• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.5 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah dan landasan teori yang telah dibuat, maka hipotesis dari penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1.

Jumlah konsumsi daging domba di Provinsi Sumatera Utara semakin bertambah.

2. Terdapat pengaruh antara PDRB, jumlah penduduk, harga daging domba, dan harga daging kambing terhadap konsumsi daging domba.

Konsumsi Daging Domba

Jumlah Penduduk

PDRB Harga Daging

Domba

Harga Daging kambing

Keterangan:

: Menyatakan Pengaruh

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian dipilih secara purposive (sengaja) yaitu Provinsi Sumatera Utara. Daerah ini memiliki 25 kabupaten dan 8 kota dengan mempertimbangan bahwa Provinsi Sumatera Utara sebagai daerah penelitian adalah karena Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu sentra produksi daging domba dan memiliki populasi yang cukup besar.

3.2 Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data time series dari tahun 2001-2015. Data sekunder adalah data yang telah dkumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data (Supriana, 2013).

Adapun jenis dan sumber data yang akan digunakan dapat dilihat pada tabel berikut:

19

Tabel 3.1 Spesifikasi Data

3.3 Metode Analisis Data

Untuk menganalisis identifikasi masalah 1 yaitu untuk Untuk menganalisis perkembangan konsumsi daging domba di Provinsi Sumatera Utara digunakan metode deskriptif yaitu metode yang digunakan untuk tujuan mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti (Agung,2015).

Untuk menganalisis identifikasi masalah 2 yaitu untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi daging domba secara serempak dan parsial diuji dengan menggunakan Model Analisis Regresi Linier Berganda melalui program SPSS.

Data yang dibutuhkan adalah PDRB, jumlah penduduk, harga daging domba, dan harga daging kambing di Sumatera Utara, dengan menggunakan rumus :

Y=b0+b1X1+b2X2+b3X3+b4X4

1 Konsumsi Daging Domba Provinsi Sumatera Utara 3 Jumlah Penduduk Badan Pusat Statistik

Provinsi Sumatera Utara

Mencari publikasi Instansi terkait 4 Harga Daging Domba Dinas Peternakan

Provinsi Sumatera Utara

Mencari publikasi Instansi terkait 5 Harga Daging Kambing Badan Pusat Statistik

Provinsi Sumatera Utara

Mencari publikasi Instansi terkait

X4 = Harga Daging Kambing (Rp/kg) μ = Kesalahan pengganggu

3.3.1 Uji F

H0 : secara serempak faktor-faktor dari X1 sampai X4 tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Y (konsumsi daging domba).

H1 :secara serempak faktor-faktor dari X1 sampai X4 berpengaruh secara signifikan terhadap Y (konsumsi daging domba).

Kriteria Pengujian :

Jika Sig. F >0,05, maka H0 diterima dan H1 ditolak.

Jika Sig. F ≤ 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima.

Jika H0 diterima maka secara serempak faktor-faktor dari X1 sampai X4 tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Y (konsumsi daging domba).

Jika H1 diterima maka secara serempak faktor-faktor dari X1 sampai X4

berpengaruh secara signifikan terhadap Y (konsumsi daging domba).

3.3.2 Uji t

Selanjutnya dianalisis dengan mengunakan SPSS untuk menguji signifikan nilai koefisien regresi secara parsial yang diperoleh dengan metode OLS adalah statistik uji t (t test).

H0 :tidak ada pengaruh nyata secara parsial variabel bebas terhadap variabel terikat.

H1 :ada pengaruh nyata secara parsial variabel bebas terhadap variabel terikat.

Kriteria Pengujian

Jika t hitung ≤ t tabel atau Sig. t > 0,05, maka H0 diterima, dan dan H1 ditolak.

Jika t hitung ≥ t tabel atau Sig t < 0,05, maka H0 ditolak, dan dan H1 diterima.

21

Jika H0 diterima, maka berarti tidak ada pengaruh nyata secara parsial variabel bebas terhadap variabel terikat .

Jika H1 diterima, maka berarti ada pengaruh nyata secara parsial variabel bebas terhadap variabel terikat.

3.3.3 Koefisien Determinasi

Apabila R adalah koefisien korelasi yang menyatakan hubungan antara variabel x dan y maka ada perubahan korelasi sebesar 100 persen, R2 persen perubahan dari pada variabel y disebabkan oleh variabel y di sebut dengan koefisien determinasi (Sigit, 2010).

Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan variabel bebas dalam menerangkan variasi variabel terikat. Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengetahui kekuatan variabel-variabel bebas dalam menjelaskan variabel terikat.

3.3.4 Heterokedastisitas

Salah satu asumsi yang penting dari model regresi linier klasik adalah bahwa gangguan atau residual yang muncul dalam fungsi regresi populasi adalah homokedastik, yaitu semua gangguan tadi mempunyai varians yang sama. Uji asumsi heterokedastisitas bertujuan menguji apakah terjadi ketidaksamaan varians dari residual pengamatan ke pengamatan lain dalam model regresi. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas.

Cara mendeteksi adanya heterokedastisitas adalah dengan metode grafik dengan kriteria uji sebagai berikut.

1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit), maka terjadi heterokedastisitas.

2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas.

3.3.5 AutoKorelasi

Autokorelasi dapat diartikan sebagai adanya korelasi antara anggota observasi satu dengan observasi lain yang berlainan waktu. Dalam kaitannya dengan asumsi metode kuadrat terkecil (OLS), autokorelasi merupakan korelasi antara satu residual dengan residual yang lain. Sedangkan satu asumsi penting metode OLS berkaitan dengan residual adalah tidak adanya hubungan antara residual satu dengan residual yang lain.

Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi maka dilakukan pengujian Durbin Watson (DW) dengan ketentuan sebagai berikut:

a. 1,65< DW < 2,35 kesimpulannya tidak ada autokorelasi.

b. 1,21< DW < 1,65 atau DW < 2,79 tidak dapat disimpulkan.

c. DW < 1,21 atau DW > 2,79 kesimpulannya terjadi autokorelasi.

Atau jika menggunakan SPSS maka akan diperoleh nilai d, kemudian dibandingkan dengan nilai dL dan du dari tabel dengan aturan berikut:

1. Bila d < dL, yang berarti ada autokorelasi yang positif.

2. Bila dL ≤ d ≤ dU, maka tidak dapat diambil kesimpulan.

23

3. Bila dU≤ d ≤ 4 – dU, maka tidak ada autokorelasi positif maupun negatif.

4. Bila 4 – dU≤ d ≤ 4 – dL, maka tidak dapat diambil kesimpulan.

5. Bila d > 4 - dL, yang berarti ada autokorelasi yang negatif.

(Supriana, 2014).

3.3.6 Multikolineritas

Uji multikolinieritas bertujuan menguji adanya korelasi antar variabel bebas (independent) pada model regresi. Pada model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Jika variabel bebas saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortagonal atau memiliki koefisien korelasi yang tidak sama dengan nol terhadap variabel bebas lainnya (Xn) (Nugroho, 2011).

Cara mendeteksi terjadinya multikolinieritas dalam model regresi salah satunya adalah dengan melihat nilai toleransi dan VIF. Dengan kriteria uji sebagai berikut:

Jika toleransi ≤ 0,10 dan VIF ≥ 10, yang berarti terjadi multikolinieritas Jika toleransi > 0,10 dan VIF <10, yang berarti tidak terjadi multikolinieritas.

3.3.7 Normalitas

Uji normalitas dibuat untuk mengetahui distribusi data dalam variabel yang akan digunakan dalam penelitian. Secara umum, data yang baik dan layak digunakan adalah data yang memiliki distribusi normal. Normalitas data dapat dilihat dengan menggunakan uji normal yaitu One Sample Kolmogorov-Smirnov. Agar hasil penelitian nanti bisa baik, maka uji normalitas data ini sebaiknya dilakukan sebelum data diolah berdasarkan model-model penelitian. Adapun kriteria ujinya adalah sebagai berikut.

1. Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) atau nilai signifikansi > 0,05, maka data berdistribusi normal.

2. Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) atau nilai signifikansi < 0,05, maka data tidak berdistribusi normal.

3.4 Definisi dan Batasan Operasional

Definisi dan batasan operasional dimaksudkan untuk menghindari kesalah pahaman istilah-istilah yang terdapat dalam penelitian ini.

3.4.1 Definisi

1. Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang layak dikembangkan di pedesaan.

2. Harga daging domba adalah suatu nilai tukar yang bisa disamakan dengan uang atau barang lain untuk manfaat yang diperoleh dari daging domba bagi seseorang atau kelompok pada waktu tertentu dan tempat tertentu.

