• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.6 Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis penelitian adalah sebagai berikut:

1. Produktivitas usaha budidaya tambak ikan bandeng di daerah penelitian tergolong tinggi, dan faktor yang nyata mempengaruhi produksi usaha budidaya tambak ikan bandeng adalah jumlah benih, jumlah pakan, curahan tenaga kerja.

2. Pendapatan bersih usaha budidaya tambak ikan bandeng di daerah penelitian tergolongtinggi.

3. Faktor yang nyata mempengaruhi pendapatan usaha budidaya tambak ikan bandeng di daerahpenelitian adalah biaya pupuk, dan biaya tenaga kerja.

4. Usaha budidaya tambak ikan bandeng di daerah penelitian sudah efisien dan layak untuk di usahakan.

5. Saluran pemasaran hasil usaha budidaya tambak ikan bandeng sudah tergolong efisien.

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive) di Kabupaten Deli Serdang Kecamatan Percut Sei Tuan khususnya Desa Tanjung Rejo dengan alasan bahwa Desa Tanjung Rejo merupakan lokasi yang banyak membudidayakan tambak ikan bandeng, sehingga peneliti mengambil lokasitersebut sebagai daerah penelitian.

Berikut disajikan data mengenai jumlah tambak dan luas areal tambak padatahun 2018 adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Jumlah Tambak Rumah Tangga Dan Luas Budidaya Tambak Menurut Kecamatan Di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2018

No Kecamatan Jumlah Tambak

Rumah Tangga

Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Deli Serdang

Dari Kecamatan Percut Sei Tuan, selanjutnya dipilih sebagai desa yang mewakili daerah penelitian dengan kriteria bahwa desa tersebut mempunyai jumlah tambak yang relative luas. Desa Tanjung Rejo memiliki luas daerah sebesar 4.114,655 Ha dengan luas tambak sebesar 1.310,812 Ha yang terdiri dari tambak insentif sebesar 746,275 Ha dan tambak empang parit sebaesar 564,537 Ha. Hal ini dapat dilihat pada tabel3.2

Tabel 3.2 Luas Penggunaan Lahan Di Desa Tanjung Rejo Tahun 2016

25 Tambak Intensif 746,275

26 Tambak Empang Parit 564,537

27 Tanaman Perkebunan 53,417

Jumlah 4.114,655

Sumber : Kantor Kepala Desa Tanjung Rejo, 2016 3.2 Metode Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah petambak budidaya tambak bandeng di Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang. Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 30 petambak budidaya ikan bandeng (Ketua Kelompok Tani, 2020).

Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan metode sensus, dimana semua populasi yang ada di dearah penelitian dijadikan sampel.

Artinya dalam hal ini jumlah sampel yang diteliti sebayak 30 orang petambak.

Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi yang digunakan untuk penelitian (Sujarweni, 2014).

3.3 Metode Penentuan Lembaga Pemasaran

Penentuan sampel lembaga pemasaran di Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang digunakan metode snowball sampling yaitu penelusuran saluran pemasaran ikan bandeng yang ada di Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang mulai dari produsen sampai konsumen akhir berdasarkan informasi yang diberikan oleh petambak dan pedagang. Teknik snowball adalah teknik pemilihan sampel dengan cara melakukan wawancara terhadap suatu kelompok atau seorang responden yang relevan, dan untuk selanjutnya yang bersangkutan diminta untuk menyebutkan atau menunjukkan calon responden yang berikutnya yang memiliki spesifikasi atau spesialisasi yang sama (Sugiarto, 2001). Teknik snowball sampling dipilih dengan alasan untuk mempermudah peneliti dalam mencari informasi mengenai pemasaran ikan bandengdari produsen sampai ke konsumen.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari responden dengan wawancara langsung dengan narasumber dengan mengunakan kuesioner yang telah dipersiapkan guna untuk penelitian dan pembahasan. Data primer tersebut mencakup data jumlah produksi, pakan, obat – obatan, tenaga kerja, luas lahan, benih, sewa lahan, dan PBB. Sedangkan data sekunder merupakan data yang didapat dari literatur – literatur dan lembaga – lembaga lain yang relavan dengan permasalahan penelitian seperti Badan Pusat Statistik, (BPS), Kementrian

Kelautan dan Perikanan (KKP), Balai Penyuluhan Pertanian (BPP), Kecamatan Percut Sei Tuan. Data sekunder tersebut mencakup data jumlah produksi, luas lahan, dan perkembangan produksi perikanan.

