• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.7. Hipotesis Penelitian

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran

2.7. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Perbandingan tingkat pendapatan nelayan tradisional diduga lebih rendah dari pada Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) yang telah ditetapkan di daerah penelitian.

2. Modal, Pengalaman, Mesin Perahu dan Waktu Melaut diduga berpengaruh terhadap tingkat pendapatan nelayan.

Modal

Pengalaman

Pendapatan Nelayan

Waktu Melaut Mesin Perahu

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kampung Nelayan Seberang Kelurahan Belawan I yang berada di Kecamatan Medan Belawan, Provinsi Sumatera Utara. Penentuan lokasi dilakukan secara purposive (sengaja). Alasan memilih lokasi penelitian ini adalah karena di Kampung Nelayan Seberang merupakan salah satu kampung yang berada di daerah pesisir Kelurahan Medan Belawan. Berdasarkan data yang diperoleh dari Kepala lingkungan, Kampung Nelayan Seberang dihuni 600 KK (Kepala Keluarga) dengan jumlah penduduk 2281 orang, sebagian besar penduduk berprofesi sebagai nelayan. Kampung Nelayan Seberang adalah kampung pesisir dengan jumlah nelayan terbanyak di Kelurahan Belawan I.

Kelurahan Belawan I sendiri memiliki potensi perikanan yang terbilang besar sehingga banyak penduduknya yang bekerja sebagai nelayan dan menempatkan Kelurahan Belawan I pada posisi pertama jumlah nelayan terbanyak di Kecamatan Medan Belawan.

3.2. Metode Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat nelayan di Kelurahan Belawan I . Menurut Arikunto (2008), apabila subjek penelitian kurang dari 100 lebih baik diambil semua hingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Jika jumlah subjeknya besar dapat diambil 10%-15% atau lebih tergantung sedikit banyaknya dari :

1. Kemampuan peneliti dilihat dari waktu melaut, tenaga dan biaya.

2. Sempit luasnya wilayah pengambilan dari setiap subjek, karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya dana

3. Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti untuk peneliti yang resikonya besar, tentu saja jika sampelnya besar hasilnya akan lebih baik.

Sampel merupakan bagian dari populasi yang ingin diteliti oleh peneliti. Menurut Sugiono (2011) “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karaktristik yang dimiliki oleh populasi tersebut” berdasarkan hasil prasurvey pada bulan Oktober 2020 Kampung Nelayan Seberang memiliki populasi yang bermata pencaharian sebagai nelayan sebanyak 697 jiwa dari data kepala lingkungan Kampung Nelayan Seberang. Metode penentuan sampel diambil dengan metode accidental sample.

Jumlah sampel dalam penelitian ini dapat dihitung dengan rumus slovin yaitu:

𝐧 = 𝑵

𝟏 + 𝑵(𝒆)𝟐

Dimana:

n : Jumlah Sampel N : Jumlah Populasi

e : Tingkat kesalahan dalam pengambilan sampel (α : 10%)

Berdasarkan jumlah populasi nelayan di Kampung Nelayan yaitu 697 nelayan maka diperoleh sampel:

n = 697

1 + 697(0,1)2 = 87 Sampel

3.3. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder.Data primer yaitu data yang bersumber yang digunakan dalam penelitian ini, diperoleh dari pedagang melalui wawancara langsung dengan menggunakan daftar kuisioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu oleh peneliti. Data sekunder yaitu data yang bersumber dari dokumen resmi, buku pustaka, jurnal atau artikel ilmiah, dan publikasi dari dinas atau instansi yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

3.4. Metode Analisis Data

Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Metode disajikan dengan mengintrepestasikan dan mendiskripsikan data yang diperoleh.Semua data yang telah diperoleh terlebih dahulu ditabulasi, selanjutnya dianalisis dengan menggunakan alat uji yang sesuai dengan hipotesis.

Untuk rumusan masalah pertama, adalah analisis deskriptif. Analisis deskriptif yaitu penelitian yang memberikan gambaran yang lebih jelas tentang bagaimana tingkat pendapatan nelayan di lokasi penelitian apakah lebih rendah dari Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) Kota Medan atau lebih tinggi dari Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) Kota Medan.