Istilah harga digunakan untuk memberikan nilai finansial pada produk daging domba.

3. Konsumsi adalah pembelanjaan rumah tangga untuk barang dan jasa.“

Barang” meliputi pembelanjaan rumah tangga untuk barang awet, seperti mobil dan alat rumah tangga, dan barang tidak awet, seperti makanan dan pakaian, “ jasa” meliputi barang tidak kasat mata, seperti potong rambut dan layanan kesehatan.

4. PDRB adalah jumlah nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan dari seluruh kegiatan pekonomian diseluruh daerah dalam tahun tertentu atau perode tertentu dan biasanya satu tahun.

25

5. Harga daging kambing adalah suatu nilai tukar yang bisa disamakan dengan uang atau barang lain untuk manfaat yang diperoleh dari daging kambing bagi seseorang atau kelompok pada waktu tertentu dan tempat tertentu.

Istilah harga digunakan untuk memberikan nilai finansial pada produk daging kambing.

6. Penduduk adalah orang-orang yang berada di dalam suatu wilayah yang terikat oleh aturan-aturan yang berlaku dan saling berinteraksi satu sama lain secara terus menerus atau kontinu.

3.4.2 Batasan Operasional

Adapun batasan operasional dari penelitian ini adalah : 1. Daerah penelitian di Sumatera Utara.

2. Data yang digunakan adalah data mengenai pengaruh konsumsi daging domba dalam kurun waktu 2001-2015.

3. Waktu penelitian 2017.

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN DESKRIPSI VARIABEL

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian

4.1.1 Letak, Topografi dan Iklim Daerah Penelitian

Provinsi Sumatera Utara berada di bagian barat Indonesia, terletak pada garis 1o -4o Lintang Utara dan 98o-100o Bujur Timur. Luas daratan Provinsi Sumatera Utara adalah 71. 680,68 km2. Secara administratif, Provinsi Sumatera Utara terdiri dari 25 kabupaten dan 8 kota dan memiliki batas wilayah sebagai berikut :

- Sebelah Utara : Provinsi Aceh

- Sebelah Timur : Negara Malaysia di Selat Malaka - Sebelah Selatan : Provinsi Riau dan Sumatera Barat - Sebelah Barat : Samudera Hindia

Berdasarkan topografi wilayah Sumatera Utara dibagi atas 3 daerah yaitu:

1. Pantai Barat terdiri dari Kabupaten Nias, Nias Utara, Nias Barat, Nias Selatan, Mandailing Natal, Tapanuli Selatan, Padang Lawas, Padang Lawas Utara, Tapanuli Tengah, dan Kota Padang Sidempuan, kota Sibolga, dan Kota Gunung Sitoli.

2. Dataran Tinggi terdiri dari Kabupaten Tapanuli Utara, Toba Samosir, Simalungun, Dairi, Karo, Humbang Hasundutan, dan Pakpak Bharat, Samosir, dan Kota Pematangsiantar.

3. Pantai Timur terdiri dari Kabupaten Labuhan Batu, Labuhan Batu Utara, Labuhan Batu Selatan, Asahan, Deli Serdang, Langkat, Serdang Bedagai, dan Kota Tanjung Balai, Tebing Tinggi, Medan, dan Binjai.

27

Karena terletak dekat garis khatiulistiwa, Provinsi Sumatera Utara tergolong ke dalam daerah beriklim tropis. Ketinggian permukaan daratan provinsi Sumatera Utara sangat bervariasi, sebagaimana daerahnya datar, hanya beberapa meter diatas permukaan laut, beriklim cukup panas bisa mencapai 33oC, sebagian daerah berbukit dengan kemiringan yang landai, beriklim sedang dan sebagian lagi berada di daerah ketinggian yang suhunya minimal bisa mencapai 15oC.

Sebagaimana Provinsi lainnya di Indonesia, Provinsi Sumatera Utara mempunyai musim kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau biasanya terjadi pada bulan Januari sampai bulan Juli dan musim penghujan biasanya terjadi pada bulan Agustus sampai dengan bulan Desember, diantara kedua musim itu diselingi dengan musim pancaroba. Kelembaban udara rata-rata 80%-97% dengan curah hujan (800-4000) mm/tahun, kecepatan angin mencapai 2,3-3,7 m/sec dan penyinaran matahari 43%.