3.5 Metode Analisis Data

Dari data-data yang telah diperoleh dilakukan perhitungan sederhana kemudian dianalisis dengan menggunakan alat uji yang sesuai dengan hipotesis

Indentifikasi masalah 1, menghitung tingkat produksi bandeng dilakukan dengan metode analisis deskriptif dengan membagi jumlah produksi dengan luas tambak dalam hal ini dalam satuan hektar.

Untuk menganalisis tinggi rendahnya tingkat produksi yang ada, adalah membandingkannya dengan tingkat produksi bandeng yang ada sentra produksi lain, baik secara nasional atau dengan tingkat produksi bandeng yang dihasilkan dari hasil peneliti lain.

Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi bandeng digunakan analisis fungsi produksi Cobb-Douglas yang dirumuskan sebagai Berikut:

Y = f ( X1, X2,……Xn) Y = b0 . X1b1

. X2b2

. X3b3

. e Keterangan :

Y : Produksi

b0 : Konstanta

b1, b2, b3 : Koefisien regresi terhadap X X1 : Jumlah Benih (Ekor)

X2 : Pakan (Kg)

X3 : Curahan Tenaga Keja (HKO) e : Koefisien Penggangu (eror)

Indentifikasi Masalah 2, dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif yakni perhitungan analisis pendapatan. Untuk menghitung Total Cost (TC) dan Total Revenue (TR) secara umum adalah sebagai berikut :

 Rumus Total Cost (TC)

TC = FC + VC

Keterangan : TC = Total Cost atau biaya total FC = Fixed Cost atau biaya tetap total VC = Variabel Cost atau biaya variabel total

 Rumus Total Revenue (TR)

TR = P X Q

Keterangan : TR = Total Revenue atau penerimaan total P = Price atau harga produk per unit Q = Jumlah produk dijual

Untuk menghitung pendapatan dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

I = TR – TC

Keterangan : I = Income (pendapatan)

TR = Total Revenue (total penerimaan) TC = Total Cost (total biaya)

Identifikasi Masalah 3, untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usaha budidaya ikan bandeng digunakan analisis OLS model regresi linear berganda. Analisis regresi linier berganda berfungsi untuk mengetahui pengaruh variabel independen dan variabel dependen yang dirumuskan sebagai berikut :

Y = a+ b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4

Keterangan :

Y = Pendapatan petambak usaha budidaya tambak ikan bandeng (Rp/Ha) A = Konstanta

b1...b5 = Koefisien regresi untuk masing-masing variabel X1 = Biaya Pupuk (Rp)

X2 = Biaya Tenaga Kerja (Rp)

Indentifikasi masalah 4, kelayakan usaha budidaya tambak ikan bandeng digunakan analisis deskriptif dengan menghitung R/C Rasio.

Ratio Antara Penerimaan dan Biaya (R/C Ratio)

⁄ Ratio =

Dimana : ⁄ = Return Cost Ratio

TR = Penerimaan usaha tambak TC = Biaya total usaha tambak Kriteria : R/C > 1, usaha tambak layak diusahakan

R/C < 1, usaha tambak tidak layak diusahakan (efisien) R/C = 1, usaha tambak dikatakan impas (tidak efisien) 3.5.1 Uji Asumsi Klasik

Pengertian uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada analisis regresi linear berganda yang berbasis ordinary least square (OLS).

1. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah untuk melihat apakah ini residual terdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki nilai residual yang terdistribusi normal. Uji normalitas dapat dilakukan dengan uji Kolmogorov Smirnov, dengan melihat nilai signifikansi. Uji Kolmogorov Smirnov digunakan untuk menguji null hipotesis suatu sampel atau suatu distribusi tertentu (Firdaus, 2011).

Sig.KS > 0,05 = Data berdistribusi normal Sig.KS < 0,05 = Data tidak berdistribusi normal

2. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas adalah untuk melihat apakah terdapat ketidaksamaan varians dari residual satu ke pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang memenuhi persyaratan adalah di mana terdapat kesamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap atau disebut homoskedastisitas, dan jika variansnya tidak sama atau berbeda disebut terjadi heterokedastisitas. Persamaan regresi yang baik adalah jika tidak terjadi heterokedastisitas. Cara memprediksi ada tidaknya heteroskedastisitas pada suatu model dapat digunakan dengan melihat gambar

Scatterplot, dengan kriteria regresi yang tidak terjadi heteroskedastisitas jika (Sujarweni dan Utami, 2019):

a. Titik – tidak data menyebar di atas dan di bawah atau d sekitar angka 0, b. Titik – titik data tidak mengumpul hannya di atas atau di bawah saja,

c. Penyebaran titik – titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar kembali,

d. Penyebaran titik – titik data tidak berpola.

3. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas adalah untuk melihat ada atau tidaknya korelasi yang tinggi antara variabel-variabel bebas dalam suatu model regresi linear berganda. Uji asumsi klasik jenis ini diterapkan untuk analisis regresi berganda yang terdiri atas dua atau lebih variabel bebas atau independent variabel, dimana akan diukur tingkat asosiasi (keratan) hubungan/pengaruh antar variabel bebas tersebut melalui besaran koefisien korelasi (R).

Dikatakan terjadi multikolinieritas jika koefisien korelasi antar variabel bebas lebih besar dari 0,60 (pendapat lain : 0,50 dan 0,90). Dikatakan tidak terjadi multikolinieritas jika koefisien korelasi antar variabel bebas lebih kecil atau sama dengan 0,60 ( r < 0,60 ).

Atau dapat dilihat dari kriteria nilai uji yang digunakan berikut ini, yaitu :

Jika nilai tolerance ≥ 0,1 dan nilai VIF < 10, maka model tidak mengalami multikolinieritas.

Jika nilai tolerance < 0,1 dan nilai VIF > 10, maka model mengalami multikolinieritas.

3.5.2 Uji Hipotesis

Untuk mempengaruhi pengaruh beberapa faktor terhadap produksi dan pendapatan tambak ikan bandeng maka dilakukan pengujian dengan menggunakan:

1. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan sebuah model dalam menerangkan variasi variabel dependen.(Ghozali, 2009) Koefisien determinasi (R2) merupakan suatu nilai statistik yang dihitung dari data sampel. Koefisien ini menunjukkan persentase variasi seluruh variabel terikat yang dapat dijelaskan oleh perubahan variabel bebas (explanatory variables). Koefisien ini merupakan suatu ukuran sejauh mana variabel bebas dapat merubah variabel terikat dalam suatu hubungan (Firdaus, 2011).

Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti variasi variabel dependen yang sangat terbatas. Nilai yang mendekati 1 (satu) berarti variabel-variabel independen sudah dapat memberi semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel independen.

2. Uji F (uji pengaruh variabel secara serempak)

Uji F adalah uji secara serempak (simultan) signifikansi pengaruh perubahan variabel Independen terhadap variabel dependen. Artinya parameter X1 , X2, X3, dan X4 hingga Xn bersamaan diuji apakah memiliki signifikansi atau tidak (Firdaus, 2011).

Kriteria pengujian:

Jika sig. F < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima

Jika sig. F > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak

Adapun hipotesis yang dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

Jika H0 diterima artinya X1 ,X2 ,X3 ,X4, dan X5 secara serempak tidak berpengaruh nyata terhadap (Y) (pendapatan/produksi usaha budidaya tambak ikan bandeng).

Jika H1 diterima artinya X1 ,X2 ,X3 ,X4, dan X5 secara serempak berpengaruh nyata terhadap (Y) (pendapatan/produksi usaha budidaya tambak ikan bandeng).

3. Uji t (uji pengaruh variabel secara persial)

Uji t adalah uji secara persial pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara parsial berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel terikat. Taraf signifikansi (α) yang digunakan dalam ilmu sosial adalah 5% (Firdaus, 2011).

Kriteria Pengujian:

Jika sig. T < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima

Jika sig. T > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak

Jika H0 diterima artinya X1 ,X2 ,X3 ,X4, dan X5 secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap (Y) (pendapatan/produksi usaha budidaya tambak ikan bandeng).

Jika H1 diterima artinya X1 ,X2 ,X3 ,X4, dan X5 secara parsial berpengaruh nyata terhadap (Y) (pendapatan/produksi usaha budidaya tambak ikan bandeng).

Indentifikasi Masalah 5, dianalisis dengan menggunakan analisis saluran pemasaran, analisis marjin pemasaran, dan efisiensi pemasaran.

Analisis saluran pemasaran dilakukan untuk mengidentifikasikan lembaga – lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses penyampaian produk dari tangan produsen ke konsumen.

