• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.5 Hipotesis Penelitian

Sesuai dengan landasan teori yang telah disusun, diperoleh hipotesis penelitian sebagai berikut :

1. Pendapatan usahatani cabai merah di daerah penelitian menguntungkan.

2. Usahatani cabai merah di daerah penelitian sudah layak secara finansial.

3. Usahatani cabai merah di daerah penelitian telah melewati titik impas atau Break Event Point.

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Metode penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive atau secara sengaja yaitu teknik penentuan suatu daerah berdasarkan pertimbangan tertentu yang telah dibuat terhadap suatu objek yang sesuai dengan tujuan.

Kabupaten Langkat dipilih dengan pertimbangan bahwa Kabupaten Langkat merupakan salah satu sentra produksi cabai merah di Sumatera Utara khususnya di Kecamatan Secanggang. Desa Telaga Jernih ditentukan sebagai daerah penelitian karena desa ini merupakan salah satu desa yang memiliki luas lahan dan produksi terbesar di Kecamatan Secanggang.

Tabel 3.1 Luas Panen, Produksi, dan Rata-Rata Produksi Tanaman Cabai Menurut Kecamatan, Tahun 2014

Kecamatan Luas Panen Produksi Rata-Rata Produksi (Ha) (Ton) (Ton/Ha)

1. Bahorok 13 49 3,76

2. Serapit 12 47 3,91

3. Salapian 2 4 3,50

4. Kutambaru 4 13 3,23

5. Sei Bingai 9 37 4,11

6. Kuala 16 65 4,06

7. Selesai 33 140 4,24

8. Binjai 51 227 4,45

9. Stabat 21 86 4,09

10. Wampu 20 73 3,65

11. Batang Serangan 2 7 3,50 12. Sawit Seberang - - -

Lanjutan Tabel 3.1 Luas Panen, Produksi, dan Rata-Rata Produksi Tanaman Cabai Menurut Kecamatan, Tahun 2014 Kecamatan Luas Panen Produksi Rata-Rata Produksi

(Ha) (Ton) (Ton/Ha)

14. Hinai 50 195 3,90

15. Secanggang 83 342 4,12 16. Tanjung Pura 44 164 3,72

17. Gerbang 12 35 2,91

18. Babalan - - -

19. Sei Lepan - - -

20. Brandan Barat 1 3 3,00

21. Besitang 33 135 4,09

22. Pangkalan Susu 24 95 3,95 23. Pematang Jaya 5 19 3,80

Langkat 445 1.777 3,99

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Langkat, 2015

Dari Tabel 3.1 dapat dilihat bahwa Kecamatan Secanggang merupakan daerah produksi cabai terbesar dan luas panen terbesar di Kabupaten Langkat dengan luas panen untuk komoditi cabai yaitu sebesar 83 Ha, produksi cabai sebesar 342 Ton dan rata-rata produksi cabai sebesar 4,12 Ton/Ha.

Tabel 3.2 Luas Panen dan Produksi Tanaman Cabai Menurut Desa/

Kelurahan, Tahun 2014

Desa / Kelurahan Luas Panen (Ha) Produksi (Ton)

1. Kepala Sungai 5 25

2. Perkotaan 6 30

3. Teluk 7 36

4. Cinta Raja - -

5. Telaga Jernih 12 60

6. Karang Gading 10 55

7. Kuala Besar - -

Lanjutan Tabel 3.2 Luas Panen dan Produksi Tanaman Cabai Menurut Desa/ Kelurahan, Tahun 2014

Desa / Kelurahan Luas Panen (Ha) Produksi (Ton)

8. Selotong 3 15

9. Secanggang 9 47

10. Tanjung Ibus 7 38

11. Hinai Kiri 8 42

12. Kebun Kelapa 9 48

13. Sungai Ular 10 52

14. Jaring Halus - -

15. Karang Anyar 3 16

16. Pantai Gading - -

17. Suka Mulia - 31

Jumlah 89 495

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Langkat, 2015

Dari Tabel 3.2 dapat dilihat bahwa Desa Telaga Jernih merupakan daerah produksi cabai terbesar dan luas panen terbesar di Kecamatan Secanggang Kabupaten langkat dengan luas panen untuk komoditi cabai yaitu sebesar 12 Ha, produksi cabai sebesar 60 Ton dan rata-rata produksi cabai sebesar 5 Ton/Ha.