Luas daerah dan ketinggian permukaan dataran Provinsi Sumatera Utara bervariasi. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.1 Luas dan Letak Diatas Permukaan Laut Kabupaten/Kota di

32 Padangsidimpunan 114,66 260-1100

33 Gunung Sitoli 280,78 0-600

Sumatera Utara 72.981,23

Sumber : (Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, 2016)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa daerah dengan luas tebesar adalah Kabupaten Langkat dengan luas 6.262,0 km2, daerah ini menghasilkan daging domba dalam jumlah yang banyak, pada tahun 2015 menghasilkan daging domba sebanyak 215,14 ton. Sedangkan daerah dengan luas terkecil adalah Tebing Tinggi dengan

29

luas 3,00 km2, daerah ini menghasilkan daging domba dalam jumlah yang sedang, pada tahun 2015 menghasilkan daging domba sebanyak 167,41 ton. Daerah yang memiliki dataran paling tinggi diatas permukaan laut adalah Kabupaten Toba Samosir dengan letak 2.200 m dpl, daerah ini menghasilkan daging domba dalam jumlah yang sedikit, pada tahun 2015 menghasilkan daging domba sebanyak 1,5 ton. Sedangkan yang paling rendah adalah Tanjung Balai dengan letak 0-3 m dpl, daerah ini menghasilkan daging domba dalam jumlah yang sedikit, pada tahun 2015 menghasilkan daging domba sebanyak 6,76 ton.

4.1.2 Keadaan Penduduk

Sumatera Utara merupakan Provinsi keempat yang terbesar jumlah penduduknya di Indonesia setelah Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah. Pada tahun 2015 sebesar 13.937.797 jiwa. Penduduk Sumatera Utara yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 6.944.552 jiwa dan penduduk perempuan sebesar 6.983.245 jiwa dengan luas wilayah 72.981,23 km2. Dapat digambarkan kepadatan penduduk Provinsi Sumatera Utara sebesar 191 jiwa/km2. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2015

Golongan Umur

Jumlah 6.954.552 6.983.245 13.937.797

(Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, 2016)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk paling banyak yaitu pada golongan umur 0-4 tahun sebesar 1.566.036 jiwa, dimana jumlah laki-laki sebesar 796.736 jiwa dan perempuan sebesar 769.300 jiwa. Dan yang paling sedikit jumlah penduduknya yaitu pada golongan umur 60-64 tahun sebesar 384.925 jiwa, dimana jumlah laki-laki sebesar 186.921 jiwa dan perempuan sebesar 198.004 jiwa.

Tabel 4.3 Jumlah Penduduk di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2015 No. Uraian Perkotaan (Jiwa) Pedesaan (Jiwa) Total

1 Jumlah 7.246.534 6.691.263 13.937.797

2 Persentase (%) 51.99 48,01 100

(Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, 2016)

Dari tabel dapat dilihat pada tahun 2011 penduduk Sumatera Utara lebih banyak tinggal di daerah perkotaan daripada daerah pedesaan. Jumlah penduduk Sumatera Utara yang tinggal di perkotaan adalah 7,24 juta jiwa (51,99%) dan yang tinggal di daerah pedesaan sebesar 6,69 juta jiwa (48,01%).

31

4.1.3 Keadaan Ekonomi

Secara keseluruhan perekonomian Sumatera Utara pada tahun 2015 tumbuh sebesar 5,10% menurun jika dibanding tahun 2014 yang sebesar 5,23%. PDRB Provinsi Sumatera Utara Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) pada tahun 2015 sebesar Rp 571.722,01 triliun. Dengan pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan masih sebagai kontributor utama dengan peranan mencapai 22,01%.