Analisis marjin pemasaran digunakan untuk melihat tingkat efisiensi produk Ikan Bandeng. Marjin pemasaran adalah merupakan perbedaan harga yang dibayar kepada produsen dan harga yang dibayar konsumen. Perhitungan analisis marjin pemasaran dilakukan untuk mengetahui perbedaan harga per satuan di tingkat produsen atau tingkat konsumen yang terjadi pada rantai pemasaran. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut: (Sihombing, 2010)

Mp = Pr – Pf atau Mp = ∑ + ∑ Keterangan : Mp : Marjin pemasaran

Pr : Harga di tingkat konsumen (Rp) Pf : Harga di tingkat produsen (Rp)

: Jumlah biaya tiap lembaga ke 1

: Jumlah keuntungan tiap lembaga perantara ke 1 Efisiensi pemasaran merupakan tujuan akhir yang ingin dicapai dalam suatu system pemasaran. Penentuan efisiensi pemasaran dapat dilihat dengan memperbandingkan antara besarnya keuntungan (profit) produsen dan seluruh middlemen yang terlibat dengan seluruh ongkos pemasaran yang dikeluarkan oleh produsen. Tingkat efisiensi saluran pemasaran ikan bandeng digunakan rumus :

Ep =

Keteranagan E : Efisiensi

t : Keuntungan lembaga tataniaga ℼf : Keuntungan produsen

Ct : Ongkos tataniaga

Cf : Ongkos produksi dan pemasaran yang dikeluarkan produsen Syarat tataniaga dikatakan efisien :

E > 1 = maka pasar tersebut dikatakan efisen E < 1 = maka pasar tersebut dikatakan tidak efisien 3.6 Definisi Dan Batasan Operasional

Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpahaman dalam penelitian ini, maka dibuat definisi dan batasan operasional sebagai berikut :

3.6.1 Definisi Operasional

1. Petambak ikan bandeng adalah orang yang mengusahakan dan mengelola usaha budidaya tambak ikan bandeng pada sebidang tanah atau lahan.

2. Produksi ikan bandeng adalah hasil dari kegiatan usaha budidaya tambak ikan bandeng yang dilakukan oleh petambak ikan bandeng dalam satuan (Ton).

3. Biaya produksi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh petambak untuk Usaha budidaya tambak ikan bandeng mulai dari pengolahan tanah sampai panen dalam satuan (rupiah).

4. Harga jual adalah besarnya nilai penjualan yang diterima oleh petambak ikan bandeng dalam satuan (rupiah).

5. Benih bandeng (nener) adalah menabur benih ikan bandeng ke tambak yang sudah layak di tebar ke tambak dalam satuan (ekor)

6. Biaya pupuk adalah seluruh biaya pupuk yang dikeluarkan oleh petambak selama proses produksi (Rupiah)

7. Tenaga kerja adalah jumlah orang yang bekerja dalam setiap tahapan budidaya tambak ikan bandeng untuk melaksanakan proses produksi mulai dari pengolahan lahan sampai panen. Pengolahan tanah sampai panen dengan upah gaji yang telah disepakati (HKO).

8. Penerimaan usaha budidaya tambak ikan bandeng adalah total produksi yang dihasilkan dikalikan dengan harga jual ikan bandeng dalam satuan (rupiah).

9. Pendapatan bersih usaha budidaya tambak ikan bandeng adalah penerimaan yang diperoleh oleh petambak ikan bandeng dikurangi dengan seluruh biaya yang dikeluarkan dalam usaha budidaya tambak ikan bandeng dalam satuan (rupiah).

10. R/C ratio yaitu perbandingan antara penerimaan dengan total biaya usaha budidaya tambak ikan bandeng

11. Pemasaran (marketing) merupakan aktivitas atau kegiatan yang dilakukan dalam mengalirkan produk mulai dari produsen sampai ke konsumen.

12. Saluran pemasaran adalah rangkaian lembaga pemasaran yang dilalui komoditas ikan bandeng dalam penyalurannya dari petani ke konsumen 13. Margin pemasaran merupakan selisih harga yang dibayar konsumen

akhir dan harga yang diterima petani produsen.

14. Efisiensi pemasaran adalah maksimisasi dari ratio input dan output. Input berupa biaya – biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran yang terlibat dalam memasarkan hasil.

3.6.2 Batasan Operasional

1. Penelitian dilakukan di Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara.

2. Sampel adalah petambak yang melakukan usaha budidaya tambak ikan bandeng di Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara.