3.2 Metode Penentuan Sampel

Metode yang digunakan dalam penentuan sampel adalah metode sensus. Menurut Singarimbun dan Efendi (1989) metode sensus, yakni semua populasi dicacah sebagai responden, dicacah artinya diselidiki atau diwawancarai. Metode ini menggunakan teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan jumlah populasi. Alasan pengambilan metode sensus karena jumlah populasi yang kurang dari 100 maka seluruh populasi dijadikan sampel dalam penelitian.

Sampel dalam penelitian ini adalah petani cabai merah, dimana seluruh petani cabai merah di daerah penelitian dijadikan sebagai sampel. Jumlah populasi petani yang mengusahakan cabai merah di Desa Telaga Jernih yaitu 32 petani, sehingga berdasarkan penentuan sampel dengan metode sensus maka seluruh populasi petani cabai merah di daerah penelitian dijadikan sebagai sampel penelitian.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung dari petani dengan wawancara.

Sedangkan data sekunder diperoleh dari lembaga serta instansi yang terkait seperti Badan Pusat Statistik, Dinas Pertanian Langkat, Badan Penyuluh Pertanian Kecamatan Secanggang, serta instansi lain yang terkait dengan penelitian.

3.4 Metode Analisis Data

Metode yang digunakan untuk tujuan penelitian pertama yaitu menganalisis pendapatan usahatani cabai merah. Menurut Gilarso (2003) biaya total merupakan penjumlahan dari seluruh biaya yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap yang dikeluarkan untuk menghasilkan output. Biaya produksi usahatani cabai merah dihitung dengan rumus berikut ini :

TC = FC + VC Keterangan :

TC = Total Biaya (Rp) FC = Biaya Tetap (Rp) VC = Biaya Variabel (Rp)

Penerimaan usahatani cabai merah yaitu jumlah produksi cabai merah dikali dengan harga jual cabai merah, dengan rumus sebagai berikut ini :

TR = Y . P Keterangan :

TR = Total Penerimaan (Rp)

Y = Total Produksi Cabai Merah (Kg) P = Harga Jual Cabai Merah (Rp/kg) (Suratiyah, 2009).

Pendapatan usahatani cabai merah merupakan selisih penerimaan usahatani cabai merah dengan seluruh biaya yang digunakan. Rumus pendapatan sebagai berikut :

Pd = TR ā€“ TC Keterangan :

Pd = Pendapatan (Rp) TR = Total Penerimaan (Rp) TC = Total Biaya (Rp) (Soekartawi, 1995).

Metode yang digunakan untuktujuan penelitian kedua yaitu menganalisis kelayakan usahatani cabai merah secara finansial di daerah penelitian. Metode yang digunakan yaitu R/C ratio dan B/C ratio. Revenue Cost Ratio merupakan perbandingan antara penerimaan usahatani dengan biaya usahatani. Rumus yang digunakan :

š‘š‘/š‚š‚ =šššššššššššššššššššš šššššššššš Dengan konsep berikut ini :

a = R/C R = Py.Y

C = FC + VC

a = {(Py.Y) / (FC+VC)}

Keterangan :

R = Penerimaan (Rp) C = Total Biaya (Rp)

Py = Harga Jual Cabai Merah (Rp/kg) Y = Output (Kg)

FC = Biaya Tetap (Rp) VC = Biaya Variabel (Rp)

Usatahani yang dilaksanakan dikatakan menguntungkan apabila nilai R/C ratio lebih besar dari satu. Jika R/C ratio usahatani lebih kecil dari satu maka usahatani tersebut dikatakan belum layak untuk diusahakan (Soekartawi, 1995).

