• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VII TINJAUAN KEISLAMAN

B. Konsep Belajar Menurut Islam

1. Perspektif Belajar Menurut Islam

Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungannya.34 Pendapat yang mengatakan bahwa belajar sebagai aktifitas yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, ternyata bukan berasal dari hasil renungan manusia semata. Ajaran agama sebagai pedoman hidup manusia juga menganjurkan manusia untuk selalu melakukan kegiatan belajar.Dalam Al-Qur’an, kata al-ilm dan turunannya berulang sebanyak 780 kali. Seperti yang termaktub dalam wahyu pertama Rasulullah SAW yakni :

“1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, 2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, 3. Bacalah, dan Tuhanmu yang Maha Pemurah, 4. yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam, 5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”

(QS Al-Iqra 1-5).

44 Allah menyuruh Nabi agar membaca, sedang Beliau tidak pandai membca dan menulis, maka dengan kekuasaan Allah ini Beliau dapat mengikuti ucapan Jibril. Dan Allah menurunkan kepadanya suatu Kitab yang akan menjadi pedoman bagi manusia. Maksudnya, bahwa Allah yang menjadikan dan menciptakan seluruh makhlukNya dari tidak ada menjadi ada.

Ayat kedua mengungkapkan cara bagaimana ia menjadikan manusia yaitu manusia sebagai makhluk yang mulia dijadikan Allah dari sesuatu yang melekat dan diberinya kesanggupan untuk menguasai segala sesuatu yang ada di bumi ini serta menundukkannya untuk keperluan hidupnya dengan ilmu yang diberikan kepadanya. Dan Dia berkuasa pula menjadikan insan kamil (manusia yang sempurna) diantara manusia, seperti Nabi SAW yang pandai membaca walaupun tanpa belajar. Dalam ayat ketiga Allah SWT memerintahkan kembali NabiNya untuk membaca karena bacaan tidak dapat melekat pada diri seseorang kecuali dengan mengulang-ulangi dan membiaskannya, maka seakan-akan perintah mengulang bacaan itu menjadi satu dengan jiwa Rasulullah. Kemudian dengan ayat keempat Allah menerangkan bahwa Dia menyediakan alat untuk menulis, sehingga tulisan itu menjadi penghubung antara manusia walaupun mereka berjauhan tempat sebagaimana mereka berhubungan dengan perantara lisan. Kalam sebagai benda padat yang tidak dapat bergerak dijadikan alat informasi dan komunikasi, maka apakah sulitnya bagi Allah menjadikan NabiNya sebagai manusia pilihan yang bisa membaca, berorientasi dan dapat pula mengajar.

45 Dan ayat kelima Allah menambahkan keterangan tentang limpahan karuniaNya yang tidak terhingga kepada manusia, bahwa Allah menjadikan NabiNya yang tidak terhingga kepada manusia, bahwa Allah menjadikan NabiNya pandai membaca. Dialah Tuhan yang mengajar manusia bermacam-macam ilmu pengetahuan yang bermanfaat yang menyebabkan Dia lebih utama daripada bintang-bintang sedangkan manusia pada permulaan hidupnya tidak mengetahui apa-apa.

Dengan ayat-ayat ini terbuktilah tentang tingginya nilai membaca, menulis dan berilmu pengetahuan. Seandainya tidak ada Kalam niscaya banyak ilmu pengetahuan yang tidak terpelihara dengan baik. Banyak penelitian yang tidak tercatat dan banyak ajaran agama hilang, pengetahuan orang terdahulu tidak dapat dikenal oleh orang-orang masa sekarang baik ilmu, seni, dan ciptaan-ciptaan mereka.35

2. Pandangan Mufassir a. Al-Ghazali

Pembahasan tentang ilmu menurut pandangan imam al-Ghazali tidak dapat dipisahkan dari pandangan imam al-Ghazali tentang hakikat. Sebab ilmu menurut beliau adalah jalan menuju hakikat itu. Dengan kata lain agar seseorang sampai kepada hakikat haruslah ia tahu atau berilmu tentang hakikat itu.

Al-Ghazali mengutip sebuah pernyataan dari Abu Darda, salah seorang sahabat Nabi, ia berkata “Orang yang berilmu dan orang yang menuntut

46 ilmu berserikat pada kebajikan, dan orang lain adalah bodoh dan tidak bermoral. Hendaklah engkau menjadi orang yang berilmu atau belajar atau mendengar, dan jangan engkau menjadi orang keempat (tidak termasuk salah seorang dari yang tiga tadi), maka binasalah engkau,” Ini dapat dipahami bahwa menuntut ilmu merupakan satu-satunya jalan untuk menemukan keutamaan, mengangkat harkat dan martabat manusia, dan menanamkan nilai kemanusiaan.