3. Waktu Penelitian adalah tahun 2020.

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL

4.1. Deskripsi Daerah Penelitian 4.1.1. Luas dan Letak Geografis

Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang adalah salah satu desa yang letaknya berada dipesisir pantai timur Sumatera Utara beriklim sedang dengan permukaan tanah datar yang berada pada ketinggian 5 – 20 M diatas permukaan laut, cura hujan 200 mm/tahun. Luas desa 4.114,655 Ha terdiri dari 13 dusun. Desa ini berada 20 Km dari Kota Medan dan dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua maupun roda empat. Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang terdiri dari batas – batas sebagai berikut:

 Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka

 Sebelah Timur berbatasan dengan Percut

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Saentis

 Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Tanjung Selamat

4.1.2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang memiliki 13 Dusun dan masing – masing memiliki jumlah penduduk yang berbeda – beda digolongkan berdasarkan jenis kelamin. Jenis kelamin penduduk Desa Tanjung Rejo adalah Perempuan dan Laki – laki. Jumlah penduduk Desa Tanjung Rejo pada tahun 2019 diketahui sebanyak 9855 jiwa. Distribusi penduduk dapat dilihat pada Tabel 4.1

Tabel 4.1 Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Tanjung Rejo

Sumber : Kantor Kepala Desa Tanjung Rejo, 2019

Berdasarkan Tabel 4.1 di Desa Tanjung Rejo yang gender paling dominan yaitu laki – laki dengan jumlah penduduk keseluruhan sebesar 5,051 jiwa, sedangkan jumlah penduduk berjenis kelamin perempuan yaitu sebesar 4,084 jiwa. Untuk wilayah Desa Tanjung Rejo yang memiliki jumlah penduduk laki laki dan perempuan terbanyak dusun XI dengan jumlah penduduk laki – laki sebanyak 933 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 917 jiwa. Untuk wilayah Desa Tanjung Rejo yang memiliki jumlah penduduk paling sedikit atau paling kecil yaitu dusun XIII dengan jumlah penduduk laki – laki sebesar 33 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebesar 28 jiwa.

4.1.3. Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaan

Ditinjau dari segi mata pencaharian untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, mata pencaharian penduduk di Desa Tanjung Rejo ada bermacam-macam, dapat dilihat jumlah penduduk menurut jenis pekerjaan pada Tabel 4.2

Tabel 4.2 Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Tahun 2019

No Mata Pencarian Jumlah

(Jiwa) Persentase (%)

Sumber : Kantor Kepala Desa Tanjung Rejo, 2019

Berdasarkan jumlah penduduk menurut mata pencarian di Desa Tanjung Rejo, mata pencarian yng paling banyak adalah sebagai petani yaitu sebesar 2.191 jiwa, sedangkan yang terkecil adalah ABRI yaitu sebesar 5 jiwa.

4.1.4. Sarana dan Prasarana

Desa Tanjung Rejo memiliki beberapa sarana dan prasarana yang digunakan oleh masyarakat di Desa Tanjung Rejo. Sarana dan Prasarana yang ada di Desa Tanjung Rejo dapat dilihat pada Tabel 4.3

Tabel 4.3 Sarana dan Prasarana yang ada di Desa Tanjung Rejo Tahun 2019

No Sarana dan Prasarana Jumlah (Unit)

1 Kantor Desa 1

Sumber : Kantor Kepala Desa Tanjung Rejo, 2019

Pada Tabel 4.3 dijelaskan bahwa fasilitas sarana dan prasarana yang paling banyak berada di Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang adalah Musholah sebanyak 14. Sementara untuk sarana pendidikan hanya ada madrasah sebanyak 2 sekolah, SD sebanyak 3 sekolah dan SMP N sebanyak 1 sekolah.

4.2. Karakteristik Sampel

4.2.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Umur petambak merupakan salah satu faktor yang berkaitan erat dengan kemampuan kerja petambak dalam melaksanakan kegiatan usaha budidaya tambak ikan. Petambak yang berada pada usia produktif dan sehat jasmaninya memiliki kemampuan fisik yang lebih kuat dibandingkan pada usia yang sudah tidak produktif lagi memiliki kemampuan kerja yang relatif menurun.

Karakteristik responden berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 4.4 Tabel 4.4 Distribusi Sampel Berdasarkan Umur

No umur (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 23 – 40 17 56.7

2 41 – 58 9 30.0

3 59 – 75 4 13.3

Jumlah 30 100

Sumber : Analisis Data Primer, Lampiran 1

Pada Tabel 4.4 menunjukkan bahwa umur responden yang paling banyak adalah umur 23 – 40 tahun sebanyak 12 orang dengan presentase 56.7% sedangkan umur terendahnya adalah 59 – 75 tahun sebanyak 4 orang dengan persentase 13.3%. Hal ini menunjukan bahwa terdapat golongan penambak bandeng yang sudah memiliki pengalaman bertani sehingga umur tidak menjadi hambatan dalam kegiatan usahatani yang dilakukan.