B/C ratio adalah perbandingan keuntungan usahatani yang diperoleh dengan total biaya usahatani yang digunakan, dengan rumus berikut ini :

šš/š‚š‚ =šŠšŠšššŠšŠšššŠšŠšŠšŠšššŠšŠšššš š“š“š“š“šŠšŠššš“š“ šššššššššš

Analisis B/C ratio digunakan untuk melihat kelayakan dan manfaat dari usahatani yang dilaksanakan. Usahatani dikatakan layak jika nilai B/C ratio lebih besar dari satu. Nilai manfaat yang diperoleh dari usahatani semakin besar apabila nilai B/C semakin besar (Jumingan, 2011).

Metode yang digunakan untuktujuan penelitian ketiga yaitu menganalisisbreak event point (titik impas). Analisis Break Event Point (BEP) digunakan sebagai pengukuran untuk menentukan usahatani berada dalam keadaan impas, yaitu dicapai jika total penerimaan atau total revenue sama dengan total biaya atau total

cost (TR=TC). Konsep penerimaan (TR) = p.q dan jumlah biaya (TC) = a + bq.

Sehingga dapat diselesaikan dengan cara berikut ini : TR = p . q dan TC = a + bq

BEP adalah p . q = a + bq p . q - bq = a

q (p ā€“ b) = a q = a(pāˆ’b) Keterangan :

q = Jumlah Produksi (Kg) p = Harga Jual (Rp) b = Biaya Variabel (Rp) a = Biaya Tetap (Rp) (Ibrahim, 2009).

Secara matematis penentuan BEP produksi dengan rumus sebagai berikut : šššššš ššššš“š“šššŠšŠšššššš (šŠšŠšŠšŠ) =š“š“š‚š‚

šš Keterangan :

TC = Total Biaya Usahatani Cabai Merah (Rp) P = Harga Jual Cabai Merah (Rp/kg)

(Mahyuddin, 2007).

Rumus BEP harga, sebagai berikut :

šššššš š‡š‡šššššŠšŠšš (š‘š‘š‘š‘) =š“š“š‚š‚ Keterangan : š˜š˜

TC = Total Biaya Usahatani Cabai Merah (Rp)

Y = Produksi Total Usahatani Cabai Merah (Kg) (Suratiyah, 2009).

3.5 Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penelitian ini, maka perlu adanya definisi dan batasan operasional sebagai berikut :

3.5.1 Definisi

1. Usahatani cabai merah adalah kegiatan budidaya tanaman yang dilakukan petani dengan cabai merah sebagai komoditasnya.

2. Produksi cabai merah adalah hasil panen dari cabai merah yang bernilai ekonomis yang dinyatakan dalam satuan kilogram (kg).

3. Biaya produksi usahatani cabai merah adalah seluruh biaya yang dikeluarkan selama proses produksi atau jumlah biaya tetap dan biaya tidak tetap usahatani cabai merah per musim tanam yang dinyatakan dalam rupiah (Rp).

4. Harga jual adalah nilai produk cabai merah atau harga cabai merah yang berlaku di tingkat produsen yang dinyatakan dalam satuan rupiah per kilogram (Rp/Kg).

5. Penerimaan usahatani cabai merah adalah jumlah produksi cabai merahyang diperoleh petani dikali dengan harga jual cabai merah yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).

6. Pendapatan usahatani cabai merah adalah selisih dari total penerimaan usahatani cabai merah yang diperoleh dengan seluruh biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk usahatani cabai merah yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).

7. R/C ratio adalah perbandingan penerimaan usahatani cabai merah dengan seluruh biaya yang dipakai pada usahatani cabai merah selama proses produksi.