Untuk rumusan masalah kedua, untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pendapatan nelayan digunakan Analisis Regresi Linier Berganda (Sugiyanto, 2004:195). Dimana sebuah variabel terikat (Y) dihubungkan dengan dua atau lebih variabel bebas (X). Untuk mengetahui variabel bebas (modal, pengalaman melaut, Mesin Perahu dan waktu melaut melaut) terhadap variabel

terikat yakni jumlah pendapatan nelayan. Model regresi linier berganda yang akan digunakan :

Y = bo + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e Keterangan :

Y = Jumlah pendapatan nelayan (Rp/bulan) Bo = intercept atau konstanta

b1, b2, b3, b4 = koefisien regresi X1 = Modal (Rp/bulan)

X2 = Pengalaman Melaut (Tahun)

X3 = Mesin Perahu (Mesin/PK (Paard Kracht)) X4 = Waktu melaut Melaut (Menit/Bulan) e = Standar Eror

Untuk menguji pengaruh variabel bebas secara serempak terhadap pendapatan nelayan, digunakan uji F dengan kriteria uji sebagai berikut :

• Jika Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak ; H1 diterima

• Jika Fhitung ≤ Ftabel, maka Ho diterima ; H1 ditolak

Untuk menguji pengaruh variabel bebas secara parsial terhadap pendapatan nelayan, digunakan uji t dengan kriteria uji sebagai berikut :

• Jika thitung > ttabel, maka Ho ditolak ; H1 diterima

• Jika thitung ≤ ttabel, maka Ho diterima ; H1 ditolak

3.4.1 Uji Asumsi Klasik

Dalam suatu model regresi berganda ada beberapa permasalahan yang bisa terjadi yang secara statistik dapat mengganggu model yang ditentukan, bahkan dapat

menyesatkan kesimpulan yang diambil dari persamaan yang dibentuk. Untuk itu perlu dilakukan uji penyimpangan asumsi klasik.

1) Normalitas

Menurut Imam Ghozali (2007) tujuan dari uji normalitas adalah sebagai berikut

“Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas diperlukan karena untuk melakukan pengujian-pengujian variabel lainnya dengan mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid dan statistik parametrik tidak dapat digunakan.”

Uji statistik yang digunakan untuk uji normalitas data dalam penelitian ini adalah uji normalitas atau sampel Kolmogorov-Smirnov. Hasil analisis ini kemudian dibandingkan dengan nilai kritisnya.

a. Menurut Singgih Santoso (2007), menjelaskan output test of normality,

1. Ada pedoman pengambilan keputusan :Angka signifikansi (Sig) > α = 0,05 maka data berdistribusi normal

2. Angka signifikansi (Sig) < α = 0,05 maka data tidak berdistribusi normal

Adapun cara lain untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik .

b. Menurut Singgih Santoso (2002) metode yang digunakan adalah pengujian secara visual dengan metode gambar normal Probability Plots dalam program SPSS yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Dasar pengambilan keputusan:

1. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal menunjukkan pola distribusi normal, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas.

2. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

2) Uji Linieritas

Uji linieritas bertujuan untuk mengetahui apakah antara variabel bebas dan variabel terikat mempunyai hubungan linier atau tidak. Untuk mengetahui hal ini digunakan uji F pada taraf signifikansi 5%. Jika nilai Sig F < 0,05 maka hubungannya tidak linier, sedangkan jika nilai Sig F ≥ 0,05 maka hubungannya bersifat linier (Muhson, 2012).

3) Multikolinieritas

Multikolinieritas timbul karena satu atau lebih variabel bebas (penjelas) merupakan kombinasi linier yang pasti (sempurna) atau mendekati pasti dari var

iabel penjelas lainnya. Jika terdapat multikolinieritas sempurna, koefisien regresi dari variabel penjelas tersebut tidak dapat ditentukan dan variansnya bernilai tak terhingga. Jika multikonilinieritas kurang sempurna, koefisien regresi dapat ditentukan, namun variansnya sangat besar, sehingga tidak dapat menaksir koefisien secara akurat. Dalam model regresi linier diasumsikan tidak terdapat multikolinieritas di antara variabel-variabel penjelas, untuk itu perlu dideteksi dengan mengamati besaran-besaran regresi yang didapat, yaitu :

a. Interval tingkat kepercayaan lebar (karena varians besar maka standar error besar, sehingga interval kepercayaan lebar).

b. Koefisien determinasi tinggi dan signifikasi nitai t statistik rendah.

c. Koefisien korelasi antar variable bebas tinggi.

d. Nilai koefisien korelasi parsial tinggi.

