• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.5 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian identifikasi masalah dan landasan teori, maka hipotesis penelitian ini adalah :

1. Usaha Pelayanan Jasa Alsintan ( UPJA ) di daerah penelitian termasuk dalam klasifikasi Berkembang.

2. Penggunaan Alsintan yang dikelola UPJA telah efektif.

3. Efektivitas penggunaan Alsintan yang dikelola UPJA berhubungan nyata dengan produktivitas padi sawah di daerah penelitian.

4. Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) adalah usaha yang menguntungkan.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penelitian ini dilakukan di dua Desa, yaitu Desa Kota Datar dan Desa Tandem Hilir II. Daerah penelitian ditentukan secara purposive artinya daerah penelitian ditentukan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu disesuaikan dengan tujuan penelitian. Maka dari itu ditetapkan daerah penelitian adalah di Desa Kota Datar dan Desa Tandem Hilir II, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang. Pada Tabel 3.1 disajikan Nama Kelompok Tani di Desa Kota Datar dan Desa Tandem Hilir II Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang

Tabel 3.1 Nama Kelompok Tani di Desa Kota Datar dan Desa Tandem Hilir II Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang

Desa Kelompok Tani

Sumber : RDKK Desa Kota Datar dan Desa Tandem Hilir II,2017

3.2. Metode Penentuan Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah petani yang menggunakan alsintan yang dikelola oleh UPJA dalam pengelolaan lahan atau proses produksi dimasing-masing desa.

Pengambilan sampel dilakukan secara Purposive, yaitu teknik sampling non random sampling dimana peneliti menentukan pengambilan sampel dengan

cara menetapkan ciri-ciri khusus yang sesuai dengan tujuan penelitian, sehingga diharapkan dapat menjawab permasalahan penelitian. Metode purposive ini ditujukan untuk pengurus UPJA Namora dan UPJA Berkat Rukun

sedangkan metode (Simple Random Sampling) adalah teknik pengambilan sampel dari semua anggota populasi yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Metode Simple Random Sampling ini ditujukan untuk petani padi sawah yang menggunakan alsintan yang dikelola oleh UPJA di daerah penelitian.

Tabel 3.2 Jumlah Populasi Petani di Daerah Penelitian

No. Desa Jumlah Petani Padi Sawah

1.

2.

Kota Datar Tandem Hilir II

1.209 886

Total 2.095

Sumber : Data Sekunder (diolah), 2018

Untuk menentukan besar sampel penelitian dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin.

n

= N 1+N e2

Keterangan : n = Jumlah populasi N = Jumlah sampel

e = Kesalahan pengambilan sampel ditetapkan sebesar10%

Dari perhitungan dengan rumus Slovin, maka besar sampel dalam penelitian ini sebesar 95 sampel petani. Besar sampel di distribusikan ke 2 (dua) desa secara proporsional.

Desa Kota Datar = 1.209

2.095x 95= 55 petani

Desa Tandem Hilir II = 886

2.095

x

95 = 40 petani

3.3. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan manager dan bendahara pengelola UPJA Namora dan UPJA Berkat Rukun, penyuluh lapang di Desa Kota Datar dan Desa Tamdem Hilir II, Ketua Gapoktan Namora dan Gapoktan Berkat Rukun di Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang.

Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi atau lembaga terkait dengan substansi penelitian, seperti Sekretariat UPJA Namora dan UPJA Berkat Rukun, Badan Pusat Penelitian (BPS) Sumatera Utara, Kantor Dinas Pertanian Tanaman

n= N

1+N e2

=

1+ 2.095 . (0.1)2.095 2

=

95,44

Pangan dan Hortikultura Kabupaten Deli Serdang, Badan Penyuluhan Pertanian Kecamatan Hamparan Perak dan instansi lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.

3.4. Metode Analisis Data

Untuk menjawab identifikasi masalah yang pertama, metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif. Yaitu dengan membandingkan kondisi UPJA di daerah penelitian sesuai dengan Matrik Klasifikasi Kelembagaan UPJA yang bersumber dari Peraturan Menteri Pertanian dengan uraian sebagai berikut.

