. Topografi dan Penggunaan Lahan

Topografi Nagari Minangkabau berbukit-bukit dan bergelombang, beriklim tropis dan memiliki kawasan hutan. Luas lahan di Nagari Minangkabau sebagian besar terdiri dari kawasan hutan + 100 Ha (12%). Bila dilihat dari komposisi penggunaannya, lahan di Nagari Minangkabau lebih banyak diperuntukan untuk sektor pertanian seperti sawah, perkebunan sebagaimana tabel berikut:

Tabel 4. 2

Luas Lahan Menurut Penggunaan di Nagari Minangkabau No. Penggunaan Lahan Luas Area

(Ha)

Persentase (%)

1. Pemukiman 217 Ha 26 %

2. Sawah 237 Ha 28 %

3. Tanah Kering 59 Ha 7 %

4. Kebun Campuran/Sejenis 100 Ha 11 %

5. Perkebunan 97 Ha 11 %

6. Hutan 100 Ha 12 %

7. Padang/Semak/Alang-alang 1 Ha 1 %

8. Tanah terbuka - -

9. Danau - -

10. Pertambangan - -

11 Lainnya 35 Ha 4 %

Jumlah 846 Ha 100,00

Sumber : Data Monografi Nagari Minangkabau

e. Visi dan Misi

Pemerintahan Nagari adalah penyelenggaraan urusan Pemerintah yang dilaksanakan oleh Pemerintahan Nagari dan Badan Permusyawaratan Rakyat Nagari berdasarkan asal usul Nagari di Wilayah Propinsi Sumatera Barat yang berada di dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pemerintahan Nagari adalah Pimpinan Pemerintahan Nagari atau Wali Nagari dan Perangkat Nagari sebagai unsur penyelenggaraan Pemerintah Nagari.

1) Visi Nagari Minangkabau

”Santun, Jujur, Adil, menjadikan Nagari Minangkabau Nagari yang Bermartabat”.

2) Misi Nagari Minangkabau

a) Pembenahan dan pembinaan akhlak anak nagari sebagai aset bangsa

b) Pengembangan, peningkatan dan pemanfaatan Sumber Daya Manusia (SDM) anak nagari melalui pendidikan, pelatihan dan praktek kerja.

c) Pembedayaan ekonomi masyarakat melalui usaha kecil industri bidang pertanian, peternakan dan perikanan.

d) Menghidupkan fungsi masjid dan surau dengan profesional sehingga terbentuk kekuatan ibadah berjamaah dan ekonomi sosial masyarakat

e) Memfungsikan tugas mamak kepala kaum dalam membina anak kemenakan kearah yang lebih baik

f) Perwujudan pemerintah nagari yang amanah, transparan bersih dan berbasis teknologi

g) Mengembangkan kreasi dan inovasi anak nagari dibidang olah raga, budaya dan seni yang berorientasi prestasi

h) Menciptakan nagari sadar hukum yang didukung oleh semua unsur masyarakat nagari

i) Menumbuh kembangkan kebersamaan dan jembatan hati seluruh warga nagari baik yang menetap dikampung maupun dirantau dalam membangun nagari untuk semua bidang program.

j) Bidang pendidikan pemberdayaan generasi muda dan masyarakat.

(1) Menggeliatkan kembali pondok-pondok Al-Quran dan memberdayakan sarana ibadah yang ada dalam rangka pembinaan mental dan spiritual masyarakat.

(2) Membentuk dan membina kader-kader ulama baru (Imam, Bilal, dan Khatib).

(3) Mengembalikan arti penting serta peran dan fungsi lembaga unsur (Niniak Mamak, Alim ulama, Cadiak Pandai, Bundo Kanduang masing-masing).

k) Bidang ekonomi dan pembangunan serta pemberdayaan masyarakat.

(1) Pemanfaatan sarana dan prasarana fisik nagari sebagai penunjang perkembangan ekonomi masyarakat, seperti:

pemanfaatan bangunan komlek BPRN sebagai usaha tani dan kelompok usaha ekonomi muda.

(2) Pemberdayaan lahan-lahan yang kurang produktif sebagai penunjang ekonomi masyarakat, seperti: aliran sungai, kolom ikan dan sarana memberdayaan fasilitas tersebut sebagai penunjang ekonomi berbasis rakyat nagari.