Untuk melihat ada tidaknya multikolinieritas dalam suatu model pengamatan, dapat dilakukan dengan regresi antar variabel bebas, sehingga dapat diperoleh nilai koefisien determinan (R2) masing-masing. Selanjutnya R2 hasil regresi antar variabel bebas tersebut dibandingkan dengan R2 hasil regresi model, sehingga diperoleh kesimpulan sebagai berikut: jika nilai R2 hasil regresi antar variabel bebas > R2 model penelitian, maka hipotesis yang menyatakan bahwa tidak ada multikolinieritas dalam model empiris yang digunakan ditolak. Jika nilai R2 hasil regresi antar variabel bebas < R2 model penelitian, maka hipotesis yang menyatakan bahwa tidak ada masalah multikolinieritas model empiris yang digunakan tidak dapat ditolak.

4) Heteroskedastisitas

Menurut Santoso (2002) tujuan uji heterokedastitas adalah sebagai berikut “Uji Heterokedastisitas bertujuan untuk melihat apakah terdapat ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Dalam regresi linier diasumsikan bahwa varians bersyarat dari E(εi2) = Var(εi) = σ2 (homokedastisitas), apabila varians bersyarat εi = σi2 untuk setiap 1, ini berarti variansnya homogen atau homokedastisitas.”

Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dalam model regresi bisa dilihat dari pola yang terbentuk pada titik-titik yang terdapat pada grafik scaterplot.Dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:

a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik (point-point) yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit) maka telah terjadi heteroskedastisitas.

b. Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

3.4.2 Uji Hipotesis

Uji hipotesis merupakan jawaban atau prediksi sementara dari rumusan masalah yang sedang di teliti. Dalam penelitian ini menggunakan hipotesis yaitu terdapat pengaruh faktor pendapatan (modal melaut, pengalaman melaut, Mesin Perahu dan waktu melaut melaut) nelayan di Kampung Nelayan Seberang, Kecamatan Medan Belawan, Kota Medan, Sumatera Utara.

1). Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar keragaman variabel dependen (tidak bebas) dapat dijelaskan oleh variabel-variabel independen (bebas) di dalam (Gujarati, 2007). Besarnya nilai koefisien determinasi berkisar antara 0 sampai 1. Apabila nilai koefisien determinasi semakin mendekati 1, maka model semakin baik, karena semakin sedikit keragaman variabel dependen yang dijelaskan oleh variabel lain diluar model.

Koefisien determinasi (R2 ataupun R Square) yang berarti sebagai sumbangan pengaruh yang di berikan variabel bebas atau variabel idependent (X) terhadap

variabel terikat atau variabel dependent (Y). Hal ini pun menunjukkan seberapa besar persen variabel terikat (dependent) dapat di jelaskan oleh variabel bebas (independent) yang di teliti.

2). Uji F

Uji statistik F digunakan untuk menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan ke dalam model mempunyai pengaruh secara serempak terhadap variabel terikat. Dengan kriteria sebagai berikut:

Jika F hitung ≤ Ftabel atau jika signifikansi F > α : H0 diterima Jika Fhitung > Ftabel atau jika signifikansi F ≤ α : H1 diterima Dimana:

H0 : modal melaut, pengalaman melaut, Mesin Perahu dan waktu melaut secara serempak tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan nelayan

H1: modal melaut, pengalaman melaut, Mesin Perahu dan waktu melaut secara serempak berpengaruh nyata terhadap pendapatan nelayan

3). Uji t

Uji-t (t-test) pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel bebas secara parsial dalam menerangkan variasi variabel terikat. Dengan kriteria uji sebagai berikut.

Jika thitung ≤ ttabel atau jika signifikansi t > α : H0 diterima Jika thitung > ttabel atau jika signifikansi t ≤ α : H1 diterima Dimana:

H0: modal melaut, pengalaman melaut, Mesin Perahu dan waktu melaut melaut secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan nelayan

H1: modal melaut, pengalaman melaut, Mesin Perahu dan waktu melaut secara parsial berpengaruh nyata terhadap pendapatan nelayan

3.5. Definisi dan Batasan Operasional

Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpahaman dalam menafsirkan penelitian ini, maka dibuat definisi dan batasan operasional sebagai berikut :

3.5.1. Definisi

1. Nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya tergantung langsung pada hasil laut, baik dengan cara penangkapan ataupun budidaya.

Nelayan yang di maksud disini adalah nelayan di Kampung Nelayan Seberang.