Tabel 3.3 Matrik Klasifikasi Kelembagaan UPJA

Uraian Pemula Berkembang Profesional Legalitas Organisasi :

Anggota pasif Anggota aktif

Pertemuan UPJA Belum

 Jenis alsintan yang dikelola

 Jumlah alsintan yang dikelola

 Gudang penyimpanan alsintan

 Kondisi alsintan

 Bengkel alsintan milik UPJA

1-2 jenis

Uraian Pemula Berkembang Profesional

Sumber : Peraturan Kementerian Pertanian, 2008.

Berdasarkan matrik klasifikasi kelembagaan UPJA inilah nantinya peneliti mengetahui apakah UPJA Namora di Desa Kota Datar dan UPJA Berkat Rukun di Desa Tandem Hilir II masuk ke dalam klasifikasi Pemula,Berkembang ataupun Profesional.

Untuk menjawab identifikasi masalah kedua, metode analisis yang digunakan adalah metode skoring, yaitu untuk mengukur efektivitas penggunaan alsintan dari indikator kesesuaian jenis alsintan, ketersediaan jumlah alsintan, ketersediaan alsintan saat waktu penyewaan, akses ketempat penyewaan, kemampuan harga sewa alsintan, serta kesesuaian mutu alsintan.

Seperti pada contoh di bawah ini.

No Pernyataan Tanggapan Skor 1 Jenis peralatan yang tersedia sudah

sesuai dengan kebutuhan teknis usahatani padi sawah.

1. Sangat sesuai 2. Sesuai

3. Cukup 4. Tidak sesuai 5. Sangat tidak sesuai

5

sudah mencukupi kebutuhan usahatani padi sawah 4 Tempat penyewaan alsintan mudah

di akses/ tidak jauh dari tempat

ditetapkan sudah sesuai dengan kemampuan petani

1. Sangat sesuai 2. Sesuai 3. Cukup 4. Tidak sesuai 5. Sangat tidak sesuai

5 5. Sangat tidak sesuai

5

Secara sistematis menurut (Junaedi,2012) interval kelas pengkategorian efektivitas pengelolaan alsintan yang dikelola unit UPJA adalah sebagi berikut:

Keterangan :

i = 𝑎−𝑏

𝑘

i = Interval kelas

a = jumlah skor maksimum b = jumlah skor minimum k = jumlah kelas/kategori

1. Skor Komulatif Efektivitas Penggunaan Hand Tractor yang dikelola UPJA Namora di Desa Kota Datar (n=35)

S max = 35 x 30 = 1.050 S min = 35 x 6 = 210

2. Skor Setiap Indikator Efektivitas Penggunaan Hand Tractor yang dikelola UPJA Namora di Desa Kota Datar (n=35)

S max = 35 x 6 = 210 S min = 35 x 1 = 35

Skor Kategori Efektivitas

120 - 378 Sangat Tidak Efektif

378 – 546 Tidak Efektif

546 – 714 Cukup Efektif

714 – 882 Efektif

882 - 1050 Sangat Efektif

Skor Kategori Efektivitas

35 – 70 Sangat Tidak Efektif

70 – 105 Tidak Efektif

105 - 140 Cukup Efektif

140 – 175 Efektif

175 - 210 Sangat Efektif

i = 1.050 − 210

5 = 168

i = 115 − 23

5 = 18,4

Selanjutnya akan disesuaikan dengan banyaknya pengguna alsintan yang di kelola oleh UPJA Namora dan UPJA Berkat Rukun dimasing - masing desa.

Untuk menjawab identifikasi masalah ketiga dengan menggunakan uji korelasi Pearson. Pada analisis korelasi hubungan X dan bukanlah sebuah hubungan kausalitas atau sebab akibat, melainkan hanya sebagai hubungan searah (linier) saja. Hubungan dua variabel tersebut ada yang positif dan ada yang negatif. Hubungan X dan Y dikatakan positif apabila kenaikan (penurunan) X pada umunya diikuti oleh kenaikan (penurunan) Y. Sebalikanya dikatakan negative bila kenaikan (penurunan) X pada umumnya diikuti oleh penurunan (kenaikan) Y. Korelasi Pearson digunakan untuk menguji hubungan linier pada minimal dua variabel dengan skala data numerik (Interval maupun Rasio) (Setiawan B, 2003). Untuk mengetahui hubungan keeratan tersebut dibantu dengan software SPSS 24 .Adapun Rumus korelasi Pearson yaitu :

