• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persaingan Pasar Kredit

2.7 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan tinjauan literatur, penelitian terdahulu dan kerangka konseptual yang telah dijelaskan sebelumnya, maka hipotesis pada penelitian ini adalah : Tingkat persaingan pasar kredit (jumlah perbankan, suku bunga pinjaman, NPL, dan pertumbuhan ekonomi) berpengaruh positif terhadap pinjaman di Indonesia

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Dalam menjalankan pembangunan ekonomi tujuan utamanya adalah untuk mewujudkan masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera dengan cara mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pendapatan yang merata. Namun, dalam perjalanannya pencapaian pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan merupakan masalah klasik pada penerapan ilmu ekonomi. Indonesia adalah negara yang memiliki kekayaan alam nomor satu di dunia yang mempunyai potensi menjadi negara maju, tetapi banyak masalah untuk mencapai kemajuan tersebut salah satu faktornya adalah kondisi keuangan dan permodalan yang sampai saat ini menjadi masalah yang sulit diselesaikan. Kondisi keuangan dan permodalan yang dimaksud adalah kondisi dimana dana yang minim dan sumber dana yang sulit diperoleh sangat diperlukan untuk melakukan aktivitas produksi atau melakukan kegiatan ekonomi yang menghasilkan barang dan jasa.

Pinjaman atau sering disebut dengan permintaan kredit adalah sumber utama pada permodalan, pemenuhan kebutuhan masyarakat dan industri, dan investasi. Perannya sangat penting bagi negara yang sedang berkembang seperti Indonesia sebagai negara agraris menuju industri yang identik dengan kekurangan modal. Kredit ketahanan pangan contohnya, dalam sebuah studi dari (Gusrani 2014 : 75) menyatakan, bahwa Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) tahun 2009-2012 pada setiap provinsi memiliki pengaruh positif terhadap produksi pertanian di Indonesia. Pinjaman sangat erat kaitannya dengan

2

perbankan, karena perbankan adalah salah satu badan yang dapat memberikan pinjaman atau kredit dengan modal pinjaman dari dana masyrakat. Bank sebagai sebuah lembaga yang di berikan izin oleh otoritas perbankan yang merupakan perantara keuangan dari dua pihak, yang kelebihan dan pihak yang kekurangan.

Berdasarkan UU No. 10 Tahun 1998 (Undang-Undang Perbankan) mendefinisikan pinjaman atau kredit sebagai penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Pengertian diatas dapat diartikan perbankan adalah lembaga keuangan berupa penawaran akan kredit dan pihak yang membutuhkan dana (debitur) merupakan permintaan akan kredit, proses transaksi yang terjadi antara penawaran dan permintaan kredit disebut dengan pasar kredit. Dimana dalam ilmu ekonomi, pasar adalah proses transaksi dimana bertemunya penjual dan pembeli, yang artinya penjual sebagai penawaran dan pembeli sebagai permintaan.

Setiap perbankan yang merupakan pelaku dalam persaingan pasar kredit menerapkan pola perencanaan pemasaran yang biasa disebut dengan segmentasi pasar. Segmentasi pasar merupakan kegiatan membagi suatu pasar menjadi kelompok-kelompok pembeli yang berbeda yang mungkin memerlukan produk atau ramuan pemasaran tersendiri (Kasali, 2001).

Segmentasi pasar menurut (Kotler 2002 : 59) merupakan suatu usaha untuk meningkatkan ketepatan pemasaran perusahaan. Dasar segmentasi pasar konsumen adalah segmentasi geografis, demografis, psikografis dan prilaku.

3

Segmentasi dapat menjadi faktor kunci untuk memenangkan persaingan dengan melihat pasar dari sudut yang unik dengan cara yang berbeda dari pesaing, sehingga memaksa perbankan untuk menciptakan produk yang menarik bagi nasabah dengan tidak mengurangi tingkat efisiensi dan efektivitas keuangan perbankan itu sendiri.