8. B/C ratio adalah perbandingan keuntungan usahatani cabai merah dengan seluruh biaya yang dipakai pada usahatani cabai merah selama proses produksi.

9. Break Even Point (BEP) usahatani cabai merah adalah keadaan usahatani cabai merah tidak mendapatkan keuntungan dan tidak menderita kerugian atau dalam keadaan impas.

3.5.2 Batasan Operasional

Adapun batasan operasional dalam penelitian ini adalah :

1. Penelitian dilakukan di Desa Telaga Jernih, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara.

2. Sampel penelitian adalah petani cabai merah di Desa Telaga Jernih, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara.

3. Penelitian dilaksanakan pada tahun 2017.

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL

4.1 Kondisi Biofisik Desa Telaga Jernih

Penelitian dilakukan di Desa Telaga Jernih, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat. Desa Telaga Jernih terletak di dataran rendah dengan ketinggian tempat 5m dpl dan rata-rata suhu udara 32o

ā€¢ Batas Wilayah Desa

C serta luas wilayah 1.259 Ha yang terdiri dari: sawah tadah hujan 440 Ha, kebun sawit 259 Ha, perladangan 200 Ha, perumahan/pemukiman 203 Ha, tanah wakaf 2 Ha, dan lainnya 155 Ha. Desa ini terdiri dari 18 dusun dengan jumlah 1.381 KK. Berikut ini merupakan kondisi demografi Desa Telaga Jernih :

- Sebelah Utara : Desa Cinta Raja - Sebelah Selatan : Desa Teluk - Sebelah Barat : Desa Suka Mulia - Sebelah Timur : Desa Karang Gading

ā€¢ Letak Astronomi - 3o49ā€˜ 00ā€ ā€“ 3o - 98

51ā€˜ 00ā€ LU

o29ā€˜ 51ā€ ā€“ 98o

ā€¢ Orbitasi

33ā€˜ 10ā€ BT

- Jarak ke ibu kota kecamatan terdekat : 13 Km - Lama jarak tempuh ke ibu kota kecamatan : 20 menit - Jarak ke ibu kota kabupaten : 15 Km - Lama jarak tempuh ke ibu kota kabupaten : Ā½ Jam

Luas lahan Desa Telaga Jernih menurut penggunaan atau fungsinya di bagi menjadi areal pemukiman, persawahan, perladangan, perkebunan, perkuburan dan lainnya. Berikut ini merupakan luas tata guna lahan di Desa Telaga Jernih :

Tabel 4.1 Luas Tata Guna Lahan di Desa Telaga Jernih, Tahun 2016 No. Tata Guna Lahan Luas (Ha) Presentase (%) 1. Sawah tadah hujan 440 34,94 2. Kebun sawit 259 20,58 3. Perladangan 200 15,88 4. Perumahan/Permukiman 203 16,12 5. Tanah wakaf 2 0,16 6. Lain-lain 155 12,32

Total 1.259 100 Sumber : Kantor Kepala Desa Telaga Jernih, Tahun 2016

Dari Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa tata guna lahan di Desa Telaga Jernih yang paling luas adalah areal persawahan yang merupakan lahan sawah tadah hujan dengan luas sebesar 440 Ha (34,94%).

4.2 Rona Sosial Budaya Ekonomi Desa Telaga Jernih

Kondisi sosial budaya ekonomi di Desa Telaga Jernih berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat yaitu sandang, pangan, perumahan, pendidikan, dan kesehatan. Pemenuhan kebutuhan masyarakat tersebut dipengaruhi oleh pekerjaan dan pendidikan masyarakatnya.