4.2.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan formal adalah lama tahun yang ditempuh penambak dalam mengikuti sekolah formal berdasarkan jenjang sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Hal ini dilakukan untuk melihat perbedaan tingkat pendidikan sampel. Karakteristik sampel berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada Tabel 4.5

Tabel 4.5 Distribusi Sampel Berdasarkan Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 SD 3 10.0

2 SMP 9 30.0

3 SMA 16 53.3

4 Sarjana 2 6.7

Jumlah 30 100

Sumber : Analisis Data Primer, Lampiran 1

Pada Tabel 4.5 menunjukkan bahwa sampel yang memiliki tingkat pendidikan paling tinggi adalah SMA yaitu16 orang (Jiwa) dengan persentase 53.3%. Sampel yang memiliki tingkat pendidikan terkecil adalah Sarjana yaitu 2 orang (Jiwa) dengan persentase 6.7%.

4.2.3. Karakterisitik Responden Berdasarkan Pengalaman Bertambak Pengalaman bertambak adalah jumlah tahun berupa pengalaman yang dilalui petambak sebagai bagian dari proses belajar dalam kegiatan budidaya, produksi dan seluk beluk usaha dan pemasaran hasil panen dalam rangka memperoleh penghasilan. Lamanya bertani akan mengukur kemampuan petambak dalam melakukan usaha tambak. Hasil penelitian pengalaman petambak yang dapat dilihat pada Tabel 4.6

Tabel 4.6 Distribusi Sampel Berdasarkan Pengalaman Petambak No Jumlah (Tahun) Pengalaman Petambak

(Jiwa)

Sumber : Analisis Data Primer, Lampiran 1

Pada Tabel 4.6 menunjukkan bahwa sampel yang memiliki pengalaman bertambak paling banyak antara ≤ 5 tahun yaitu 16 orang dengan persentase 53.3%. Sampel yang memiki pengalaman bertani paling sedikit antara ≥ 11tahun yaitu 6 orang dengan persentase 20.0%.

4.2.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Luas Lahan

Luas lahan tambak dalam penelitian ini adalah luas hamparan tanah yang digunakan untuk melakukan kegiatan usaha tambak. Hasil penelitian luas lahan yang dikelola oleh petambak dapat dilihat pada Tabel 4.7

Tabel 4.7 Distribusi Sampel Berdasarkan Luas Lahan

No Jumlah (Ha) Luas Lahan (Jiwa) Persentase (%)

1 ≤2 10 33.3

2 3 – 5 15 50.0

3 ≥6 5 16.7

Jumlah 30 100

Sumber : Analisis Data Primer, Lampiran 1

Pada Tabel 4.7 menunjukkan bahwa sampel yang memiliki luas lahan terbanyak adalah 3 – 5 Ha yaitu 15 petambak dengan persentase 50%., sedangkan petambak yang memiliki jumlah luas lahan yang terendah >6 Ha adalah sebanyak 5 sampel petambak dengan persentase 16.7%.

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Teknis Budidaya Usaha Tambak Ikan Bandeng

Usaha budidaya tambak yang ada di Desa Tanjung Rejo dijalankan menggunakan system budidaya yang secara keseluruhan sama yaitu menggunakan system budidaya tambak tradisional plus. System budidaya tambak tradisional plus dilakukan pada satu petakan besar yang terdiri atas petakan pendederan, penggelondongan, dan pembesaran. Pada daerah Desa Tanjung Rejo memiliki luas lahan yang cukup luas yang digunakan pada usaha budidaya ikan, luas lahan pada usaha budidaya ikan bervariasi mulai dari 1 Ha hingga 6 Ha.

Priode pemeliharaan pada usaha budidaya ikan bandeng mulai dari penebaran benih hingga panen memerlukan waktu sekitar 3 – 4 bulan. Hasil pengamatan dan wawancara dengan responden mengenai siklus budidaya ikan bandeng dalam satu tahunnya yaitu sekitar 2 kali pada siklus budidaya ikan bandeng.

Berdasarkan pengamatan di lapangan, dalam proses budidaya ikan bandeng

Berdasarkan pengamatan di lapangan, dalam proses budidaya ikan bandeng

Dokumen terkait