Pasar kredit adalah sebuah istilah yang terjadi karena adanya penawaran dan permintaan akan kredit, hal ini dilatarbelakangi karena kredit atau pinjaman merupakan kebutuhan dari aktivitas dan kegiatan ekonomi. Melihat kredit adalah sebuah kebutuhan, maka banyaknya penawaran kredit dan diikuti permintaan kredit menjadikan aktivitas ini sebagai sebuah pasar. Saat ini pasar kredit merupakan topik yang sangat menarik untuk dikaji dan menjadi alasan dalam pemilihan judul penelitian ini, karena merupakan jembatan penghubung bagi efektivitas kebijakan moneter dan pertumbuhan ekonomi, begitu juga dengan kerentanannya terhadap faktor pendukungnya, apalagi seiring dengan penurunan pertumbuhan ekonomi Indonesia di akhir tahun 2014 yang mencapai 5.1% yang memaksa perbankan untuk meningkatkan kembali gairah ekonomi sesuai dengan fungsi perbankan sebagai intermediasi agar terciptanya peningkatan investasi yang semakin mendorong meningkatnya transaksi kredit sehingga dengan sendirinya menciptakan persaingan kredit.

Banyak fenomena yang terjadi dalam persaingan pasar kredit dan faktor penyebabnya terbilang sangat kompleks, selain kondisi faktor ekonomi secara makro; seperti pertumbuhan ekonomi, daya beli masyarakat, pemahaman masyarakat tentang kredit, dan keberadaan informasi kredit atau pinjaman itu

4

sendiri secara tidak langsung juga menjadi faktor penting. Hal secara khusus juga bisa menjadi peran penting bagi perkembangan pasar kredit, seperti : penerapan sistem dan pengawasan terhadap perbankan sebagai penyalur kredit yang diberikan kepada masyarakat dan juga regulasi atau peraturan yang dikeluarkan otoritas terkait seperti Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia (BI). Dalam fenomena perkembangannya, persaingan pasar kredit mengalami banyak tantangan dan kemajuan dimulai dari perbaikan regulasi dan kinerja perbankan pada masa orde baru tahun 80-an hingga terjadi krisis ekonomi yang dimulai pada tahun 1996 sampai 1999 akibat tatakelola kredit perbankan yang buruk.

Tahun 2000, kondisi ekonomi mulai membaik sejalan dengan kondisi perbankan, regulasi dan pengawasan pada perbankan terhadap kredit yang dikeluarkan masing-masing perbankan. Pada tahun 2005, kondisi ekonomi mulai menunjukan peningkatan dan berhasil keluar dari krisis yang ditandai dengan membaiknya perekonomian riil, kembalinya kepercayaan masyarakat terhadap perbankan, dan naiknya investasi dalam negeri begitu juga kondisi kredit perbankan yang meningkat 50% atau mencapai 750 triliun rupiah (SPI 2006).

Membaiknya ekonomi pada tahun 2005 merupakan titik balik bagi Indonesia karena mampu membuat para investor yang terletak dikawasan regional maupun internasional melihat besarnya potensi pasar kredit terutama pada jenis kredit konsumtif di Indonesia yang dikarenakan besarnya jumlah penduduk di Indonesia. Ini dapat dilihat dari banyaknya bank asing yang masuk ke pasar Indonesia dengan membuka kantor cabang ataupun yang mengakuisisi bank-bank lokal untuk menambah jaringan bisnisnya tetapi kebanyakan bank asing yang

5

membuka kantor di Indonesia umumnya menyasar pada jenis kredit konsumtif yaitu kredit tanpa agunan dan kartu kredit.