4.2.1 Rona Sosial Masyarakat

Berdasarkan data yang diperoleh dari kantor kepala desa Telaga Jernih, jumlah penduduk Desa Telaga Jernih terdiri dari 4.734 jiwa dengan perincian laki-laki berjumlah 2.410 jiwa dan perempuan berjumlah 2.324 jiwa serta jumlah rumah

tangga (RT) sebanyak 1.381 KK. Berikut ini merupakan data distribusi penduduk di Desa Telaga Jernih menurut kelompok umur :

Tabel 4.2Distribusi Penduduk di Desa Telaga Jernih Menurut Kelompok Umur, Tahun 2016

No. Golongan Umur (Tahun) Jumlah (Jiwa) Presentase (%)

1. 0 ā€“ 9 776 16,40

2. 10 ā€“ 14 449 9,48

3. 15 ā€“ 59 3.141 66,35

4. > 60 368 7,77

Total 4.734 100 Sumber : Kantor Kepala Desa Telaga Jernih, Tahun 2016

Dari Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa penduduk di Desa Telaga Jernih masih tergolong umur produktif (15 ā€“ 59 tahun) yaitu sebanyak 3.141 jiwa (66,35%) dan umur yang tidak produktif (< 15 tahun dan > 59 tahun) yaitu sebanyak 1.593 jiwa (33,65%). Berikut ini merupakan data jumlah penduduk menurut agama dan kepercayaan di Desa Telaga Jernih :

Tabel 4.3Jumlah Penduduk Menurut Agama dan Kepercayaan di Desa Telaga Jernih, Tahun 2016

No. Agama Jumlah (Jiwa) Presentase (%) 1. Islam 4.716 99,6 2. Kristen 4 0,10 3. Budha 14 0,30 Total 4.734 100 Sumber : Kantor Kepala Desa Telaga Jernih, Tahun 2016

Dari Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa penduduk di Desa Telaga Jernih lebih banyak menganut agama Islam yaitu sebanyak 4.716 jiwa (99,6%) dan yang paling sedikit adalah agama Kristen yaitu sebanyak 4 jiwa (0,10%). Berikut ini disajikan data tingkat pendidikan penduduk di Desa Telaga Jernih :

Tabel 4.4Tingkat Pendidikan Penduduk di Desa Telaga Jernih, Tahun 2016 No. Pendidikan Jumlah (Jiwa) Presentase (%)

1. SD 303 19,32

2. SMP 508 32,40

3. SMA 709 45,22

4. S1 48 3,06

Total 1.568 100 Sumber : Kantor Kepala Desa Telaga Jernih, Tahun 2016

Dari Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan penduduk Desa Telaga Jernih yang paling banyak adalah SMA yaitu sebesar 709 jiwa (45,22%) dan yang paling sedikit adalah S1 yaitu sebesar 48 jiwa (3,06%). Tingkat pendidikan ini menunjukkan bagaimana pola pikir masyarakat di Desa Telaga Jernih.

4.2.2 Rona Budaya Masyarakat

Kebutuhan masyarakat Desa Telaga Jernih sangat kental dengan tradisi peninggalan leluhur. Upacara adat yang berhubungan dengan siklus hidup manusia (lahir ā€“ dewasa ā€“ berumah tangga ā€“ mati) seperti upacara kelahiran, khitanan, perkawinan, dan upacara yang berhubungan dengan musibah kematian hampir selalu dilakukan oleh masyarakat Desa Telaga Jernih. Selain itu tradisi sedekah bumi, tolak balak, turun bibit, punggahan, surahan, dan sejenisnya masih dilakukan oleh masyarakat.

Kegiatan gotong royong masyarakat masih kuat, semua itu menggambarkan bahwa hubungan ketetanggaan di Desa Telaga Jernih masih kuat. Kegiatan pengamanan (siskamling) Desa Telaga Jernih ini tampak kurang aktif, karena semakin banyak waktu yang digunakan oleh masyarakat untuk mencari nafkah (bekerja), tetapi kondisi desa masih dalam keadaan aman.

