• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.4. Hipotesis Penelitian

Melihat dari penjelasan dan uraian diatas dapat diambil hipotesis bahwa antara distribusi pendapatan dan ketimpangan serta kesejahteraan adalah:

1. Terdapat ketimpangan (kesenjangan ekonomi) distribusi pendapatan masyarakat di Kecamatan Sipoholon, Kabupaten Tapanuli Utara. 2. Terdapat tingkat kesejahteraan masyarakat yang berbeda - beda di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini merupakan pencapaian kinerja indikator makro yang baik, namun distribusi pendapatan yang merata merupakan hal yang sampai saat ini masih menjadi masalah yang belum dapat diselesaikan oleh pemerintah. Banyak negara-negara yang sedang berkembang saat ini mengarahkan kebijakan ekonomi nasional guna mengatasi kesenjangan ekonomi atau ketimpangan pendapatan antara masyarakat berpenghasilan tinggi dan kelompok masyarakat berpendapatan rendah.

Segala upaya atau tindakan yang dilakukan suatu negara termasuk Indonesia untuk mengatasi kesenjangan ekonomi sesungguhnya hanya upaya sistematis yang berguna memperkecil kesenjangan ekonomi yang terjadi, karena perbedaan sumber daya atau faktor-faktor lain setiap daerah adalah kunci dasar perbedaan tersebut. Menurut paham Neoklasik bahwa perbedaan pendapatan dapat dikurangi melalui proses penyesuaian proses penetasan pembangunan kebawah (trickle down) kemudian menyebar pada keseimbangan baru, dan apabila itu tidak mampu menurunkan tingkat kesenjangan dapat dilakukan sistem perpajakan dan subsidi.

Badan pusat statistik tahun 2014 mencatat sekurangnya 28.28 juta orang Indonesia berada pada garis kemiskinan atau 11,25 persen dari total seluruh warga Negara Indonesia. Hal ini sejalan dengan sistem pendistribusian pendapatan di wilayah kita memang tidak merata. Pembangunan ekonomi suatu daerah menjadi kunci munculnya pendapatan bagi masyarakatnya, sementara pembangunan

wilayah saat ini hanya bertumpu pada pengembangan beberapa wilayah saja. Jika hal ini terus berjalan maka akan memperlebar gap kesenjangan, dikarenakan ketimpangan pendapatan perkapita adalah hasil dari ketimpangan pembangunan yang tidak merata.

Distribusi pendapatan merupakan salah satu aspek kemiskinan yang perlu dilihat karena distribusi pendapatan merupakan ukuran kemiskinan relatif. Ukuran distribusi pendapatan perorangan merupakan ukuran yang paling umum digunakan. Masalah yang umumnya dihadapi oleh negara - negara berkembang termasuk Indonesia adalah kesenjangan ekonomi atau ketimpangan dalam distribusi pandapatan antara kelompok masyarakat berpendapatan tinggi dan kelompok masyarakat berpendapatan rendah serta tingkat kemiskinan atau jumlah orang berada di bawah garis kemiskinan (poverty line) (Tambunan, 2001). Kemiskinan lazimnya digambarkan sebagai gejala kekurangan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok. Sekelompok anggota masyarakat dikatakan berada dibawah garis kemiskinan jika pendapatan kelompok anggota masyarakat ini tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup yang paling pokok, seperti, pangan, pakaian, dan tempat tinggal. Kemiskinan merupakan tema sentral dari perjuangan bangsa, sebagai inspirasi dasar dan perjuangan akan kemerdekaan bangsa dan motivasi fundamental dari cita-cita menciptakan masyarakat adil dan makmur (Adiputra, 2011).

Para ekonom pada umumnya membedakan dua ukuran pokok distribusi pendapatan, yang keduanya digunakan untuk tujuan analisis dan

kuantitatif tentang ketimpangan distribusi pendapatan. Kedua ukuran tersebut adalah distribusi ukuran, yakni, besar atau kecilnya bagian pendapatan yang diterima masing-masing orang dan distribusi fungsional atau distribusi kepemilikan faktor-faktor produksi. Distribusi ukuran pendapatan merupakan ukuran yang paling sering digunakan oleh para ekonom. Ukuran ini secara langsung menghitung jumlah pendapatan yang diterima oleh setiap individu atau rumah tangga tanpa memperdulikan sumbernya. Ada tiga alat ukur tingkat ketimpangan pendapatan dengan bantuan distribusi ukuran, yakni, Rasio Kuznets, Kurva Lorenz, dan Koefisien Gini (Sulastri, 2011).

Kecamatan Sipoholon merupakan salah satu kecamatan dari Kabupaten Tapanuli Utara yang memiliki jumlah penduduk terbanyak kelima dari 15 Kecamatan yang ada di Kabupaten Tapanuli Utara. Di tahun 2013 jumlah penduduk Kecamatan Sipoholon mencapai 22.898 dengan kepadatan penduduk 121,03 jiwa/ha. Kabupaten Tapanuli Utara sendiri merupakan salah satu Kabupaten yang terletak diwilayah dataran tinggi Sumatera Utara, berada pada ketinggian antara 300-1500 meter di atas permukaan laut. Secara geografis Kabupaten Tapanuli Utara terletak pada koordinat 1º20’00” -2º41’00” Lintang Utara (LU) dan 98005”-99016” Bujur Timur (BT).