Selanjutnya diikuti oleh sektor industri pengolahan sebesar 20,21% dan sektor perdagangan besar dan eceran dan reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 17,43%. Sementara itu sektor-sektor lainnya memberi total konstribusi sebesar 40,15% terhadap perekonomian di Sumatera Utara dengan sektor listrik, gas, dan sektor pengadaan air pengelolaan sampah limbah dan daur ulang memberi konstribusi terkecil sebesar 0,10%. Untuk lebih jelasnya dapat dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.4 Produk Domestik Regional Sumatera Utara Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2015 (Miliar Rupiah)

No. Lapangan Usaha PDRB Persentase (%)

1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan

125.808,05 22,01

2 Petambangan dan Penggalian 7.732,92 1,35

3 Industri Pengolahan 115.560,02 20,21

4 Pengadaan Listrik dan Gas 575,25 0,10

5 Pengadaan Air Pengelolaan Sampah Limbah dan Daur Ulang

572,26 0,10

6 Konstruksi 77.801,96 13,61

7 Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

99,646,14 17,43 8 Transportasi dan Pergudangan 28.501,21 4,99 9 Penyediaan Akomodasi dan Makan

Minum

13.761,21 2,41

10 Informasi dan Komunikasi 11.124,25 1,95

11 Jasa Keuangan dan Asuransi 19.144,95 3,35

12 Real Estate 25.712,58 4,50

13 Jasa Perusahaan 5.472,33 0,96

14 Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

21.234,54 3,71

15 Jasa Pendidikan 10.713,83 1,87

16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 5.328,76 0,93

17 Jasa lainnya 3.031,75 0,53

Total 571.722,01 100

(Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, 2016)

Untuk melihat produktivitas ekonomi (dengan mengabaikan inflasi), maka digunakan PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK). Berdasarkan Harga Konstan Tahun 2015, PDRB Sumatera Utara pada tahun 2015 sebesar Rp 571,722 triliun. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan mengalami pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 24,97%, diikuti sektor industri pengolahan sebesar 19,50%, dan perdagangan besar dan eceran dan reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 17,47%. Untuk lebih jelasnya dapat dapat dilihat pada tabel berikut.

33

Tabel 4.5 Produk Domestik Regional Sumatera Utara Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga KonstanTahun 2015 (Miliar Rupiah)

No. Lapangan Usaha PDRB Persentase (%)

1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan

110.123,24 24,97

2 Petambangan dan Penggalian 5.829,94 1,32

3 Industri Pengolahan 85.968,40 19,50

4 Pengadaan Listrik dan Gas 541,31 0,12

5 Pengadaan Air Pengelolaan Sampah Limbah dan Daur Ulang

421,96 0,10

6 Konstruksi 54.248,91 12,30

7 Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

77.037,55 17,47 8 Transportasi dan Pergudangan 20.155,59 4,57 9 Penyediaan Akomodasi dan Makan

Minum

9.866,78 2,24

10 Informasi dan Komunikasi 11.055,36 2,51

11 Jasa Keuangan dan Asuransi 13.957,95 3,17

12 Real Estate 18.119,23 4,11

13 Jasa Perusahaan 3.836,94 0,87

14 Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

14.642,06 3,32

15 Jasa Pendidikan 8.904,74 2,02

16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 4.066,72 0,92

17 Jasa lainnya 2.179,19 0,49

Total 571.722,01 100

(Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, 2016)

4.1.4 Sarana dan Prasarana

Jalan merupakan prasarana pengangkut yang penting untuk memperlancar dan mendorong kegiatan perekonomian. Makin meningkatnya usaha pembangunan menuntut pula peningkatan pembangunan jalan untuk memudahkan mobilitas penduduk memperlancar lalu lintas barang dari satu daerah ke daerah lain.

Panjang jalan di Sumatera Utara dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.6 Panjang Jalan Di Provinsi Sumatera Utara

No Uraian Panjang Jalan (Km)

1 Negara 2.249.644

2 Provinsi 3.048.500

3 Kabupaten/Kota 33.310.650

Jumlah 38.608.794

(Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, 2016)

Jalan yang terpanjang di Provinsi Sumatera Utara berdasarkan status jalan kabupaten/Kota, yaitu 33.310.650 km dan yang paling pendek adalah jalan negara, yaitu 2.249.644 km. Sedangkan jalan provinsi sepanjang 3.048.500 km.

Pendidikan sangat penting bagi masyarakat agar masyarakat mendapat ilmu pengetahuan, wawasan, dan informasi. Sarana di bidang pendidikan seperti sekolah sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas SDM di suatu wilayah.

Tabel 4.7 Jumlah Sekolah Di Provinsi Sumatera Utara

No Uraian Jumlah (unit)

1 SD 9.524

2 SMP 2.424

3 SMA 1.029

4 SMK 934

Total 13.911

(Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, 2016)

Sekolah terbanyak di Provinsi Sumatera Utara adalah SD, yaitu 9.524 unit dan yang paling sedikit adalah SMK, yaitu 934 unit. Sedangkan SMP berjumlah 2.424 unit dan SMA berjumlah 1.029 unit.