4.2.3Rona Ekonomi Masyarakat

Mata pencaharian penduduk di Desa Telaga Jernih sangat beragam, sehingga dengan adanya mata perncaharian tersebut penduduk dapat memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Berikut ini disajikan data keadaan penduduk menurut mata pencaharian di Desa Telaga Jernih :

Tabel 4.5Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian Penduduk di Desa Telaga Jernih, Tahun 2016

No. Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Presentase (%)

1. Petani 621 39,80

2. Wiraswasta 733 46,99

3. PNS 35 2,25

4. BUMN 3 0,19

5. Buruh 74 4,75

6. Lain-lain 94 6,02 Total 1.560 100

Sumber : Kantor Kepala Desa Telaga Jernih, Tahun 2016

Dari Tabel 4.5 dapat diketahui bahwa mata pencaharian penduduk di Desa Telaga Jernih yang paling banyak adalah wiraswasta yaitu sebesar 733 jiwa (46,99%) dan yang paling sedikit adalah BUMN yaitu sebesar 3 jiwa (0,19%). Sedangkan mata pencaharian sebagai petani berjumlah 621 jiwa atau sebesar 39,80%.

4.3 Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana di suatu desa akan mempengaruhi perkembangan dan kemajuan penduduk atau masyarakatnya. Semakin baik dan mendukung tersedianya sarana dan prasarana maka akan mempercepat laju perkembangan di desa tersebut. Berikut ini disajikan data distribusi sarana dan prasarana yang tersedia di Desa Telaga Jernih :

Tabel 4.6Distribusi Sarana dan Prasarana di Desa Telaga Jernih, Tahun 2016

No. Sarana dan Prasarana Volume Satuan

1. Aset Transportasi Umum

- Jalan Protokol / Kabupaten 4,5 KM

- Jalan Dusun 11 KM

- Jalan Pertanian 10 KM

- Jembatan 22 Unit

2. Aset Pendidikan

- Gedung Paud 2 Unit

4. Aset Peribadatan

- Masjid 4 Unit

Sumber : Kantor Kepala Desa Telaga Jernih, Tahun 2016

Dari Tabel 4.6 dapat diketahui bahwa sarana dan prasarana di Desa Telaga Jernih telah terpenuhi dengan baik melalui adanya berbagai fasilitas yang mendukung, seperti fasilitas pendidikan, kesehatan, tempat ibadah dan lain sebagainya.

4.4 Deskripsi Karakteristik Sampel

Berdasarkan metode penentuan sampel yang ditentukan dengan metode sensus, bahwa populasi petani cabai merah sebanyak 32 orang maka jumlah sampel yang diambil sebanyak 32 petani cabai merah. Karakteristik petani sampel yang dimaksud adalah karakteristik ekonomi petani yaitu sumber pendapatan usahatani, jumlah produksi cabai merah, dan luas lahan cabai merah, serta karakteristik sosial petani yaitu umur, pendidikan, lama berusahatani, dan jumlah tanggungan keluarga. Berikut disajikan data karakteristik sampel petani cabai merah di Desa Telaga Jernih pada Tabel 4.7 dibawah ini :

Tabel 4.7Karakteristik Sampel Petani Cabai Merah di Desa Telaga Jernih, Tahun 2016

No. Uraian Satuan Standart Deviasi

1. Pendapatan Rupiah 21.183.270

2. Produksi Ton 2,002

3. Luas Lahan Hektar 0,244

4. Umur Tahun 46

5. Pendidikan Tahun SMA 6. Lama Berusahatani Tahun 22 7. Jumlah Tanggungan Jiwa 3 Sumber : Diolah dari Lampiran 1

Sumber Pendapatan Usahatani

Sumber pendapatan utama petani sampel berasal dari sektor pertanian yaitu usahatani cabai merah. Besar pendapatan bersih usahatani berkisar antara

Rp. 7.539.000ā€“ Rp. 44.839.000dengan rataan besar pendapatan Rp. 21.183.270.