Keterangan :

r = Koefisien korelasi n = Jumlah sampel

∑X2 = Jumlah kuadrat skor variabel X

∑Y2 = Jumlah kuadrat skor variabel Y

Interpretasi terhadap koefisien korelasi secara konvensional diberikan oleh sebagai berikut:

Koefisien Korelasi r Interpretasi

0,80 – 1,00 Sangat kuat

0,60 – 0,80 Kuat

0,40 – 0,60 Cukup kuat

0,20 – 0,40 Lemah

0,00 – 0,20 Sangat lemah

Untuk menguji hipotesis :

H1 = Hubungan efektivitas penggunaan Alsintan yang dikelola UPJA dengan produktivitas padi sawah nyata.

H0 = Hubungan efektivitas penggunaan Alsintan yang dikelola UPJA dengan produktivitas padi sawah tidak nyata.

Besar signifikansi α = (0,05)

Untuk menjawab identifikasi masalah keempat metode analisis yang digunakan metode deskriptif. Yaitu dengan menanyakan langsung kepada pengurus UPJA untuk mengetahui manajemen keuangan UPJA Namora di Desa Kota Datar dan UPJA Berkat Rukun di Desa Tandem Hilir II Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang dan menggunakan rumus pendapatan.

Menurut Soekartawi (2002), Pendapatan adalah selisih antara penerimaan (TR) dan semua biaya (TC), sebagaimana rumus berikut :

I = TR – TC

Keterangan :

I = Income UPJA (Rp) TR = Total Revenue UPJA (Rp) TC = Total Cost UPJA (Rp)

Untuk menganalisis tingkat kelayakan suatu usaha menggunakan analisis R/C.

Menurut Darsono (2008) R/C adalah metode analisis untuk mengukur kelayakan usaha dengan menggunakan rasio penerimaan (Revenue) dan biaya (Cost).

Analisis kelayakan usaha digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian usaha dalam menetapkan suatu teknologi.

Keterangan :

R/C = Revenue Cost Ratio / Rasio Biaya Penerimaan (Rp) TR = Total Revenue (Total Penerimaan) ( Rp)

TC = Total Cost (Total Biaya) (Rp)

R/C < 1 Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) tidak layak diusahakan R/C > 1 Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) layak diusahakan 3.5. Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menjelaskan dan menghindari kesalah pahaman dalam memahami penelitian ini, maka perlu dibuat definisi dan batasan operasional sebagai berikut.

3.5.1. Definisi

1. Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) adalah unit sewa alsintan yang dibutuhkan petani untuk usahatani padi sawah berupa Hand Tractor,

R/C Ratio = 𝑻𝑹

𝑻𝑪

Mesin Pompa Air, dan Sprayer Electric di Desa Kota Datar dan Desa Tandem

Hilir II

2. Petani padi sawah adalah orang yang melakukan usahatani padi sawah dengan menggunakan alsintan yang dikelola UPJA Namora dan UPJA Berkat Rukun.

3. Penerimaan UPJA adalah pemasukaan yang diterima dari hasil penyewaan alsintan yang dikelola UPJA dalam satuan rupiah.

4. Biaya Operasional UPJA adalah semua pengeluaran yang dibelanjakan untuk keperluan pemeliharaan dan perawatan alsintan dalam satuan rupiah.

5. Pendapatan UPJA adalah hasil pengurangan dari penerimaan dan biaya sewa alsintan.dihitung dalam satuan rupiah.

6. Efektivitas penggunaan alsintan adalah untuk mengukur efektivitas alsintan yang terdiri dari indikator kesesuaian jenis alsintan, jumlah alsintan, ketersediaan alsintan saat waktu penyewaan, akses ketempat penyewaan, kemampuan harga sewa alsintan serta kesesuaian mutu alsintan.