2. Pendapatan nelayan adalah pendapatan bersih yang dibawa pulang oleh nelayan yang diperoleh dari hasil penjualan tangkapan/produksi ikan setelah dikurangi modal kerja selama sebulan.

3. Modal/Biaya produksi adalah biaya-biaya yang dikeluarkan oleh nelayan dalam memperoleh hasilnya. Biaya-biaya itu terdiri dari : makan, rokok, minyak solar, minyak bensin, makanan ringan, oli, peralatan menangkap ikan (umpan) selama sebulan.

4. Pengalaman adalah orang yang sudah menjalani profesi hidupnya sebagai nelayan dalam jangka waktu melaut tertentu.

5. Mesin Perahu yang digumakan untuk proses produksi adalah mesin perahu yang kapasitas rendah, yaitu terdiri dari 5 pk sampai dengan 24 pk. Dengan jarak jangkauan sebesar 1-3 mil.

6. waktu melaut adalah lamanya waktu melaut dapat dinyatakan dengan hitungan Menit berkisar 300 hingga 540 Menit per hari dalam sekali melaut dengan jarak tempuh satu hingga tiga mil.

3.5.2. Batasan Operasional

1. Penelitian dilakukan di Kampung Nelayan Seberang, Kecamatan Medan Belawan, Kota Medan.

2. Sampel adalah nelayan di Kampung Nelayan Seberang

3. Nelayan yang dimaksud adalah nelayan tradisional yang memiliki kapasitas perahu yang rendah, berkisar dari kapasitas mesin 5pk - 24pk

4. Waktu Penelitian adalah pada tanggal 26 Desember 2020.

BAB IV

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4.1. Deskripsi Daerah Penelitian

Penelitian tentang analisis pendapatan nelayan ini dilakukan di Kampung Nelayan Seberang, Kelurahan Belawan I, Kecamatan Medan Belawan, Kota medan.

Kampung Nelayan Belawan merupakan suatu permukiman tidak terencana yang terletak di Kelurahan Belawan Bahagia, Kecamatan Medan Belawan, Kota Medan, Sumatera Utara. Hampir sebagian besar penduduk Kampung Nelayan Belawan berprofesi sebagai nelayan dan juga berdagang. Kampung Nelayan Belawan Medan merupakan suatu permukiman yang berada di daerah pesisir pantai.

Kampung Nelayan dulunya adalah suatu kawasan hutan bakau dan rawarawa.

Akan tetapi karena rumah nelayan tradisional di Pekan Labuhan tidak layak huni, pemerintah melalui walikota kota Medan pada saat itu Bakhtiar Jafar memiliki inisiatif untuk mengelola kawasan ini sebagai perumahan nelayan. Pada tahun 1994 perumahan di kawasan kampung nelayan sudah siap didirikan, Baktiar Jafar sebagai walikota medan memindahkan nelayan tradisional yang ada di Pekan Labuhan dan Belawan keperumahan kampung nelayan, dan pada saat itu juga kampung nelayan pun resmi dijadikan sebagai kelurahan definitif. Rumah yang didirikan kurang lebih dari 80 rumah panggung yang disiapkan untuk nelayan tradisional tanpa dipungut biaya atau sewaan.

Untuk menuju pemukiman penduduk Kampung Nelayan yang berada di seberang lautan, kita dapat menumpangi perahu bermotor sederhana yang disebut Bot yang banyak tertambat di sepanjang dermaga.

4.2. Keadaan Geografis

Kondisi lainnya terkait dengan gambaran lokasi penelitian yang juga perlu dipaparkan adalah menyangkut letak dan keadaan geografi. Berdasarkan data sekunder dari Daftar Isian Penyusunan Profil Kelurahan/ Kecamatan Medan Belawan Tahun 2019 di ketahui bahwa Kampung Nelayan merupakan Lingkungan XII Kelurahan Belawan I Kecamatan Medan Belawan dengan luas 10 ha (Hektar) dan batas-batas wilayah sebagai berikut:

a. Utara : Desa Paluh Kurau Kec. Hamparan Perak Kab. Deli Serdang b. Selatan : Laut Belawan

c. Timur : Paluh Nunang Kec. Hamparan Perak Kab. Deli Serdang d. Barat : Paluh Lembu Kec. Hamparan Perak Kab. Deli Serdang

Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kota Medan diketahui bahwa luas Kecamatan Medan Belawan dirinci menurut kelurahan adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1 Luas Wilayah dan Persentase Terhadap Luas Kecamatan Menurut Kelurahan, 2019