Hal ini menunjukkan bahwa pendapatan usahatani petani cabai merah di Desa Telaga Jernih masih relatif cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Produksi Cabai Merah

Jumlah produksi cabai merah petani sampel berkisar antara 1 ā€“ 3,5 ton dengan rataan jumlah produksi cabai merah sebesar 2,002 ton. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah produksi cabai merah petani sampel di Desa Telaga Jernih masih rendah jika dibandingkan dengan luas lahan yang dimiliki petani cabai merah.

Luas Lahan

Luas lahan petani sampel berkisar antara 0,08ā€“ 0,50Ha dengan rataan luas lahan sebesar 0,244 ha. Hal ini menunjukkan bahwa petani cabai merah di Desa Telaga Jernih memiliki lahan yang cukup luas untuk mengelolah usahataninya.

Umur Petani

Umur petani sampel yang menjadi objek penelitian berkisar antara 25 ā€“ 79 tahun dengan rataan umur 46 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa petani sampel masih dalam usia yang produktif, sehingga petani cabai merah di Desa Telaga Jernih masih tergolong sebagai tenaga kerja yang berpotensial dalam mengelolah usahataninya.

Pendidikan Petani

Pendidikan petani sampel terdiri dari SD, SMP, dan SMA dengan kisaran pendidikan antara SD sampai SMA. Adapun rataan tingkat pendidikan petani sampel adalah SMA. Oleh karena itu wawasan, pengetahuan, cara berpikir dan

bertindak petani cabai merah di Desa Telaga Jernih dalam mengelolah usahataninya sudah tergolong baik.

Lama Berusahatani

Lama berusahatani petani sampel berkisar antara 5 ā€“ 50 tahun dengan rataan lama berusahatani 22 tahun. Berdasarkan rataan tersebut pengalaman bertani petani sampel sudah cukup lama, sehingga petani cabai merah di Desa Telaga Jernih memiliki wawasan dan pengetahuan yang lebih baik dalam mengelolah usahataninya.

Jumlah Tanggungan Keluarga

Jumlah tanggungan keluarga petani sampel berkisar antara 1 ā€“ 5 jiwa dengan rataan jumlah tanggungan sebanyak 3 jiwa. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga petani cabai merah di Desa Telaga Jernih tergolong cukup besar.

5.1 Pendapatan Usahatani Cabai Merah

Aktivitas pertanian merupakan sumber pendapatan utama petani sampel di Desa Telaga Jernih. Artinya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari pendapatan utama mereka berasal dari usahatani. Adapun salah satu sumber pendapatan mereka berasal dari usahatani cabai merah.

5.1.1 Penerimaan Total Usahatani Cabai Merah (Total Revenue)

Penerimaan usahatani cabai merah adalah nilai yang diperoleh dari produksi total cabai merah yang dihasilkan dikalikan dengan harga jual cabai merah. Besar kecilnya penerimaan yang diperoleh dari usahatani cabai merah ini dipengaruhi oleh besar kecilnya produksi cabai merah dan harga jual cabai merah yang berlaku, karena produksi total dan harga jual merupakan komponen dari penerimaan usahatani.

5.1.1.1 Produktivitas Cabai Merah

Buah cabai merah merupakan komponen produksi cabai merah yang dihasilkan petani. Umumnya petani sampel dapat memperoleh hasil produksi cabai merah sekitar 25 Kg per rante dengan masa pemanenan kurang lebih 15 kali panen dalam sekali musim tanam cabai merah. Rata-rata luasan lahan cabai merah petani yaitu 0,244 Ha. Lahan cabai merah ini dapat menghasilkan 2,002 ton cabai merah per petani dalam satu musim tanam. Sehingga produktivitas cabai merah di Desa Telaga Jernih yaitu sebesar 8,21 Ton/Ha. Sementara produktivitas optimal cabai merah seharusnya dapat mencapai 13 ā€“ 17 ton/ha. Kondisi ini menunjukkan

bahwa terdapat selisih sebesar 4,79 ā€“ 8,79 ton/ha antara produktivitas optimal dengan produktivitas cabai merah di Desa Telaga Jernih.