Secara logika, betapa pentingnya ilmu tidak samar lagi karena dengan ilmu, pemiliknya dapat sampai kepada Allah dan dekat di sisiNya, ilmu merupakan kebahagiaan yang abadi dan kenikmatan yang kekal yang tiada akhirnya, dalam ilmu terdapat kemuliaan hidup di dunia dan kebahagiaan di akherat kelak. Yang mana dunia merupakan ladang akhirat, orang yang mempelajari dan mengamalkan ilmunya berarti menanam bagi dirinya kebahagiaan yang kekal, yaitu dengan membersihkan akhlaknya sesuai dengan apa yang dituntut oleh ilmunya.36

b. Al-Zarnuji

Al-Zarnuji mengemukakan berkaitan dengan niat dan tujuan belajar, bahwa niat yang benar dalam belajar adalah yang tujukan untuk mencari keridhaan Allah, memperoleh kebahagiaan akhirat, berusaha menghapuskan kebodohan pada diri sendiri dan pada orang lain, mengembangkan dan melestarikan islam, serta mensyukuri nikmat Allah berupa potensi akal dan jasmani. Mengenai hal ini, al-Zarnuji

47 mengingatkan agar setiap penuntut jangan sampai keliru dalam menentukan niat dalam belajar, misalnya belajar yang diniatkan untuk mencari pengaruh, mendapatkan kenikmatan duniawi atau kehormatan serta kedudukan tertentu. Jika masalah niat sudah benar, maka ia akan merasakan kelezatan ilmu dan amal serta semakin berkurang kecintaannya terhadap harta duniawi.

Dalam aspek metode pembelajaran, terdapat beberapa hal yang biasa disorot. Pertama, metode bersifat etik. Metode ini diantaranya mencakup niat dalam belajar.Kedua, metode yang bersifat strategi, yang meliputi cara memilih ilmu, memilih guru, memilih teman, dan langkah-langkah pembelajaran.

Al-Zarnuji menegaskan bahwa tujuan belajar itu haruslah untuk mencapai ridha dan untuk mengejar kebahagiaan akhirat. Maksud untuk tujuan keduniaan menurutnya harus benar-benar diabaikan. Karena dunia itu hina dan rendah sehingga orang yang tertipu dengan kegemerlapannya,ia akan terjerumus pada kehinaan. 37

3. Pandangan Ilmuan Kontemporer

Pengertian belajar menurut para ahli adalah sebagai berikut : a. Arno F. Wittig

Belajar dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan relatif tetap dalam suatu tingkah laku manusia yang muncul sebagai hasil dari pengalaman.

48 b. Muhibbin Syah

Belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.

c. Shaleh Abdul Aziz dan Abdul Aziz Abdul Majid

Belajar adalah suatu perubahan didalam pemahaman siswa yang dihasilkan dari pengetahuan terdahuluu, maka akan menimbulkan perubahan baru didalam pemahaman peserta didik.

d. Mustofa Fahmi

Belajar adalah suatu perubahan di dalam tingkah laku siswa yang dihasilkan dari rangsangan.38

e. Abin Syamsuddin Makmun

Ciri-ciri belajar adalah adanya kemampuan baru atau perubahan.

Perubahan tingkah laku bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), maupun nilai dan sikap (afektif). 39

f. Tafsir Al-Qurthubi

Menurut tafsir Al-Qurthubi konsep pembelajaran dalam surat al-‘Alaq yang terdapat pada surat al-‘Alaq ayat 1 sampai 5 yaitu, usaha Allah SWT. dalam mengajarkan ilmu pengetahuan kepada Nabi Adam dan Nabi Muhammad SAW, kemudian di kembangkan kepada anak cucunya dimuka bumi ini (seluruh manusia) dengan alat yaitu qalam sebagai alat untuk menulis supaya ilmu yang telah diberikan tidaka

49 akan punah dan dapat terus dikembangkan sebagaimana tujuan Allah mencitakan manusia dimuka bumi ini agar menjadi khalifah dijalan yang benar dan meyakini bahwa segala sesuatu yang ada dimuka alam raya ini adalah ciptaan Allah. 40

4. Analisis Pengembangan Penulis

Islam benar-benar memperhatikan pentingnya ilmu pengetahuan serta urgensi mempelajari ilmu pengetahuan tersebut. Hal ini banyak dibicarakan dalam al-Qur’an dan al-Hadist. Bahkan di dalam ajaran Islam diyakini bahwasanya, orang yang belajar akan memiliki ilmu yang nantinya akan berguna untuk kepentingan hidup di dunia, serta bekal untuk keberhasilan hidup di akhirat kelak.

Aktivitas belajar sangat terkait dengan proses pencarian ilmu. Kegiatan belajar dapat berupa menyampaikan, menelaah, mencari, mengkaji serta meneliti. Namun, Inti dari kegiatan aktivitas belajar adalah perubahan.

Manusia hidup ahrus selalu melakukan perubahan dalam hidupnya, tentunya perubahan ke arah positif dan perubahan yang bermanfaat.

Kita harus membekali diri dengan ilmu, sebab beribadah tanpa bekal ilmu adalah sia-sia, karena ilmu adalah pangkal dari segala perbuatan. Perlu diketahui, ilmu dan ibadah adalah dua mata rantai yang saling berkait, karena pada dasarnya segala yang kita lihat,kita dengar dan kita pelajari adalah untuk ilmu dan ibadah.

50

Dokumen terkait