No. Kelurahan Luas (km2) Persentase Terhadap Luas Kecamatan (%)

Sumber : BPS, Medan Belawan Dalam Angka, 2019

Dari data pada tabel diatas diketahui bahwa Kelurahan Belawan Pulau Sicanang merupakan kelurahan yang memiliki wilayah paling luas di Kecamatan Medan Belawan dengan luas mencapai 15,10 Km2 atau dengan persentase 69,20%

terhadap luas Kecamatan Medan Belawan. Sedangkan Kelurahan Belawan Bahagia merupakan kelurahan dengan wilayah yang paling kecil yaitu 0,54 Km2 atau sebesar 2,47 % dari luas Kecamatan Medan Belawan. Sementara itu, Kelurahan Belawan I sebagai wilayah dari lokasi penelitian ini merupakan kelurahan dengan wilayah terluas keempat setelah kelurahan Belawan II dengan luas 1,75 Km2 atau 8,02 %.

4.3. Kependudukan dan Jumlah Nelayan

Jumlah penduduk Kampung Nelayan Seberang ini adalah 2.281 jiwa, terdiri dari 1.152 jiwa laki-laki dan 1.129 jiwa perempuan yang mendiami 600 rumah tangga.

Adapun agama yang di anut di desa ini adalah agama Islam. Berikut tabel jumlah jiwa dan persentase jumlah penduduk dan jumlah kepala keluarga di Kampung Nelayan Seberang.

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk di Kampung Nelayan Seberang, 2019

No. Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1. Laki-laki 1152 50,50

2. Perempuan 1129 49,50

Jumlah 2281 100

Sumber: Kantor Kepala Desa Kampung Nelayan Seberang, 2019

Tabel 4.3 Jumlah Kepala Keluarga Kampung Nelayan Seberang, 2019 No. Kepala Keluarga Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1. Laki-laki 522 87

2. Perempuan 78 13

Jumlah 600 100

Sumber: Kantor Kepala Desa Kampung Nelayan Seberang, 2019

Seperti wilayah pesisir lainnya di Indonesia, mata pencaharian utama penduduk Kampung Nelayan Seberang adalah sektor pertanian, sub sektor perikanan laut atau nelayan. Komposisi penduduk menurut mata pencaharian dapat dilihat dari pada tabel 4.4

Tabel 4.4 Komposisi Penduduk Kampung Nelayan Seberang, 2019

No. Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1. Nelayan 697 30,55

Sumber: Kantor Kepala Desa Kampung Nelayan Seberang, 2019

Dari tabel 4.4 di atas dapat kita lihat bahwa jumlah nelayan di Kampung Nelayan Seberang sebanyak 697 jiwa dengan angka persentase sebesar 30,55 %. Nelayan adalah mata pencaharian utama masyarakat Kampung Nelayan Seberang.

Untuk menuju pemukiman penduduk Kampung Nelayan yang berada di seberang lautan, kita dapat menumpangi perahu bermotor sederhana yang disebut Bot yang banyak tertambat di sepanjang dermaga. Sementara untuk berkeliling Kampung Nelayan Seberang hanya bisa berjalan kaki melewati jembatan kayu kecil.

Terkait dengan tema penelitian ini, Nelayan sebagai objek dari studi penelitian ini merupakan mata pencaharian terbanyak di Kampung Nelayan Seberang. Lokasi

studi yaitu Kampung Nelayan Seberang sendiri sebagaimana disebutkan sebelumnya merupakan bagian dari Kelurahan Belawan I. Penduduk yang bermata pencaharian sebagai nelayan di kelurahan tersebut pada dasarnya merupakan dampak logis dari posisi wilayah yang berada tepat di pesisir dan pinggiran muara sungai.

4.4. Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Kondisi penduduk berdasarkan pendidikannya di Kampung Nelayan Seberang secara umum dapat dikatakan distribusinya belum seperti yang diharapkan.

Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa banyak penduduk yang ada di Kampung Nelayan Seberang hanya tamatan SD/ Sederajat. Hanya terdapat satu gedung sekolah SD Negeri yang akan menampung ratusan anak usia sekolah yang ada disana.

Tentu dengan jumlah anak usia sekolah yang tidak sebanding dengan kelas yang ada membuat banyak anak yang tidak bisa bersekolah serta kualitas pendidikan pun akan menjadi terganggu. Kondisi ini membuat perhatian terhadap pendidikan yang ada di Kampung Nelayan Seberang menjadi sorotan pihak luar baik itu Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Berikut tabel jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan.