(3) Fokus kita 6 (enam) tahun kedepan adalah memberdayakan sarana dan prasarana yang ada untuk meningkatkan dan membangun nilai-nilai moral, generasi pelopor kehidupan.

Alam artian kita tetap melanjutkan pembangunan yang bersifat fisik di Nagari ini.

f. Tugas Pokok Pemerintahan Nagari

1) Tugas Wali Nagari menyelenggarakan pemerintah desa berdasarkan kebijaka yang ditetapkan berdasarkan BPD, menyusun dan mengajukan rancangan peraturan desa mengenai APBD, Membangun kehidupan masyarakat desa, mengkoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif, membina ekonomi desa, mewakili desanya didalam dan diluar pengadilan dan dapat menunjukan keadilan untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

2) Sekretaris Nagari

Tugas sekretaris nagari adalah membantu kepala desa dalam melaksanakan urusan surat menyurat, kearsipan dan laporan. Serta melaksanakan tugas dan fungsi Wali Nagari apabila Wali Nagari berhalangan melaksanakan tugasnya.

3) Bendahara Nagari

Tugas bendahara adalah melaksanakan administrasi keuangan Nagari, mencatat uang masuk dan uang keluar, serta membuat laporan pertanggung jawaban biaya operasional (BOP) Nagari kepada Kecamatan dan melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Wali Nagari.

4) Kaur Pemerintah

Tugas kaur pemerintah adalah mengumpulkan, mengelola dan mengevaluasi data dibidang pemerintahan dan melakukan pembinaan ketentraman dan ketertiban masyarakat, serta melakukan pelayanan kepada masyarakat di bidang kependudukan dan pertahanan/keagrariaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

5) Kaur Umum

Tugas kaur umum adalah memberikan penyuluhan kepada masyarakat di tempat-tempat berkumpulnya masyarakat tentang kesadaran berbangsa, kantibmas dan melakukan pelayanan yang baik kepada masyarakat.

6) Kaur Pembangunan

Tugas kaur pembangunan adalah melakukan pembinaan dan menyiapkan bahan-bahan dalam rangka persiapan musyawarah di Nagari, pelaporan dibidang pembangunan, terlaksananya pembinaan koordinasi perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta menjaga dan memelihara sarana dan prasarana fisik dilingkungan Nagari Minangkabau.

7) Kaur Perekonomian

Tugas dari kaur perekonomian adalah melalukan pengelolaan terhadap aset Nagari, mengelola semua lahan pertanian, mengatasi pemuda-pemudi yang putus sekolah.

8) Kaur Bidang Kesejahteraan Masyarakat

Tugas dari kaur bidang kesejahteraan maasyarakat adalah melakukan pembinaan terhadap PKK Nagari, pembinaan terhadap kelompok propersi kelompok seperti kelompok tani dan kelompok pengajian, penyaluran bantuan beras raskin dan bantuan sosial lainnya, pembinaan terhadap TK Nagari, pembinaan terhadap anak usia dini, pembinaan terhadap anak-anak, pemuda pemudi dan remaja.

9) Kepala Jorong

Tugas kepala jorong adalah malakukan penertiban dan pemantauan maslah illegal loging (kayu), terlaksananya pemungutan pajak bumi dan bangunan diwilayah kerjanya (jorong).

a. Struktur Organisasi Pemerintahan Nagari Minangkabau

.

Gambar 4. 1

Struktur Pemerintahan Nagari Minangkabau

IMHAR

WALI NAGARI MINANGKABAU

RIZKY WINANDA,S.Pd SEKRETARIS NAGARI

ILHAM FAUZI MS,S.Pd KAUR PERENCANAAN

KEPALA JORONG KELARASAN TANJUNG

RANI SRI NINGSIH, S.Pd.I KEPALA JORONG BADINAH MURNI

ANESA SASTRA, S.Pd.I KAUR KEUANGAN ALAN ALBISRI, S.Pd

KAUR UMUM & TATA USAHA

SUDIRMAN KEPALA JORONG MINANG JAYA ELDA SYAFRIYENTI, S.H.I

KASI PELAYANAN

WELIA FITRINA, S.E Sy KASI KESEJAHTERAAN

ZULHAFNI, SE KASI PEMERINTAHAN

B. Gambaran Umum Responden

Responden dalam penelitian ini adalah Wajib Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan di Nagari Minangkabau Kecamatan

Responden dalam penelitian ini adalah Wajib Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan di Nagari Minangkabau Kecamatan

Dokumen terkait