7. Efektivitas kesesuaian jenis alsintan adalah kondisi dimana jenis alsintan tersebut tepat digunakan dilahan petani.

8. Efektivitas jumlah alsintan adalah jumlah alsintan yang tersedia mencukupi kebutuhan petani padi sawah.

9. Efektivitas alsintan saat waktu penyewaan adalah huntuk mengetahui Alsintan yang ingin disewa petani selalu ada tepat waktu atau tidak.

10. Efektivitas akses ketempat penyewaan adalah tempat penyewaan alsintan tidak terlalu jauh dari tempat usahatani petani padi sawah.

11. Efektivitas kemampuan harga sewa alsintan adalah kemampuan petani terhadap harga sewa alsintan yang ditetapkan oleh unit UPJA Namora dan UPJA Berkat Rukun.

12. Efektivitas kesesuaian mutu alsintan adalah kualitas/mutu alsintan sesuai dengan kebutuhan petani padi sawah.

13. UPJA Pemula adalah unit UPJA yang masih memiliki 1-2 jenis alsintan.

14. UPJA Berkembang adalah unit UPJA yang sudah memiliki 3-4 jenis alsintan.

15. UPJA Profesional adalah unit UPJA yang telah memiliki alsintan > 10 unit serta memiliki > 5 jenis alsintan.

16. Produktivitas padi sawah adalah hasil dari kegiatan usahatani yang dilakukan oleh petani padi sawah dihitung dalam satuan Ton/MT/ Ha.

3.5.2. Batasan Operasional

1. Daerah penelitian adalah Desa Kota Datar dan Desa Tandem Hilir II, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara.

2. Waktu penelitian adalah Tahun 2018.

3. Sampel penelitian adalah petani yang menggunakan alsintan yang kelola oleh UPJA Namora di Desa Kota Datar dan UPJA Berkat Rukun di Desa Tandem Hilir II,Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara.

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

4.1 Letak Geografis, Batas Dan Luas Wilayah Desa Kota Datar

Desa Kota Datar adalah salah satu desa yang ada di Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara, Dengan luas wilayah 1.414 Km2 dan memiliki 15 (lima belas) dusun yang ada di Desa Kota Datar tersebut dengan letak geografis Desa Kota Datar 3⁰76’LU 98⁰55’BT. Nama Desa Kota Datar sendiri berasal dari keadaan kampung yang struktur tanahnya datar, sehingga dinamakan Kampung Datar yang kemudian di tahun 1970-an berubah nama menjadi Desa Kota Datar sesuai dengan undang – undang No.5 tahun 1979.

Keberadaan Etnis Banjar di Kecamatan Hamparan Perak awalnya dimulai dari perdagangan dari pulau ke pulau dan sampailah di pulau Sumatera Utara tepatnya di pelabuhan Belawan yang dahulu terkenal karena salah satu pelabuhan terbesar di Provinsi Sumatera Utara yang kemudian menyebar hingga sampai di Hamparan Perak. Pada akhirnya sekumpulan Etnis Banjar menetap di Hamparan Perak dan membuka hutan yang dijadikan tempat tinggal dan menetap hingga sekarang.

Seiring perkembangan zaman, Desa Kota Datar merupakan desa maju dengan terbentuknya pemerintahan desa. Desa Kota Datar mempunyai topografi dengan batas – batas wilayah secara administratif:

1. Sebelah Utara : Desa Telaga Tujuh Labuhan Deli dan Desa Batenan Kabupaten Langkat

2. Sebelah Timur : Desa Paluh Manan.

3. Sebelah Selatan : Desa Perkebunan PTPN. II Bulu Cina.

4. Sebelah Barat : Desa Tandem Hilir II.

Desa Kota Datar yang berjarak sekitar 16 km dari Ibu Kota Kecamatan Hamparan Perak dan berjarak sekitar 6,7 km dengan Ibu Kota Kabupaten Deli Serdang (Lubuk Pakam), dan berjarak ± 90 km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan) dan berada pada ketinggian ± 150 M di atas permukaan laut.

4.2 Letak Geografis, Batas Dan Luas Wilayah Desa Tandem Hilir II

Desa Tandem Hilir II merupakan desa yang terletak antara 3⁰75’ LU 98⁰53’BT dengan ketinggian 5 M di atas permukaan laut dan beriklim tropis dengan suhu udara rata-rata 30o C, dengan topografi dataran rendah dan banyaknya curah hujan sekitar 2000 mm/tahun. Keadaan Desa Tandem Hilir II Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara yang berbatasan dengan :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Karang Anyar dan Desa Perkotaan Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat.

2. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Kota Datar Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang.

3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Tandem Hilir I Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang.

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Mangga Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat.

Luas wilayah Desa Tandem Hilir II adalah 974 Ha dimana 65% berupa daratan yang bertopografi tanah rata, dan 35 % daratan dimanfaatkan sebagai lahan pertanian yang dimanfaatkan untuk persawahan tadah hujan.

Iklim Desa Tandem Hilir II, sebagaimana desa-desa lain di wilayah Indonesia mempunyai iklim kemarau dan penghujan, hal tersebut mempunyai pengaruh

langsung terhadap pola tanam pada lahan pertanian yang ada di Desa Tandem Hilir II, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang.

4.3 Keadaan Demografi Penduduk

Keadaan demografi di suatu wilayah dapat dilihat dari jumlah penduduk di wilayah tersebut. Jumlah penduduk di Desa Kota Datar ini yang terdata di Kantor Desa mencapai 7.364 jiwa dan Jumlah penduduk di Desa Tandem Hilir II yang terdata di Kantor Desa mencapai 10.364 jiwa dengan spesifikasi sebagai berikut:

Tabel 4.1 Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Kota Datar dan Desa Tandem Hilir II Tahun 2017

Desa Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

Kota Datar Laki-laki 3.736 22,65

Perempuan 3.628 22,02

Tandem Hilir II Laki-laki 4.406 26,72

Perempuan 4.718 28,61

Total 16.488 100

Sumber: Kantor Desa Kota Datar dan Desa Tandem Hilir II, 2018

Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui bahwa penduduk Desa Kota Datar yang paling banyak berjenis kelamin laki laki dengan jumlah Sebesar 3.736 jiwa atau sekitar 22,65 % dan di Desa Tandem Hilir II jumlah penduduk terbanyak pada jenis kelamin perempuan 4.718 jiwa atau sekitar 28,61%.

Tingkat pendidikan akan mempengaruhi pola pikir seseorang dalam menerima informasi. Untuk mengetahui jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan di Desa Kota Datar dan Desa Tandem Hilir II, disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 4.2 Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Kota Datar dan Desa Tandem Hilir II Tahun 2017

Nama Desa Jenis Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

SD 1.101 9

SMP/SLTP 2.792 22

Kota Datar SMA/SLTA 1.289 10

Akademi (D1-D3) 233 2

Sarjana (S1-S2) 65 1

SD/ Mi 3.680 29

SLTP/ MTS 1.292 10

SLTA/ MA 1.720 14

Tandem Hilir II S1/ Diploma 180 1

Pasca Sarjana 6 0,0004

Putus Sekolah 135 1

Buta Huruf 100 1

Total 12.593 100

Sumber: Kantor Desa Kota Datar, 2018

Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui bahwa jumlah penduduk Desa Kota Datar menurut lulusan tingkat pendidikan yang paling banyak adalah SMP/SLTP yaitu sebesar 2.792 jiwa atau sebesar 22 % dari total penduduk yang terdata. Jumlah penduduk Desa Tandem Hilir II menurut lulusan tingkat pendidikan yang paling banyak adalah SD yaitu sebesar 3.680 jiwa atau sebesar 29 % dari total penduduk yang terdata.

4.4 Keadaan Ekonomi

Desa Kota Datar dan Desa Tandem Hilir II merupakan desa yang penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Jenis komoditas yang diusahakan sebagian besar adalah padi sawah. Berikut disajikan Tabel Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa Kota Datar dan Desa Tandem Hilir II.

Tabel 4.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa Kota Datar dan Desa Tandem Hilir II, 2017

Desa/ Kelurahan

Jenis Pekerjaan Kota Datar Tandem Hilir II

Jumlah

Sumber: Kantor Desa Kota Datar dan Desa Tandem Hilir II, 2018

Berdasarkan Tabel 4.3 diketahui bahwa mata pencaharian penduduk di Desa Kota Datar dan Desa Tandem Hilir II paling utama adalah sebagai petani dengan jumlah 3.826 jiwa atau sekitar 89,89% dan 4.784 jiwa atau sekitar 67,30%.