Tabel 4.5 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan, 2019

No. Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1. Tidak/Belum Sekolah 347 15,21

2. Tidak Tamat SD Sederajat 82 3,60

3. Tamat SD/Sederajat 1495 65,54

4. Tidak Tamat SLTP/Sederajat 38 1,67

5. Tamat SLTP/Sederajat 149 6,53

6. Tidak Tamat SLTA/Sederajat 100 4,38

7. Tamat SLTA Sederajat 51 2,23

8. Tamat Diploma I/II - -

9. Akademi/Diploma III/Sarjana 12 0,53

10. Diploma IV/Strata I 7 0.31

11. Strata II - -

12. Strata III - -

Jumlah 2281 100

Sumber: Kantor Kepala Desa Kampung Nelayan Seberang, 2019

4.5. Keberagamaan Penduduk

Keragaman etnis dan budaya yang ada di Kampung Nelayan Seberang saling terkait dengan keragaman agama yang di anut oleh penduduk. Komposisi penduduk di Kampung Nelayan Seberang berdasarkan agama dapat di lihat pada tabel berikut:

Tabel 4.6 Jumlah Penduduk Menurut Agama, 2019

No. Agama Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

Sumber: Kantor Kepala Desa Kampung Nelayan Seberang, 2019

Berdasarkan data pada tabel di atas di ketahui bahwa penduduk di Kampung Nelayan Seberang mayoritas beragama islam. Data yang ada menunjukkan bahwa dari 2281 orang penduduk di Kampung Nelayan Seberang sebanyak 2281 orang beragama islam. Dengan jumlah seperti ini, 100% penduduk Kampung Nelayan Seberang adalah beragama Islam. Secara tidak langsung

keberadaan Islam sebagai satu-satunya agama yang di anut penduduk di Kampung Nelayan Seberang dapat dilihat sebagai sebuah bentuk nilai yang dipertahankan oleh para pendiri kampung ini.

4.6. Penduduk Berdasarkan Suku/Etnis

Etnisitas penduduk di Kampung Nelayan Seberang, di ketahui bahwa penduduk yang tinggal di wilayah ini terdiri dari beragam kelompok etnis. Berdasarkan data sekunder dari Daftar Isian Penyusunan Profil Kelurahan/ Kecamatan Medan Belawan Tahun 2019 diketahui bahwa terdapat beragam suku yang ada di Kampung Nelayan Seberang yang dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 4.7 Jumlah Penduduk Menurut Etnis, 2019

No. Suku/Etnis Jumlah (Jiwa) Persetase (%)

1. Suku Melayu 950 41,65

Sumber: Kantor Kepala Desa Kampung Nelayan Seberang, 2019

Berdasarkan data pada tabel diatas diketahui bahwa hampir separuh penduduk yang ada di Kampung Nelayan Seberang berasal dari suku Melayu. Sebanyak 950 orang penduduk yang ada di kawasan ini adalah Melayu dan jumlah keseluruhan penduduk hanya 2281 orang. Di samping suku Melayu, sebagian penduduk di Kampung Nelayan Seberang juga ada yang berasal dari Suku Jawa dengan

jumlah 317 orang dan suku batak dengan jumlah 210. Sedangkan suku lainnya yang juga dapat di temukan di kawasan ini adalah suku Aceh dan Padang.

4.7. Pemukiman Daerah Penelitian

Berdasarkan hasil pengamatan dan didukung hasil pengamatan yang di lakukan di ketahui bahwa pola pemukiman awal di Kampung Nelayan Seberang kondisinya sejajar dengan alur sungai. Namun demikian lambat laun, pemukiman berkembang seiring dengan pertambahan penduduk sehingga akhirnya terbentuklah pola pemukiman yang terdiri dari beberapa baris berjajar. Melihat kedudukannya yang tepat berada sebelum muara sungai, maka bagi masyarakat sungai dan laut memiliki arti penting. Hubungan penting tersebut dapat dilihat dari keterikatan mata pencaharian masyarakat yang mayoritas adalah nelayan.

Keberadaan pemukiman yang dekat dengan sungai dan laut akan memudahkan masyarakat untuk mencari ikan sebagai sumber mata pencaharian dan

Keberadaan pemukiman yang dekat dengan sungai dan laut akan memudahkan masyarakat untuk mencari ikan sebagai sumber mata pencaharian dan

Dokumen terkait