5.1.1.2 Harga Jual Cabai Merah

Harga jual cabai merah merupakan nilai produk cabai merah yang berlaku dalam satuan rupiah per kilogram. Harga jual cabai merah ini berfluktuatif setiap waktu dengan kisaran harga jual antara Rp.10.000/kg ā€“ Rp.20.000/kg. Berdasarkan hasil wawancara langsung dengan petani sampel diperoleh informasi bahwa rata-rata harga jual cabai merah di Desa Telaga Jernih yaitu Rp. 15.281/kg cabai merah.

5.1.1.3 Penerimaan Usahatani Cabai Merah

Penerimaan petani cabai merah di daerah penelitian diperoleh dari hasil penjualan buah cabai merah. Umumnya petani dapat memanen buah cabai merah dalam waktu sekali seminggu, sehingga memperoleh penerimaan usahatani setiap mingggunya. Untuk lebih jelasnya mengenai penerimaan usahatani cabai merah, berikut disajikan data penerimaan total usahatani cabai merah di Desa Telaga Jernih pada Tabel 5.1 dibawah ini :

Tabel 5.1Penerimaan Total (Total Revenue) Usahatani Cabai Merah di Desa Telaga Jernih, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat

No. Uraian Per Petani Per Hektar 1. Produksi Total (Kg) 2.001,563 8.757,515

2. Harga Jual (Rp) 15.281,25 15.281,25

Penerimaan Total (Rp) 31.321.875 132.832.942,7 Sumber : Diolah dari Lampiran 2

Penerimaan total usahatani cabai merah per hektar per musim tanam lebih besar dari pada penerimaan total usahatani cabai merah per petani per musim tanam.

Produksi total diperoleh dari banyaknya buah cabai merah yang dipanen oleh

petani selama satu musim tanam. Hasil produksi cabai merah ini kemudian di jual kepada pedagang pegumpul dengan harga yang telah ditentukan. Hasil produksi cabai merah yang telah dijual petani kepada pedagang pengumpul akan menjadi penerimaan usahatani cabai merah.

5.1.2Biaya Total Usahatani Cabai Merah (Total Cost)

Biaya total atau biaya produksi merupakan korbanan yang perlu dilakukan oleh petani untuk memperoleh input produksi yang akan digunakan dalam mengelola usahatani untuk menghasilkan output produksi. Biaya produksi dalam penelitian ini terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap usahatani cabai merah pada penelitian ini berupa biaya penyusutan peralatan pertanian dan biaya sewa lahan / PBB , dimana penggunaannya tidak habis dalam satu masa musim tanam.

Selain biaya tetap, terdapat juga biaya variabel dimana penggunaanya habis dalam satu masa musim tanam. Biaya yang termasuk kedalam biaya variabel adalah biaya benih, mulsa, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja.

5.1.2.1 Biaya Tetap (Fixed Cost)

Biaya tetap merupakan biaya yang jumlahnya relatif tetap dan terus dikeluarkan meskipun produksinya banyak atau sedikit dan dapat dipakai berulang kali dalam proses produksi. Komponen biaya tetap yang dikeluarkan pada usahatani cabai merah terdiri dari biaya penyusutan peralatan dan biaya sewa lahan / PBB.

Penyusutan Peralatan

Alat-alat pertanian merupakan sarana penting dalam melaksanakan kegiatan usahatani seperti persiapan lahan, pembuatan bedengan, persemaian benih, pemupukan, pemeliharaan, dan pemanenan. Alat-alat pertanian ini mempunyai

nilai penyusutan yang akan menjadi biaya penyusutan peralatan. Biaya

nilai penyusutan yang akan menjadi biaya penyusutan peralatan. Biaya

Dokumen terkait