Kesehatan adalah hal yang paling paling penting bagi manusia dalam melanjutkan kehidupan sehari-hari. Sarana kesehatan sangat diperlukan oleh masyarakat.

35

Tabel 4.8 Jumlah Sarana Kesehatan Di Provinsi Sumatera Utara

No Uraian Jumlah (unit)

1 Rumah Sakit 214

2 Puskemas 571

3 Puskesdes 3.586

4 Posyandu 15.592

Total 19.963

(Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, 2016)

Sarana di bidang kesehatan dengan jumlah terbanyak di Provinsi Sumatera Utara adalah posyandu, yaitu 15.592 unit dan yang paling sedikit adalah rumah sakit, yaitu 214 unit. Sedangkan puskesmas berjumlah 571 unit dan puskesdes berjumlah 3.586 unit.

4.2 Deskripsi Variabel

4.4.1 Konsumsi Daging Domba di Provinsi Sumatera Utara

Selain sebagai salah satu sentra produksi daging domba, Provinsi Sumatera Utara juga merupakan salah satu provinsi yang mengkonsumsi daging domba. Hal ini dikarenakan harga daging domba yang lebih terjangkau dibandingkan dengan harga daging kambing.

Tabel 4.9 Konsumsi Daging Domba di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2001-2015

Tahun Konsumsi Daging Domba (Ton)

2001 586,12

2002 710,82

2003 713,42

2004 727,40

2005 739,60

2006 1.137,91

2007 1.155,09

2008 1.434,65

2009 1.457,32

2010 1.557,86

2011 1.572,43

2012 1.585,85

2013 1.732,41

2014 2015

1.927,36 1.951,30 (Sumber: Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Utara, 2016)

Berdasarkan tabel 4.9 diatas dapat dilihat bahwa konsumsi daging domba yang paling tinggi adalah pada tahun 2015 yaitu sebesar 1.951,30 ton. Sedangkan konsumsi yang paling rendah adalah pada tahun 2001 yaitu sebesar 586,12 ton.

37

4.4.2 PDRB di Provinsi Sumatera Utara

Adapun PDRB di Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai berikut.

Tabel 4.10 PDRB di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2001-2015

Tahun PDRB (Miliar Rp)

2001 77.803,07

2002 88.117,50

2003 103.401,37

2004 118.100,51

2005 139.618,31

2006 160.376,80

2007 181.819,74

2008 213.931,70

2009 236.353,62

2010 275.056,51

2011 314.372,44

2012 417.120,44

2013 469.464,02

2014 2015

521.954,95 571.722,01 (Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, 2016)

Berdasarkan tabel 4.10 diatas dapat dilihat bahwa PDRB yang paling tinggi adalah pada tahun 2015 yaitu sebesar Rp 571.722,01 Miliar. Sedangkan PDRB yang paling rendah adalah pada tahun 2001 yaitu sebesar Rp 77.803,07 Miliar.

4.4.3 Jumlah Penduduk di Provinsi Sumatera Utara

Jumlah penduduk mengalami peningkatan selama 15 tahun terakhir. Adapun jumlah penduduk di Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai berikut.

Tabel 4.11 Jumlah Penduduk di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2001-2015

(Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, 2016)

Berdasarkan tabel 4.11 diatas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk yang paling banyak adalah pada tahun 2015 yaitu sebesar 13.937.797 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk yang paling sedikit adalah pada tahun 2001 yaitu sebesar 11.722.397 jiwa.

Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa)

2001 11.722.397

2002 11.847.075

2003 11.890.399

2004 12.123.360

2005 12.326.678

2006 12.643.494

2007 12.834.371

2008 13.042.317

2009 13.248.386

2010 12.982.204

2011 13.103.596

2012 13.215.401

2013 13.326.207

2014 13.766.851

2015 13.937.797

39

4.4.4 Harga Daging Domba di Provinsi Sumatera Utara

Adapun harga daging domba di Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai berikut.

Tabel 4.12 Harga Daging Domba di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2001-2015

(Sumber: Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Utara, 2016)

Berdasarkan tabel 4.12 diatas dapat dilihat bahwa harga daging domba yang paling rendah adalah pada tahun 2001 yaitu sebesar Rp 26.000/kg. Sedangkan

daging domba yang paling tinggi adalah pada tahun 2014 yaitu sebesar Rp 71.600/kg.