Adapun kondisi perekonomian dari Kabupaten Tapanuli Utara setiap tahunnya mengalami peningkatan seperti ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel 1.1

Perekonomian Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2010 - 2014

Uraian Tahun

2010 2011 2012 2013

PDRB Harga Konstan (Struktur

Perekonomian) (Rp.) 5,780,955 6,101,009 6,359,203 6,359,203

Pendapatan Perkapita (Rp.) 13,635,481 14,887,816 16,080,379 18,223,399

Pertumbuhan Ekonomi (%) 5.56 5.54 5.95 6.01

Sumber: BPS Kabupaten Tapanuli Utara

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan PDRB, pendapatan per kapita, dan pertumbuhan ekonomi setap tahunnya. Hal ini menandakan pembangunan perekonomian Kabupaten Tapanuli Utara membaik setiap tahun.

Distribusi pendapatan sangat penting untuk pembangunan, karena berdampak terhadap kohesi masyarakat, berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan untuk setiap rata-rata pendapatan per kapita rakyat miskin, dan bahkan mempengaruhi kesehatan masyarakat. Namun untuk Kabupaten Tapanuli Utara, terjadi peningkatan kemiskinan pula di tahun 2012 ke 2013 seperti terlihat dalam tabel berikut:

Tabel 1.2

Perkembangan Kemiskinan Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2012 - 2013

Indikator Kemiskinan 2012 2013 Penduduk Miskin 32,600 33,800 Tingkat Kemiskinan 11.55 11.68 Indeks Kedalaman Kemiskinan (p1) 1.38 1.44 Indeks Keparahan Kemiskinan (p2) 0.29 0.39 Garis Kemiskinan 284,166 276,803 Sumber: BPS Kab. Tapanuli Utara 2014

Jika dilihat kembali pada tabel 1.1 di uraian pendapatan perkapita Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2012 ke 2013 terjadi peningkatan pendapatan, namun di tabel 1.2, tingkat kemiskinan Kabupaten Tapanuli Utara juga mengalami peningkatan di tahun 2012 ke 2013. Hal ini berarti masih sangat diperlukan kebijakan pemerataan pendapatan untuk mengurangi kemiskinan.

Masyarakat di Kecamatan Sipoholon dominan bermata pencaharian sebagai petani. Meskipun demikian terdapat pula pengelolaan terhadap sumber daya alam lain yang memunculkan iklim bisnis bagi perkembangan wisata daerah ini, seperti adanya pemandian air panas, pertambnagan batu kapur, pengelolaan gitar asli Sipoholon, serta usaha mikro pembuatan cendera mata asli Sipoholon.

Kecamatan Sipoholon memiliki luas wilayah 189,2 km² dengan total penduduk 22.729 jiwa dan tingkat kepadatan 120 jiwa/km², dan tersebar di 13 desa dan 1 kelurahan. Hal ini meningkat bila dibandingkan tahun 2010, Kecamatan Sipoholon memiliki populasi penduduk sebanyak 22.284 jiwa atau 111,96 jiwa/Km2, atau 4.762 Kepala Keluarga. Dari total 4.462 Kepala Keluarga, terdapat 1.628 Rumah Tangga Miskin atau sekitar 34,18%. Berikut adalah daftar nama desa di Kecamatan tersebut.

Tabel 1.3

Daftar Nama Desa dan Luas Wilayah di Kecamatan Sipoholon

No Desa Km Rasio Luas Terhadap

Kecamatan (%) 1. Rura Julu Toruan 26 13,79 2. Rura Julu Dolok 11 6,28 3. Lobusingkam 36 19,43 4. Situmeang Hasundutan 18 9,73 5. Simanungkalit 13 7,06 6. Hutauruk Hasundutan 6 3,64 7. Hutauruk 6 3,66 8. Kelurahan Situmeang Habinsaran 17 9,24 9. Sipahutar 3 1,69 10. Pagarbatu 17 9,24 11. Tapian Nauli 5 2,74 12. Hutaraja Simanungkalit 3 1,87 13. Hutaraja 3 1,89 14. Hutaraja Hasundutan 18 9,74 Jumlah 189,20 100 Sumber: Kecamatan Sipoholon dalam angka 2014

Berdasarkan uraian di atas, Kecamatan Sipoholon merupakan Kecamatan yang memiliki banyak potensi dalam peningkatan perekonomian, namun masih dapat dilihat juga bahwa masih terdapat keluarga miskin sekitar 34,18 %.

Oleh sebab itu, dari penjelasan di atas maka penulis merasa perlu membuat judul penelitian yaitu “Analisis Ketimpangan Distribusi Pendapatan dan Kesejahteraan Masyarakat Kecamatan Sipoholon Kabupaten Tapanuli Utara”. 1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang kajian penelitian diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah distribusi pendapatan masyarakat Kecamatan Sipoholon mengalami ketimpangan?

2. Bagaimana tingkat kesejahteraan masyarakat Kecamatan Sipoholon, Kabupaten Tapanuli Utara?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui tingkat ketimpangan distribusi pendapatan masyarakat Kecamatan Sipoholon, Kabupaten Tapanuli Utara.

2. Untuk mengetahui tingkat kesejahteraan masyarakat Kecamatan Sipoholon, Kabupaten Tapanuli Utara.

1.3.2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain ialah:

1. Bagi pemangku kebijakan dapat dijadikan masukan dalam pengambilan keputusan yang berkaitan lansung maupun tidak langsung dengan Ketimpangan distribusi pendapatan dan kesejahteraan masyarakat Kecamatan Sipoholon, Kabupaten Tapanuli Utara.

2. Bagi Fakultas Ekonomi dapat menjadi referensi ilmiah yang berkontribusi pada pengembangan dunia pendidikan yang berkaitan dengan judul penelitian.

3. Bagi penulis merupakan sarana dalam menuangkan buah pikiran yang berkaitan dengan dengan judul penelitian.

4. Bagi peneliti selanjutnya dapat menjadi referensi penulisan penelitian yang berkaitan dengan judul dan topik penelitian ini.

ABSTRAK

ANALISIS KETIMPANGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN

Dokumen terkait