Tetapi pertengahan tahun 2015 dari data Badan Pusat Statistik dan Statistik Perbankan Indonesia (BPS dan SPI 2015) persaingan pasar kredit mulai tidak bergairah dan perbankan dihadapkan pada kredit macet, fenomena yang terjadi pada persaingan pasar kredit ini di indikasikan oleh faktor pertumbuhan ekonomi yang melambat sebesar 5 - 5,3 persen, melemahnya nilai tukar rupiah diatas Rp.13.000/dolar, penurunan aktivitas ekonomi dan daya beli masyarakat, dan ancaman tentang kredit macet yang semakin nyata karena nilai Non Performing Loan (NPL) rata-rata perbankan sejak akhir tahun 2013 sebesar 1,77% menjadi 2,16% diakhir tahun 2014 dan terus meningkat di tahun 2015. Hal ini sangat berpengaruh pada kinerja perbankan dan persaingan dipasar kredit. Dari data pada maret 2015 ada empat bank dari tujuh kelompok bank yang nilai Non Performing Loannya diatas 5% dan membuat pertumbuhan kredit (penawaran kredit) di pasar kredit turun dari 11,64% menjadi 10,28%. Sama halnya dengan pinjamannya (permintaan kredit) di Indonesia, selain karena perbankan menjaga kualitas kreditnya sehingga kredit sulit didapat, faktor tingkat bunga, struktur ekonomi yang rentan dengan gejolak, lesunya perekonomian dan kurangnya daya beli masyarakat membuat masyarakat enggan untuk melakukan transaksi kredit dan ini selalu menjadi fenomena pada pinjaman (kredit) di Indonesia. Hal ini juga membuat investor dan wirausahawan berhati-hati menginvestasikan dananya di Indonesia dan membuat pasar kredit semakin tidak bergairah. Walaupun demikian perbankan dan otoritas moneter terkait diharapkan mampu menjawab tantangan

6

ekonomi yang dihadapkan saat ini melalui kebijakan yang tepat dan kerja sama dengan pemerintah.

Dalam laporan Statistik Perbankan Indonesia (SPI), perbankan terdiri dari bank persero, bank pemerintah daerah, bank swasta nasional, bank asing, bank campuran, dan bank perkreditan rakyat. Masing-masing pelaku pasar kredit sudah pasti memiliki sasaran pemasaran tersendiri, selain kredit konsumsi target penyaluran kredit dapat diberikan kepada 9 sektor ekonomi, karena dalam kegiatan ekonomi real diperlukan modal awal untuk berinvestasi dan kesempatan keluar masuknya dana lebih cepat, sehingga sangat memungkinkan adanya peminjaman dana. Yang termasuk kedalam 9 sektor ekonomi adalah 1. pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan; 2. pertambangan dan penggalian; 3. Industri pengolahan; 4. Listrik, gas dan air bersih; 5. Konstruksi; 6. Perdagangan, hotel dan restoran; 7. Pengangkutan dan komunikasi; 8. Keuangan real estate dan jasa perusahaan; 9. Jasa-jasa.

Sebuah studi internasional yang dilakukan oleh (Cetorelli, 2013), mengatakan persaingan pasar kredit merupakan keberlangsungan hidup bagi perusahan-perusahaan nonkeuangan (sektor riil). Hasil studi ini menunjukan bahwa perubahan pada penawaran kredit di pasar kredit mempunyai efek penting pada sisi permintaan, dimana ketika modal keuangan sulit diperoleh maka perusahaan sektor riil sangat sulit bertahan dipersaingan berusaha yang kompetitif, tetapi ketika modal keuangan mudah didapat maka perusahaan sektor real sebagai permintaan pinjaman untuk kebutuhan kegiatan usaha berubah dengan baik termasuk permintaan modal pada lingkungan persaingan

7

berwirausaha yang tidak terlalu kompetitif. Perubahan pada permintaan ini mempengaruhi profil ekspektasi kehidupan perusahaan secara nyata dan efek ini bermacam-macam pada perusahaan yang berbeda. Perubahan pada keseluruhan dinamika populasi perusahaan sektor riil membentuk karakteristik mekanisme eksplisit dimana keuangan dari populasi perusahaan tersebut dapat mempengaruhi aktivitas ekonomi sesungguhnya secara meluas.

Dokumen terkait