Tahun Harga Daging Domba (Rp/kg)

2001 26.000

2002 28.000

2003 30.000

2004 28.000

2005 32.000

2006 30.000

2007 40.000

2008 35.000

2009 41.000

2010 33.000

2011 54.436

2012 60.589

2013 64.730

2014 71.600

2015 69.000

4.4.5 Harga Daging Kambing di Provinsi Sumatera Utara

Adapun harga daging kambing di Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai berikut.

Tabel 4.13 Harga Daging Kambing di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2001-2015

(Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, 2016)

Berdasarkan tabel 4.13 diatas dapat dilihat bahwa harga daging kambing yang paling rendah adalah pada tahun 2001 yaitu sebesar Rp 26.000/kg. Sedangkan

harga daging kambing yang paling tinggi adalah pada tahun 2014 yaitu sebesar Rp 73.316/kg.

Tahun Harga Daging Kambing (Rp/kg)

2001 26.000

2002 28.000

2003 27.916

2004 29.416

2005 31.750

2006 35.444

2007 39.722

2008 43.875

2009 52.041

2010 51.750

2011 53.965

2012 64.658

2013 68.925

2014 73.316

2015 65.854

41

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian dan Pembahasan

Penelitian tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi daging domba di Provinsi Sumatera Utara dilakukan dengan mengumpulkan data yang berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi daging domba, dan perkembangan konsumsi daging domba di Provinsi Sumatera Utara. Selain itu, data yang dibutuhkan berupa data time series dari tahun 2001 hingga tahun 2015.

Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi daging domba, digunakan variabel terikat jumlah konsumsi daging dombadi Provinsi Sumatera Utara dan variabel bebasnya adalah PDRB, jumlah penduduk, harga daging domba, dan harga daging kambing.

5.1.1 Perkembangan Konsumsi Daging Domba Di Provinsi Sumatera Utara Konsumsi daging domba di masyarakat dalam penelitian ini adalah jumlah konsumsi daging domba di Provinsi Sumatera Utara dari tahun 2001 - 2015.

Konsumsi daging domba di Provinsi Sumatera Utara selama tahun penelitian tersebut dijelaskan melalui tabel berikut ini.

Tabel 5.1 Perkembangan Konsumsi Daging Domba Di Provinsi Sumatera Utara Dari Tahun 2001-2015

(Sumber: Dinas Peternakan Sumatera Utara, 2016)

Selanjutnya perkembangan konsumsi daging domba di Provinsi Sumatera Utara dapat dijelaskan dalam gambar berikut.

Gambar 5.1 Perkembangan Konsumsi Daging Domba di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2001-2015

Berdasarkan gambar 5.1 menunjukkan perkembangan konsumsi daging domba di Provinsi Sumatera Utara dari tahun 2001-2015. Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa jumlah konsumsi daging domba di Provinsi Sumatera Utara

586,12

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

konsumsi daging domba di provinsi sumatera utara

konsumsi daging domba di provinsi sumatera utara

Tahun Konsumsi Daging Domba (Ton)

2001 586,12

43

terus meningkat dari tahun ke tahun. Jumlah konsumsi daging domba terendah di Provinsi Sumatera Utara yaitu pada tahun 2001 sebanyak 586,12 ton. Sedangkan jumlah konsumsi daging domba terbanyak di Provinsi Sumatera Utara yaitu pada tahun 2015 sebanyak 1.951,30 ton.

5.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Konsumsi Daging Domba di Provinsi Sumatera Utara

Berdasarkan dari hasil diatas maka dapatditentukan persamaan sebagai berikut.

Y= -4159.549+0.0014X1+0.0004X2-0.0090X3+0.0160X4

Nilai konstanta sebesar -4159.549 yang artinya menunjukkan bahwa jumlah konsumsi daging domba di Provinsi Sumatera Utara turun -4159.549 apabila tidak dipengaruhi PDRB, jumlah penduduk, harga daging domba, dan harga daging

Nilai konstanta sebesar -4159.549 yang artinya menunjukkan bahwa jumlah konsumsi daging domba di Provinsi Sumatera Utara turun -4159.549 apabila tidak dipengaruhi PDRB, jumlah penduduk, harga daging domba, dan harga daging

Dokumen terkait