4.4 Karakteristik Sampel Desa Kota Datar dan Desa Tandem Hilir II Responden petani yang diklasifikasikan sebagai petani padi sawah yang menggunakan alsintan yang dikelola oleh UPJA. Dari 95 sampel yang diteliti terbagi dalam dua desa penelitian. Karakteristik sampel petani yang dianalisis adalah umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, dan luas lahan petani.

Berdasarkan data dari lampiran 1 dan 2, karakteristik petani sampel adalah sebagai berikut.

1. Umur

Menurut Hernanto (1989) dalam Boyma (2017) pada umumnya petani yang berumur dan sehat mempunyai kemampuan fisik yang lebih cepat menerima

hal-hal yang baru yang dianjurkan, hal-hal ini di sebabkan karena petani yang lebih muda berani mengambil resiko. Begitu juga sebaliknya, petani yang umurnya lebih tua akan lebih sulit menerima hal-hal yang baru dan dalam pengambilan keputusan petani yang lebih tua akan lebih memikirkan resiko yang akan di temukan. Namun petani yang muda cenderung dinamis sehingga ia cepat mendapatkan pengalaman baru yang berharga bagi perkembangan hidupnya dimasa yang akan datang.

Berikut disajikan Tabel Distribusi Sampel Menurut Usia di Desa Kota Datar dan Desa Tandem Hilir II Tahun 2017.

Tabel 4.4. Distribusi Sampel Menurut Usia di Desa Kota Datar dan Desa Tandem Hilir II Tahun 2017

Nama Desa Tingkat Umur (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

28 – 33 6 6

34 – 39 16 17

Kota Datar 40 – 45 15 16

46 – 51 8 8

52 – 57 7 7

58 – 63 3 3

27 – 34 5 5

35 – 42 9 9

Tandem Hilir II 43 – 50 9 9

51 – 58 8 8

59 – 65 8 8

66 – 73 1 1

Total 95 100%

Sumber: Lampiran I (diolah), 2018

Berdasarkan Tabel 4.4 diketahui bahwa jumlah sampel di Desa Kota Datar tertinggi umumnya berusia 34-39 tahun dengan jumlah 16 orang dengan persentase 17% dan sampel yang terendah adalah sampel yang berusia 58-63 tahun dengan jumlah 3 orang dengan persentase 3%. Jumlah sampel di Desa Tandem Hilir II paling rendah berusia 66 -73 tahun dengan jumlah 1 orang dengan persentase 1%.

2. Lama Pendidikan

Pendidikan adalah salah satu segi yang paling penting didalam pembangunan, keterampilan maupun sikap seseorang yang akan dilaksanakan secara terencana sehingga diperoleh perubahan dalam meningkatkan taraf hidup. Pendidikan juga memberikan pengetahuan bukan saja dari pendidikan formal namun pendidikan non formal juga perlu dilakukan seperti melaksanakan usaha tani, menerapkan teknologi, tetapi juga merupakan landasan untuk pengembangan diri maupun kemampuan untuk mengelola segala SDA yang ada disekitar lingkungan dalam memenuhi kebutuhan hidup. Tingkat pendidikan formal di daerah penelitian meliputi tingkat pendidikan SD, SMP, SMA. Berikut disajikan Tabel Distribusi Sampel Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Kota Datar dan Desa Tandem Hilir II Tahun 2017

Tabel 4.5 Distribusi Sampel Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Kota Datar dan Desa Tandem Hilir II Tahun 2017

Nama Desa Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

SD 23 24

Kota Datar SMP 17 28

SMA 15 26

SD 13 14

Tandem Hilir II SMP 12 13

SMA 15 16

Total 95 100

Sumber: Lampiran I (diolah), 2018

Berdasarkan Tabel 4.5 dilihat bahwa sampel di Desa Kota Datar sebagian besar sampel menempuh pendidikan tertinggi yaitu SD sebanyak 23 orang atau sebesar 24% dan di Desa Tandem Hilir II sebagian besar sampel menempuh pendidikan tertinggi SMA yaitu sebanyak 15 orang atau sebesar 16%.

3. Jumlah Tanggungan

Jumlah tanggungan merupakan banyaknya orang yang menjadi beban atau menjadi tanggung jawab keluarga. Faktor keluarga merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap keputusan petani mau lebih giat didalam berusahatani karena akan ada menjadi beban tanggungan yang harus di cukupi demi kesejahteraan hidup. Berdasarkan data primer yang didapat dilokasi penelitian, bahwa jumlah tanggungan keluarga bagi setiap keluarga petani tergolong rendah yang berkisar antara 3-4 orang. Berikut disajikan Tabel . Distribusi Sampel Menurut Jumlah Tanggungan Keluarga di Desa Kota Datar dan Desa Tandem Hilir II Tahun 2017.

Tabel 4.6. Distribusi Sampel Menurut Jumlah Tanggungan Keluarga di Desa Kota Datar dan Desa Tandem Hilir II Tahun 2017

Nama Desa Jumlah Tanggungan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 2 2

2 11 12

Kota Datar 3 18 19

4 12 13

5 10 11

6 2 2

1 1 1

2 3 3

3 8 8

Tandem Hilir II 4 15 16

5 8 8

6 4 4

8 1 1

Total 95 100

Sumber: Lampiran I (diolah)

Berdasarkan Tabel 4.6 diketahui bahwa jumlah tanggungan sampel di Desa Kota Datar umumnya adalah 3 orang yaitu sebanyak 18 orang atau sekitar 19% dan jumlah tanggungan sampel di yang paling sedikit yaitu jumlah tanggungan 1 dan 6 orang yaitu sebanyak 1 orang atau sekitar 1%.

Jumlah tanggungan sampel di Desa Tandem Hilir II umumnya adalah 4 orang yaitu sebanyak 15 orang atau sekitar 16%. Jumlah tanggungan sampel yang paling sedikit yaitu jumlah tanggungan 1 dan 8 orang yaitu sebanyak 1 orang atau 1%.

4. Luas Lahan

Jumlah luas lahan yang dimiliki atau yang diusahakan oleh petani adalah sebagai salah satu alat ukur dalam melihat kepuasan dalam berusaha tani. Luas lahan yang dimiliki oleh petani akan sangat berpengaruh terhadap produksi yang akan di dapat oleh petani itu sendiri, semakin luas lahan diusakan petani makan akan semakin tinggi produksi yang akan didapat, begitu juga sebaliknya. Berikut disajikan Distribusi Sampel Menurut Jumlah Tanggungan Keluarga di Desa Kota Datar dan Desa Tandem Hilir II Tahun 2017.

Tabel 4.7. Distribusi Sampel Menurut Luas Lahan Keluarga di Desa Kota Datar dan Desa Tandem Hilir II Tahun 2017

Nama Desa Luas Lahan (Ha) Jumlah (Jiwa) Persentase(%)

0,16 – 0,61 15 16

0,62 – 1,07 21 22

,.08 – 1,53 11 12

Kota Datar 1,54 – 1,99 1 1

2 – 2,45 4 4

2,46 – 2,91 2 2

2,92 – 3,37 1 1

0,16 – 0,42 8 8

0,43 – 0,69 11 12

0,70 – 0,96 7 7

Tandem Hilir II 0,97 – 1,23 11 12

1,24 – 1,50 1 1

1,51 - 1,77 1 1

1,78 – 2,04 1 1

Total 95 100

Sumber : Lampiran I (diolah)

Berdasarkan Tabel 4.7 diketahui bahwa mayoritas petani sampel di Desa Kota Datar memiliki lahan antara 0,62 Ha hingga 1,07 Ha sebanyak 21 orang atau

sekitar 22% sedangkan petani yang memiliki luas lahan antara 1,54 Ha hingga 1,99 Ha dan 2,92 Ha hingga 3,37 Ha sebanyak 1 orang atau sekitar masing – masing 1%.

Mayoritas petani sampel di Desa Tandem Hilir II memiliki lahan antara 0,43 Ha

Mayoritas petani sampel di Desa Tandem Hilir II memiliki lahan antara 0,43 Ha

Dokumen terkait